Sei sulla pagina 1di 5

MODEL KONSIDERASI

Tugas : Metode pengembangan afeksi anak

Di dusun oleh :

1.Korneli Ruimassa

2.Rindi Maloy

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI AMBON


MODEL KONSIDERASI

A. Pengantar Model Konsiderasi

Model Konsiderasi merupakan salah satu pendekatan Pendidikan Nilai yang sangat efektif untuk
belajar memperhatikan dan memberikan pertimbangan pada orang lain. Hal ini didasarkan pada
keyakinan bahwa :

1. Hidup untuk kepentingan orang lain merupakan pengalaman yang menyenangkan.

2. Hanyalah melalui pemberian pertimbangan orang lain kita benar-benar menjadi diri kita sendiri.

Model Konsiderasi pertama kali dikembangkan di Inggris oleh Petter McPhail. Melalui penelitiannya
yang melibatkan lebih dari 800 siswa sekolah menengah mengatakan bahwa, “kebutuhan
fundamental kemanusiaan adalah keselarasan dengan orang lain, mencintai dan dicintai” dan
merupakan tanggung jawab pendidikan yang terorganisir untuk membantu pemenuhan kebutuhan
ini.” Menurut kesimpulan McPhail bahwa remaja di sekolahnya banyak menghabiskan waktu untuk
masalah kognitif dan sedikit sekali dipakai membantu siswa untuk mengembangkan perasaan
identitas dan hubungan sosial yang memadai.

Manusia seringkali bersifat egoistis, lebih memperhatikan, mementingkan, dan sibuk dan sibuk
mengurusi dirinya sendiri. Melalui penggunaan model konsiderasi (consideration model) siswa
didorong untuk lebih peduli, lebih memperhatikan orang lain, sehingga mereka dapat bergaul,
bekerja sama, dan hidup secara harmonis dengan orang lain.

B. Asumsi-Asumsi Dasar

Model konsiderasi dikembangkan oleh Peter McPhail dan kawan-kawannya, didasarkan pada asumsi-
asumsi pendidikan dan kemanusiaan sebagai berikut:

1. Perilaku moral dapat memperkuat diri (self reinforcing).

2. Moralitas merupakan bagian kepribadian seseorang, daripada merupakan bagian struktur


kognitifnya (seperti yang dikemukakan oleh Kohlberg dan lain-lain).

3. Pendidikan nilai atau moral sebaiknya diarahkan pada totalitas kepribadian, khususnya dalam
interaksi dengan orang lain, perilaku sosial dan etika kita.

4. Siswa terbuka untuk belajar, tetapi mereka membenci dominasi dan kesewenang-wenangan.

5. Siswa menghormati orang yang lebih dewasa yang memperlihatkan perilaku standar moral
konsiderasi yang tinggi. Para siswa lebih banyak belajar moralitas dari cara “bagaimana” guru
berperilaku dan “siapakah” guru itu sebagai seorang pribadi, daripada “apa” yang benar-benar guru
ajarkan.
6. Remaja belasan tahun secara bertahap berkembang dari bentuk ketidak-matangan yang
egosentris ke arah kematangan hubungan sosialnya, yang dimaksud kematangan adalah kemampuan
untuk mempertimbangkan dan membantu orang lain.

7. Moralitas tidak bisa diajarkan dengan cara rasional, yaitu membujuk para siswa untuk
menganalisa nilai-nilai yang sedang berkonflik atau membujuk mereka untuk membuat keputusan
nilai. Para siswa harus dihadapkan pada percontohan, bahwa mempertimbangkan orang lain itu
menyenangkan, bahwa memperhatikan orang itu merupakan pengalaman yang menguntungkan dan
merupakan cara hidup yang harmonis.

C. Sasaran Model Konsiderasi

Sasaran model ini adalah membantu siswa untuk membentuk perilakunya ke arah kematangan,
hubungan yang saling memperhatikan serta kemampuan memecahkan masalah. Model ini
merupakan kurikulum yang dirancang untuk membantu siswa mengatasi perasaan-perasaan negatif,
seperti hanya memikirkan diri sendiri, mendominasi dan dengki pada orang lain, serta membantu
siswa mengembangkan perasaan positif sehingga tercipta hubungan yang didasari kepedulian,
menaruh perhatian, membantu, menghormati, toleransi, konformis dan hal-hal semacam.

D.Guru Model Konsiderasi

Guru yang menggunakan model ini memiliki tanggungjawab untuk memperkuat perilaku moral
dengan cara yang sistematis sehingga dapat mengurangi konflik, kekasaran, dominasi dan kompetisi
tak sehat yang terjadi di kelas. Sebaliknya guru yang menggunakan model ini benar-benar humanis;
yang mau menerima, toleran dan responsif, disamping itu juga menaruh hormat dan memberi
contoh standar yang tinggi. Peran guru ialah memberi hadiah dan dorongan pada perilaku-perilaku
yang baik, sehingga siswa mendapatkan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan serta akan
memperkokoh “belajar moral” mereka.

E. Strategi Mengajar Model Konsiderasi

Guru model konsiderasi pertama kali harus membuat suasana kelas yang “baik/konsiderat”,
lingkungan kelas yang terbuka, bersahabat, mendukung dan bebas dari suasana negatif yang
menghambat belajar. Para siswa memiliki kedudukan yang sederajat serta memiliki peran yang sama
dalam proses belajar/mengajar di bawah bimbingan guru.

Ada enam kunci strategi mengajar yang sebaiknya dimanfaatkan oleh guru:

1. Membuat situasi yang “mirip dengan kehidupan”, yang relevan dengan kehidupan siswa.

2. Membantu siswa memeriksa situasi untuk mencari petunjuk-petunjuk yang nampak dan
tersembunyi, yang menunjukkan- perasaan–perasaan orang, kebutuhan-kebutuhan serta perhatian-
perhatian orang lain.

3. Meminta respon pertama siswa secara tertulis. Hal ini membantu siswa merasakan sebagian dari
situasi dan membantu para siswa mengidentifikasi serta mengingat “perasaan” pertama mereka
sebelum diskusi.

4. Seluruh siswa menganalisa respon tiap siswa. Dalam kebanyakan kasus, banyak respon yang
mirip dan bisa dikatagorikan pada katagori yang berbeda. Melalui role play, sosiodrama atau simulasi,
bentuklah suatu situasi sehingga respon-respon alternatif dapat diperiksa dalam suatu setting yang
mirip “kehidupan nyata”.
5. Membantu para siswa mengeksplorasi konsekuensi-konsekuensi setiap respon melalui diskusi
kelas. Peliharalah diskusi itu tetap “baik/konsiderat”. Bila salah seorang siswa merasa tidak setuju,
bantulah untuk memandang situasi dari sudut pandang orang lain. Para siswa tidak diarahkan pada
suatu persetujuan satu sama lain, tetapi sebaiknya mengerti perasaan-perasaan di belakang
pernyataan dan komentar orang lain tersebut.

6. Rancanglah studi-studi penelitian untuk mengumpulkan informasi-informasi tambahan


mengenai situasi, dengan bertambahnya pengetahuan akan lebih membantu siswa dalam
memahami konsekuensi-konsekuensinya dengan baik. Sebaiknya dilakukan riset yang bersifat
interdisipliner untuk mendukung pemahaman yang lebih “holistik” daripada hanya berpragmentasi
oleh suatu disiplin.

7. Para siswa membuat keputusan akhir dari kegiatannya. Guru membantu siswa untuk membuat
pilihan-pilihan yang matang, tetapi “tidak menilai” benar salahnya pilihan siswa.

McPhail mengatakan bahwa para guru bisa membantu untuk membimbing para siswa ke arah
pilihan-pilihan yang matang dengan cara membantu mereka menganalisa respon-respon dirinya dan
respon-respon orang lain terhadap situasi-situasi yang singkat yang mencerminkan kehidupan
sebenarnya. Para siswa dilatih keterampilan analitis untuk mengevaluasi respon-respon pada skala
yang serupa. Melalui model-model yang disediakan guru dan melalui diskusi dengan temannya, para
siswa akan mengembangkan “kematangan respon” masing-masing.

F. Bahan-bahan Model Konsiderasi

Selain menekankan pada dimensi afektif, model yang di kembangkan oleh Mcphail juga menampilkan
bahan yang menyentuh aspek kognitif dan afektif yang sama besarnya. Dia menyiapkan bahan yang
memungkinkan guru menampilkan situasi yang cocok dan guru harus melakukan bahan tersebut
dengan tepat agar mengarah pada tujuan-tujuan yang telah di programkan.

Bahan-bahan konsiderasi dibagi dalam beberapa kategori:

1. In Other People’s Shoes (Dalam sepatu orang lain)

Kategori ini di rancang untuk membantu siswa menemukan cara bagaimana orang lain
memperhatikan kita, dan bagaimana cara kita memperhatikan mereka. Cara ini dapat membantu
siswa untuk memperoleh “pandangan” dari sudut pandang orang lain. Sebagai contoh: Dalam satu
situasi “Salah seorang sahabat anda melakukan sesuatu yang anda tahu bahwa itu salah. Apa yang
akan anda lakukan?”

2. Membuktikan Peraturan

Kategori ini menyelidiki pertanyaan tentang apakah peraturan itu sesuai dengan berbagai situasi atau
tidak, dan dalam kondisi yang bagaimanakah peraturan bisa bervariasi dan fleksibel, atau bagaimana
sebaiknya peraturan itu supaya bervariasi dan jadi fleksibel. Situasi ini dipersiapkan untuk menangani
konflik dalam kelompok, sedangkan masalah-masalah masa kini seperti obat terlarang dan seks
bebas tidak termasuk kategori ini. Contohnya :

a. Anda berjanji pergi nonton bersama teman, sementara teman anda hanya memiliki uang yang
cukup untuk dirinya sendiri, akan tetapi anda telah menghabiskan uang anda untuk jajan. Apakah
anda akan membiarkan teman anda merasa kecewa? Apakah anda akan membiarkan teman anda
membeli satu tiket untuk dirinya dan anda minta dibukakan pintu darurat sehingga dapat menyelinap
masuk ke bioskop tanpa bayar?

b. Anda berjanji membelikan permen pada saudara perempuan Anda, tetapi anda telah
kehilangan uang. Apakah Anda akan mengingkari janji atau mencoba mencuri sebuah peremen untuk
saudara perempuan Anda ?

c. Kategori-kategori ini juga menyelidiki minat khusus kelompok, kekuasaan, otoritas, kontrol dan
lain-lain. Bagaimanakah orang dewasa mempertanggungjawabkan kegiatannya? Bagaimana orang-
orang dewasa menggunakan peraturan-peraturan untuk kepentingan dirinya sendiri?

Potrebbero piacerti anche