Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
A. Pengertian
Secara klinis infark akut tanpa elevasi ST (NSTEMI) sangat mirip dengan
angina tidak stabil. Yang membedakan adalah adanya enzym petanda jantung
yang positif. Non-Stemi mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat
suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang (Brunner
& Sudarth, 2002).
NSTEMI adalah adanya ketidak seimbangan antara pemintaan dan
suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan arteri koroner akan
menyebabkan iskemia miokardium lokal Iskemia yang bersifat sementara akan
menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan.
(Sylvia,2006).
B. Etiologi
Penyebab utama PJK adalah aterosklerosis yang merupakan proses
multifaktor. Kelainan ini sudah mulai terjadi pada usia muda, yang
diawali terbentuknya sel busa, kemudian pada usia antara 10 sampai 20 tahun
berubah menjadi bercak perlemakandan pada usia 40 sampai 50 tahun bercak
perlemakan ini selanjutnya dapat berkembang menjadi plak aterosklerotik yang
dapat berkomplikasi menyulutpembentukan trombus yang bermanifestasi
klinis berupa infark miokardium maupun angina (nyeri dada) (Nawawi, et.al.,
2006).
C. Patofisiologi
NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau
peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.
NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau vasokonstriksi koroner. Trombosis
akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tak stabil. Plak
yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar, densitas otot polos
yang rendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor jaringan yang tinggi.
Inti lemak yang yang cenderung ruptur mempunyai konsentrasi ester kolesterol
dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat
dijumpai sel makrofag dan limposit T yang menunjukkan adanya proses
imflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan sel sitokin proinflamasi seperti TNFa,
dan IL-6. Selanjutnya IL-6 akan merangsang pengeluaran hsCRP di hati.
(Harun S, Alwi Idrus.2006)
PATHWAY
Kelainan metabolisme Faktor Pencetus
(lemak, koagulasi darah, dan (hiperkoesterolemia, DM,
keadaan biofisika/biokimia merokok, hipertensi, usia
Proses inflamasi dinding arteri lanjut dan obesitas
Cardiac Output
D. Manifestasi Klinik
Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadang kala di epigastrium
dengan ciri seperti diperas, perasaan seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri
tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan, menjadi presentasi gejala yang sering
ditemukan pada NSTEMI. Analisis berdasarkan gambaran klinis menunjukkan
bahwa mereka yang memiliki gejala dengan onset baru angina/terakselerasi
memiliki prognosis lebih baik dibandingkan dengan yang memiliki nyeri pada
waktu istirahat. Walaupun gejala khas rasa tidak enak di dada iskemia pada
NSTEMI telah diketahui dengan baik, gejala tidak khas seperti dispneu, mual,
diaforesis, sinkop atau nyeri di lengan, epigastrium, bahu atas atau leher juga
terjadi dalam kelompok yang lebih besar pada pasien-pasien berusia lebih dari 65
tahun.
F.Pemeriksaan penunjang
1. Pada pemeriksaan Elektro Kardiogram (EKG)
Segmen ST merupakan hal penting yang menentukan risiko pada pasien.
Pada Trombolysis in Myocardial (TIMI) III Registry, adanya depresi segmen ST
baru sebanyak 0,05 mV merupkan prediktor outcome yang buruk. Kaul et al.
menunjukkan peningkatan resiko outcome yang buruk meningkat secara progresif
dengan memberatnya depresi segmen ST maupun perubahan troponin T keduanya
memberikan tambahan informasi prognosis pasien-pasien dengan NSTEMI.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Troponin T atau Troponin I merupakan pertanda nekrosis miokard lebih
spesifik dari pada CK dan CKMB. Pada pasien IMA, peningkatan Troponin pada
darah perifer setelah 3-4 jam dan dapat menetap sampai 2 minggu.
Stratifikasi Resiko
Penilaian klinis dan EKG, keduanya merupakan pusat utama dalam
pengenalan dan penilaian risiko NSTEMI. Jika ditemukan resiko tinggi, maka
keadaan ini memerlukan terapi awal yang segera. Karena NSTEMI merupakan
penyakit yang heterogen dengan subgrup yang berbeda, maka terdapat keluaran
tambahan yang berbeda pula. Penatalaksanaan sebaiknya terkait pada faktor
resikonya,
3. Skor Resiko
Newby et al. mendemonstrasikan bahwa strategi bedside menggunakan
mioglobin, creatinin kinase MB dan Troponin I memberikan stratifikasi risiko
yang lebih akurat dibandingkan jika menggunakan petanda tunggal berbasis
laboratorium. Sabatin et al. Mempertimbangkan 3 faktor patofisiologi yang terjadi
pada UA/NSTEMI yaitu :
- Ketidaksetabilan plak dan nekrosis otot yang terjadi akibat mikroembolisasi
- Inflamasi vaskuler
- Kerusakan ventrikel kiri
Masing-masing dapat dinilai secara independen berdasarkan penilaian
terhadap petanda-petanda seperti cardiac-spesific troponin. C-reactive
protein dan brain natriuretic peptide, berturut-turut. Pada penelitian TACTICS-
TIMI 18, dimana resiko relative, mortalitas 30 hari pasien dengan bio marker 0, 1,
2, dan 3 semakin meningkat berkali lipat 1,2. 1,5. 7, dan 13,0 berturut-turut.
Pendekatan petanda laboratorium sebaiknya tidak digunakan sendiri-sendiri tapi
seharusnya dapat memperjelas penemuan klinis.
G. Penatalaksanaan
Harus Istirahat di tempat tidur dengan pemantauan EKG guna pemantauan
segmen ST dan irama jantung.
Empat komponen utama terapi yang harus dipertimbangkan pada setiap pasien
NSTEMI yaitu :
- Terapi antiiskemia
- Terapi anti platelet/antikoagulan
- Terapi invasive (kateterisasi dini/revaskularisasi),
- Perawatan sebelum meninggalkan RS dan sudah perawatan RS.
a) . Terapi
a. Terapi Antiiskemia
- Nitrat ( ISDN )
- Penyekat Beta
Aktivitas Agonis Dosis umum untuk
Obat Selektivitas
Parsial Angina
b. Terapi Antitrombotik
- Antitrombotik (Streptokinase, Urokinase, rt-PA)
c. Terapi Antiplatelet
- Antiplatelet (Aspirin, Klopidogrel, Antagonis Platelet GP IIb/IIIa)
d. Terapi Antikoagulan
- LMWH (low Molekuler weight Heparin)
e. Strategi Invasif dini vs Konservasif dini
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membandingkan strategi
invasif dini (arteriografi koroner dini dilanjutkan dengan revaskularisasi
sebagaimana diindikasikan oleh temuan arteriografi) dengan strategi
konservatif dini (kateterisasi dan jika diindikasikan revaskulaisasi, hanya
pada yang mengalami kegagalan terhadap terapi oral/obat-obatan).
b) Perawatan untuk pasien resiko rendah
a. Tes stres noninvasif
b. Hasil tes menunjukkan gambaran resiko tinggi sebaiknya menjalani
arteriografi koroner dan berdasarkan temuan anatomis, revaskularisasi
dapat dilakukan
c. Arteriografi koroner dapat dipilih pada pasien-pasien tes positif tapi tanpa
temuan risiko tinggi
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. Pengkajian Primer
1. Airways
a. Sumbatan atau penumpukan sekret
b. Wheezing atau krekles
2. Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun
4. Disability
a. Kaji tingkat kesaddaran dengan menggunakan AVPU.
5. Exposure
a. Lakukan pemeriksaan kesehatan dan riwayat penyakit apabila
pasien stabil
b. Pasien dengn NSTEMI tidak diperbolehkan untuk mengendarai
kendaraan dalam 4 (empat) minggu
B. Pengkajian Sekunder
1. Aktifitas
Gejala :
- Kelemahan
- Kelelahan
- Tidak dapat tidur
- Pola hidup menetap
- Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda :
- Takikardi
- Dispnea pada istirahat atau aaktifitas.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah
tekanan darah, diabetes mellitus.
Tanda :
- Tekanan darah dapat normal / naik / turun
- Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri.
- Nadi dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur
(disritmia).
- Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal
jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel
- Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot
jantung
- Friksi ; dicurigai Perikarditis
- Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
- Edema
- Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum,
krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
- Warna pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau
bibir
3. Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati,
perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir
tentang keuangan , kerja , keluarga.
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.
4. Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5. Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah,
perubahan berat badan
6. Higiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
7. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau
istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
8. Nyeri atau ketidaknyamanan
Tanda dan Gejala
TUJUAN DAN
NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI (NIC)
(NOC)
DAFTAR PUSTAKA
Doenges.2000.Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien edisi 3.Jakarta: EGC
Harun S, Alwi Idrus 2006, dalam Sudoyo Aru W .Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam” ed. 4 jilid III.
Muttaqin, Arif.2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler Dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Yogyakarta:Nuha Medika
Taylor, Cynthia M., Ralph, Sheila Sparks.2011. Diagnosa Keperawatan Dengan
Rencana Asuhan Edisi 10. Jakarta: EGC