Esplora E-book
Categorie
Esplora Audiolibri
Categorie
Esplora Riviste
Categorie
Esplora Documenti
Categorie
Emzet.zaki@neuroUGM
3 4
Antiemetik ::metoclopramid 20 mg DWS, domperidon 10 mg: anak Frovatriptan (2x2,5 mg./ hari diberikan selama 6 hari masa menstruasi)
Alkaloid ergot : studi triptan>>ergot. Keuntungan ergotrekurensinya Zolmitriptan (2x2,5 mg/hari atau 3x2,5 mg/hari masa perimenstrual).
rendah. Penggunaan dibatasi 10 hari drug overuse headache yang cepat Migrain pada kehamilan
pada dosis yang sangat rendah. Obat: ergotmin taurat dan dihidroergotamine • Paracetamol Semua masa kehamilan
2 mg • NSAID trimester II
Triptan (5-HT 1B-1D antagonis) : migren sedang-berat tidak respon NSAIDs. S.C • Profilaksis: magnesium atau metoprolol (levelB)
lebih efektifefek terapetik 15 menit. Migren pada anak2 dan remaja
Komplikasi Migren o Ibuprofen 10 mg/kg BB
1. Migren kronis : serangan ≥15 hari perbulanya, lama > 3bulan o Paracetamol 15 mg/kg BB
2. Status migrenous : berlangsung > 72 jam
Emzet.zaki@neuroUGM
5 6
Tidak berkaitan dengan kelainan lain Opioid, ergotamin aeroso; 0,36-1,08mg, gabapentin atau topiramat,
Episodik frekuen : 10 episode timbul selama 1-15 hari/ bulan. Kronik≥15 methoxyflurance
hari/bulan PREVENTIFgagal tx abortif, serangan>15 tiap hari, bersedia minum obat dgn
4. Tatalaksana : e.s obat
Akut : aspirin 1000/ hari, asetaminofen 1000mg/ hari, NSAIDs (naproxen 660- Prednison 40-70mg/hari, Tpp.of/3 hari dlm 11 hrmuncul lagistabilisasi
750mg/hr, ketoprofen 25-50 mg/hari, tolfenamic, asmef, fenoprofen, dosis
ibuprofen 800mg/hr, diclofenac 50-100 mg/hr) kafein 65 mg, kombinasi aspirin Ergotamin tartate:1-2 tablet 0,5-1jam sblm serangan
325mg+ asetamibofen+ kafein 40 mg. Capcaisin: 2 tetes di nostril, ulang tiap hari5hr
Kronis: antidepresan trisiklik amitriptilin, antiansietas Bensodiazepin, Methysergide 1-2mg, 2-3x/hari
butal-butal ulit dikontroldpt mmperburuk NK CPZ 75-700 mg/hari
SERANGAN AKUT
Sumatriptan 6mg sc15 menit perbaikan
O2 100% 7LPM dlm 20 mnt
1. Definisi : Ergotamin tartat sublingual 1mg tiap 5mnt
NK hebat, unilateral di orbita, supraorbita, temporal atau kombinasi, 15-180 Ergotamin oral 1-2mg, tetes hidung lidocain, inhalasi lidocain 4%
menit, 1x/2hari-8x/hari. KRONIS
Injeksi konjungtival, lakrimasi, kongesti nasal, rhinorhea, keringat di kening Ergotamin, methysergide, lithium carbonate 360-600mg/hari bbrp
dan wajah, miosis, ptosis, edema palpebra, gelisah, agitasi. minggu 900 mg/hari, verapamil 120-200 mg/hari, inj.lidocain di regio
2. Patofisiologi : disfungsi hipotalamus dengann menghasilkan perubahan ritme n.ocipital mayor ipsilateral diikuti inj depomedrol 160 mg perbaikan untuk
sirkadian. Perubahan hipotalamus dikontrol oleh kortisol, prolaktinm 5-7 hari.
testoteron, GH, LH, endorphin, melatonin. PROFILAKSIS KLASTER KRONIS
3. Klasifikasi : Verapamil 120-160mg 3-4x/hari, bisa dengan nimodipin 40-120 mg/hari
Klaster episodik :2 periode klaster dalam 7hari-1tahun,dipisahkan periode Steroid, lithium 300-1500 mg/hari, methysergide 4-10 mg/hari, divalproat
remisi > 1bulan sodium,CPZ, Clonidin transdermal atau oral. Ergotamin tartat 2mg 2-3x/hari,
Klaster kronis: serangan berulang >1tahun tanpa disertai remisis yg indometasin 150 mg/hari, opoid
berlangsung< 1bulan
Pilihan pertama :
Emzet.zaki@neuroUGM
7 8
8
Emzet.zaki@neuroUGM
9 10
2. Opioid: kodein, morfn, fentanil, oksikodon, hidromorfonm metadonm
levorfanol
NYERI 3. Simptomatik: fentolamin, klonidin, prazosin, fenoksibenzamin
4. Benzodiazepin: klonazepam
5. Kortikosteroid
(Konsensus Nasional 1) 6. Spasmodik atau muscle relaxan: baklofen, eperison HCL, tizanidin,
N yeri Neuropatik
1. Mekanisme Perifer
Aktivitas ektopik spontan
karisoprodol, kloroksazon
Terapi analgetik adjuvan:
1. Antikonvulsan: pregabalin, gabapentin, karbamasepin, okskarbasepin,
fenitoin, valproat, lamotigrin
2. TCA: amitriptilin, imipramin, doksepin, nortriptilin
Sensitisasi nosiseptor
Sprouting kolateral neuron aferen primer 3. Antidepresan baru : SNRI duloxetin, vanlafaxin. SSRI maproptilin,
Ephatic conduction paroksetin, fluoxetin, sertralin, trazodon.
Perubahan pada ekspresi saluran ion 4. Anestesi lokal
Sprouting neuron simpatetik ke dalam ganglion radiks dorsalis Terapi farmakologis invasif
Sensitivitas katekolamin 1. Blok saraf
Rangsangan pada nervi nervorum 2. Neurolitik
2. Mekanisme sentral 3. Radiofrekuensi dan stimulasi medspin
Sensitisasi sentral
Reorganisasi spinal
Reorganisasi kortikal
Hilangnya kontrol inhibisi Nyeri paroksismal beberapa detik - < 2menit
Peningkatan jumlah reseptor Nyeri sepanjang inervasi cabang n V
Perubahan pad gene related C-fos Awitan tiba2, berat, tajam, panas atau kesetrum, superficial
Lepasnya muatan episodik pada neuron nosiseptif kortikal Alodinia
Manifestasi klinis Diantara dua serangan tidak ada rasa nyeri, jika ada hanya nyeri ringan/ tumpul.
1. Nyeri spontan :nyeri persisten, nyeri paroksismal Penunjang dilakukan atas indikasi (intractable) MRI/MRA, CT Scan dan
2. Nyeri dengan stimulus : alodinia, hiperalgesia, hiperpatia neurofisiologi
Terapi:
3. Defisit sensorik : hipoestesia, hipoalgesia
- Lini I; Carbamazepin 200-1200 mg/hari (level A), Oxcarbamazepin 600-1800 mg/hari
4. Gejala penyerta: insomnia, cemas, depresi (level B)
PENATALAKSANAAN NYERI NEUROPATIK - Lini II: baclofen, lamotigrin, pimozide (level C)
A. Farmakologis - Invasi nonbedah
1. Analgetik, non opioid 1. Blok saraf trigeminal perifer
Asetaminofen, tramadol 2. Radiofrekuensi
AINS : Nonselektif COX inhibitor: asam asetil salisilat, ibuprofen, diklofenak, 3. Komprensi balon
asmef, piroksikam, naproksen, ketoprofen, ketorolak, indometasin, 4. Radiosurgery (Gama knife)
- Operasi : dekompresi mikrovaskuler
tenoksikam, meloxicam, etodolak, deksketoprofen
Selektif COX inhibitor: celecoxib, etoricoxib -
-
Emzet.zaki@neuroUGM
12
11
NEURALGIA GLOSOFARINGEAL Pemeriksaan penunjang : 12
Nyeri hebat, paroksismal, berulang secara episodik didaerah distribusi sensorik CT scan/ MRI terlihat masa
N. IX, N.X berlangsung beberapa detik-menit, dirasakan seperti tertusuk, Angiografi karotis untuk menyingkirkan aneurisma
tersengat listrik didaerah tonsil, sepertiga posterior lidah, unilateral. Terapi : kortikosteroid membaik 72 jam
Timbul spontan, dipicu aktivitas batuk, tertawa, menguap, berbicara, menelan, RAMSAY HUNT SYNDROME
bersin, menoleh ke satu sisi, sentuhan pada tragus. = Herpes Zoster Oticus, Neuralgia Genikulata, Neuralgia nervus intermedius
Penunjang: MRI/MRA intractable Nyeri didaerah telinga (otalgia) terkait ruam pada kulit liang telinga luar dan daun
Tx = neuralgia trigeminal telinga ipsilateral dan atau ruam pada membran mukosa orofaring disertai paresis
Invasif nonbedah: blok saraf dan radiofrekuensi fasialis unilateral
Bedah: rhizotomy Tanpa ruam Zostersine herpete.
NEURALGIA OKSIPITAL Diagnosis :
- Nyeri paroksismal daun telinga menjalar dari dalam-ke luar daun telinga
Nyeri terasa menusuk, paroksismal pada distribusi n. Oksipital mayor dan atau
- Asimetri wajah
n.oksipital minor atau n.spinal servicali 3, kadang2 disertai ggn sensasi atau
- Pengecapan lidah bagian depan berkurang
disestesia di area yg terlibat tersebut.s
- Tinitus, penurunan pendengaran ipsilateral
Kriteria IHS :
- Vertigo
1. Nyeri mencengkram, paroksismal dengan atau tanpa nyeri persisten
- Ruam di telinga dan mulut
diantara nyeri paroksismal tersebut, pada distribusi saraf oksipital mayor,
minor atau saraf spinal C-3 Penunjang (atas indikasi):
- Hitung lekosit, LED, Elektrolit serum, Serologi, PCR
2. Nyeri tekan di atas saraf yg terlibat
- Audiometri: SNHL
3. Nyeri secara temporal dapat diredakan dengan blok anestesi lokal pada
- ENG : unilateral caloric weakness
saraf tersebut.
- LP, CT Scan, MRI, MRA. MRI gandolinum enhancement pada N VI, N.VIII
Pemeriksaan penunjang:
- Rontgen foto vertebra servical atau MRI servical Penatalaksanaan :
- Tx dimulai 72 jam awitan
- Blok nervus oksipital
- Aciclovir 5x800 mg (7-10 hari)
Terapi:
- Kortikosteroid oral 1-2 minggu, turun dosis setelah 1-2 minggu
1. Farmakologis : NSAID, muscle relaxan, TCA, antiepilepsi karbamazepin,
pregabalin, gabapentin, valproat - Vestibular suppresant
- Karbamazepin, oksikodon CR
2. Non farmakologis: tx fisik, relaksasi, biofeedback
- Anestesi lokal
TOLOSA HUNT SYNDROME
Kriteria dx: BRAKHIALGIA nyeri bahu, lengan
1. Nyeri orbita unilateral sekali atau lebih secara episodik menetap dalam Nyeri mulai bahu, lengan, lengan bawah dan tangan, kadang disertai transient
beberapa minggu jika tidak diterapi paresthesia yg tjd malam hari
2. Paresis satu atau lebih n. III, IV, VI atau terdapat granuloma pada pemeriksaan Nyeri radiks dorsalis: C4-T1, pleksus brakhialis, fasikulus atau bagian proksimal
MRI atau biopsi saraf tepi.
3. Paresis bersamaan onset nyeri dalam 2 minggu Terapi: tergantung etiologi
4. Nyeri dan paresis membaik dalam 72 jam apabila diterapi adekuat dgn Fozen shoulder, kapsulitis adhesiva
kortikosteroid
FR: DM, stroke, penyakit paru, AR, peny.jantu, tiroid, osteoporosis
5. Penyebab lain disingkirkan
3 stadium:
Emzet.zaki@neuroUGM
13 14
- Std Freezing (nyeri): ROM terbatas LOW BACK PAIN
- Std frozen/ adhesiva: bahu kaku, ROM menurun 1. Non spesifik
- Std thawing/ recovery: ROM membaik - Usia 20-55thn
Terapi: NSAID, inj.kortikosteroid, fisioterapi, operatif - KU pasien baik
CARPAL TUNNEL SYNDROME - Nyeri pada daerah paha, pantat, lumbosakral
Penekanan n.medianus oleh lig.karpal transversa, didalam terowongan pada - Nyeri mekanik
pergelangan tangan. 2. NPB karna gangguan neurologis
Gejala: rasa tebal, gatal, atau terbakar pada ibu jari, telunjuk dan jari tengah.-- - Nyeri radikuler
> n.medianus - Nyeri menyebar sampai bawah lutut, tidak hanya paha bagian belakang
Nyeri pada tangan, pergelangan tangan, lengan dan pundak, kehilangan - Riw.nyeri/ kesemutan yg lama
kekuatan meremas dan atropi otot tenar, meningkat di malam hari. - Tanda laseque positif
Pemfis: tes phalen, tes tinnel, tes durkan. - Ggn vegetatif, sadel anestesi
Tes durkan carpal compression test memberikan tekanan yg keras pada - Kelemahan tungkai
telapak tangan diatas saraf selama 30 detik gejala. 3. NPB krn penyakit spinal serius (RED FLAGS)
Terapi: kortikosteroid, NSAID, meticobalamin, inj. Kortikosteroid lokal. - Usia< 20tahun atau > 55tahun
Non farmakologis: splinting atau brachingfiksasi pergelangan tangan, - Riw/trauma, karsinoma, penurunan BB tanpa penyebab jelas
modivikasi aktivitasm streching, massage, ultrasound - Pemakaian obat2an imunosupresan/ kortikosteroid sistemik
Bedah: surgical release dari lig. Karpi transversum - Penyalahgunaan obat/ narkoba
Pertimbangan bedah jika medis tidak berhasil menghilangkan gejala setelah - Riwayat febris/ ISK
2-7minggu. Pemeriksaan Penunjang
CUBITAL TUNNEL SYNDROME Imanging: foto polos, MRI/ CT scan
Jebakan n.ulnaris Lab: LED, CRP, darah tepi faktor rematoid, alkali fosfataseserum, kalsium
Nyeri lengan dan tangan , gangguan fs motorik dan sensorik. Penatalaksanaan :
Parestesi jari manis dan kelingking PCT, OAINS selektif, nonselektif, relaksan, opioid, injeksi titik picu
Tes fleksi siku: siku difleksikan 1200 pertahankan 3 menit nyeri(+) (steroid+lidokain), injeksi epidural
Tes penekanan n.ulnaris penekanan n.ulnaris 30 detik Tx NBP kronik: analgetik+ relaksan otot
Tes tinnel menentukan lokasi jebakan. Antikonvulsan pregabalin, gabapentin, karbamazepin, okskarbamazepin,
DD: cervical disc disease radiks C8 (C7-T1), thoraxic outlet syndrome, fenitoin, antidepresan, alfa bloker klonidin, prazozin; opioid
kompresi n.ulnaris (guyon’s canal syndrome) Kombinasi pregabalin + celecoxib lebih efektif menurunkan skor nyeri pada
NPB dibandingkan monoterapi (Romano et al., 2009).
Non farmakologis: teapi latihan, khiropraktik, tirah baring, korset lumbal,
RADIAL TUNNEL SYNDROME kompres hangat
Resistant tenis elbow Rehabilitatif : TENS, korset lumbal, terapi latihan, akupuntur, CBT dan
RTSKompresi n. Interoseus posterior (PIN) pd septum intermuskularis laterale progressive relaxation
Supinatore syndromekompresi arkus froshe Pembedahan:
Innervasi m.interoseus post - 1 bulan konservatif tidak ada perbaikan
Nyeri diatas siku, 4 cm dibawah prominentia tlg - Iskhialgia menatap atau bertambah berat, Gangguan vegetatif
Px fleksi jari telunjuk, pergelangan tangan dan jari tangan diluruskan nyeri ( - Bukti klinis terganggunya radiks
Tx: NSAID, tidak hilang dlm 12 mgg pembedahan - Kelemahan otot tungkai bawah
Emzet.zaki@neuroUGM
15 16
NEUROPATI DIABETIK
CRPS
CRPS tipe I: Reflex Sympathetic Dystrophy, Sympatetic Maintained Pain,
Klinis: nyeri terbakar, ditusukm ditikam, kesetrum, disobek, tegang, diikat, Sudeck’s atrophy, post traumatic painful osteoporosis, post traumatic
alodinia, hiperalgesia, disestesia, simetris. Vasomotor Syndrome, Transient Osteoporosis, Migratory Osteolysis,
Motorik: ggn koordinasi, paresis distal atau proksimal Shoulder-Hand Syndrome
Otonom: ggn berkeringat, sensasi melayang, sinkope, mengompol, - Nyeri difus pada ekstremitas seperti terbakar, nyeri dalam spontan
disfungsi seksual (berdenyut, ditekan, menyentak) akibat trauma atau stimulasi noksius
ND DM1> 5tahun dan semua DMT2 yg menyebabkan kelainan :
Terapi : 1. Sensorik: hiperestesia, hiperalgesia, alodinia
- Kendlalikan gula, HbA1C < 7% 2. Mototrik: kelemahan, tremor, kaku persendian
- Pregabalain, duloxetin rekomendasi FDA lini I 3. Otonom: perubahan aliran darah, suhu lokal hangat/ dingin, warna
- Gabapentinf, karbamazepin, okskarbasepin kulit merah/pucat, hiper/hipohidrosis, edema
- NSAID, tramadol, tramadol+asetaminofen 4. Trofik : atrofi otot, osteopenia, artropati, kulit licin, kuku rapuh,
- Antidepresan: amitriptilin, imipramin, duloxetin perubahan pertumbuhan rambut. Bisa ggn psikologik.
- Antiaritmik: mexiletine CRPS tipe II- causalgia : nyeri seperti terbakar disertai alodinia, hipestesi,
- Topikal: capcaisin parestesia dan hiperpatia yg sesuai dgn dermatom atau distribusi saraf tepi
POST HERPETIC NEURALGIA yg disertai kelemahan otot, menyebabkan kelainan spt CRPS tipe I.
Penatalaksanaan : Tipe I tidak mengenai saraf perifer maupun sentral, tidak sesuai dgn klinis
TCA: amitriptilin, nortriptilin, maproptilin, desiramin dan distribusi sarafnya
Antikonvulsan: pregabalin, gabapentin, valproat Tipe II didahului ggn/ lesi saraf perifer atau sentral, klinis sesuai dgn
Opoid: long actng, tramadol distribusi saraf.
Topikal: lidokain patch, kapsaisin Kriteria Diagnosis CRPS:
Injeksi MP intratekal 1. Nyeri kontinu seperti terbakar yg tdk sesuai dgn kejaian yg mendahuluinya.
National Guidline Clearing house 2. Minima 1 keluhan dari:
- Analgetik: PCT, NSAIDs, tramadol - Hiperalgesia, hyperestesia, alodinia atau kombinasinya
- TCA: dimulai 2 hari awitan selama 90 hari - Perubahan kulit suhu lokal hangat/ dingin, warna kulit merah/pucat,
- Antiviral oral: mulai 72 jam awitan ruam zoster: atau kombinasinya
Asiklovir 5 x 800mg selama 7-10 hari - Perubahan kulit mjd hiper/hipo-hidrosis, edema kulit tipis mengkilap
Famsiklovir 3 x 500 mg (7hari) atau kombinasinya.
Valasiklovir 3 x 1 gr (5-7hari) - Menurunya luas gerakan sendi, motor parese, distonia, tremor, ggn
Imunokompromise: asiklovir 10-12,5 mg/kgBB/ 8jam (7hari) trofik rambut menghilang atau kuku mnjd rapuh atau kombinasinya
Preventif: vaksin VZV usia ≥60 thn 3. Minimal 1 pemeriksaa dlm 2 dari 4 kriteria px berikut:
- Pinprick hyepralgesia, brush evoked painm hyperalgesia/ alodinia to
deep somatic pressure
- Suhu kulit asimetri (min beda 1,10C), warna asimetri (merah/pucat)
- Px kulit hiper/hipo-hidrosis, edema kulit tipis mengkilap
- Px luas menurunya gerakan sendi, motor parese, distonia, tremor, ggn
trofik rambut menghilang atau kuku mnjd rapuh.
Emzet.zaki@neuroUGM
17 18
4. Tidak ada dx lain yg menerangkan keluhan dan tanda2 tersebut. - Gejala minimal 3 bulan
Stadium CRPS tipe I - Tidak didapatkan kelainan lain yg dpt menjelaskan timbulnya nyeri.
- Std I : fase akut (1-3bulan) Nyeri, bengkak, kulit kering, pertumbuhan Penalaksanaan
kuku, rambut
- Std 2: fase distrofik (3-6 bulan) pembengkakan meluas, perubahan warna, 1. Farmakologis
pertumbuhan kuku, rambut menurun, perubahan struktur tulang, kekakuan TCA (amitriptilin)
otot/ sendi Alpha-2 delta ligands (pregabalin, gabapentin)
Stadium 3: atrofik (perub irreversible) nyeri menetap, perub.jar.menetap,
-
kelemahan otot, mobilisasi terbatas, kontraktur, depresi dan perubahan
SSRI, SNRI, Tramadol
mood 2. Nonfarmakologis
Terapi : CBT, olahraga kardiovaskular, akupiunctur, hipnoterapi
- Anti depresan: TCA, SSRI (paroxetine) Biofeedback, relaksasi, hidrofisioterapi
- Antikonculsan/ antiaritmik : CCB, phenitoin, LMT, Mexiletine, Valproat,
clonazepam, gabapentin, Lidocain
- Opioids: Long acting : control release, oxycodone, morphine, metadhone,
Transdermal opioids (fentanyl), Intraspinal oioid
- Simpatolitik: Adrenegik receptor blocker, Alpha-2 agonis, topical agents
- Lain2: kortikosteroid, nifedipin, Calcitonin, Baclofen, NSAIDs.
NYERI SENTRAL
Ggn otak korteks serebri, talamus, batang otak,
Penyebab: vaskular: infark, hemoragik, aneurisma, AVM
Penunjang: EEG, evoked potensial HCTS, MRI, angiografi, sonologi
Terapi :
- TCA banyak diteliti, hasil cukup baik
- SSRI belum banyak diteliti. SNRI duloxetin
- Antikonvulsan: pregabalin, gabapentin, fenitoin, karbamazepin,
klonazepan, valproat, LMT
FIBROMIALGIA
Sindrom nyeri yg bermanifestasi sbg nyeri kronik muskuloskeletal non artikuler
tersebar luas (chronic widesprain) tanpa ditemukan kelainan pada sist.
Muskuloskeletal.
Widespread pain: nyeri aksial, nyeri sisi kanan dan kiri tubuh, nyeri segmen
atas dan bawah tubuh.
Kriteria dx (ACR 2010):
- WPI ≥ 7 dan skor symptomp severity (SS) ≥5 atau WPI≥ 3-6, SS≥ 9
Emzet.zaki@neuroUGM
19 20
Ambang fungsional 50 – 60 cc/100 g otak/mnt
Ambang aktivitas listrik 15 cc/100 g otak/mnt
Ambang kematian sel kurang dari 15 cc/100 g otak/mnt
35-40 cc kehilangan fungsi
• Sirkulasi anterior:
– A. Karotis komunis 15-18 cc aktivitas listrik otak terhenti
– A. Karotis interna Aspek BIomolekuler
– A. Serebri media Kerusakan neuron pada ICH e.c. ekstravasasi darah ke massa otak nekrosis
– A. Serebri anterior krn zat proteolitik
• Sirkulasi posterior Stroke iskemik disintegrasi struktur sitoskeleton krn neurotransmitter
– A. Vertebrobasilar eksitotoksik bocor pada hipoksia akut
– A. basilaris Karakter kematian sel daerah penumbra: nekrosis & apoptosis
• Sirkulus Willisi Deplesi energi krn O2 & glukosa turun pompa ion gagal akumulasi Na
1. Anterior: a. Serebri media, a. Serebri anterior & a. Komunikans & Cl intraseluler + masuknya H2O edema sel
anterior Edema pada iskemik (5 menit setelah iskemia):
2. Posterior: a. Serebri posterior Sitotoksik
3. A. Komunikans posterior menghubungkan a. Serebri media & a. Vasogenik
Serebri posterior
Metabolisme glukosa anaerob asidosis laktat perburukan sel sehat
A. Serebri anterior medial
hemisfer cerebri, frontal superior,
parietal superior
A. Serebri media frontal
GUIDLINE STROKE 2011
inferior, parietal inferolateral,
PENCEGAHAN PRIMER STROKE
temporal lateral
A. Serebri posterior oksipital, temporal medial Rekomendasi
Sirkulasi posterior batang otak 1. Hipertensi: JNC 7: TDS <140, TDD<90mmHg
A. Vertebralis a. Perforating medial & lateral medulla oblongata HT pada DM, ginjal --> T 130/80
A. Basilaris a. Perforating medial & lateral pons & mesensefalon Tx: ACEI/ ARB
PICA, AICA, a. Cerebellar superior cerebelum 2. AF: skrining pd usia>65 tahun
A. Lentikulostriata kecil basal ganglia Adjusted dose warfarin (target INR 2-3AF nonvalvular) dgn risiko tinggi
dan sedang (class I LE: A)
A. Perforating thalamogeniculata thalamus
Aspirin :AF risiko rendah dan penderita risiko sedang dengan pertimbangan
4. A. Lenticulostrata anteromedial / a. Heubner Capsula interna
pilihan penderita, risiko perdarahan, tersedia fasilitas pemantauan
Cabang pertama a. Karotis internal: a. Oftalmika antikoagulan (Cls I, LE:A)
Cabang pertama a. basilaris: a. Cerebellar anterior inferior (AICA) AF yg tdk dpt menerima antikoagulan bs diberikan aspirin (ESO, CLs I, LE:
Medial a. Cerebral posterior & a. Cerebellar superior n. III; lateral: n. VI A).
Aneurysm disitu gangguan N. III & VI AF dgn katup prostetik: antikoagulan jk pnjg INR 2-3.
Fisiologi Otak Warfarinpaska AMIdgn ST elevasi, STEMI
CBF normal/ daya cadang 50,9 cc/100 gram otak/ menit
Emzet.zaki@neuroUGM
21 22
3. Dislipidemia Pemantauan def.neurologis, vital sign, SpO2 dianjurkan dlm 72jam pada
LDL>150 modifikasi gaya hidup dan statin pasien dgn defisit neurologis yang nyata
4. Asymptomatic Carotid stenosis Pemberian O2 SpO2<95%
Revaskularisasi karotis melihat kondisi komorbid, harapan hidup dan Ventilasipenkes atau disfungsi bulbar
faktor individu ETT/LMAhipoksia (PO2<60mmHg atau PCO2>50mmHg) atau syok pada
Aspirin direkomendasikan pada CEA sepanjang tidak ada kontraindikasi pasien yang berisiko tjd aspirasi
(AHA?ASA Cls I, LE C) Pipa ET tidak boleh lebih dari 2minggu, jika lebihtrakeostomi
CEA profilaksis dapat dilakukan pada penderita stenosis arteri karotis 2. Stabilisasi hemodinamik
asimptomatik dengan seleksi ketat (minimum 60% dgn angiografi, 70% Beri kristaloid/kolodi jgn hipotonik (glukosa)
dengan dopler ultrasound) CVC 5-12 mmHg
Stenting arteri karotis profilaksis pada penderita asimptomatis craotid TD<120mmHgvasopresor titrasidopamin dosis sedang/tinggi,
stenosis dipertimbangkan dengan seleksi ketat (≥60% pd angiografi,≥70% noreprinefrin/epinefrin, target sistolik 140mmHg
dgn USG dopler, >80% pd CTA/MRA) 3. Pengendalian PTIK
Manfaat CAS sebagai pengganti pada penderita asimptomatik dgn risiko Monitor TIKGCS<9, penkes krn PTIK
tinggi untuk pembedahan tidak jelas. Target TIK <20mmHg, CPP>70mmHg
5. ASPIRIN Posisi 20-30, hindari penekanan v.jugular,hindari hipotonis, hindari
Aspirin untuk pencegahan CVArisiko tingginilai risiko kejadian 10 hipertermia, jaga normovolemia
tahun kedepan 6-10% (AHA/ASA cls I, LE A) Osmoterapi : manitol 0,25-0,5gr/kgBB, selama 20 menit, diulang setiap 4-
Aspirin 81mg/hari atau 100mg/2harimencegah stroke 6jamtarget≤310 mOsm/L. Osmolalitas sebaiknya idperiksa 2x dalam
Aspirintdk bermanfaat pd inndividu dgn risiko rendah sehari selama pemberian osmoterapi
Antiplatelet selain aspirin tidak direkomendasikan untuk pencegahan Bila perlufurosemid initial dose 1mg/kgBB
primer stroke (ESO Cls IV, GCP). Intubasinormoventilasi (pCO2 35-40 mmHg)pro op
Drainase ventrikularhidrosefalus akut akibat stroke iskemik serebellar
Dekompresiiskemik serebelar yang menimbulkan efek masa.
SKOR CHADS 4. Transformasi hemoragiktx = hemoragik
Skor lev.risiko score rate rekomendasi 5. Pengendalian kejang
0 low 1%/thn aspirin 75-325mg/hr Diazepam 5-20mg diikuti fenitoin 15-20mg/kg dlm kec max 50 mg/menit.
1 low-mod 1,5%/thn warfarin (INR 2-3) Stroke hemoragikantikejang s/d 1 bulang, hentikan bila tidak ada kejang
Atau aspirin + slm pengobatan (AHA/ASA clas V,LE C)
2 moderate 2,5%/thn warfarin (INR 2-3) +
3 High 5%/thn warfarin (inr 2-3) ++ KEDARURATAN MEDIK STROKE AKUT
≥4 very high >7%/thn - 1. Tekanan Darah
+pertimbangan preferansi/pilihan penderita, risiko tjd perdaraha n. Stroke iskmik akut TDS>220 / TDD> 120 turunkan 15% dlm 24jm prtm
++bila usia >75thn, target INR 1,6-2,5 stlh awitan.
rtPA TDS<185, TDD<110, maintenance TDS<180,TDD<105 stlh 24 jam
paska rtPA.
PENATALAKSANAAN UMUM STROKE AKUT OAH: labetolol, nitropaste,nitropusid, nikardipin, atau diltiazem i.v
1. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan Stroke hemoragik; TDS>200, TDD>150 turunkan dg OAH
IV,pantau/5mnt
Emzet.zaki@neuroUGM
23 24
TDS>180 atau MAP>130 tanpa tanda PTIK turunkan hati2, pantau/15mnt Kontraindikasi heparin infark>50%, hipertensi tidak terkontrol,
hingga MAP 110 mmHg atau TD 160/90 mmHg. perubahan mikrovaskuler otak yang luas.
SH dgn TDS 150-220turunkan hingga TDS 140 cukup aman, post 2. Antiplatelet
kraniotomi MAP 100 Aspirin 325mg dalam 24-48jam setelah awitan stroke akut dianjutkan (IA)
OAH :Beta bloker (labetolol, esmolol), Ca channel bloker (nikardipin, Jika rencana rtPAaspirin tidak boleh diberikan
diltiazem) Aspirin 24 jam setelah trombolitik tidak direkomendaikan.
SAH aneurisma TDS 140-160mmHg untuk cegah SAH ulang. TDS 160- CPG saja atau kombinasi dengan aspirin pd stroke iskemik akut tidak
180cegah vasospasme direkomendasikan (IIIA), kecuali pasien dengan indikasi spesifik misalnya
CA chanel bloker (nimodipin)perbaiki keluaran fungsional jika tjd angina pectoris tidak stabil, non-Q wave MI, atau recent stenting, pengobatan
vasospasme, terapi hiperdinamikvasospasme harus diberikan sampai 9 bulan setelah kejadian (IA).
PENATALAKSANAAN GULA DARAH CEA pd stroke iskemiktidak dianjurkan
1. Hindarai gula darah>180 mg/dlinfus salin dan hindari lar.glukosa 24jam I Neuroprotektan :belum dianjurkan (IIC), ICTUSciticholin 2x1000mg i.v 3 hari
stlh stroke dilanjutkan dengan 2x1000 mg oral selama 3 minggu.
2. Hipoglikemia<60 mg/dlbolus dekstrose atau infus glukos 10-20% s/d 80- Cerebral Venous Sinus Trombosis
110 mg/dl Faktor risiko berdasarkan international study on cerebral vein and dural sinus
trombosis (ISCVST)10 faktor risiko terbanyak : kontrasepsi oral, trombofilia,
PENATALAKSANAAN HIPONATREMIA masa nifas, infeksi ssp, infeksi organ2 wajah, infeksi lainya, ggn
Natrium <120 mEq/L NaCl 0,9% 2-3 L/hari, NaCl hipertonik 3% 50 ml hematologi:anemia, trombositemia, polisitemia, obat2an, keganasan,
3xseharu bila perlu. Maksimal 0,5 mEq/L/jam, tidak melebihi 130 mEq/L dlam kehamilan, presipitasi mekanik(cedera kepala), vaskulitis.
48jam pertama. Terapi: antitrombotik, simptomatik, terapi penyakit dasar.
Fludrocortisone acetate dan cairan hipertonik untuk koreksi hiponatremia. UFH atau LMWH direkomendasikan untuk diberikan walaupun terdapat infark
Dosis 0,4mg dlm dextrose 5% iv 2x sehari. hemoragik (IIB), dilanjutkan antikoagulan 3-6bulan, diikuti dengan antiplatelet
Restriksi cairaneuvolemia (IIC).
PENATALAKSANAAN SPASTISITAS PERDARAHAN INTRASEREBRAL
o Inj. Toksin botolinum direkomendasikan untuk spastisitas paska 1. Diagnosis :HCTS, CTA dan CT kontras dpt dipertimbangkan untuk membantu
strokmanfaat masih diperdebatkan (ESO, Class II, LE B) mengidentifikasi pasien dgn risiko perluasan hematoma (IIB). Bila secara
o Antispastisitas oral: tizanidine, dantrolene, baclofen, diazepam tidak klinislesi struktural :malformasi dan tumor CTA, venografi CT, CT kontras,
direkomendasikan untuk pemakaian rutin (SIGN, LE I). Tolperison mengurangi MRI kontras, MRA, venografi MR (IIB)
spastisitas stroke (SIGN,LE I) 2. Tatalaksana: Def.faktor koagulasi/ trombositopeni penggantian faktor
HIDROSEFALUS AKUT (OBSTRUKSI) koagulasi atau trombosit (IC)
Dpt tjd setelah hari pertama, namun lebih sering pada 7 hari pertama, Perdarahan dan peningkatan INR terkait OACjgn diberikan warfarin,
dianjurkan ventrikulostomi atau drainase eksternal ventrikel (AHA/ASA clas mengganti vit K dependen factor, dan koreksi INR serta mendapat vit K I.V
IV,LE C) (IC)
Hidrosefalus kronik (komunikan) sering terjadi setelah PSA VP shunt (IB) Konsentrat kompleks protombin tidak lebih baik dari FFP, konsentrat
kompleks protombin dpt mengurangi komplikasi dibanding FFP, dapat
PENATALAKSANAAN KHUSUS STROKE AKUT dipertimbangkan sebagai alternatif FFP (IIB).
1. Antikoagulan: tidak direkomendasikan pd stroke iskemik akut Gangg.koagulasi:
Inisiasi pemberian antikoagulan dlm jangka waktu 24 jam bersamaan
dengan rtPA iv tidak direkomendasikan.
Emzet.zaki@neuroUGM
25 26
vit K 10 mg IVpeningkatan INR diberikan dalam waktu yang sama dengan Cliping atau endovaskular coiling->direkomendasikan untuk mengurangi
terapi lain karena efek akan timbul 6 jam kemudian, kecepatan pemberian perdarahan ulang stelah ruptur aneurisma pada PS (IB), hasil tidak berbeda
<1 mg/mnt untuk meminimalkan risiko anafilaksis. dngn operasi yang ditunda.
FFP 2-6 unitkoreksi def.faktor pembekuan darahmemperbaiki INR Early atau ultra eraly diajurkan pada derajat lebih baik serta lokasi
atau aPTTmengganti kehilangan faktor koagulasi aneurisma yg tidak rumit.
Faktor VIIa rekombinan dapat membatasi perluasan hematoma pada Endovaskular coiling lebih bermanfaat
pasien ICH tanpa koagulopati, risiko kejadian tromboemboli akan Incomplete clipped risiko tinggi perdarahan ulang, operasi obliterasi
meningkat dengan faktor VIIa rekombinan dan tidak ada keuntungan nyata aneurisma scr komplit dianjurkan kapan saja bila memungkinkan
pada pasien yang tidak terseleksi. 9. Pencegahan dan tx vasospasme
Efek heparin protamin sulfat 10-50mg iv dalam waktu 1-3 menit (IB). Nimodipin mulai 1-2 mg/jam IV pada hari ke-3 atau 60mg/6jam oral
Prosedur/operasi GC<8 dengan tanda klinis herniasi transtentorial, atau selama 21 hari.
dengan perdarahan intraventrikuler yang luas atau Pertahankan euvolemia, hindari hipovolemia
hidrosefaluspenanganan u/ pemantauan TIK. Tekanan perfusi Vasospasme triple H (hypervolemic, Hipertensi-Hemodilusi)
dipertahankan 50-70 mmHg mempertahankan tekanan perfusi serebral, cegah iskemik (IIB)
Hidrosefalusdrainase intraventrikuler pd pasien dengan penkes Gagal tx konvensionalangioplasti transluminal dianjurkan untuk tx
Evakuasi hematom: vasospasme
Perdarahan serebelar yang mengalami perburukan neurologis, atau tdp TX vasospasme:
kompresi batang otak, atau hidrosefalus akibat obstruksi ventrikeloperasi Pencegahan vasospasme
evakuasi bekuan darah secepatnya (IB) 1) Nimodipin 4x60 mg
Bekuan darah di lobus>3 ml, dan tdp 1 cm dari permukaan evakuasi 2) Nacl 3% IV 50 ml 3x sehari (hati2 komplikasi central pontine
perdarahan intrakranial supratentorial dgn kraniotomi standar dpt myelinolisis)
dipertimbangkan (IIB) 3) Jaga keseimbangan elektrolit
PERDARAHAN SUBARACHNOID Delayed vasospasme
1. PSAHCTStidak ada kelainan LP (IB) 1) Stop nimodipin, antihipertensi, diuretik
2. Aneurismaangiografi serebral, jika tidak dapat dilakukan MRA atau CT 2) Beri 5% albumin 250 ml IV
angiografi (IB) 3) Bila memungkinkan pasan swan-ganz dan usahakan wedge pressure
3. Tatalaksana PSA grade I&II Hunt & Hess 12-14 mmHg
Identifikasi dan atasi nyeri kepala sedii=ni mgkn 4) Jaga cardiac index 4L/mnt/sg.meter
Posisi kepala ditinggikan 300 ,o2 3-4 l/m 5) Beikan dobutamin 2-15 ug/kg/min
4. Tatalaksana grade iii,IV,V : ABC, ruang intensif, ccegah aspirasi, hindari sedatif. Tx tambahan : analgesik asetaminofen, kodein fosfat 30-60 mg oral,
5. Kontrol HT-> 140-160 mmHg hindari asetosa. Pasien gelisahHaldol 1-10mg im/6jam, petidin, miloz,
6. Antifibrinolitik: epsilon amnicaproid acid loading 4 mg diikuti 1gr/jm atau as. propofol
Traneksamat 1gr/ 6jam sampai aneurisma tertutup atau 72 jam untuk
HUNT AND HESS
mencegah perdarahan. Tx antifibrinolitik kontraindikasi: koagulopati, stroke
iskemik, emboli paru, DVT. 0 : tidak ada gejala dan aneurisma belum
7. Ligasi karotis tidak bermanfaat untuk pencegahan perdarahan ulang (IIA), koil ruptur
intraluminal dan balon masih dalam uji coba. 1 : sakit kepala ringan
8. Operasi aneurisma yang ruptur 2 : sakit kepala berat dgn tanda
meningeal
3 : penkes dgn defisit neurologis ringan
Emzet.zaki@neuroUGM 4 : Stupor, hemiparesis sedang sampai
berat, awal sdeserebrasi
5 : koma dalam, deserebrasi
27 28
REKOMENDASI
o Dosis 0,9 mg/kgBB (max 90mg) 10% dari dosis total diberikan sebagai
bolus inisial dan sisanya infus slm 60 menit.
o Komplikasi: perdarahan, E.S: angioedema
o Jaga stabil tekanan darah
1. KRITERIA INKLUSI o Kejang saat awitan stroke dpt diberikan rtPA selama kelainan neurologis yg
Usia> 18 tahun timbul merupakan akibat sekunder dari stroke dan bukan post iktal,
Dx stroke dgn defisit neurologis yang jelas danbukan kejang krn epilepsi
o Trombolisis intraarterialtx alternatif pasien t3 dgn stroke berat, onset
Onset <3jam (AHA 2007), < 4,5 jam (ESO)
<6jam, penyebab penyumbatan MCA yg tidak memenuhi syarat
HCTStidak perdarahan trombolisis IV
Informed consent o Trombolisis i.afasilitas angiografi serebrak dan ahli intervensi yang
2. Kriteria Ekslusi berpengalaman.
Time : o Trombolisis i.apasien kontraindikasi IV ex:riw pembedahan yg baru
48jamTerapi heparin yg berhubungan dgn peningkatan APTT
2minggupembedahan mayor/trauma berat
INTERVENSI
1. Peny. Karotis Ekstrakranial simptomatik
3mingguperdarahan gastrointestinal, traktus urinarius
Riw.TIA atau stroke iskemik dlm 6 bulan terakhir dan pasien stenosis arteri
3bulaninfark miokard, CKB, trauma kepala, stroke karotis ipsilateral berat (70-90%)CEA
TIA&Stroke Iskmik dan stenosis sedang ipsilateral (50-69%)CEA
Penunjang : Stenosis<50%: revaskularisasi karotisCEA atau CAS, tidak terindikasikan
Platelet< 100.000 CAS sbg alternatif CEA untuk pasien simptomatik dgn risiko rendag/sedang
GDS<50 mg/dl atau > 400 mg/dl yng berhubungan dengan intervensi endovaskular saat diameter lumen
Tidak sedang konsumsi antikoagulan oral atau bila sedang dlm terapi arteri karotis interna berkurang>70% oleh pemeriksaan non invasif atau
INR≤ 1,7 >50% dengan kateter angioplasti (IB)
Stenosis simptomatik berat (>70%) yg sulit diakses pembedahan atau tdpt
HCTS: perdarahan, infark multilobar (1/3 hemisfer)
kondisi spesifikCAS
Fisik
2. Aterosklerosis intrakranial
Usia> 80 tahun Stroke/TIA dgn stenosis 50-99%-->aspirin dibandingkan warfarin
TDS> 185mmHg, TDD >110 mmHg Stenosis 50-99%-->angioplasti/ stenting, bypas extrakranial blm diketahui
Defisit neurologis yang ringan dan cepat membaik atau perburukan manfaatnya, tdk direkomendasikan.
defisit neurologis yang berat STROKE KARDIOEMBOLIK
Kejang pada saat onset stroke 1. AF: stroke iskemik/ TIA dgn AF antikoagulan dengan antagonis vit. K (target
Kejang dengan gejala sisa kelainan neurologis post iktal INR 2,5 dengan rentang 2-3,0)
2. Jika tidak dpt anticoagulanaspirin
Perdarahan aktif atau trauma akut (fraktur)
3. Kombinasi CPG dgn aspirin mempunyai risiko perdarahan = warfarintdk
Klinis perikarditis pasca infark miokar
direkomendasikan
Hamil, klinis SAH 4. Pasien tidk dpt periksa INR teratur dabigatran etexilate.
Emzet.zaki@neuroUGM
30
29
Ballint Syndrome
Ataksia optik Lobus
Simultagnosia parietal
Apraksia okulomotor
Grestmans syndrome
Emzet.zaki@neuroUGM
32
31 Central Sleep Apnea: opiate, alkohol. Tx pneggunaan stimulan respirasi
medroxyprogesterone dan BiPAP
Cheyne stokes respiration
Adaptive Sevoventilation (ASV) :analisis ventilasi sesuai kondisi yang
diinginkantx OSA
N ARKOLEPSI
Excessive Daytime Sleepines
Kategori mayor: tidur kurang/ terfragmentasi pd malam
sebelumnya, ganguan sleep drivei 1. Sleepiness sleep attack, kecenderungan tidur pada
Sleep drive tergantung 2 faktor: homeostatik, circadian. semua kondisi pasif
Insufficient sleep 2. Sleep paralysis: atonia REM pada stadium awal tidur atau
Fragmentasi tidur bangun
Dorongan tidur tinggi obat2an, kelainan medis, jet lag, ganguan sleep drive 3. Cataplexy : hilangnya tonus sesaat, distimulasi oleh
primer (narkolepsi, hipersomnia idiopatik) emosi terutama tertawa (<2menit), bilateral.
Terapi : metilphenidate (Ritalin SR) 2-60 mg/hari, dextroamphetmine 5-60 mg, 4. Halusinasi hypnagogic (onset tidur) atau hypnopompic (saat akan bangun
modafinil 100-400 1-2x/hari. Patofis: HLA genotip DQB1*0602 (85%)
Penurunan jumlah neuron hipotalamus yang berperan memproduksi
hipocretin (Orexin)
Sleep Disorder Breathing Ligand orexin LCS narkolepsi dgn katapleksi
OSA: ditandai episode kolaps faring berulang selama tidur obesitas, usia tua, Diagnosis :
laki-laki 1) Sleep latensi≤ 8menit
OSA: ditandai periode hilangnya usaha nafas (Cheyne stokes) CHF 2) MSLTrata2 sleep latency < 5mnt
Sleep related hypoventilation syndrome: periode penurunan ventilasi dengan 3) SOREM period < 15mnt, paling sedikit 2 dari 5 kesempatan tidur selama
hiperkapnea yang jelas, terutama berhubungan dengan kelemahan rekaman PSG
neuromuskular atau abnormalitas dinding thoraks. 4) HLA trapto type DQB1 0602 dan DR2 positif
DIAGNOSIS OSA: 5) Narkolepsi dgn katapleksi hipocretin LCS ≤11o pg/mL atau 1/3 normal
5-20 apnea /jam : OSA ringan Terapi :
20-40 anpnea/jam : OSA sedang 1) Sleepiness: Modafinil mempengaruhi sistem enzim P450, menduksi 1A2
>40 apnea/jam : OSA berat dan 3A serta menghambat 2C19
Terapi OSA : 2) Katapleksi, sleep parailis, halusinasi hipnagogic obat supresi REM : SSRI
Wedge pilow Clomipramin 25-75mg, Imipramine 75-100mg, fluoxetine 20-40mg,
Positive Airway Pressure CPAP, BiPAP (tek.ekspirasi lebih rendah) sertalin 50-200.
Bedah :radiofrekuensi uvular ablation, uvulopalatopharyngoplasty
Emzet.zaki@neuroUGM
33 34
Emzet.zaki@neuroUGM
36
35
4. Nocturnal eating (drinking syndrome) perilaku makan/minum dimalam hari, Antidepresan :serotonin spesific antidepresant efek samping lebih sedikit
6bulan-3 tahun, obesitas. dibanding trisiklik.
Melatonin reseptor agonis – Ramelteon) selektif pada reseptor ML1 yg
terletak di nukleus suprachiasma. Menurunkan latensi tidur dan
meningkatkan efisiensi tidur melalui peningkatan jumlah waktu tidur.
1. Non-farmakologis
a. Sleep hiegene
Gunakan t4 tidur hanya untuk tidur
Bangun setiap hari pada jam yang tetap 1. Parasomnia non-REM
Hindari lama2 di t4 tidur Confusional arousal: singkat, perilaku motorik sederhana, tjd tanpa ekpresi
Hindari terlalu sering tidur siang afektif substansial. Kebingungan mental dengan perilaku otomatis.
Hentikan kebiasaan: alkohol, nikotin, kafein Sleep walking/ somnabulism: perilaku yang lebih kompleks, tanpa
Tidak makan berat menjelang malam keterlibatan emosional yang substansial.
Jaga kamar ttp nyaman Sleep teror/ pavor nocturnus : ekspresi otonomik, motorik dan afektif (dan
b. Terapi Cahaya pengalaman). Anak2 jeritan diikuti ketakutan ekstrim, menangis dan
Pagi hari sleep onset insomnia sangat mengacaukan. Dewasa kegelisahan, kepercayaan ancaman akan
Malam hari early morning awakening terjadi, dengan perilaku ingin melarikan diri atau bertahan.
c. Behavioural Teraphy Varian parasomnia non-REM: excessive sleep inersia (tidur berlebihan) atau
Teknik relaksasi : EMG biofeedback, meditasi dan guided imagery sleep drunkenness (tidur saat mabuk), sleep related eating disorder, sleep
Kontrol stimulus: menggunakan t4 tidur hanya untuk tidur, masuk kamar related violance.
saat benar2 mengantuk, jika sulit tidur, keluar kamar. Terapi : clonazepam 0,5 – 1mg qhs . Jiks parasomnia terjadi dalam paruh
pertama periode tidur BzRA aksi pendek spt Triazolam 0,125 -0,25 mg hs.
Kontrol temporal: jdwal bangun tidur konstan Modifikasi faktor pemicu, meningkatkan keamanan lingkungan tidur.
Emzet.zaki@neuroUGM
37 38
Nightmare
Mimpi yang menakutkan dan menyebabkan kecemasan dan ketakutan
hebat sewaktu akan bangun tidur (1/3 akhir tidur)
Onset 10-50% usia 3-6 tahun, sering 6-10 tahun, jarang usia tua. ASTROSITOMA
Diagnosa klinis:
• GBM usia >50
a. Isi mimpi kompleks
• 15% neurofibromatosis tipe I
b. Recal isi mimpi • GBM primer:ekspresi EGFR, mutasi MMAC1, hilangnya protein P16
c. Behaviour tidak ada gerakan motorik selama mimpi, kecuali sudah • GBM sekunder: mutasi kromosom P53.
bangun • Lokasi sering lobus frontal dan temporal
d. Gejala otonom tidak ada, 40%--> peningkatan heart rate. • Frontal : perubahan perilaku dan paralisis spastis kontralateral, afasia motorik,
e. Waktu bangun penderia tidak bingung, cerita mimpi buruk dan sulit kejang.
tidur lagi • Temporal : bag.medial->ggn memori visuospasial, anteriortdk menimbulkan
f. Terjadi 1/3 akhir malam, REM sleep lebi panjang gejala sampai ukuranya cukup besar.
PSG memperlihatkan gambaran REM lebih lama, kira2 10 menit sblm • Posterior afasia sensorik.
terbangun mendadak dari NM. • Parietal :korteks sensorik primer atau korteks asosiasi yang terletak
didekatnya.
• Korteks asosiasi parietal : integrasi rangsang auditorik dan visual, kerusakan
defisit pemahaman kata2 dan integrasi multimodal.
MOVEMENT DISORDER • Tumor di GIRUS ANGULARISGrestman Syndrome
• Sindroma pengacuhan lebih sering pada hemisfer non dominan
PLMS: sentakan/ tendangan 20-40 detik, fleksi tungkai kadang • Ocipital : lapang pandang, hemisfer dominan Aleksia
melibatkan lengan • DIAGNOSIS : MRI
Sleep onset mioclonus/ sleep strait/ sleep jerks/hypnic jerks • T1: lesi hiperintens/isointens homogen yang dikelilingi oelh daerah hipointens
gerakan normal saat transisi bangun menuju tidur, kadang spt • T2: hiperintens sbg daerah edema yang mengelilingi masa tumor, dengan
perasaan mau jatuh. pemberian kontras akan menyengat.
Bruxisme:gigi menggilas yang stereotipe, menyerupai gerakan • TERAPI
ritmik rahang pada epilepsi • Reseksi totalsurvival rate 19%, reseksi subtotal 0%
Rhytmic Movement disorder : head banging(membanting kepala) • Operasi+external beam radioterapy meningkatkan survival rate
atau body rocking, dapat tjd pada semua fase tidur. dibandingkan operasi saja.
• Stereotactic brachytherapy tumor rekuren setelah radioterapi konvensional
dan reseksi ulang
• Stereotactic radiosurgey lebih menguntungkan, lbh mudah dan tidak invasif,
sehingga dapat dilakukan pada tumor yang tidak dapat dioperasi
• Kemoterapi : temozolamide 150 m2 atau kombinasi vinkristin dan prokarbazin
• Edema serebri : Deksa 4-6mg/ 4-6jam, manitol 0,25-1gr/kgBB, antikejang pre
dan post operasi, diteruskan 6-12 bulan post op.
• Prognosis: GBM 1-3thn, astrositoma low grade 5thn (40-50%).
Emzet.zaki@neuroUGM
39 40
TUMOR HIPOFISIS
Genetik: sindroma MEN I (multiple endocrine neoplasma I), bersama tumor MENINGIOMA
pankreas dan paratiroid. 15-20% dari seluruh tumor intrakranial, 25% dari seluruh tumor intraspinal
25% pada pasien dgn MEN I Tumor dari sel arakhnoid (sel lapisan paling luar granulasi arakhnoid)
Kebanyakan:Makroadenoma dengan hipersekresi GH dan / Prolaktin Penelitian menunjukkan delesi pada kromosom 22, yg merupakan gen
Biomol: hilangnya alel gen supresor tumor pada lokus 11q13 supresor tumor pertumbuhan sel arakhnoid berlebihan
Klinis: 1) Hiperfungsi kelenjar, 2) insufisiensi kelenjar, 3) Efek masa Lebih sering pada wanita 3:2, berkaitan dengan hormon
Hipersekresi: PRL,GH, ACTH Reseptor estrogen pada 30% kasus meningioma, Reseptor progesteron pada
PRLwanita: galaktore, amenore; Pria: penurunan libido, impotensi 70% kasus meningioma, Rekurensi 20%
GH akromegali, gigantisme Gejala klinis : Sakit kepala, kejang, perubahan status mental , defisit neurologis
Efek masa nyeri akibat peregangan di daerah sela, lapang pandang, visus fokal.
Ggn tidur, kewaspadaan, perilaku, pola makan, emosi Lokasi : Parasagital 25%, Konveksitas 20%, Sphenoid wing 10%, Olfactory
Hidrochepalus penekanan ventrikel III groove 10%, Suprasella 10%, Fossa posterior 10%, Intraventrikel 2%, Lain lain
Pembesaran tumor ke sisi lateral sindrom sinus cavernosus: N II,III, IV, dan 3%,
atau NV1-2 Diagnosis : Px penunjang - definit PA
Diagnosis - Ro kepala hiperostosis, erosi, pelebaran pembuluh darah & kalsifikasi
Mikroadenoma <10 mm, makroadenoma >10 mm - Angiografi jika pro embolisasi pra operatif & konfirmasi vaskularisasi
Grading 0 tidak ada pelebaran sela 49pelebaran,erosi, destruksi sela yg luas) tumor. Ketepatan dx 18%
MRI: T1 hipointens, T2 hiperintens, tidak menyengat dgn kontras - CT scan sensitif 96%, spesifik 90%. 70-75% hiperdens homogen,
Terapi 25% isodens, 20% kalsifikasi
Operatif: makroadenoma yang sudah menimbulkan efek penekanan dan ggn
- MRI kepala
penglihatan transfenoid (95%), komplikasi: diabetes insipidus.
Klasifikasi WHO
Post op: Glukokortikoid meminimalisasi ggn AHH, Radioterapi cegah
pertumbuhan dan rekurensi. - Klasik
Agonis dopamin: inhibisi sekresi PRL, Analog somatostatinInhibisi GH - Angioblastik
Bromokriptinmikroadenoma - Agresif
- Maligna
- Gambaran khas whorl (pusaran) mengelilingi hialin, terisi deposit
kalsium shg tampak kalsifikasi (psamomma body) prognosis lebih
baik
Terapi :
- Definitif pembedahan dengan reseksi total
- Radioterapi dengan indikasi : residu post o, tidak dapat op, ada tanda
keganasan histologis, Dosis 5000-5500 cGy, difraksinasi 180-200 cGy per
hari selama 5-6 minggu. Cukup aman tapi hati-hati jika dekat n.opticus
dan batang otak
Emzet.zaki@neuroUGM
41 42
- Radiasi dosis besar dengan radiosurgeri stereotaktik pada tumor >3 cm - T3: intra-ekstra meatus hingga di sisterna cerebellopontine
dan tidak dekat dengan struktur vital - T4: menekan batang otak
- Meningioma rekuren anti progesteron (mifepristone), anti estrogen CT scan lakukan pemeriksaan bone window: tulang petrosus, posisi &
(tamoxifen). Masih belum efektif. pelebaran meatus akustikus
CT scan :lesi isodens di CPA, menyangat dengan kontras, bisa inhomogen
karena kistik / perdarahan intratumoral
NEURINOMA AKUSTIK schwannoma vestibular MRI: lesi iso/hipointens (T1 dan T2), menyangat pada T1 gadolinum
Terapi :
Jinak, Berasal dari sel Schwann nervus VIII, Terutama bagian vestibular Tumor tumbuh lambat, dapat berhenti tumbuh setelah 1 tahun
Insidensi 3-8% dari semua tumor intrakranial Usia >65 tahun hanya observasi, terlebih jika ada penyulit
Sering 50 tahunan, Pria > wanita Kontrol MRI 6-12 bulan
Lokasi paling sering di cerebello pontine angle (CPA) Terapi utama : reseksi total dengan microsurgery tumor ukuran medium –
90% di daerah ini schwannoma vestibular besar Translabirin, Fossa media
10% jenis lain (meningioma, hemangioma, kolesteatoma, kista subarakhnoid, & Suboksipital retrosigmoid
lipoma Angka kematian rendah (1%) & jarang rekuren (0,8%) kecuali pada tipe NF 2
10% mengalami schwannoma vestibular (SV) bilateral neurofibromatosis Stereotactic radiosurgery dengan gamma knife & linear accelerator tumor
tipe II kelainan genetik mutasi di kromosom 22 kecil ( 2-3 mm), untuk memberi radiasi dosis besar pada tumor tanpa mengenai
Autosom dominan struktur sekitar
Penderita NF 2 umur lebih muda, 15-25 tahun Tumor berhenti tumbuh 70-90% kasus
Sel schwann dari kanalis auditori internal membesar sampai ke meatus Pasca OP Dexametason 8 mg/6 jam, fungsi vestibular hilang 90% kasus
akustikus, sampai ke CPA ke arah brainstem & serebelum latihan, pendengaran bertahan 47% kasus alat bantu dengar jika beda
Menekan n. Koklearis, fasialis, trigeminus kanan kiri tidak terlalu besar.
Hidrosefalus kompresi ventrikel IV
Diagnosis : Vertigo, dizziness, tinnitus ringan hilang timbul , nada tinggi,
penurunan pendengaran, hipestesia wajah, facial twitching, Gangguan menelan,
gangguan gait, penurunan kesadaran, sakit kepala, ,untah (pada PTIK akibat
Paling sering mengenai otak > tumor primer
hidrosefalus).
30% pada dewasa, 6-10% pada anak
PemFis : Nistagmus, lesi n VIII, gangguan sensorik & motorik wajah, ataksia gait,
Terutama dari paru, payudara & melanoma
gangguan serebelum, PTIK papil edema
Melanoma lebih mungkin metas, tapi insidensi kecil
Pemeriksaan penunjang
10% belum diketahui primernya
- Audiometri hipakusis nada tinggi (1 kHz)
Serebrum : serebelum 8:1, terutama di white matter junction & watershed,
- Brainstem auditory evoked potential (BAEP/BERA) latensi gelombang III
karena sel tumor terperangkap di ujung kapiler
dan pada fase akhir, latensi gelombang IV dan V
Lebih banyak ke komponen supratentorial, yang dari pelvis & abdomen lebih
Klasifikasi radiologis
sering ke fossa posterior
- T1: terlokalisir di meatus
- T2: sebagian tumor di luar meatus
Emzet.zaki@neuroUGM
43
44
Syarat metastasis: tumbuh efisien, penetrasi ke vaskular & limfe, bertahan di
sirkulasi darah, terperangkap di mikrosirkulasi organ target, ekstravasasi,
migrasi ke organ target.
Di otak setelah lewat BBB, melewati matriks ekstraselular lisis oleh enzim o Umumnya jinak, gejala yang muncul akibat kompresi bukan akibat invasi
sel tumor, kadar enzim berbeda sesuai tumor primer sebagian besar bisa dieksisi
Gejala klinis : o Berasal dari: sel parenkim, serabut saraf, mielin, jaringan vaskular, rantai
- Interval tumor primer bervariasi: 4 bulan dari tumor paru, 3 tahun dari simpatis, atau kolumna vertebralis
tumor payudara o Lokasi : Thorakal 50%, Servikal 25%, Lumbosakral 20%
- Gejala klinis progresif, PTIK (massa, edema, hidrosefalus) o Berdasar lokasi :Ektradural 55%, Intradural ekstramedular 40%, Tumor
- nyeri kepala, Kejang ,penkes,perubahan kognitif, defisit motorik. intramedular 5%
Diagnosis :harus dicurigai pada semua tumor sistemik dgn defisit neurologis Tumor ekstradural metastasis (bahkan lebih sering daripada tumor
fokal primer)
MRI > CT scan untuk membedakan metastasis/ bukan, dan menentukan Tumor primer 1,3 per 100.000 populasi
jumlah lesi Tumor intradural ekstramedular meningioma & neurofibroma
Terapi : Tumor intramedular sel glia, astrositoma & ependimoma (80-90%),
- Kortikosteroid menurunkan permeabilitas kapiler dan edema vasogenik bersifat invasif dan merusak traktus & substansia grisea.
- Dexametason karena efek mineralokortikoid rendah, risiko infeksi oportunistik o Gejala Klinis :
rendah, 4 mg per 6 jam PTIK bolus 10 mg 1. Sindroma traktus sensorimotor
- Impending herniation 100 mg dilanjutkan 96mg/hari selama 3 hari & Karena kompresi, invasi & desktruksi traktus medulla spinalis
dititrasi 10 hari Kelemahan spastik asimetris
- Anti kejang karena pada 20% penderita akan mengalami kejang Menurunnya sensibilitas nyeri & suhu di bawah lesi
- Pembedahan : lesi tunggal, lesi multipel yang cukup besar, dgn syarat kondisi Tanda kolumna posterior
klinis stabil Spastic bladder
- Whole brain radiotherapy (WBRT) pasca op, atau hanya WBRT jika tidak 2. Sindroma radikuler :kompresi, nyeri seperti diiris, tumpul & menjalar ke
mungkin op distal sesuai distribusi saraf, bertambah berat dengan BBM.
- Lesi multipel bertahan 3-6 bulan dengan WBRT, 10-15% bertahan lebih dari 3. Sindroma intrameduler syringomyelik (sindroma substansia grisea)
1 tahun isosiasi sensorik: hilangnya rasa nyeri & suhu dengan kualitas sensorik lain
- WBRT memperbaiki defisit neurologis 66-85%, mengurangi risiko relaps masih baik
menjadi 21% pada kombinasi op+WBRT dibanding hanya op saja (85%) o Diagnosis :
- Radiosurgery > operasi terbatas pada ukuran <3cm, kemoterapi pada tumor o Foto polos: kerusakan pedikel vertebra di daerah lesi
sistemik yang sensitif (small cell lung carcinoma, tumor payudara, o Pemeriksaan LCS: peningkatan protein 95% kasus, hitung sel
korikarsinoma) normal/pleositosis ringan 30% kasus, glukosa normal
- Melewati BBB karena sudah rusak jika ada lesi metastasis > 1mm o Mielografi & CT mielografi membedakan lokasi tumor, menentukan blok
- Prognosis baik jika lesi tunggal, skor karnofsky > 70, usia < 69tahun, ukuran parsial/total
kecil, wanita, letak tumor supratentorial o Hampir semua terdiagnosis dengan mielografi, kecuali tumor intrameduler
kemampuan 35%, selain itu mielografi merupakan tindakan invasif.
Emzet.zaki@neuroUGM
45 46
o MRI :gambaran edema, perdarahan, kista , lesi isointens atau sedikit
hipointens di T1 dibanding jaringan sekitar, menyangat dengan kontras
o Terapi :
-
-
Pilihan utama operasi: dekompresi, diagnosis histopatologis
Susah pada tumor intramedular
PARKINSON DISEASE
Degenerasii ganglia basalissubstansia nigra pars compacta yang disertai inklusi
- Radioterapi pasca op pada astrositoma derajat tinggi & ependimoma: baik
sitoplasmik eosinofilik (Lewy Bodies).
- Prognosis tergantung usia & lokasi tumor
Kriteria Diagnosis HUGHES :
- Tumor berkapsul (hemangioblastoma), berbatas tegas (ependimoma): baik
Possible : salah 1 gejala utama TRAP
- Astrositoma derajat rendah survival rate 5 th 80%, 10 th 55%, derajat
Probable : kombinasi 2 gejala termasuk P, alternatif lain tremor istirahat,
tinggi III – IV < 1 tahun
asimetris atau bradikinesia asimetris.
Definite : 3 dari 4 gejala atau 2 gejala dgn 1 gjl lain tidak simetris.
Kriteria KOLLER
2 dari 3 tanda kardinal ggn motorik yang berlangsung satu tahun atau lebih
Berespon thd levodopa atau dopamin agonis (levodopa 1000mg/hr slm 1 bulan
sampai perbaikan sedang dan lama perbaikan 1 thn/ lebih.
STADIUM HOEN & YAHR
Iringan, unilateral,tdk menimbulkan kecacatan
IIBilateral, cacat minimal, cara jln terganggu.
III gerak tubuh melambat, keseimbangan terganggu, disfungsi umum
sedang
IV: gejala lbh berat, msh dpt berjalan jarak tertentu, rigiditas, bradikinesia,
tidak mampu berdiri sendiri, tremor berkurang dibanding sebelumnya.
V : Cachetic stage, cacat total, perawatan tetap.
PATOFISIOLOGI
Anatomi ganglia basalis :striatum, globus palidus, nukleus subtalamikus
Input Korteks serebristriatum (pintu masuk) globus palidus (pintu
keluar)substansia nigra thalamuskorteks serebri.
Fungsi ganglia basal: mempertahankan tonus otot yang diperlukan untuk
menstabilkan posisi sendi.
Parkinson berkurangnya dopaminergik dari substansia nigra ke striatum.
Dopamin : katekolamindisintesis dari tirosin di terminal neuron
dopaminergik. L-tyrosinL-dopa (tyrosine hydroxilase).
Sistem dopaminpengaruh bersifat tonik, terus menerus selama aktivitas
motorik.
Parkinson destruksi sel dalam substansia nigra degenerasi neuron
sehingga sekresi dopamin dalam neostriatum menurun.
Emzet.zaki@neuroUGM
47 48
Neuron dopaminergik pada substansia nigra pars kompakta menginervasi DA agonist )pramipexole, ropinirole)
striatum, tetapi neuron target di striatum mempunyai reseptor dopamin yang Apomorphine : DA agonis kuat, rescue teraphy pada saat off dengan L-Dopa,
berbeda-beda. injeksi SQ dosis awal 2 mg dapat diulang 3-4 mg 2 jam kemudian, tidak > 6
Jalur Direct eksitatori D1, indirek D2(inhibitori) mg.efikasi sama dengan L-dopa
Pelepasan dopaminmeningkatkan aktifvitas direct, menurunkan indirect. Terapi masa depan : Cabergolin, LCAS, infus dopamin, duodenal jejunal
Parkinson inhibisi arus keluar dari SNRdan Gpi ke thalamus, berkurang infusion, rotigotine transdermal patch
rangsang thd korteks motorik. C. Komplikasi non motorik
PENATALAKSANAAN
Gangguan psikiatrik : kognitif, depresi, psikosis, ganguan tidur (daytime
1. Farmakologik
sleepiness, sleep fragmentation, restless leg).
a. Dopaminergik : L-dopa/benserazide, DA agonis (bromocryotine,
Disfungsi otonom : konstipasi, disfungsi sphincter, hipotensi ortostatik,
pramipexole, ropinorole), MAO-B inhibitor (selegiline), COMT inhibitor
disfungsi seksual
(entacapone, tolcapone), NMDA receptor antagonist(amantadine).
Gangguan sensorik : nyeri otot, restless legs, paresthesia, rasa terbakar, baal.
b. Antikolinergik : THP
Gejala Nonmotorik
≤60tahun : antikolinergik, agonis dopamin, amantadine, MAOB-I.
Sindroma depresi : penurunan neuron serotonin 5HT pada nukleus raphe
Keuntungan: pengendalian simtomatik ringan selama 6-8 bulan, komplikasi
dorsal serta berkurangnya neuron-neuron dopamin di area tegmentum
motorik < Ldopa, non motorik (halusinasi, somnolen, hipotensi ortostatik)> L-
ventralis.
dopa Ggn kognitif : menipisnya dopamin di nukleus kaudatus yang terlibat dalam
Usia>60 : L-dopa dan DA agonis/dopaminergik. sirkuit ganglia basal thalamokortikal dan korteks prefrontal. Pembentukan
Rekomendasi terapi parkinson std awal : lewy body sangat banyak di daerah ini.
<40 tahun DA agonis/dopaminergik Hipotensi ortostatik : denervasi simpatetik dari kontrol sentral di nukleus
40-60 tahun gray zone: L-dopa atau DA agonis vagus dorsal, nukleus ambigus dan nuklei medular lainya.
>60 tahun L-dopa, kmd ditambahkan DA agonis/dopaminergik lain, Agonis Terapi gejala non motorik
dopamin/dopaminergik lainya kmd ditambahkan L-dopa 1. Depresi : TCA, SSRI (fluoxetine, paroxetine), D3 dopamine agosis
25-30% pasien dengan L-dopa akan memberikan komplikasi motorik ataupun pramipexole
non motorik 2. Psikosis :kurangi dosis anti parkinson, beri antipsikosis atipikal : Clozapine
50% akan timbul setelah 5 tahun, 80% akan timbul stlh 10 tahun (level A), e.s hematologis, Quetiapine, Olanzapine (level A), risperidone (level
a. Fluktuasi motorik : C). Tambahkan kolinesterase inhibitor: rivastigmin (level B), donepezil (level C).
3. Ansietas : serotoniergik, benzodiasepine
wearing off efek L-dopa yang singkat (<4jam), dimana gejala parkinson
muncul kembali. 4. Ggn Kognitif (CIND) :rivastigmin
“ON” diskinesia (khorea, distonia, tic, mioklonus) 5. Demensia: rivastigmin, asetilcholinesterase inhibitor (PDD,DLB)
6. Disfungsi otonom: disfungsi kardiovaskular (fludrocortison/ midodrine),
“OFF” akinesia : tx: peningkatan L-dopa atau penambahan DA agonis atau
gastrointestinal, seksual, termolegulator.
COMT inhibitor
7. Gangguan sensorik :nyeri, gang.penciuman
c. Diskinesia: korea, balismus, distonia,atetosis, mioklonus, tics 8. Gangg.tidur: insomnia (zolpidem, melatonin), EDS (modafinil 100 mg/hr slm
Obat baru untuk fluktuasi motorik 5hari), RBD (clonazepam 0,25-0,5mg; melatonin, pramipexole), PLMS, RLS (DA
L-dopa memeperbaiki efek L-dopa agonis, ferritine)
Levodopa ethylester :larut lidah,ditelan
Levodopa/carbidopa enteral/ gel (duodopa) :infus levodopa intraduodenal
COMT ihibitor+ L-Dopa :Entacapone+L-dopa/benserazide
Emzet.zaki@neuroUGM
49 50
PARKINSON SEKUNDER
Etiologi : PROGRESIVE SUPRANUCLEAR PALSY
Secondary parkinsonism: drug indeuce, toxin, hidrocephalus normotensi. steel richardson Olszwskisyndrome.
Infeksi, trauma, tumor, vascular Parkinsonism simetris, gangguan kognitif, supranuklear palsy of vertical gaze, ,
Heredodegenerative : wilson disease, Huntington sering jatuh pada permulaan gejala, disartria, disfagia.
Parkinson plus : CBGD, dementia syndrome, MSA, PSP Klasifikasi :
Penatalaksanaan : 1) Steele Richardson-Olswsky :50% kasus PSP,survival rate 5 tahun
Pengurangan/ penghentian obat-obatan 2) PSP-P: gambaran parkinsonisme muncul pada fase awal, asimetri,
Pengobatan bahan toksik parkinsonisme, tremor, respon terhadap tx levodopa, survival rate 9 tahun.
Farmakoterapi : Patologi : agregasi protein tau scr abnormal, degenerasi korteks substansia
Dopaminergik : carbidopa/levodopa 10/100mg, 25/100 mg, nigra, nukleus subtalamikus, midbrain. Ditemukan NFT.
benzerazide+levodopa 50/100mg levodopa 100/200mg+ carbidopa Gelaja klinis :
25/50mg+ entacapone 200mg. 1) Motorik awal: bradikinesia, rigiditas, hypomomoa, hypophonia, postural
Antikolinergik : THP 1-5mg/hari instability. Std pertengahan: keterbatasan vertical gaze, hypometric
Dopamin agonis: pramipexole 1,5-4,5 mg/hr saccades, fiksasi visual jelek, square wave jekrs, kontraksi otot wajah dgn
lekuk pipi dalam, spastic, ataxicdisartria, pharingeal disphagia, postural
PARKINSONISME VASKULER instability, kekakuan leher, retroflexed postur
Klasifikasi 2) Gangguan gerak mata sulit downgaze dan upgaze, saccade, square wave
PV onset akut infark ganglia basal jerks, bell’s phenomenon.
PV iskemia substansia alba subkortikal 3) Tingkah laku abnormal : ggn., kognisi progresif, pseudobulbar emotion
Patofisiologi 4) Gelaja otonom: minimal, hipotensi ortostatik
Lesi vaskular merusak serabut atau jaras yang menghubungkan inti2 ganglia Diagnosis :
basalis thalamus korteks motorik 1. MRI atrofi pedunkulus serebelli superior, atrofi midbrain, high signal
Diagnosis (Winikates & Jankovic) : pada midbrain, atrofi atau peningkatan signal padared nukleus dan
Feature Poin peningkatan signal pd globus palidus.
2. Disfungsi otonom kardiovaskular tidak ditemukan, ggn kandung kemih.
Bukti patologi atau angiografi peny. 2
Penatalaksanaan :
Vaskular difus
1. Dopaminergik: levodopa 2x dosis parkinson, titrasi 150 mg/hari
Onset parkinsonism 1 bulan paska 1
2. Cholinergics dan anticholinergik : amantadin 100mg-200mg/ hari, jika tidak
stroke
bermanfaat antikolinergik donopezil
Riw. ≥ 2x stroke 1
3. Antidepresant : amitriptilin 10mg, naikan s/d 2x20 mg/ hari
Riw. ≥ faktor risiko stroke 1
Bukti imaging peny. Vaskular ≥2 teritori 1 4. Botulinum toxin: inj.pd otot orbitalapraksia dan blefarospasme, distonia
vaskuler fokal, torticolis atau retrocollis. E.S: disfagiaaspirasi
5. Farmakoterapi lain: antikolinergik urgensi/ inkontinensia. Baclofen
Dx : parkinsonisme + skor vaskular ≥2
distonia. Antidepresan trisiklik gangguan tidur.
Penatalaksanaan :
Levodopa lihat respon pengobatan 3 bulan, amantadine
Tx vaskular, fisioterapi
Emzet.zaki@neuroUGM
51 52
MULTIPLE SYSTEM ATROPHY INFEKSi
Parkinsonism dan atau tanda serebellar, dan gangguan otonom MENINGITIS BAKTERIAL AKUT
MSA Α-synocleinopathioes = PD, PDD, DLB. Patologi : cytoplasmic inclussion
bodies pada sel glia neuron loss, gliosis, proliferasi astrosit.
dll.
I
Klinis : demam, nyeri kepala, fotofobia, lanjut penkes, kejang, hemiparesis,
Inclussion bodies berisi : ubquitin, tau dan α-synuclein
Definit glial cytoplasmic inclussion Infeksi meningitis< 3hari bakteri : Neisseria meningitidis (meningokokus),
MSA P (80%) : parkinsonim + fs.otonom penurunan TD postural sistolik > streptokokus pneum,onia (pneumokokus) dan H. Influenzae.
30 mmHg atau diastolik 15 mmHg, inkontinensia urin, disfungsi ereksi. Kolonisasi bakteri di nasopharinghematogen/ perluasan infeksi (sinusitis,
MSA-C: gangguan fs cerebellar nistagmus, dismetri,ataxia gait, jerky pursuit
inf.telinga tengah) bakteri menghasilkan imo=unoglobulin A protease
dan ggn otonom
Probable MSA : onset> 30 tahun, progresif, sporadis, ditandai dgn: merusak barier protease mukosa.
Kegagalan fs otonom Bakteri meningitis kapsul polisakarida anti fagositik dan antikomplemen-
Parkinsonism minimal respon thd levodopa (bradikinesia dgn rigiditas, lepas dari mekanisme seluler
tremor, atau instabilitas postural) Inflamasi kersakan jaringan otak
Sindrom serebellar Px: lumbal pungsi CT scan first pd kondisi
Possible MSA: parkinsonism, sindrom serebellar, min. Satu ggn otonom 1. Papil edema nyata
(urgency, frekunsi, incomplete bladder), minimal satu dari gejala tambahan
2. Penkes dalam atau mmburuk cepat
berikut:
3. Defisit neurologis fokal, kejang parsial
Possibel MSA :babinski (+) dgn hiperrefleksi, stridor
Possible NSA-P :parkinsonism progresif cepat, respon levodopa jelek, 4. Kecurigaan lesi desak ruang
instabilitas postural 3 tahund dari onset, sindrom serebellar, disfagia dalam Hasil LCS : 1. Jumlah sel meningkat
5 tahun onset motorik, MRI-> atrofi putamen, pedunkulus serebelli media, 2.Predominasi netrofil infeksi akut, partialy treated predominasi monosit
pons atau serebellum. FDG-PET: hipometabolisme pd putamen, batang 3. Glukasa LCS rendah, < 30% GDS
otak atau serebellum. 4. Pewarnaan gram & kultur
Possible MSA-C :: parkinsonisme, MRI atrofi putamen, pedunkulus
serebelli media atau pons. FDG-PET: hipometabolisme pd putamen. SPEC Pasien Bakteri Penyebab Antibiotik
atau PET: denervasi dopaminergik nigrostriatal presinaps. Neonat Streptokokus grup B, Ampisilin +
us listeria Cefotaxim
Penatalaksanaan: 30-70% respon levodopa. Levo 1000mg/hrinduce
monocytogenes, E coli
diskinesia, Hipotensi ortostatik head up tilt, disfungsi urinari.
2bln- N.meningitidis, Certri/cefotaxim,
18th s.pneumonia, H dapat ditambah
influenza vankomisin
18-50 S.pneumonia, N Ceftri dpt ditambah
thn meningitidis vankomisin
>50 thn S.pneumonia, L Vankomisin +
monocytogenes, gram ampisilin + ceftri
negatif
Emzet.zaki@neuroUGM
53 54
A
Meningitis Tuberkulosis BSES SEREBRI
Pembetukan tuberkel2 kecil berwarna putih, tdp pada permukaan otal,
sumsung tlg blkg. Infeksi intraserebral fokal dimulai dari serebritis lokalisatorik
Penyerbaran perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan selaput kumpulan pus dikelilingi kapsul.
otak seperti proses di nasofaring, pneumonia, endokarditis, otitis media, Mekanisme kuman masuk ke otak :
mastoiditis, trombosis sinus cavernosus, spondilitis. 1. Perluasan langsung dari kontak fokus infeksi: gigi, telinga tengah,
Perjalanan penyakit : mastoid vena drainase otak vena emissari
2. Hematogen: endokartitis bakterial, infeksi paru, pleura
3. Trauma kepala, pembedahan dura, leptomening
Stadium I : gjl prodormal nonspesifik, 4. Kriptogenik
apatis, iritabilitas, NK ringan, malaise, Serebritis awal (hari 1 dan 3) sel radang, edema substansia alba
demam, anoreksia, muntah, nyeri Serebritis lanjut: Hari 4-9 jar pusat nekrosis, fibroblas
abdomen. Pembentukan kapsul awal : (H10-13) pembentukan kapsul dan edema
Stadium II (intermediet) : drowsy, Pembentukan kapsul akhir (>hari 14) kapsul matang mengelilingi daerah
perubahan mental, tanda iritasi inflamasi, edema difus
meningen, PN III,IV,VI.
Std II(lanjut) : penkes,stupor/ koma, Infeksi oportunistik transplantasi organ, HIV, imunodefisiensi : inf.
kejang, gerakan involunter, hemiparese. Toxoplasma gondii, nocardia, aspergillus, Candida.
Manifestasi klinik :
Pemeriksaan penunjang : Sistemik: demam subfebril
Lab AL meningkat, SIADH hiponatremia Serebral umum: NK kronis progresif,muntah, penkes,papil edema
LCS: peningkatan tekanan, warna jernih atau xantokrom, protein↑, Serebral fokal : kejang, perub. Status mental, defisit neurologis fokal
glukosa↓, pleositosis, jmlh sel↑ tidak lebih dari 300 cel.mm3, dif.count PMN Pemeriksaan penunjang :
predominan, limfositik. Leukosit PMN, LED↑
Mikrobiologi: kultur m.TB Kultur darah (+) 30% kasus,
PCR, spesifisitas tinggi LP tidak dianjurkan
Ro thoraks TB aktif CT Ccan : fase serebritis lesi densitas rendah, kapsul ring
PPD tuberkulin – pd 10-15% anak, 50% dws enhancement
CT scan kontraspenebalan meningen didaerah basal, infark, MRI lebih sensitif t.u fase awal
hidrosefalus, lesi granulomatosa EEG: glb lambat kontinu
Terapi : Penatalaksanaan:
A. RHZ 600/300/15-30mg/kg (6bulan RH, 2 bln Z) Penggunaan antibiotik sesuai, bedah (drainase/ eksisi), edema serebri,
B.RHZE/S 600/300/25mg/kg (9bln/9bln/2bln/2bl) infeksi lokal
Emzet.zaki@neuroUGM
55 Gejala klinis :
56
o Perluasan sinus, gigi, telinga Std. Prodromal : demam, malaise, mual, nyeri
tengah: penisilin G+ sefalosporin tenggorokan (bbrp hari).
o Hematogen/ trauma kepala : Std. Sensoris : nyeri, panas, kesemutan pd t4 luka
Nafcilin + metronidazol + cemas, reaksi berlebihan thd rangsang sensorik
sefalosporin gen III Eksitasi : tonus otot dan aktivitas simpatis meningkat,
o Post op: Vancomisin (MRSA) + hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi,pupil dilatasi,
seftazidim atau sefepim hidrofobi, kontraksi otot faring, apneu, sianosis, kejang,
(pseudomonas) takikardi pasien meninggal pada std ini
o Tidak dijumpai predisposisi: Paralisis : paresis otot bersifat progresif.
Metronidazol + vancomisin +
sefalosporin gen II
Diagnosis : - Klinis, deteksi virus pd saliva PCR, kultur
LCS : antibodi virus
Jar.saraf antibodi diinkubasi pd jar.otak hasil (+) jika tjd ikatan
Tindakan bedah drainase/ eksisi abses: antibodi-antigen gambaran fluoresensi hijau apel.
Diameter lesi > 2,5 cm Jar.otak hewan terinfeksi pewarnaan HE infiltrasi mononuklear,
Terdapat efek masa yg signifikan cuffing limfosit atau PMN¸ Babes nodules dari sel glia, Negri Bodies.
Lesi dekat dgn ventrikel
Penatalaksanaan :
Kondisi neurologik memburuk
Bilas luka dengan air mengalir dan sabun selama 10-15 menit beri
Terapi 2 minggu abses membesar, setelah 4 minggu ukuran abses tdk
antiseptik.
mengecil
Lama penggunaan antibiotik tergantung kondisi klinis antibiotik IV 6-8 Luka tidak boleh dijahit, kec. Jahitan situasi.
minggu dilanjutkan oral 4-8 minggu untuk cegah relaps CT scan ulang Bila perlu dijahit infiltrasi luka dgn SAR.
respon terapi. VAR : luka tdk berbahaya (jilatan, eksoriasi, lecet) disekitar tangan atau kaki.
Kortikosteroid: masih kontroversi penurunan penetrasi antibiotik dan SAR & VAR : luka berbahaya, jilatan atau luka pada mukosa, luka pada bagian tubuh
memperlambat pembentukan kapsul. diatas bahu, lengan, tungkai, genitalia, luka dalam atau multiple.
Steroid edema masif yg risiko herniasi. PPVR :post eksposure
Hari ke 0 2 dosis masing2 0,5 ml deltoid d et s Hari 7 0,5 ml im
Hari 21 0,5 ml im
Jika hendak diberikan bersama SAR ulangi 0,5 ml hari ke 90
Virus RNA family rhabdoviridae
Serum heterolog (serum kuda) 40 IU/kgBB, atau bersamaan dengan VAR hari 0
Sifat neurotropikglikoprotein virus berikatan dgn
Serum homolog (manusia) 20 IU/kgBB
reseptor nikotinik (reseptor asetilkolin) pada permukaan sel Pencegahan : PPRV 0,5 ml hari ke I, hari 28, 1 tahun, 3 tahun.
sarafmemperbanyak diri menyebar scr sentripetal mll saraf
motorik dan sensorik ssp dgn kec 50-100 mm/hari batang otak,
diensefalon, hipokampus sentripegal menuju multiorgan mll saraf somatik
dan otonom t.u melibatkan jalur parasimpatis.
Emzet.zaki@neuroUGM
57 58
NEURO AIDS
Penderita HIV CD4< 200, progresif 1-4 mingu
Klinis: tidak ada tanda patognomonik, demam, sakit kepala, defisit fokal,
penkes
E nsefalitis Virus
HSV1 (oral herpes) mortalitas 70% tanpa pengobatan, 30% bila diobati
kontak dengan permukaan mukosa atau kulit yg terinfeksi transport mll
aliran retrogade akson virus dalam percabangan neuron trigeminal infeksi
HCTS : leso hipodens, MRI : lesi hipointens
laten dlm ganglion.
Menyangat pada kontras, berbentuk cincin dan disertai edema dan efek masa
pada jaringan otak sekitarnya. Lesi multipel atau tunggal. HSV 2 bayi dan neonatur, transmisi lewat sekret genitalia ibu, mortalitas 15-
Syarat terapi empiris: 57%.
1. HIV positif Arbovirus( west nile) gigitan serangga, nyamuk, kutu berkembang biak
2. Klinis neurologi progresif dalam unggas. West nile virus (WNV), La crose Encephalitis, Eastern Equine
3. Imaging tdp lesi otak fokal. Encephalitis (EEE)
Dx presumtif tx empiris perbaikan klinis dan imaging Enterovirus ; gastrointestinal Coxsackievirus grup A. Entero makana, air
Dx. Definit biopsi otak PA terkontaminasi
Rabies: ensefalitis rhabdovirus.
Pirimetamin loading 200mg Ensefalitis HSV Demam, nyeri kepala, penurunan kesadaran, kebingungan,
Lanjut 2x25mg/hari (BB<50kg) kejang, kelemahan sesisi, ggn perilaku.
atau 2x50 (BB>50 kg) Diagnosis :
Clindamisin 4x600 mg/hari p.o
Patologis : demielinisasi
Leukovorin10-20mg/hr
cegah anemia e.c pirimetamin LCS : dominan mononuklear, pleositosis, peningkatan protein.
EEG: HSE aktivitas periodik spike wave voltase tinggi regio TEMPORAL
dan komplesk gelombang lambat pada interval 2-3 detik.
ELISSA: deteksi IgM dalam LCS japanese virus
Alternatif :Kotri trimetoprim 10mg/kg/ hari & sulfametoksazol 50 PCR: HSV,CMV, enterovirus, Human Herpes Virus 6 (HHV6)
mg/kgBB/hr p.o (fase akut) MRI mendeteksi kerusakan bag. Otak yg mengarah pd infeksi HSV,
Pilihan lain :Azitromisin900-1200mg/hari dibandingkan CT.
Rumatanpirimet+klindamisin ½ dosis fs akut s/d CD4>200. Alternatif
kotrimoxazol 1x2 tab/hari.
Dx Esevalitis HSV:
1. Klinis : demam, perubahan kesadaran, kejang, meningeal sign.
2. LCS: pleositosis, protein↑, glukosa normal
3. EEG : PLEDS, CT,MRI: lesi asimetri di fronto-temporal, sist limbik
4. ELISA CSF (+) meningkat 4x atau PCR (+)
5. Rasio serum CSF/antobodi kurang dari 20
6. Singkirkan Abses otak, tuberkulosis, menigitis jamur
Emzet.zaki@neuroUGM
59 60
Terapi Ensefalitis virus Kronis: aviditas IgG s/d bbrp bulan
LP : PTIK, pleositosi mononuklear (10-50 sel/ml), sedikit peningkatan
protein, glukosa normal, PCR toxo (+), fase kronis tidak memberikan
diagnostik berarti.
CT scan tanpa kontras gambaran iso/hipodens pd ganglia basal,
HSV :
corticomedulary junction disertai vasogenic udem
asiklovir 10mg/kg/ 8jam (3 minggu)
Resisten asiklovir Foscarnet 60 mg/kg/8jam (3minggu). MRI: cincin multiple, bisa tunggal, dengan kontras cincin, padat, atau
VZV: asiklovir minimun 2 minggu bentukan nodul yg jelas (menangkap kontras).
CMV (tx induksi) Terapi : empiris diberikan pd penderita dgn CD4 < 100/mm3, didapatkan
Gansiklovir 5mg/kg/ 12 jam gambaran abses otak dgn seropositif toxoplasma.
Foscarnet 60-120 mg/kg/8jam
CMV (Tx pemeliharaan) : Fase akut (4-6mggu): pirimetamin 200 mg 75-100mg ditambah
Gansiklovir 5mg/Kg/hari, HHV, varian A: Foscarnet 60mg/kg/8j sulfadiazin 1-1,5g/6jam atau 100 mg/kgBB/hari (max 8g/hr) + asam folat
HHV, Var.B: Foscarnet 60-120 mg/kg sehari 10-20 mg/hari.
Rocky mountain spotted fever : Alergi sulfa clindamisin 600-1200mg/hari/ 6jam.
Foscarnet/ gansiklovir 5mg/kg/12jam
Fase perawatan : pirimetamin 25-50 mg/hari + sulfadiazine 500-1000
Doxycycline 100 mg/12 jam
mg/hari/ 6jam + asam folat
Hentikan tx jk CD4>200 slm 3 bulan pd pencegahan primer, 6 bln
p’cegahan 2der.
Malaria serebral
TOXOPLASMOSIS SEREBRI
Ensefalopati (WHO) 3 kriteria :
Imunokompeten_asimptomatik, HIV CD4< 100 1. Koma tidak dpt dibangunkan atau koma menetap > 30 menit
Patogenensis : ookis makanan kecoa, lalat, daging kurang masak usus setelahn serangan kejang
sporozoit membentuk tachizoit dan bradizoit. 2. P.falciparum yg dpt ditunjukkan
Tachizoit menginduksi pembentukan IgA. 3. Disingkirkan penyebab lain ensefalopati
Inf.toxo th-1 memproduksi sitokin proinflamasi : IL-12, IFN, TNF alfa Patogenesis: eritrosit yg mengandung parasit muda bersirkulasi dlm darah
menghambat replikasi tachizoit dan perubahan patologi yg lain.
perifer EP matang PD organ (sequester). Eritrosit matang lengket pd
Tlimfosit CD4+ dan CD8+ yg tersensitisasi bersifat sitotoksik terhadap sel yang
sel endotel vaskuler sitoadherens obstruksi hipoksia otak.
telah terinfeksi toxo
Otakpetechie pada white mater, PD perifer dan vena penuh parasit, kapiler
Fase akut lewat bradizoit dlm jaringan, SSP dan retina
dipenuhi leukosit, monosi sumbatan PD, Fibrin & trombusDIC
Klinis: ggn status mental, panas, defisit neurologis fokal, kejang ggn
penglihatan, iritasi meningeal. Klinis : terlambat pengobatan/ resisten OAM nyeri kepala,penkes.
Penunjang : Anak hipoglikemi, kejang, anemia berat konsumsi glukosa untuk
IgM infeksi akut mingu I, titer menurun setelahnya. kebutuhan metabolisme parasit.
Elisa : lebih sensitif infeksi 2lm 2-3 bulan Dewasa gagal ginjal akut, ikterus, udem paru
Emzet.zaki@neuroUGM
62
61
Laboratorium : Parasitemia >10% disertai komplikasi berat: malaria serebral, ggl ginjal
Apusan darah tipis plasmodium akut, ARDS, ikterik, anemia berat
QBC (semi quantitative buffy coat) Parasitemia>10% gagal pengobatan setelah12-24 jam pemberian
Rapid manual test mendeteksi antigen p.falciparum mnggunakan kemoterapi antimalaria yg optimal, didapatkan skizon matang pada sel
dipstick sensitivitas 73,3% spesifisitas 82,5%. darah tepi.
PCR: mendeteksi DNA spesifik plasmodium dalam darah. Neurosistiserkosis
Kriteria Dx :
Makanan kontaminasi T.Solium usus onkosfer PDjaringan
1. Dari daerah endemis
spesifik, berkembang biak.
2. Demam atau riw. Demam tinggi
Onkosfer hidup di jaringan sebagai kista yg mengandung cairan
3. Manifestasi serebral: penkes dgn atau tanpa defisit neurologis lain,
(metasestoda) parasit kehilangan kemampuan mengontrol
kemungkinan penyebab lain telah disingkirkan.
pertahanan inang degenerasi vesikel koloidal eksudat
4. Ditemukan parasit malaria dalam sediaan darah tepi
kaseosa parasit hancur kalsifikasi.
5. Tidak ditemukan kelainan LCS yg berarti.
Gejala klinis :
Penatalaksanaan :
1. NSS asimptomatis
1. Kina : 20mg/kgBB dlm 100-200cc D5% atau NaCl0,9% selama 4 jam
2. NSS parenkimal :perbatasan substanstia grisea dan subs.alba :
lanjutkan 10 mg/kgBB dlm D5% beikan dlm 4jam slnjutnya tiap 8 jam.
Bila sadar 3x10mg/kgBB P.O slm 7 hari. kejang, defisit fokal, perub.status mental, demensia.
2. Kinidin bila tidak tersedia kina15 mg basa/kgBB dlm 250cc cairan 3. NSS subarachnoid :tanda meningitis dan PTIK
isotonik dlm 4jam lanjut 7,5 mg basa/kgBB dlm 4jam/ 8jam lanjut 4. NSS intraventrikuler: sindrom hidrosefalus, PTIK.Kista melayang
per oral di ventrikel menyebabkan sindrom Bruns NK, vertigo, ataksia,
3. Klorokuin : klorokuin basah 50mg/kgBB dlm 500cc NaCl 0,9% dlm 8 dropp attacks.
jam lanjutkan 5 mg/kgBB per infus selama 8 jam, diulang 3x (total 5. NSS okuler: proptosis, konjungtivitis kronis, ptosis, kelumpuhan
dosis 25mg/kgBB slm 32 jam) otot intraokuler.
4. Derivat artemisin pilihan pertama Diagnosis :
Artesunat (puyer) 2,3 mg/kgBB I H1 dibagi 2 dosis lanjut 1,2 PA : parasit/ skoleks
mg/kgBB dlm 2 dosis (H2-5). Penelitian 7 hari + doksisiklin/ CT scan :
tetrasiklin untuk cegah rekrudensi. 1. nodul soliter/multipel lesi densitas rendah tanpa enhancement
Artemeter lar.minyak (i.m) 3,2 mg/kgBB i.m dibagi dua dosis yg menunjukkan sistiserkosis hidup.
(/12jam) lanjut1,6 mg/kgBB/24 jam selama 4 hari 2. Lesi hipodens/isodens dengan ring enhancement kista mati.
3. Kalsifikasi dari sisa kista yang mati
Artemisin supp (artesunat, dihidroartemisin, artemisnis) 10 mg/kgBB
4. Edema otak difus, ventrikel alteral kecil dengan nodul
+ mefloquine untuk cegah rekrudensi
multiple yang enhancemen pada pemberian kontras.
5. Exchange tranfusion mengeluarkan eritrosit yg berparasit, menurunkan
roksin hasil parasit dan metabolitnya serta memperbaiki anemia. Imaging lain: Infark oklusi atau vaskulitis
Sistiserkosis race-mose dari sisterna basalis kista besar atau
Parasitemia >30% tanpa komplikasi berat
multiple
Emzet.zaki@neuroUGM
63 64
Kriteria diagnosis aliran darah saraf sensoris, otonom, motorik. Menghambat pelepasan
1. Absolut : histopatologibiopsi otak parasit, CT Scan/MRI neurotransmiter inhibisi.
: skoleks pada lesi kistik, funduskopi : parasit subretina. Tipe “
2. Mayor:imaging sesuai lesi NS,imunoblot antibodi sistiserkosis 1. Tetanus lokaltjd scr lokal, ex :satu tungkai
(+), resolusi lesi tx albendazol atau praziquantel dan 2. Tetanus sefalik: luka daerah kepala, riw. Infeksi telinga otut nukleus
resolusi spontan pada small singgle enhancing lession motorik batang otak, segmen servical.
3. Tetanus generalisata: trismus, lockjaw, kaku leher, disfagia,rigiditas.
3. Minor: imaging lesi NSS, klinis NSS, ELISA (+),
Penatalaksanaan 24 jam pertama:
sistisirkosis antigen (+) pada LCS dan adanya sistiserkosis
1. ATS 10.000 UI I.V, TT 0,5 cc i.m
diluar SSP
2. Metronidazol 4x500 mg i.v atau p.o (7-10 hari)
4. Epidemologi: household contact, tinggal di aerah endemis.
3. HTIG 300-500 UI i.m/i.v
Penunjang : 4. Diazepam 1 amp iv perlahan bila kejang
Telur feses (+), eosinofilia (3%), serologis antigen,
antibodi, imunoglobulin oligloconal atau IgE.
Serologis LCS
ELISA (sens 95%, spec 87%)
Imaging visualisasi scolex dalam kista
Terapi :
Albendazole 15mg/kgBB/hari (1bulan), atau
Praziquantel 50mg/kgBB. Hari (2 minggu) berinteraksi dengan
steroid, menurunkan level serum phenitoin dan carbamazepin.
Dexametason 4,5-12 mg/hari, prednison 1mg/kg/hari udem
serebri.
Eksisi kista yg besar, pemasangan shunting ec hidrocephalus,
TETANUS
Patogenesis :
1. Masuk ke Otot luka, post op, combustio
2. Otot ke otot yg berdekatan
3. Limfatik
4. Aliran darah :limfatik
5. SSP transport retrograde sepanjang jalusr aksonal.
Toksinototberikatan dgn reseptor membran terminal presinaps.-->
akson perifer kornu anteriornukleus anterior batang otak. Toksin
Emzet.zaki@neuroUGM
65 66
Tatalaksana:
E
Belum ada terapi efektif
ACTH 150 unit/m2 atau 20-30 uniy/ m2 turunkan perlahan 4-8 minggu
Valproat, Zionisamid, Vigabatrin, Topiramate.
Diet ketogenik
Operasilesi struktural.
Prognosis: kematian 50% kasus sblm usia 10 thn, RM pada 80-90%,
kriptogrnikprognosis lbh bk
1. SINDROM OHTAHARA
Onset : < 3bulan 3. Sindrom Lenox-Gastaut
Etiologi : malformasi otak saat tumbang
o Awitan 1-7 tahun, puncak 3-5tahun
Klinis: spasme tonik, 1-10 detik, 10-300x/24 jam, dpt
o Etiologi: cacat otak struktural, gannguan metabolisme otak
disertai kejang motorik parsial atau hemikonvulsi pada ½-1/3
kasus
o Klinis: Mmioklonik, lena atipikal, atonik, tonik, tonik klonik, SE non
EEG: Burst suppresion asimetris 3-5 detik konvulsif, RM.
Imaging: cerebral dysgenesis, kerusakan otak atau atrofi otak o EEG interiktal: SSWC menyeluruh dgn irama dasar lambat
Lab: px kromosom, kelainan metabolik, deifisiensi cytochrome c.oxydase o EEG iktal:tonikaktivitas cepat> 10Hz, lena atipika->SWC,
atau laktik asidosis. mioklonik polispike, atonik amplitudo rendah (flattening of all
Tx: tdk ada terapi efektif, operasi bila tdpt displasia serebral fokal. EEG activity).
Prognosis: 50% hidup dgn ggn psikomotor dan defisit neurologis berat., o Pencitraan: malformasi kortikal, Sturge Weber, tumor lob. Frontal,
Berlanjut menjadi West (75%) dan selanjutnya LGS (12%). hemartoma hipotalamus, hipoksik ensefalopati.
o
2. SINDROM WEST Tatalaksana: Asam valproat, clonazepam (mioklonik), fenitoin
(tonik), lamotigrin, levetiraceta, zonisamid, topiramat.
Awitan: 4-6bulan, laki2: perempuan 3:2
o Diet ketogenik
Etiologi: idiopatik, kriptogenik, simptomatis.
o Operatif: kasus refrakter bila terdapat lesi struktural yg jelas. Corpus
Klinis: spasme infantil gerakan aksial singkat dan mendadak, lebih sering
fleksi dibanding ekstensi ekstremitas bawah, diikuti teriakan. Dapat terbatas callosotomy pada refractory dropp attack
pada leher saja atau kontraksi aksial diikuti spasme tonik selama 10 detik. o Prognosis : bangkitan tdk dapat dikontrol dengan obat, sebelumnya
EEG: west ggn konitif atau defisit neurologis.
Interiktal: Hypsarrhytmiai: gelombang tajam multifokal dgn amplitudo
tinggi dgn irama dasar tidak beraturan, simetris/ asimetris.
4. Childhood Absance Epilepsy (CAE)
Iktal: elektro dekrementak glb lambat menyeluruh dgn amplitudo tinggi Awitan: 2-10 tahun, puncal 5-6tahun, 60-70% perempuan
diikuti aktivitas amplitudo rendag. Etiologi:
CT Scan: hidraensefali, schizencephaly, agenesis corpus callosum ECA1 dikaitkan dgn kromosom 8q24
MRI: disgenesis kortikal, gangguan mielinisasi. ECA2 mutasi GABRG2 pada band 5q31.1
Emzet.zaki@neuroUGM
67 68
ECA3 mutasi gen saluran ion CLCN2 pada band 3q26 Prognosis: baik, 80-90% terkontrol dgn obat, 3trias bangkitan
Kriteria DX: resisten obat.
1. Status perkembangan dan neurologis normal
2. Bangkitan 4-20 detik, sering, mendadak, disertai ggn kesadaran, 6.BECTS/ Epilepsi Rolandic
automatism
3. EEG iktal :3Hz spike dan double spike wave complex menyeluruh Awitan 3-13 tahun, puncak 9-10 tahun
dengan amplitudo tinggi, kemudia melambatm 4-20 detik Etiologi : kelainan kromosom 15q14
EEG interiktal: irama dasar normal atau irama delta area posterior yg Klinis: hemifasial sensorimotor (30%). Bangkitan motorik pada bibir
sinusoidal, dpt simetris atau asimetris pd oksipitoparietal dan oksipital bawah berupa klonokbeberapa detik sampai menit, seringkali tonik
(OIRDA) ipsilateral menyebabkan deviasi mulut. Hemifasial sensorik --> kebas pd
Tatalaksana: VELT (Valproat, Etosuksimid, Lamotigrin, Topiramat) sudut mulut, kesadaran intak.
Prognosis: baik, <10% berkembang GTCS pd usia 8-15thn, dpt Bangkitan oro-pharingo-laryngeal (OPL) : gargling, grunting
berkembang mnjd JME Gangguan bicara (40%), hipersalivasi.
EEG interiktal: irama dasar normal, Spike wave terletak di
5.Jouvenil Mioclonic Epilepsy sentrotemporal atau area Rolandic.
EEG iktal: pengurangan spontan CTS sebelum iktal, pada daerah
Awitan 5-16 tahun
Rolandic dan terdiri atas gelombang lambat bercampur aktivitas cepat
Etiologi: belum diketahui, genetik
gelombang paku.
Klinis—trias bangkitan:
Tatalaksana: OAE tidak diperlukan pd sebagian anak, KLLV
1. Mioklonik saat bangun tidur pd ekstremitas atas berupa elevasi
(Karbamazepin, Lev,lmt, Valproat)
bahu dan fleksi siku dgn durasi singkat> 1 detik
Prognosis: remisi lengkap tanpa defisit neurologis sebelum usia 15-16
2. GTCS, dicetuskan oleh sleep depriviation dan saat dibangunkan dari
tahun.
tidur.
3. Bangkitan absans atipikal> 1/3 kasus dgn ggn kesadaran ringan.
Bentuk lain: perioral refleks myoclonus, flash like oro-linguo-facial EPILEPSI PADA LANSIA
mioclonus, clinical photosensitivity (30%)
Pemilihan OAE :
EEG: Iktal polispike menyeluruh (10-16 Hz atau 4 Hz SWC, sinkron
Level A : GL (gabapentin, lamotigrin)
bilateral, predominan frontal, 0,5-2 detik, diikuti perlambatan ireguler.
Level B: -
Lena : 3Hz SWC
Level C: Carbamazepin
Interiktal: spike wawe 4-6Hz, polispike dan 3Hz SWC pada 20% kasus Level D: TV (Topiramat, Valproat)
Tatalaksana: VLCP (valproat, Levetiracetam, Clonazepam, Level, D,E: -
Phenobarbital)
Emzet.zaki@neuroUGM
69 70
Epilepsi pada wanita 3
Status Epileptikus
1. Katamenial : Prehospital : Dzp rektal 10-20 mg ulang setelah 15 menit. Atau Midazolam
Clobazam 20-30 mg/hari 10 hari selama periode menstruasi bucal 10 mg.
Asetazolamid 250-500 mg/hari, 5-7 hari sebelum dan selama menstruasi SE Dini: lorazepam 0,1 mg/kgBB iv dpt diberikan 4 mg bolus, ulang setelah
Tx hormon: progesteron, metabolit progesteron, antagonis estrogen. 10-20 mnt.
2. Kehamilan : SE menetap : Phenitoin 15-18 mg/kgBB iv dgn kecepatan 50mg/menit atau
Teratogenitas : OAE yg relatif kecil menyebabkan teratogenitas TOLL Phenobarbital 10-15 mg/kg iv dgn kec. 100 mg/menit
(Topiramat, Oxcarbazepin, Lamotigrin, Levitiracetam) SE refrakter :
Sebelum hamil : edukasi, OAE dosis optimal sebelum konsepsi, OAE yg kurang Propofol 1-2mg/kg iv, dilanjutkan 2-10 mg/kg/jam dititrasi naik smp SE terkontrol.
teratogenik dosis efektif harus tercapai sekurang2nya 6 bulan sblm Midazolam 0,1-0,2 mg/kg, dilanjutkan 0,005-0,5 mg/kg/jam titrasi naik s/d SE
konsepsi, hindari politerapi, Hindari valproat bila tidak bs dihindari terkontrol
berikan dosis terkecil (<750 mg) dan gunakan bentuk lepas lambat. Thiopental sodium 3-5mg/kg bolus lanjut 3-5mg/kg/jam titrasi s/d SE terkontrol
Saat Hamil:
Penggunaan valproat: Cek AFP serum (minggu 14-16), USG (minggu 16-20),
amniosintesis untuk cek AFP dan asetlkolinesterase dlm amnion
Cek kadar OAE setiap trimester dan bulan terakhir kehamilan, dosis OAE
dinaikan jika kadar OAE turun dibawah kadar OAE sebelum kehamilan.
3. Menyusui leviteracetamditransfer ke dalam ASI. Valproat,
fenobarbital, fenitoin, karbamazepin tidak.
4. Kontrasepsi
Dianjurkan non hormonal
Depo provera mengurangi bangkitan
Kontrasepsi oral tidak menggunakan OAE yg meningkatkan enzim
mikrosomal
OAE yg tidak berdampak pada kontrasepsi (penelitian) : Gabapentin,
Pregabalin, Etosuksimid, Lacosamid, Leviteracetam (<1000 mg/hari),
Zionisamid, Topiramat (<200 mg)
5. Menopouse : OAE non induksi enzim zionisamid, laotigrin, gabapentin,
levitiracetam, pregabalin)
Emzet.zaki@neuroUGM
71 72
Emzet.zaki@neuroUGM
74
73 Fraktur impresi melebihi 1 diploe
Fraktur kranii dengan laserasi serebri
Fraktur kranii terbuka
Anterior rhinorhea, Racoon’s Eye, Anosmia Tanda peningkatan TIK, pertimbangkan dekompresi
Media Otorrhea, gangguan N.VII, N.VIII
Posterior Battle’s Sign KASUS RINGAN
Px Penunjang Halo tes pada CSF, Scan otak - Pulangkan dengan pengawasan ketat 48 jam
- Edukasi, kembali ke RS jika : enderung mengantuk, Sakit kepala memberat,
DIFFUSE AXONAL INJURY Muntah proyektil
- Dirawat jika ada: Gangguan orientasi, sakit kepala & muntah, tidak ada yang
Koma lama pasca trauma
mengawasi di rumah, letak rumah jauh jika perlu kembali ke RS
Disfungsi saraf otonom
Demam tinggi PENCEGAHAN PTIK
CT Scan: awal normal, setelah diulang 24 jam edema difus
- Elevasi kepala 30 derajat
SAH TRAUMATIK - Mannitol 20% : dosis awal 1 gr/kgBB ½ - 1 jam anjutkan 0,5 gr/kgBB ½ - 1 jam
setelah 6 jam pemberian pertama
Kaku kuduk - 0,25 gr/kgBB ½ - 1 jam setelah 12 dan 24 jam pemberian pertama
Nyeri Kepala - Analgetik bila perlu
Bisa ada gangguan kesadaran
CT scan: perdarahan hiperdens di ruang subarakhnoid KOMPLIKASI
INDIKASI OPERASI TRAUMA KAPITIS
EDH : - Kejang: profilaksis OAE selama 7 hari pada kasus risiko tinggi
- >40 cc dengan midline shifting - Antibiotik profilaksis pada fraktur basis kranii/ fraktur terbuka 10-14 hari
- >30 cc pada fossa posterior/ tanda penekanan batang otak/ hidrosefalus - DIC: trauma kapitis tertutup cenderung mengalami DIC
dengan fungsi batang otak baik - Demam
- EDH progresif - GI tract bleeding
- EDH tipis dengan penurunan kesadaran BUKAN indikasi operasi
SDH :
- SDH luas (>40 cc/>5 mm), GCS > 6, fungsi batang otak baik
- SDH tipis degnan penurunan kesadaran BUKAN indikasi operasi
- SDH dengan edema serebri/ kontusio serebri disertai midline shift, fungsi
batang otak baik
ICH
- Penkes progresif
- Hipertensi & bradikardi
- Cushing reflex
- Perburukan defisit neurologis fokal
Emzet.zaki@neuroUGM
75 76
3
Emzet.zaki@neuroUGM
77 78
Laboratorium d. Gangguan vaskular genetik (CADASIL)
3 e. Vaskulitis & penyebab lain
Urinalisis, Elektrolit serum, Kalsium, BUN, Fungsi hati, Hormon tiroid Kriteria NINDS – AIREN (national institute of neurological disorders & stroke
Kadar asam folat & vitamin B12 – L’association Internationale pour la Recherche et L’Enseignement en
Absorpsi antibodi treponemal fluoresen neurosifilis & px HIV Neurosciences).
pasien risiko tinggi Probable VaD
CSF – Demensia
– Bukti penyakit CVD defisit neurologis fokal sesuai stroke,
EEG :
relevansi dengan imaging
Awal EEG normal / tidak spesifik – Hubungan keadaan di atas dengan satu atau lebih:
Lanjut perlambatan difus/ komplek periodik – Demensia 3 bulan pasca stroke
Gold standard: ditemukan neurofibrilary tangles & senile plaque – Deteriorasi fungsi kognitif mendadak & fluktuatif, defisit kognisi
progresif & bersifat stepwise
Terapi Farmakologis : – Gambaran klinis
Simtomatik : Asetilkolinesterase inhibitor, Donepezil hcl, – Gangguan berjalan: marche a petits pas, magnetic, apraxic- ataxic/
Rivastigmin, Galantamin parkinsonian gait
Gangguan Perilaku: Depresi SSRI, MAO inhibitor, Delusi/ – Riwayat tidak stabil saat berdiri & sering jatuh tanpa sebab
halusinasi/ agitasi Neuroleptik atipikal, Neuroleptik tipikal – Gangguan BAK
– Perubahan kepribadian & suasana hati, abulia, depresi,
inkontinensia, emosi, & gejala defisit subkortikal
Possibel VaD
Kasus demensia yang disebabkan oleh gangguan serebrovaskuler – Demensia + defisit neurologi fokal, tanpa konfirmasi imaging
dengan penurunan kognisi mulai ringan sampai berat – Hubungan waktu yang tidak jelas antara demensia & stroke
Dapat/ tidak disertai gangguan perilaku sehingga menimbulkan – Onset penyakit tidak jelas, perjalanan klinis bervariasi seperti
gangguan aktivitas harian yang bukan disebabkan karena kelemahan plateau/ perbaikan defisit kognitif
akibat stroke Possibel VaD
1. Demensia vaskuler pasca stroke – Demensia + defisit neurologi fokal, tanpa konfirmasi imaging
o Multi infark (tromboemboli makrovaskular) – Hubungan waktu yang tidak jelas antara demensia & stroke
o Stroke single strategic (lesi iskemik di area perilaku – Onset penyakit tidak jelas, perjalanan klinis bervariasi seperti
o Demensia hemoragik plateau/ perbaikan defisit kognitif
2. Demensia vaskular subkortikal – Defisit memori tahap awal, perburukan memori & kognisi lain (afasia
a. Stroke lakuner, multiple subkortikal transkortikal sensorik, apraksia, agnosia) tanpa lesi relevan pada
b. Penyakit binswanger imaging
c. Demensia pasca iskemik – Tidak ditemukan defisit neurologis fokal selain gangguan kognisi
Emzet.zaki@neuroUGM
79 80
– Episode gangguan lesi UMN ringan 3 3
– Gangguan berjalan pada tahap awal demensia
– Riwayat gangguan keseimbangan, sering jatuh tanpa sebab
– Urgensi miksi
– Disartria, disfagia, gejala ekstrapiramidal Gangguan bahasa dari disfungsi otak
Gangguan perilaku & psikis depresi, perubahan kepribadian, Orang tangan kanan dominan: 99% lesi hemisfer kiri
emosi labil & retardasi psikomotor Kidal: 60% lesi hemisfer kiri juga
Laboratorium : Langkah awal pemeriksaan afasia: kefasihan bicara (>50 kata per menit)
• hematologi faktor risiko stroke Afasik fasih dapat bicara normal (200 kata/menit), logorea, penekanan kata
• Radiologi: foto thoraks, radioimaging Kesulitan mengawali & menghasilkan percakapan. Satu kata untuk
menjawab/ kata singkat
• CT scan : VaD pasca stroke: infark, ICH, SAH
Langkah kedua pemeriksaan afasia: penilaian bahasa yang komprehensif
VaD subkortikal:
Langkah ketiga pemeriksaan afasia: kemampuan mengulang kata & kalimat
• Lesi periventrikuler & substansia alba luas
dengan benar.
• Tidak ditemukan: infark kortikal & kortikal- subkortikal,
infark watershed, perdarahan pembuluh darah besar, NP AFASIA BROCA
Hidrosefalus, multiple sclerosis, sarkoidosis, radiasi otak Afasia non fasih, output verbal susah, diastrik, disprosodik, & agramatikal
• MRI :- Lesi periventrikel & substansia alba Pengertian utuh. Kadang susah mengerti manipulasi berurutan.
-Multple lakuner >5 Lesi girus frontal inferior dekat operkulum & insula, di atas a. Cerebri media
-Tidak ditemukan: infark kortikal & kortikal- subkortikal, Operkulum frontal: susah mengawali percakapan
infark watershed, perdarahan pembuluh darah besar, NP Korteks lower motor: disartria & disprosodi
Hidrosefalus, multiple sclerosis, sarkoidosis, radiasi otak TRANSKORTIKAL MOTOTRIK
Tx faktor risiko vaskuler Output verbal tidak fasih, pengertian auditorik utuh, kemampuan repetisi,
• Asetilkolinesterase inhibitor membaca suara keras utuh, pengertian membaca bervariasi, penamaan &
– Donepezil hcl 5 mg, 1x1 menulis yang buruk
– Rivastigmin 2 x 1,5 mg, titrasi interval 1 bulan s/d 2 x 6 mg Lesi di area motor tambahan & gyrus singulatus di area a. Cerebri media
– Galantamin 2x 4 mg, titrasi interval 1 bulan s/d 2 x 16 mg lobus frontal kiri.
• Depresi AFASIA GLOBAL
– SSRI: sertraline 1x 50 mg, fluoxetine 1x 20 mg Gangguan seluruh aspek: output verbal spontan, pengertian, repetisi,
– MAO inhibitor: reversible MAO – A inhibitor penamaan, membaca dgn suara keras, pengertian membaca & menulis
– Moclobemide Lesi luas di hemisfer kiri, meliputi seluruh area a. Cerebri media
• Delusi/ halusinasi/ agitasi TRANSKORTIKAL CAMPURAN
– Neuroleptik atipikal :Risperidon 1x 0,5 mg – 2 mg/ hari, Kombinasi transkortikal motorik & sensorik, menyisakan kemampuan
Olanzapin, Quetiapin 2x 25 mg- 100 mg paradoks untuk mengulangi
– Neurleptik tipikal :Haloperidol 1x 0,5 mg – 2 mg/ hari Tiga tipe lesi
Lesi bulan sabit aspek lateral hemisfer menyisakan korteks parasylvian
Emzet.zaki@neuroUGM
81 82
Infark a. Cerebri anterior luas, menisakan korteks parasylvian AGRAFIA
Daerah lingusitic posterior & lobus frontal atau sirkuit frontal- subkortikal 3 Gangguan kemampuan menulis yang didapat 3
Harus dibedakan dengan buta huruf, di mana kemampuan menulis tidak
AFASIA WERNICKE
pernah terbentuk
Output parafasik fasih dengan pengertian, repetisi, & penamaan yang buruk
Agrafia murni: lesi lobus frontal kiri
Manifestasi sbg logorea omong kosong
Agrafia dalam: aleksia berat & lesi lobus parietal kiri
Lesi sepertiga posterior girus temporal superior kirI
Agrafia diskoneksi: apraksia ideomotor, diskoneksi tulisan tangan dengan
TRANSKORTIKAL SENSORIK output, agrafia tangan kiri pada pasien kinan dengan cedera callosal.
Mirip afasia wernicke, dengan kemampuan mengulang kata yang baik WRITER’S CRAMP
Lesi: girus angularis dominan, girus temporal midposterior, jaras Salah dipahami sebagai agrafia: kram progresif pada tangan & lengan pada
substansia alba periventrikuler dari istmus temporalis profesi yang banyak menulis
AFASIA KONDUKSI Progresinya menjadi distonia segmental
Afasia fasih, pengertian secara relatif masih utuh dengan kemampuan Defisit neurologis mungkin ditemui namun tidak menonjol
repetisi yang terganggu. Agrafia Reiteratif: repetisi abnormal huruf, kata dan frase dalam menulis
Agrafia visuospasial: menyianyiakan satu bagian dari halaman tulisan, memiringkan
Membaca suara keras terganggu, pengertian membaca utuh
garis-garis ke atas / ke bawah
Lesi fasikulus arkuatus pada operkulum parietal kiri
AKALKULIA
AFASIA ANOMIK Akalkulia & gangguan bahasa: parafasia angka, agrafia angka, atau aleksia
Anomia produksi kata angka (posterior hemisfer kiri & mengenai parietal)
Anomia seleksi kata Akalkulia sekunder akibat disfungsi visuospasial: tidak urut angka & kolom
Anomia semantik: gangguan kemampuan terhadap nama, tidak bereaksi (parietal kanan)
pada petunjuk, tidak mengenali kata jika tidak disebutkan pemeriksa Anaritmetria primer: mengganggu proses komputasi (sindrom Gertsmann,
Lesi gyrus angularis kiri gyrus angularis)
AFASIA LESI THALAMUS & GANGLIA BASAL
Disartria & hipofonia yang menonjol SYNDROME GRESTMAN
Disgrafia, Agnosia jari, Tidak mampu membedakan kanan kiri, Akalkulia
Defisit pencarian kata, pengertian terganggu pada material kompleks
Lesi gyrus angularis
Gangguan gerakan yang dipelajari tidak diakibatkan oleh kelemahan,
SINDROM YANG BERHUBUNGAN DENGAN AFASIA hilang sensorik, inatensi, atau gagal memahami perintah
ALEKSIA APRAKSIA
Ketidakmampuan membaca yang didapat
Apraksia ideasional: gagal memperagakan urutan kegiatan
Disleksia: abnormalitas perkembangan, seseorang tidak mampu belajar
multikomponen pada konfusional akut pada demensia
membaca & kebutahurufan
Apraksia ideomotor: gagal melakukan kegiatan yang diperintahkan yang
Lesi pada aleksia tanpa agrafia: oksipital kiri & posterior corpus callosum
dapat dilakukan secara spontan (melambaikan tangan, menjahit, bersiul)
sindrom Gerschwind aleksia tanpa agrafia, hemianopia homonim
lesi hemisfer kiri spesifik
(splenium sinistra & korteks visual sininstra)
Apraksia parietal: lesi parietal inferior & fasikulus arkuatus
Aleksia dengan agrafia: gyrus angularis bersama sindrom Gertsmann Apraksia simpatetik: apraksia tungkai kiri & bukolingual lesi frontal kiri
Emzet.zaki@neuroUGM
83 84
Apraksia callosal: tidak dapat mengerjakan perintah pada anggota gerak Rata2 orang normal mampu menyelesaikan tugas tanpa kesalahan
non dominan gangguan komunikasi antar hemisfer Kerusakan otak rata2 10 kesalahan 3
Ommision error tidak mengetuk saat huruf A disebutkan
AGNOSIA AUDITORIK &TULI KATA MURNI
Commissio error mengetek saat ‘A” tidak disebutkan
Tidak mampu mengenali bunyi ( kata & bukan kata) Perseveration error tdk mampu menghentikan ketukan saat ‘A’ tidak
Lesi korteks auditorik primer dari kedua hemisfer disebutkan
APROSODIA VERBAL FLUENCY
Prosodi: variasi dalam tinggi nada, tekanan & irama melodi ucapan Parafasia literal : kursi kurdi
Lesi area broca: aprosodia eksekutif Parafasia verbal : sendok disebut garpu, meja disebut bangku
Lesi temporoparietal kanan: aprosodia reseptif (tidak mampu memahami Menyebutkan nama binatang sebanyak2nya dalam 1 menit
prosodi emosional & non emosional) Normal : 18-22 binatang dalam 1 menit, standar deviasi 5-7
Pemahaman prosodik non emosional: dapat pada posterior kiri Usia≤ 60 20±4,5; 70-79 17±2,8; ≥80thn 15,5±4,8
Pemahaman prosodik emosional: dapat pada ganglia basalis TES KEPING 36 (TOKEN TES)
GAGAP Tes pemahaman bahasa
Gangguan irama bicara dengan keragu-raguan, jeda, repetisi bunyi dalam Tdd 36 tugas dalam bentuk kalimat yg makin lama makin kompleks
kata 20 buah, 5 warna
Perintah diucapkan dgn jelas tanpa tekanan nada tertentu, kecuali nomor
Tipe anak dimulai antara 2 & 10 tahun: 20% laki-laki, familial
34
Membaik sebelum usia 16 tahun
Bagian 1-5 pasien tidak memberikan respon 5 detik/ respon salah
20% berlanjut seumur hidup susun kembali seperti semula
Tipe didapat akibat penyakit saraf Bagian 1-5 tjd kesalahan berturut2 dihentikan
PET: penurunan metabolisme korteks cingulate anterior & giri temporal Perintah bagian 6 tidak boleh diulang
superior & media terutama hemisfer kiri Hasil : 36-29 tidak ada ggn pemahaman, 28-25 ggn ringan, 24-17
EKOLALIA & PALILALIA ggn sedang, 16-6 ggn berat, 8-0 sangat berat
Ekolalia: mengulang kata dari dokter MEMORI
Palilalia: mengulang/ menggumam kata oleh pasien sendiri Immediate memory: kemampuan merecall stimulus beberapa detik
Ekolalia pada afasia transkortikal, gangguan sirkuit lobus frontal – ganglia Recent memory: mengingat kejadian sehari-hari tanggal, nama dokter,
basalis makanan yg dimakan saat sarapan). Kejadian baru: menit, jam, hari, bulan,
tahun.
PEMERIKSAAN NEUROBEHAVIOUR Remote memory: recall kejadian bertahun2 yg lalu (tgl lahir, sejarah, nama
teman)
DIGIT SPAN
Amnesia anterogard : ketidak mampuan mempelajari materi baru setelah
Bacakan digit dengan intonasi normal brain insult
Setiap digit per satu detik Amnesia retrogard: amnesia pd kejadian sebelum brain insult
Intelegensi rata-rata mengulang 5-7 digit New Learning Ability: menilai secara aktif memori baru, rekognisi dan
Mampu mengulang < 5 digit gangguan atensi registrasi input sensori awal, retensi dan penyimpanan informasi serta
recall informasi.
Vigilance (‘A’ Random letter test)
Serial huruf, huruf A lebih banyak dibandingkan huruf lain
Emzet.zaki@neuroUGM
85 86
VISUOSPASIAL Merekam gerakan nistagmus 3
GAMBAR LINGKARAN, KUBUS, MENYUSUN BALOK 3 Gerakan dinilai secara kuantitatif
FUNGSI EKSEKUTIFinformasi, kalkulasi (problem solving), abstraksi, seri konsep, • Tes Garpu Tala
set shifting / shifting of idea Membedakan tuli konduktif & perseptif
D’esposito: atensi, bahasa, visuospasial, memori, eksekutif. Tes Rinne, Weber, & Schwabach
CDT: visuokonstiksi dan eksekutif yg berkaitand dgn gangguan lobus frontal Tuli konduktif: tes rinne (-), Weber lateralisasi ke sisi yang tuli, &
dan parietal. Menilai : inisiasi dan motivasi, perencanaan, pelaksanaan, Schwabach memendek
kemampuan motorik Tuli perseptif: tes rinne (+), Weber lateralisasi ke arah yang sehat, &
Schwabach memendek
TERAPI
• Terapi Kausal
– Pilihan utama
• Terapi Simtomatik
• Vestibulogenik – Fase akut: antihistamin + diazepam rasa cemas & vertigo
– Primer: motion sickness, BPPV, Meniere disease, neuronitis vestibular, drug – Mual muntah: anti emetik
induced • Ca entry blocker: mengurangi aktivitas SSP, menekan pelepasan glutamat,
– Sekunder: migrain vertebrobasilar, insuf vertebrobasilar, neuroma akustik menekan aktivitas NMDA spesial channel, bekerja langsung pada depresor
labirin
Non Vestibuler: gangguan cerebellar, hiperventilasi, psikogenik, dll
– Flunarizin (Sibelium) 3x5-10 mg/hari
• Antihistamin: efek antikolinergik & merangsang inhibitory- monoaminergik
•Vertigo perifer
dengan akibat inhibisi n. Vestibularis
lebih berat, timbul mendadak, lebih sering diperburuk dengan
– Cinnarizine 3x25 mg/hr, dimenhidrinat (dramamine) 3x50 mg/hr
gerakan kepala,
• Histaminik: inhibisi neuron polisinaptik n. Vestibularis lateralis
dapat dengan penyerta mual, muntah & gangguan pendengaran,
– Betahistine (Merislon) 3x8 mg
tinnitus/tuli
• Fenotiazine: pada kemoreseptor trigger zone & pusat muntah med. Oblongata
• Vertigo central
– Chlorpromazine (Largaktil) 3x25 mg/hr
Gejala fokal cerebral
• Benzodiazepine: 3x2-5 mg. menurunkan resting activity neuron n. Vestibularis
Gangguan mental
• Antiepileptik
Gejala batang otak (parese nn craniales)
– Carbamazepin (tegretol) 3x200 mg/hr
PEMERIKSAAN NEURO-OTOLOGI
– Fenitoin (Dilantin) 3x100 mg
• Tes Nylen Barany / Dix Hallpike
Posisi duduk dibaringkan ke belakang dgn cepat, kepala Pengobatan simtomatik otonom(muntah)
menggantung 45 derajat di bawah garis horizontal miringkan 45o – Metoclopramide (primperan, raclonid) 3x10 mg/hr
ke kanan lalu ke kiri perhatikan munculnya vertigo & nistagmus Rehabilitatif
Perifer: vertigo & nistagmus setelah periode laten 2-10 detik, Vertigo vestibular akut mengalami perbaikan dalam 1 minggu
menghilang dalam 1 menit. Berkurang / menghilang jika diulang Dalam 2-3 minggu dapat bergerak stabil
(fatigue) Mempercepat penyembuhan vetibular exercise (latihan visual
Central: tidak ada periode laten vertigo & nistagmus. Berlangsung vestibular, Brandt Daroff, Gait Exercise): melatih mata & otot tubuhVertigo
lebih dari 1 menit. Diulang reaksi menetap (non fatigue). vestibular akut mengalami perbaikan dalam 1 minggu
Electronistagmogram Dalam 2-3 minggu dapat bergerak stabil
Emzet.zaki@neuroUGM
87 88
Mempercepat penyembuhan vetibular exercise (latihan visual 3
vestibular, Brandt Daroff, Gait Exercise): melatih mata & otot tubuh NEURINOMA AKUSTIK
PEMERIKSAAN ELEKTRONISTAGMOGRAFI • Nervus VIIISistem vetibular: labirin (utrikulus, sakulus, & 3 kanalis
o Tes Sakadik Melirik cepat ke titik lampu 20o kiri dan kanan bergantian. semisirkularis) & saraf vestibularis. Sistem auditorik: koklea & saraf koklearis
o Head Shaking Test : • Neuron sensorik primer n. VIII di koklea & sist vestibuler badan sel di koklea
Melihat langsung & kanalis semisirkularis saraf koklearis & vestibularis membentuk n. VIII
Kepala pasien menunduk 30o meatus auditori internal (berjalan bersama n VII) perbatasan med.
Menggerakkan sendiri kepala 45o kanan dan kiri 10-20x Oblongata & pons, di lateral n. VII.
Setelah berhenti liat bila ada nistagmus • Neuroma akustik tumor jinak krn produksi berlebihan sel Schwann
Lesi perifer: fase lambat ke arah lesi (fase primer), fase lambat ke arah • Sel Schwann pembungkus & sumber nutrisi saraf
sehat (fase sekunder • Tumbuh di pertemuan selubung saraf pusat (jar. Glia) & selubung saraf perifer
Lesi sentral: cross coupling, nistagmus vertikal (sel Schwann) bertemu kanalis auditori internal: Zona Obersteiner- Redich
Tracking test/ Pursuit Eye Movement 8-12 mm distal batang otak
Mata mengikuti bandul 20o kiri & kanan, kecepatan 40o/ detik • Istilah baru: Vestibuler Schwannoma
o Tracking Test/ Pursuit Eye Movement Gejala Klinis
Mata mengikuti gerakan bandul 200 ke kiri dan ke kanan dengan • Karena kompresi koklear n. VIII : tuli sensorineural ipsilateral, innitus,
kecepatan 400/ detik gangguan keseimbangan
o Tes kalori • 95% gejala awal gangguan pendengaran ipsilateral
1. Tes kalori –Alternate Bineural bithermal test (ABB) • Gejala lain : nistagmus, ataxia, gangguan gait, hipestesi wajah krn kompresi
Stimulus : air 440 dan 300 datau udara 490 dan 250 n.V, Peningkatan TIK
Lamanya irigasi: air 30 detik, udara 60 detik Imaging
Pasien duduk dengan kepala dorsofleksi 60 0/ baring dengan kepala • CT scan lesi isodens, menyangat dengan kontras
fleksi 300 • Tumor yang besar: gambaran inhomogen krn degenerasi kistik / perdarahan
Periksa telinga dengan otoskopi intratumoral
Irigasi air air 30 detik, udara 60 detik • MRI merupakan gold standard neuroma akustik
Urutan irigasi: AD panas-AS panas, AD dingin-AS dingin o T1 lesi ekstra axial di meatus auditorik internal yg isointens /
Antara 2 irigasi ditunggu 5 menit hipointens
Rekaman dilakukan setiap selesai irigasi, selama 60 detik o Menyangat dengan kontras
Rekaman supresi visual : dilakukan ±60 detik setelah tercapai o T2 intensitas sinyal yang meningkat
respon maksimal selama 10 detik Ukuran neuroma akustik
Kalkulasi : pilih rekaman 10 detik terbaik, hitung kecepatan rata2
dari semua nistagmus dalam 10 deteik tersebut o Small: <1,5 cm
2. Tes kalori simultaneur Bitermal Bineural Test (SBB) dilakukan bila o Moderate: 1,5 – 3 cm
ABB negatif o Large: >3 cm
Lokasi & ekspansi
– Intracanalicular: di dalam kanalis auditori internal
– Cisternal: meluas keluar kanalis auditori internal
– Compressive: mendesak cerebelum / batang otak
– Hydrocephalus: obstruksi ventrikel IV
Emzet.zaki@neuroUGM
89 90
Tumor kecil & pendengaran masih baik: fossa medial
DIAGNOSIS Ukuran sedang & besar: suboksipital & trans labirin
• Tumor sudut serebelopontin (CPA) Indikasi operasi: ukuran >3 cm, ekstrakanalikuler, defisit neurologis progresif,
– Neuroma akustik (70-80%) dekompresi batang otak
– Meningioma (10%) Tingkat rekurensi 10%
– Sisanya: tumor epidermoid, lipoma kista arakhnoid, metastasis Risiko kematian pasca pembedahan 0,5 – 2%
• CT scan meningioma: lesi hipodens homogen, kadang dgn kalsifikasi Komplikasi pasca pembedahan 20%, terutama usia lanjut & tumor ukuran
besar: Nyeri kepala, Hilang pendengaran, Parese n. Facialis, Meningitis,
DIAGNOSIS BANDING Kebocoran LCS, Kerusakan serebelum, pons, lobus temporal
• Neuroma akustik 95% unilateral & sporadik Gejala klinis yang sudah ada sebelum reseksi, biasanya menetap
– Usia pertengahan 40-50 thn Stereotactic radiosurgery dgn gamma knife bertujuan membunuh sel tumor
• Neuroma akustik yang diturunkan 5% dengan cedera minimal
– Berhubungan dgn neurofibromatosis tipe 2 Dosis 13 Gy
– Dicurigai pada usia muda Tumor dapat menyusut namun jarang menghilang
• Neuroma akustik: batas tegas, kapsul kolagen, sering berbentuk globular Indikasi: risiko tinggi operasi, usia lanjut, ukuran tumor kecil – sedang, tumor
dibanding fusiform bilateral
• Tumor yang kecil: terlihat saraf induk di dalam substansi tumor Fractionated Stereotactic Radiotherapy radiasi dengan membagi beberapa
• Gambaran mikroskopis: sesi untuk mengurangi efek radiasi & mempertahankan fungsi otak & saraf
– Antoni A: sel bipolar memanjang padat, tersusun dalam Rekurensi 20%
lembaran/lapisan, kadang gambaran seperti pagar kayu (verocay
bodies) PX KHUSUS OTO-NEUROLOGIS
– Antoni B: jaringan longgar seperti pons/bunga karang, kadang
- Elektronistagmoga m: merekam gerakan nistagmus, grakan dinilai
penampakan degeneratif
– Pada schwannoma dengan transformasi keganasan peningkatan
secara kuantif
selular, pleomorfisme, sel-sel mitotik. - Tes Garpu Tala :
Terapi - Membedakan tuli konduktif & perseptif
1. Terapi konservatif/ observasi - Tes Rinne, Weber, & Schwabach
2. Reseksi/ pengangkatan tumor operatif - Tuli konduktif: tes rinne (-), Weber lateralisasi ke sisi yang
3. Stereotactic Radiosurgery
4. Fractionated Stereotactic Radiotherapy tuli, & Schwabach memendek
5. Tumor ukuran kecil observasi, audiogram & MRI berkala - Tuli perseptif: tes rinne (+), Weber lateralisasi ke arah yang
a. Pada usia lanjut juga observasi sehat, & Schwabach memendek
b. Problem kesehatan tidak memungkinkan tindakan operatif/ - Audiometri
radiasi
Pembedahan - Loudness Balance Test
Operasi wajib jika ada perburukan klinis/ ukuran tumor besar & - SISI
membahayakan hidup. - Bekesy Audiometri
Reseksi tumor terapi kuratif satu-satunya
- Tone Decay
Tiga metode: fossa medial, suboksipital, & trans labirin
Emzet.zaki@neuroUGM
91 92
Pemeriksaan penunjang : TERAPI REHANILITATIF
- Lab darah rutin & urin rutin
- Vertigo vestibular akut mengalami perbaikan dalam 1 minggu
- rontgen tengkorak, leher, stenvers (pada acoustic neurinoma)
- Dalam 2-3 minggu dapat bergerak stabil
- Neurofisiologi: EEG, EMG, Brainstem Auditory Evoked Potential
- Mempercepat penyembuhan vetibular exercise (latihan visual
(BAEP)
vestibular, Brandt Daroff, Gait Exercise): melatih mata & otot
- Neuroimaging: CT Scan, Pneumoenseflaografi, Arteriografi, MRI
Terapi Vertigo tubuh
- Terapi Kausalpilihan utama ELEKTRONISTAMOGRAFI
- Terapi Simtomatik: Fase akut: antihistamin + diazepam rasa
cemas & vertigo - RutinTes Sakadik
- Mual muntah: anti emetik - Melirik cepat ke titik lampu 20o kiri dan kanan bergantian
- Ca entry blocker: mengurangi aktivitas SSP, menekan pelepasan - Head Shaking Test
glutamat, menekan aktivitas NMDA spesial channel, bekerja - Melihat langsung
langsung pada depresor labirin - Kepala pasien menunduk 30o
- Flunarizin (Sibelium) 3x5-10 mg/hari - Menggerakkan sendiri kepala 45o kanan dan kiri 10-20x
- Antihistamin: efek antikolinergik & merangsang inhibitory- - Setelah berhenti liat bila ada nistagmus
monoaminergik dengan akibat inhibisi n. Vestibularis - Lesi perifer: fase lambat ke arah lesi (fase primer), fase
- Cinnarizine 3x25 mg/hr, dimenhidrinat (dramamine) 3x50 lambat ke arah sehat (fase sekunder
mg/hr - Lesi sentral: cross coupling, nistagmus vertikal
- Histaminik: inhibisi neuron polisinaptik n. Vestibularis lateralis - Tracking test/ Pursuit Eye Movement Mata mengikuti
- Betahistine (Merislon) 3x8 mg bandul 20o kiri & kanan, kecepatan 40o/ detik
- Fenotiazine: pada kemoreseptor trigger zone & pusat muntah
med. Oblongata
- Chlorpromazine (Largaktil) 3x25 mg/hr Usia 60 thn, 7x dibanding 18-40 tahun
- Benzodiazepine: menurunkan resting activity neuron n. Etiologi : idiopatik (50%), simptomatik riw trauma, labirintitis, meniere,
Vestibularis 3x2-5 mg/hr insuf VB, post op, ototoxic, mastoiditis.
- Antiepileptik :carbamazepin (tegretol) 3x200 mg/hr Patofisiologi :
- Fenitoin (Dilantin) 3x100 mg 1. Hipotesis kupulolitiasis : debri otokonia dari makla utrikulus terlepas
masuk kanal semisirkular posterior menempel di kupula dari krista
- Pengobatan simtomatik otonom(muntah)
ampularis
- Metoclopramide (primperan, raclonid) 3x10 mg/hr 2. Hipotesis kanalitiasis Debris otokonia, makula utrikuli terlepas masuk
ke canal semisirkularis (posterior) bebas didalam kanal.
Emzet.zaki@neuroUGM
93 94
Klinis : - Latihan habituasi : brain daroff tutup mata 2x/ hri dalam 3
- Vertigo vestibular mendadak singkat (10-30 detik)- recurent minggu atau 3x/hari dalam 2 minggu. (5x gerak tiap sesi)
- Perubahan posisi kepala 2. Bedah : bila tidak sembuh dengan konservatif neurectomi atau
- Gejala otonom (+) canal plugging ada risiko SNHL post op (10%)
- Dix halpike (+) 3. Farmakologi : jarang diperlukan; bila ada disequilibrium post
- Kriteria : vertigo vestibuler perifer, recurent, durasi < 1 menit, BPPV betahistin untuk mempercepat kompensasi.
diprovokasi oleh perubahan kepala
- Tidak disebabkan penyakit lain
Temuan abnormal BPPV : ada nistagmus posisional : latensi 3-10 detik,
durasi < 30 detik disertai vertigo dengan durasi serupa setelah 4 tanda :
1. Vertigo vestibular episodik, ringan-berat, minimal 20 menit < 24 jam
pengulangan beberapa kali terjadi pengurangan gejala vertigo dan
2. Penurunan pendegaran, fluktuatif, SNHL, frekuensi rendah, memberat
nistagmus (fatique)
saat serangan makin lama makin meberat
Jenis nistagmus : 3. Tinitus (nada rendah sering)
1. Kanal posterior : up beat & torsional, top pole beats toward & 4. Rasa penuh di telinga
downward ear Etiologi :
2. Kanal horizontal : 1. Familial pada 5-10%
- geotropic direction changing (right beat head right position 2. Etnis/ geografis : eropa & amerika utara
viceversa) 3. Genetik : gen COCH
- Apogeotropic: right beat in the left head position 4. Autoimun
3. Kanal anterior : downbeat posibly with sligthly torsional component 5. Otosklerosis
6. Anomali/ malformasi fisik
Pemeriksaan suppine roll test kanal horizontal dix halpike (-), tp
7. Gangguan vaskularisasi stria vaskularis telinga dalam
curiga BPPV
8. Gangguan regulasi endolimfe
DD : 9. Alergi lokal telinga dalam edema gangguan regulasi
- Otologi : neuritis vestibuler, meniere, labirintitis, superior canal 10. Penyakit sistemik tiroid, metabolisme glukosa
dehisiensi syndrome, post trauma 11. Infeksi virus: HSV, EBV, CMV
- Neurology: migrain asociated dizziness, paroxismal vestibular, 12. Trauma
insuf VB 13. Psikologis
- Lain2: psikogenik, anxietas, postural hipotensi Patofisiologi : gangguan regulasi endolimfe (produksi & absorbsi)
Terapi : peningkatan tekanan & hidrops fluktuatif ruptur membran meisner
1. Non farmakologi : endolimfe campur dgn perilimfe gangguan Na-K clearance cochlea &
vestibuler berhenti firing cochlear apex yang dominan ggn frekuensi
- edukasi, kekambuhan 40-50% dlm 5 thn
rendah, vestibular vertigo.
- Reposisi tokonia : epley, semont, lampert roll
Diagnosis :
Emzet.zaki@neuroUGM
95 96
1.Probable : episode, audiometri SNHL, tinitus & aural fullness, penyebab - ENG & tes kalori gangguan vestibular uvulatosa
lain disingkirkan - Head trust test (+), romberg & tandem (+) vestibular.
2. Definite: 2 episode, sama Terapi :
Terapi : 1.Simptomatik (1-3 hari pertama fase akut) dimenhidrinat 100 mg atau
1. Farmakologis : Diet rendah garam (1,5-2 gr/hari), tinggi kalium dan obat lain/betahistin, stop obat bila keluhan berkurang dan untuk
protein, hidrasi, hindari pencetus mendukung kompensasi.
2. Tx non destruktif : inj.steroid intratampon, endolimfe-mastoid 2. Kausatif :
decompresor/ shunt - prednison 2 x 20 mg (10-14 hari), dimulai dalam 3 hari pertama lanjut
3. Tx destructivf inj. Gentamisin intratimpani (chemical labirintomy) sampai 3 minggu. Dosis awal 100 mg/ hari lalu turun 20mg tiap 2 hari
4. Tx rehabilitasi - Antiviral (Valaciclovir) 1000 mg/ hari (3x/hari) untuk 7 hari masih
Prognosis : kontroversial
- Tidak ada ‘tidak ada sembuh sebenarnya’ 3. Rehabilitasi vestibular : untuk meningkatkan kompensasi
- Tidak dapat reduksi gejala secara signifikan pada 80-90% pasien Prognosis :
- 50% pasien membaik dalam beberapa minggu/ bulan
- Sebagian besar pasien sudah bisa aktif dalam beberapa hari (meski masih ada
gejala), dan bebas h=gejala dalam beberapa minggu, 20% menjadi kronis.
Neuralgia N VIII
Defisit unilateral organ vestibular perifer secara tiba-tiba tanpa Karena kompensai mikrovaskular N VIII (seperti trigeminal neuralgia atau
gangguan pendengaran hemifasial spasm)
Usia 30-60 tahun Kriteria diagnosis :
Berkaitan dengan musim, didahului ISPA 1. Vertigo vestibuler singkat (detik-menit)
Etiologi diduga infeksi virus HSV? 2. Dipicu perubahan posisi kepala atau hipoventilasi
Biasanya kerusakan selektif di bagian superior dari n. Vestibular yg 3. Hiperakusis/ tinitus unilateral saat serangan
inervasi kanal horizontal & anterior, dan termasuk utrikulus & sakulus. 4. Gangguan vestibular & cochlear saat serangan (bisa dari audiogram, BERA)
5. Membaik dengan karbamazepin
Patofisiologis : lesi n.vestibular perifer berat> 24 jam (2 minggu, sering
6. Tidak ada etiologi lain neurofisiologi dan radiologi
malam atau saat bangun pagi, pasien menjadi takut bangun miring ke
Pemeriksaan penunjang
sisi lesi & mata tutup) - Audiometri : SNHL unilateral saat serangan
Nystagmus horizontal fase cepat ke non lesi (bisa ada osilopsia/ ilusi - BERA: ada pemanjangan latensi gel I-III
gerakan) - MRI :dgn constructive interference in steady state sequence (CISS)
Imbalans saat berjalan karena vestibulospinal terganggu kompensasi vaskular N III
Pemeriksaan pendengaran normal DD : BPPV, meniere, epilepsi parietal, migrain basilar, insuf VB/ stroke
Tanda defisit neurologis lain Terapi :
Pemeriksaan :
Emzet.zaki@neuroUGM
97 98
- Carbamazepin 200-600 mg/ hari atau oxcarbazepin, bisa diganti
gabapentin, valproat, fenitoin
VERTIGO PADA ANAK
- Operatif : microvascular decompression tidak respon obat
1. Migrenous vertigo : migrain basilar pada anak
2. Benign Paroxismal Vertigo od Childhood (BPVOC)
3. Terkait infeksi virus
4. Terkait otitis media
Ganguan input propioseptif di cervical 5. Cot Koyanugi Herada Disease : inflamasi granulomatosis kronis cochlea
Etiologi : trauma cervical, spasme otot dan vestibuler
Klinis : kepala ringan, mengambang, tubuh goyang, nyeri lokasi Usia biasanya 2-6 tahun
cervical Sering berulang vertigo berat, tanpa peringatan (anak jadi takut saat
serangan), membaik dalam hitungan menit-jam (ada mual/ keringat dingin)
Px klinis : Uji torsi leher
Px neurologi: okulometri 7 fungsi vestibular normal diantara serangan
Terapi : anti nyeri & muscle relaxan untuk kasus dengan ketegangan
EEG DBN
otot berlebih Dx ditegakan secara klinis
Non farmakologi: rehabilitasi servical, rhabilitasi vestibular Self limiting
VERTIGO VISUAL
Adanya stimulus visual muncul gejala vertigo non vestibuler
Pemfis: visual vertigo analog scale (V VAS)
- 9 item situasi pasien menentukan dengan memberi tanda pada garis
0-10 cm di tiap item makin dekat 10 makin menunjukkan vertigo
yang diinduksi situasi item tersebut.
- V VAS positif: bila≥ 2 item situasi memiliki nilai > 0
- V VAS severity 90-100 berat
Situasional Characteristic Question (SCQ)
Rod frame test
Computerized Dynamic Posturografi
Terapi :
1. Tx adaptasi : virtual reality suasana di supermarket
- Terapi berbasis stimulasi opokinetik disk
- DVD gerakan visual home based training, 1 minggu 1x 8 x terapi,
gejala bisa membaik
Emzet.zaki@neuroUGM
99 100
3 3
Patofisiologi :
Emzet.zaki@neuroUGM
101 102
Hipokalemia (<1 mol/l) quadriplegia flaksid Ventilasi dengan oksigen 100%
Potasium serum harus > 2 mmol/l saat pemeriksaan reflek batang otak AGD arteri untuk konfirmasi korelasi yg baik antara PaCO2, SaO2 dan nilai2
Fosfat dan magnesium kelemahan neuromuskular yg berat, kadar yg telah dimonitoring.
dipertahankan 0,5-3 mmol/l SpO2 diasumsikan sebesar >95%, rekomendasi ventilasi permenit dikurangi
Glukosa darah (3-20 mmol/l) untuk mencapai peningkatan perlahan menjadi 6,0kPa kmd AGD diulang.
Tirotoksikosis, myxodemia, addison crisis O2 5L/menit mll endotracheal cateter dan respirasi diobservasi selama 5
MAP dipertahankan > 60 mmHg hipoksia, hipercarbia, dan PH normal menit. CPAP dan perubahan posisi paru2 untuk memfasilitasi oksigenasi
(PaCO2 <6 0kPa, PaO2>10 kPa, PH 7,35-7,45) jika memungkinkan.
Hilang respirasi spontan AGD untuk melihat peningkatan PaCO2 > 0,5kPa
Kondisi yg harus disingkirkan sebelum mendiagnosis kematian batang otak dari level awal. Ventilator disambungkan kembali dan ventilasi permenit
disesuaikan agar PaCO2 kembali ke level awal.
Menyingkirkan komplikasi medis: ggn elektrolit, ggn
Pemeriksaan tambahan
asam basa, ggn endokrin
AS, Belanda, Swedia EEG, timbulnya potensi, angiografi cerebral dan TCD
Tidak ada hipotermia: core temperature ≥320C (89,60f) EEG: altivitas elektrisitas otak, beberapa pasien tetap mempunyai aktivitas
Tidak ada hipotensi: TDS≥90 mmHg EEG saat koma apnoe tanpa ada reflek batang otak.
Megekklusi intoksikasi atau keracunan Angiografi otak, scan isotop (TC HMPAO), TCD atau PETdpt ditetima
Respon otak: Brain Stem Auditory
Rasa alih ke koroner
PEMERIKSAAN PENURUNAN KESADARAN
Tidak ada reflek batang otak
Pupil tidak respon thd perubahan intensitas cahaya (4-6 mm) (II,III
midbrain)
Tidak ada reflek kornea (III, V, VII : pons)
Tidak ada reflex oculo-vestibular (III,IV, VI, VIIIpons & midbrain): irigasi
membran timpani dengan 50 ml air es (40C). Rangsang dingin menyebabkan
sedimentasi endolymfe dan stimulasi sel2 rambut pada bagian
pertengahan telinga. Respon normal stimulus dingin pada pasien koma
adalah deviasi lambat pada mata, tapi tidak tjd pada mati batang otak.
Myokimias fasial dapat tjd akibat kontraksi otot pada jaringan denervasi
tetapi suatu respon motor termasuk meringis pada distribusi nervus cranial
tidak akan terjadi sebagai stimulus noxius adekuat pada berbagai area
somatik. Tekanan yg dalam dengan menggunakan objek tumpul pada
bantalan kuku atau tekanan pada nervus supraorbital harus adekuat untuk
mendapatkan respon untuk menunjukkan fungsi batang orak masih baik.
Tidak ada reflek batuk dan muntah (IX,X; medula)
Pemeriksaan apnoe
Emzet.zaki@neuroUGM
103 104
Dapat berkembang ke tipe no.2
2. Secondary progresif MS (SPMS)
CNS : MS, NMO, Transverse myelitis, ADEM Gejala paska relaps tidak membaik
Motor neuron disease : ALS (UMN+LMN), SMA (LMN) FR : onset usia tua,. Interval antara relaps pendek, lesi T2 bertambah, defisit
Rdix & LMN motorik tidak membaik
Akut : inflamatorik, GBS 3. Primary Progressive MS (PPMS)
Subakut : infection HIV, Leprosi, vasculitis wegner Berkembang gradual dan progresif, > 1thn, 2 dari 3 kriteria :
Kronik : metabolik (DM), toxic uremia, hipotiroid, nutritional, DIS pada otak ≥1, berdasar MRI T2 minimal pada 1 area luas
inlfamatory CIDP, drug induce (CIPN), paraneoplastik, genetik DIS pada medspin ≥2
NMJ : MG, LEMS, toxic botulinum LCS positif (oligoclonal bands atu IgG)
Muscle 4. Progresif –Relapsing MS
Jarang, progresif tapi ada episode respon thd steroid
Multiple Sclerosis Subtipe lain :
1. Clinically Isolated Symptome (CIS)
Imune mediated inflamatory disease menyerang akson yg bermielin pada
Single episode of symptotmp minimal 24 jam
CNS kerusakan mielin dan akson
2. Benign MS
Laki2:perempuan 2:1, mean age : 30 tahun
Remisi komplti, disabilitas minimal (EDSS < 3,5, berlangsung> 20 thn)
Faktor genetik : variasi HLA-DRB1
Pemeriksaan MRI
Berhubungan dengan: sin exposure, UV exposurem level vit D serum
Cari DIS, ada ≥1 lesi topikal pada ≥2 dari 4 area khas : periventrikular,
Patogenesis : aktivasi myelin-reactive T cell oleh AOC (di perifer) Tcell
Juxtacortical, infratentorial, medula spinalis.
tersebut mengekspresikan adhesion molecule menembus BBB produksi
Cari Diseminated in time (DIT) : lesi lain yang asimptomatik, baik enhanced
sitokin proinflamasi (TNF α,IFNδ) aktivasi mikroglia produksi radikal
atau non enhanced dgn kontras
bebas, protease, aktivasi komplemen imunoglobulin/ antibodi terhadap
Lesi baru pada T2 atau yg enhanced kontras sat follow up tanpa
myelin juga diproduksi (di perifer maupun intratekal) oligloconal Band dan
mempertimbangkan waktu pelaksanaan MRI sebelumnya.
IgG di CSF sebagai penanda/ marker.
CLINICALLY ISOLATED SYMPTOM
Klinis :
1. Neuritis optik: unilateral, nyeri pergerakan bola mata, pandangan kabur
Separated in time & space
2. Batang otak/ cerebellum: INO, ataksia dgn nistagmus multidirectional, PN
Duration of attack > 24 jam
VII, hipestesi wajah
Klinis yg perlu dicurigai : menurunnya tajam penglihatan pada satu mata
3. Medpsin: partial myopati, lhermitte (+), hipoestesia/ parestesia ,
disertai nyeri dgn gerakan mata, pandangan ganda, gangguan sensibilitas
paraparese spastik, asimetri, inkontinensia, disfungsi ereksi
dan/ kelemahan, ggn keseimbangan, lhermite sign (+).
4. Hemisfer serebelli: gangguan kognitif subcortical ringan, hemiparesis.
Subtipe MS berdasarkan klinis
TERAPI :
1. Relaps-Remiting MS (RRMS)
1. Menurunkan frekuensi serangan dan jumlah lesi
Relaps setelah >30 hari, kondisi klinis yg stabil, bertahan > 24 jam, tanpa
2. Memperlambat progresifitas
demam atau infeksi
Relaps : MP 500-1000 mg (i.v atau oral)/ hari 3-5 hari
Serangan sebelumnya tidak ada sequele (atau minimal sequele) Jangka panjang :
Emzet.zaki@neuroUGM
106
105
1. CIS : IFNβ, Glatiramen asetat (GA) (> 2 segmen vertebra), gejala sensorik atau otonom ,bisa diikuti spasme tonik
2. RRMS :
03 proksismal.
1st line IFNβ (Betaferon) 250mg selang sehari S.C Brainstem syndrome: area postrema syndrome: nausea, vomitus, hiccups,
IFNβ 1a (Avorok) 30 mg 1x/minggu i.m somnolence, neuroendocrine, seizure.
Fingolamod 0,5 mg/hari p.o NMO spectrumdisorder: NMO yg parsial atau limited, berhubungan dengan
GA 20 mg/ hari S.C autoimun lain.
2nd line Mitoxantone 12 mg/ m2 i.v tiap 3 bulan Gambaran MRI NMO ACUT
Natahzumab 300 mg/4 minggu i.v 1. Longitudinal extensive transverse myelitis :
Pilihan lain: azatioprine - Hiperintense di T2 potongan sagital, > 1 segmen vertebra
3. SPMS : IFNβ 1a, mitotaxone - Central cord predominance
4. PPMS : IFNβ. GA - Enhanced by gadolinum contras pada T1
Pemantauan terapi terapi obat disease modiffiying evaluasi 6-12 bulan 2. Rostral latension to brainstem: cord swelling T1 hipo, T2 hiperintens
1. Tidak ada lesi aktif evaluasi MRI berkala (bulan berikutnya) Gambaran MRI NMO kronis
2. ≥2 lesi aktif : - ada relaps atau pemberatan disabilitas ganti terapi - Longitudinal extensive atrofi WI atau W/O, perubahan sinyal di T2
- Tidak ada relaps atau pemberatan disabilitas pantau ketat MRI Optic Nerve : T2 hyperintens atau T1 enhanced dgn gadolinum di
n.opticus atau chiasma.
Kriteria Diagnoss mayor
1. Neuritis optik pada 1 atau 2 mata
2. Myelitis transversa > 3 segmen vertebra, komplit atau inkomplit
3. Tidak ada bukti sarcoidosis, vasvulitis, SLE atau sebab lain
Proses inflamasi, imune mediated terhadap n.optikus dan medula spinalis Kriteria Minor :
Patogenesis : 1. MRI kepala normal atau tidak sesuai dengan MS
Aquaporin 4 (AQP-4), protein kanal air (water cannal) banyak didapatkan 2. IgG NMO (AQP-4) (+) pada CSF
di substansia grisea medula spinalis, periakuoduktal, substansia grisea Terapi :
medspin, periakuaduktal periventrikuler dan prosesus astrosit di BBB.
IgG autoantibody anti AQP-4 pada NMO autoantibodi menyerang AQP-4
proses inflamasi utama menargetkan astrosit.
Dibrainstem khususnya postrema IgG menyerang AQP-4 di
Monofasik
astrosit:nausea, vomitus.
Sering post infeksi/ post vaksin
Klinis : Hallmark: serangan akut neuritis optik bilateral atau rapidly sequential,
Ensefalopati, coma, gejala multifokal
atau myelitis transversa, terjadi serangan mendadak dalam beberapa hari
Lesi MRI multifokal simetris atau difus
dengan recovery dalam beberapa bulan/ minggu, dan secara tipikal dapat
Kriteria :
rekuren
1. Ensefalopati subakut
Optic Neuritis : khas NMO bila bilateral atau rapid sequential namun sebagian
2. Progresif 1 minggu – 3 bulan : multifokal, tanpa remisi komplit
besar kasus adalah unilateral. Visual loss lebih berat dibanding MS
3. Dengan perbaikan, meski tidak sempurna
Transverse myelitis komplert acute: Disfungsi medspin dalam beberapa jam/
hari tanpa adanya lesi struktural. Simetrik, para/quadriparese, long extensive
Emzet.zaki@neuroUGM
107 108
4. MRI lesi substansia alba : akut, multiple, supra/infratentorial atau - Single fiber EMG : sesitif untuk NMJ, tidak spesifik untuk MG
3 3
keduanya, salah satu lesi > 1-2 cm, tidak selalu enhance, bisa ada lesi - CT Scan thorak periksa tymoma
di ganglia basal. Grading :
I. Murni okular muscle saja
II. Okular +/-, dengan kelemahan ringan yang selain okular
a. Predominan ektremitas dan aksial
Antibodi reseptor Ach Nikotinik (otot lurik) di neuromuskular junction. b. Predominan orofaring dan pernafasan
Patogenesis T Cell mediated aktivasi sel B produksi antibodi yg III. Okular +/-, dengan kelemahan sedang yg selain okular
merangsang AchR & Epitop lain (sekunder) a. Predominan ekstremitas & aksial
Klinis : b. Predominan orofaring & pernafasan
- Kelemahan otot ekstraokular & apoptosis (50%) IV. Seperti II & III, tetapi berat
- Bulbar sulit menelan, suara sengau V. Memerlukan intubasi dengan/ tanpa ventilator
- Kelemahan anggota gerak (proximal> distal) Oserman & Grading
- Sesak nafas : memberat saat lelah/ aktivitas, membaik setelah bangun 1. MG okular
pagi/ sitirahat 2. MG general ringan-sedang
- Pemicu: infeksi, hamil, menstruasi, stresor, cahaya terangm obat2an 3. MG general berat
Px fisik : 4. Krisis myastenik dgn gagal nafas
- Warternberg sig: melirik ke atas 1 menit ptosis (+) Terapi :
- Counting test 1-50 suara makin lemah, kecepatan menurun, 1. Inisial/ pd yg ringan-sedang : Piridostigmin 3 x 30 mg ditingkatkan sampai
- Ice pack test: ukur rima palpebra pre test, tempel es dikelopak mata (2 4 x 60 mg. Kerja cepat (15-30 menit). Durasi 4 jam. Efek samping : nyeri
menit), minta pasien buka mata semaksimal mungkin delta >1 mm perut, diare
(+) 2. Sedang-berat ;
- Cogan lid twicth test : melirik ke bawah beberapa saat lalu secara cepat - Steroid prednison awal 25 mg/hari naik tiap minggu 12,5 mg
mata melirik ke atas.--> mata normal elevasi lebih tinggi. sampai efek maksimal atau dosis maksimal (100 mg) lalu turun bertahap
- Tensilon test : (Erdrofonium Chloride)10 mg=1cc - Prednison 10-20 mg naik 5 mg tiap 3 hari
Edrofonium 2 mg (0,2 cc) iv cek efek samping/ perbaikan - Azatiopran supresi sel T : mulai 1 mg/kgBB/hari, perlu 3-6 bulan untuk
Lanjut 3 mg (0,3 cc iv) 30-60 detik membaik bekerja
Jika tdk ada perbaikan 5 mg (0,5 cc) ada perbaikan? 3. MG berat/krisis MG/persiapan post op tymectomi
Jika dlm 2 mnt tidak ada perbaikan negatif - PE : megnurangi antibodi AchR yang bersirkulasi
- Tes prostigmin : injeksi prostigmin 1,5 mg (im) atau 0,5 mh (iv) evaluasi 5Cc/kgBB/ hari, 4-5 X selang sehari, kec max 100 cc/jam
15 menit ada perbaikan/ tidak Efek samping: nyeri kepala, hipertensi, alergi, demam, mual, muntah,
Px. Penunjang : tromboemboli.
- Antibodi anti Ach Pembedahan: timectomy : timoma (+) operasi
- RNS : stimulasi berulang 3 Hz (10 x stimulan) penurunan amplitudo - Tymoma (-) AchR (+) operasi
(steam 4/5 vs steam 1) > 10%. Otot: fasialis, bisep, deltoid, trapezius - MG tdk berspon thd tx cholinesteras inhibitor, max respon 3 tahun
(proksimal) -
Emzet.zaki@neuroUGM
109 110
KRISIS MYASTENIA
Klinis : sesak nafas, reflek batuk dan menelan (-), takikardi, respon baik thd tes
tensilon
Ruang ICU ventilator, NGT
First line PE
Autosomal resesif
Progresif weaknes of LMN
Patofisiologi : manusia Gen SMN 1 dan SMN 2, 95% pasien mutasi/ delesi/
rearangement pada gen SMN1 di kromosom 5q (11.2-13.3)
Patologi : loss of anterior horn cells pada medspin dan nuklei nervus cranialis
Klinis : weakness dan atrofi bulbar, limb, respirasi, extraocular sparing
Tipe :
- SMA tipe I (acute infantile/ werdnig hoffman) omset sejak lahir- < 6 bulan
poor sucking and swallowing, flappybaby, hipotonia, weakness. Tidak bisa
mempertahankan kepala saat posisi vertical, slip, turun saat dipegang posisi
vertical.
- SMA tipe 2 (chronic infantile) onset 6-18 bulan defelopmental motor
delay, deficiency to seat or failure to stand by, tremor jari2 (terkait fasikulasi)
- SMA tipe 3 (chronic juvenile) onset >18 bulan (kugelberg welandr) anak
bisa jalan tapi ada kelemahan otot proksimal dan hipotonia & atrofi lowewr
extremity, slowly progressive. Sulit naik tangga
- SMA tipe 4 (adult onset) dewasa , rata2 usia 30 thn klinis seperti tipe 3
Lab: level CK normal atau sligtluy elevated, LSC dbn
Gen testing: delesi gen SMN 1
EMG/ ENMG
- NCS: CMAP low normal reduce, velocity normal
- EMG needle: fibrilasi pd limb & paraspinal muscle, polifasic, widespread
broad MUP with reduce or rapid neurogenic recruitment pattern.
Terapi : goal maximize independet & QOL
- Nursinersen : antisense oligonucleotide, increase exon 7 inclussion in
SMN 2 RNA mesengger production full length SMN protein.
Emzet.zaki@neuroUGM
112
111
Emzet.zaki@neuroUGM
113 114
Emzet.zaki@neuroUGM
116
115
Emzet.zaki@neuroUGM
117 118
Emzet.zaki@neuroUGM
119 120
Emzet.zaki@neuroUGM
121 122
Emzet.zaki@neuroUGM
123
124
Emzet.zaki@neuroUGM
125 126
Emzet.zaki@neuroUGM
127 128
Emzet.zaki@neuroUGM
129 130
Emzet.zaki@neuroUGM
131 132
Emzet.zaki@neuroUGM
134
133
Emzet.zaki@neuroUGM
136
135
Emzet.zaki@neuroUGM
137 138
Emzet.zaki@neuroUGM
139 140
Emzet.zaki@neuroUGM
141 142
Emzet.zaki@neuroUGM
144
143
Emzet.zaki@neuroUGM
145 146
Emzet.zaki@neuroUGM
147 148
Semakin belakang semakin komplit Ptosis
Semakin ocipital semakin kongruen Kemosis
Dejong lesi di belakang chiasma : HH Bruit
19. ELT halusinasi, gerakan kompleks, de javu/jamaisvu. 36. Tolods hunt : PN III,IV,VI, V(1,2), respon steroid
20. Trias NPH : demensia, ggn gait, inkontinensia 37. Epideologi stenosis terbanyak: MCAPCA basilaris vertebralis
21. Shy dragger syndrom MSA+ hipotensi ortostatik posterior
22. Pemeriksaan MMSE tidak ada eksekutif ; ORAKMBV (Orientasi,Regist,Atensi, 38. Tumor hipofisis NK, ggn lap. Pandang, ggn menstruasi lokasi : sela tursica
Kalkulasi, Memori jk pndk, bahasa, Visuokonstruksi) 39. Tumor CPA, trias : SNHL, tinitus, ggn keseimbangan
23. Multiple sklerosis : px Oligoclonal Bands (+) 40. Kategori penyebaran CPA berdasar MRI :
24. Terapi pilihan MS interferon beta-1a T1 : terlokalisir di meatus
25. Stadium ME TB T2 : sebagian di luar meatus
I : compos mentis T3: intra/ extra meatus hingga sisterna cerebelopontin tanpa kompresi
II: stupor brainstem
III: coma T4: menekan brainstem, hidrocephalus
26. Astereognosia lobus parietalis, jalur columna dorsalis-lemniscus medialis 41. Guyyon syndrome fromment sign (+), ggn sensibilitas sisi palmar jari 4,5
(propioseptif pain, touch). 42. Cubital syndrome tes wartenberg (+), sensibilitas sisi dorsal terkena, nyeri
27. Usapan kapas pd ujung jari tract. Spinothalamicus ventral. elbow.
28. First order neuron trac.spinocerebelaris ventralis mmbrikan serabut afferent 43. Saturday night palsy :
untuk refleks otot skelet. 44. Spiral groove n.radialis : kelemahan M.brachioradialis, m digitorum comunis,
29. Tract. Lissauer protopatik, spinotalamikus RF brachioradialis menurun, hipestesi lateral dorsum manus.
30. Nuk.geniculatum medialis: Heschi’s gyrus 45. Profilaksis TTH: amitriptilin
31. Apraksia: 46. Tx akut migrain: sumatriptan mekanisme aksi : inhibisi sintesa prostaglandin
Ideomotor di CNS dan inhibisi aktivitas nosiseptif via reseptor 5 HT
Ideasional Methygiseride : antagonis serotonin
Konstruksional 47. Hemineglek kiri lesi parietal posterior- MCA
Konseptual 48. Cauda ekuina syndrome ggn otonom, sadel anestesi (+)
Bukofasial 49. Tx prevensi migren pada peny. Arteri koroner beta bloker: propanolol 120-140
32. CDT fungsi eksekutif (soal joa2) mg. B bloker tidak boleh pd CHF, Bumil. Golongan triptan, ergot tidak boleh
33. Alzheimer asetilkolin menurun diberikan pd peny. A.koroner
34. DSA : prosedur invasif menggunakan kateter, guide wire, zat kontras untuk 50. Homunkulus a.cerebi anterior
menemukan abnormalitas pembuluh darah (aneurisma, AVM) dan menentukan 51. P.Com ptosis, lesi N.III, midriasis
aliran darah dengan kondisi pembuluh darah (vasospasme, vaskulitism 52. Caps.interna :
vaskularisasi tumor otak) dengan teknik pencitraan. Crus ant: tr pfrontopontine (behaviour), radiasio thalamocortical
35. Syndroma sinus Cavernosus