Esplora E-book
Categorie
Esplora Audiolibri
Categorie
Esplora Riviste
Categorie
Esplora Documenti
Categorie
Disusun oleh :
NIM
A. PENGERTIAN
Pengertian gagal jantung kongestif menurut Aspiani (2015), gagal jantung
kongestif atau Congestive Heart Failure merupakan suatu kondisi ketika jantung
tidak mampu memompa cukup darah guna memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan tubuh.
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana
jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi
kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini
mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah
lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot
jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk
waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu
memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons
dengan menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan
dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya
sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2014).
B. ETIOLOGI
Etiologi gagal jantung kongestif menurut Brunner & Suddarth (2013) yaitu:
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung yang paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
yang menyebabkan menurunnya kontraktilitas pada jantung. Kondisi ini yang
mendasari penyebab fungsi otot ateroklerosis coroner hipertensi arterial dan
penyakit degeneratif atau inflamasi.
b. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan terjadinya disfungsi miokardium karena terganggunya aliran
darah ke otot jantung. Terjadinya hipoksia dan asidosis (akibat dari
penumpukan asam laktat). Infark miokard (kematian sel jantung) yang
biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
c. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Peningkatan afterload akibat dari hipertensi sistemik maupun pulmonal dapat
mengakibatkan beban kerja jantung meningkat dan hipertrofi otot jantung.
Efek dari hipertrofi miokard yang dapat dianggap sebagai penyebab
mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung,
tetapi pada akhirnya hipertrofi otot jantung tadi lama – kelamaan akan tidak
berfungsi secara normal dan akan menyebabkan terjadinya gagal jantung.
d. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Berhubungan dengan gagal jantung dimana kondisi ini secara langsung dapat
merusak serabut jantung yang menyebabkan kontraktilitas menurun.
e. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit jantung yang
sebenarnya tidak secara langsung dapat mempengaruhi jantung. Mekanisme
yang biasa terlibat dapat mencakup gangguan aliran darah yang melalui
jantung (stenosis katup semilunar), dimana ketidakmampuan jantung untuk
mengisi darah (tamponade pericardium, pericarditis konstriktif), pengosongan
jantung abnormal (inesfisiensi katup AV), peningkatan yang mendadak
afterload akibat dari meningkatnya tekanan darah sistemik dapat
menyebabkan
gagal jantung.
f. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor sistemik yang sangat berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme,
hipoksia dan anemia yang memerlukan peningkatan curah jantung untuk
memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat
menimbulkan penurunan suplai oksigen ke jantung. Penyebab lain seperti
asidosis (respiratorik atau metabolic) dan abnormalitas elektrolit juga dapat
menyebabkan turunya kontraktilitas jantung.
Menurut Wajan Juni Udjianti (2014) etiologi gagal jantung kongestif (CHF)
dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna, yaitu:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan
anemia kronis/ berat.
2. Faktor interna (dari dalam jantung)
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect
(ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
d. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
Klasifikasi
Kelas Gejala
1 Tidak ada keterbatasan aktivitas fisik pada penderita. Aktivitas fisik
biasa tidak menimbulkan keluhan fatigue/kelelahan, dyspnea/seak
nafas dan palpitasi/berdebar.
2 Sedikit keterbatasan aktivitas fisik, merasa nyaman bila istirahat,
tetapi aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan fatigue,
dyspnea atau palpitasi.
3 Keterbatsan yang nyata pada aktivitas fisik, merasa nyaman saat
istirahat, namun gejala akan muncul saat melakukan aktivitas fisik
yang lebih ringan dari yang biasa.
4 Rasa tidak nyaman saat melakukan aktivitas fisik apapun. Gejala
sudah muncul bahkan saat istirahat dan semakin parah ketika
melakukan aktivitas fisik.
D. PATOFISIOLOGI
Kekuatan jantung untuk merespon stres tidak mencukupi dalam
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan
tugasnya sebagai organ pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal
jantung. Pada tingkat awal disfungsi komponen pompa dapat mengakibatkan
kegagalan jika cadangan jantung normal mengalami payah dan kegagalan
respon fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung. Semua respon ini
menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi organ vital normal.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme respon
primer yaitu meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya beban
awal akibat aktifitas neurohormon, dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini
mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung. Mekanisme-
mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada
tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini pada keadaan
normal.
Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah gangguan kontraktilitas
jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung
normal. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat
frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme ini
gagal, maka volume sekuncup yang harus menyesuaikan. Volume sekuncup
adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu preload (jumlah darah yang mengisi jantung), kontraktilitas
(perubahan kekuatankontraksi yang terjadi pada tingkat sel yang berhubungan
dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium), dan
afterload (besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa
darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol).
Apabila salah satu komponen itu terganggu maka curah jantung akan menurun.
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggu
alirannya darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium biasanya mendahului terjadinya
gagal jantung. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
meningkatkan beban kerja jantung pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi
serabut otot jantung. Efek (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai
mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami
kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal
jantung ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru
akut. Karena curah ventrikel brpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah
satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
E. PATHWAYS
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Koreksi sebab–sebab yang dapat diperbaiki, penyebab–penyebab utama
yang dapat diperbaiki adalah lesi katup jantung, iskemia miokard, aritmia,
depresi miokardium diinduksi alcohol, pirau intrakrdial dan keadaan output
tinggi.
2. Diet dan aktivitas, pasien–pasien sebaiknya membatasi garam (2 gr natrium
atau 5 gr garam). Pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktifitas,
tetapi bila pasien stabil dianjurkan peningkatan aktifitas secara teratur
3. Terapi diuretic
4. penggunaan penghambat sistem rennin – angiotensin – aldosteron
5. Terapi beta blocker
6. terapi glikosida digitalis
7. terapi vasodilator
8. Obat inotropik positif generasi baru
9. Penghambat kanal kalsium
10. Atikoagulan
11. Terapi antiaritmia
12. Revaskularisasi koroner
13. Transplantasi jantung
14. Kardoimioplasti
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa dan Identitas
Anamnesa terkait keluhan pasien seperti nyeri padadada, kesulitan saat
bernapas atau adanya bengkak pada kaki. Untuk Identitas pasien
sangat penting dikaji seperti : Nama, usia, jenis kelamin, status, agama,
alamat, tanggal MRS, diagnosa masuk. pendidikan dan pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian RPD yang mendukung di kaji dengan menanyakan
apakah sebelumya klien pernah menderita nyeri dada, hipertensi,
iskemia miokardium. Infark miokardium, diabetes mellitus dan
hiperlipidemia.
Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa di minum oleh klien
pada masa yang lalu dan masih relevan dengan kondisi saat ini
obat-obatan ini meliputi obat diuretic, nitrat,penghambat beta,serta
antihipertensi.catat adanya efek samping yang terjadi di masa
lalu,alergi obat dan reaksi alergi yang timbul. Sering kali klien
menafsirkan suatu alergi sebagai efek samping obat.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama di lakukan
dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik
klien secara PQRST, yaitu:
Provoking incident : kelemahan fisik terjadi setelah melakukan
aktivitas ringan sampai berat,sesua derajat gangguan pada
jantung (lihat klasifikasi gagal jantung)
Quality of pain : seperti apa keluhan kelemahan dalam
melakukan aktifitas yang di rasakan atau di gambarkan
klien biasanya tetap beraktivitas klien merasakan sesak nafas
(dengan menggunakan alat atau otot bantu pernafasan).
Region : radiation,relif : apakah kelemahan fisik bersifat
lokal atau memengaruhi keseluruhan system otot rangka
dan apakah di sertai ketidakmampuan dalam melakukan
pergerakan.
Severity (scale) of pain: kaji rentang kemampuan klien
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Biasanya kemampuan
klien dalam beraktivitas menurun sesuai derajat gangguan
perfusi yang di alami organ.
Time: sifat mula timbulnya (onset) keluhan kelemahan
beraktivitas biasanya timbul perlahan. Lama timbulnya (durasi)
kelemahan saat beraktivitas biasanya setiap saat, baik saat
istirahat maupun saat beraktifitas.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah di alami oleh
keluarga anggota keluarga yang meninggal terutama pada usia
produktif dan penyebab kematianya. Penyakit jantung iskemik pada
orang tua yangtimbulnya pada usia muda merupakan faktor risiko
utama terjadinya penyakit jantung iskemik pada keturunanya.
d. Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga. Bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab
kematian juga perlu ditanyakan. Peyakit jantung iskemik pada orang tua
yang timbul pada usia muda merupakan faktor resiko utama untuk
penyakit jantung iskemik bagi keturunanya.
e. Psikososial
Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi
jaringan, stres akibat kesakitan bernapas, dan pengetahuan bahwa
jantung tidak berfungsi dengan baik. Penurunan lebih lanjut dari curah
jantung dapat disertai insomnia atau kebingungan.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress,
sikap dan tingkah laku pasien
b. Tanda-tanda vital:
1) Tekanan darah
Nilai rata-rata sistolik: 110-140 mmhg
Nilai rata-rata diastolic: 80-90 mmhg
2) Nadi
Nilai normalnya: frekuensi 60-100x/menit (bradikardi/takikardi)
3) Pernapasan
Nilai normalnya: frekuensi 16-20x/menit
4) Suhu badan
Metabolisme menurun, suhu menurun
c. Head to toe examination
1) Kepala: bentuk, kesimetrisan
2) Mata: konjungtiva anemis, ikterik/tidak
3) Mulut: apakah ada tanda infeksi
4) Telinga: kotor/tidak, ada serumen/tidak, kesimetrisan
5) Muka: ekspresi, pucat
6) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid/limfe
7) Dada: Gerakan dada, deformitas
8) Abdomen: terdapat ascites, hati teraba dibawah arkus kosta kanan
9) Ekstremitas: lengan tangan; reflek, warna dan tekstur kulit, edema,
clubbing, bandingkan arteri radialis kiri dan kanan
10)Pemeriksaan khusus jantung:
a) Inspeksi: vena leher dengan JVP meningkat, letak ictus cordis
(normal: ICS ke 5)
b) Palpasi: PMI bergeser kekiri, inferior karena dilatasi atau hipertrofi
ventrikel
c) Perkusi: batas jantung normal pada orang dewasa
Kanan atas: SIC II Linea para sternalis dextra
Kanan bawah: SIC IV Linea para sternalis dextra
Kiri atas: SIC II Linea para sternalis sinistra
Kiri bawah: SIC IV Linea medio clavicularis sinistra
d) Auskultasi: bunyi jantung I dan II
BJ I: terjadi karena getaran menutupnya katup atrioventricular
yang terjadi pada saat kontraksi simetris dari bilik pada
permulaan systole
BJ II: terjadi akibat getaran menutupnya katup aorta dan arteri
pulmonalis pada dinding toraks, ini terjadi kira-kira pada
permulaan diastole. (BJ II normal selalu lebih lemah dari pada BJ
I)
B. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane kapiler-alveoli d/d
dyspnea, sianosis (D.0003)
2) Pola nafas tak efektif b/d hambatan upaya nafas d/d dyspnea, ortopnea,
penggunaan otot bantu pernafasan (D.0005)
3) Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas, perubahan
preload/afterload d/d bradikardia/takikardia, ortopnea, bunyi jantung s3
(D.0008).
4) Nyeri akut b/d agen pencidera fisiologis d/d mengeluh nyeri, tampak
meringis (D.0077)
5) Hipervolemia b/d gangguan aliran balik vena d/d edema anasarka dan
edema perifer, oliguria (D.0022)
6) Perfusi perifer tak efektif b/d penurunan aliran arteri/vena d/d warna kulit
pucat, pengisian kapiler >3 detik (D.0009).
7) Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dengan
kebutuhan oksigen d/d merasa lemah, dyspnea saat/setelah
beraktivitas, mengeluh lelah (D.0056).
8) Ansietas b/d kurang terpapar informasi d/d merasa khawatir dengan
kondisi yang dihadapi, tampak gelisah, frekuensi nadi meningkat,
frekuensi nafas meningkat, tekanan darah meningkat (D.0080)
9) Resiko gangguan integritas kulit b/d perubahan sirkulasi,
kekurangan/kelebihan volume cairan d/d nyeri, perdarahan, kemerahan,
hematoma, kerusakan jaringan/lapisan kulit (D.0139)
C. Rencana Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA