Sei sulla pagina 1di 5

SIMBOL SILA KEEMPAT

KEPALA BANTENG

Penjelasan sila ke-4


“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan”
“Kerakyatan” dan “demokrasi”
Ihwal kerakyatan pertama-tama adalah tentang “Segala sesuatu yang mengenai rakyat”.
Dalam kehidupan politik nasional, makna kerakyatan kemudian mengerucut pada
“demokrasi”.
Kita harus camkan, demokrasi adalah kata serapan dalam bahasa Indonesia. Dalam
penyerapan suatu kata, mustahil kita preteli makna atau konsep aslinya. Kemudian, secara
konseptual demokrasi adalah buah-pikir masyarakat Barat. Meski konsep demokrasi
kemudian menjadi universal, tetapi setiap negara mempunyai kisah dan sejarah masing-
masing. Universal sebagai suatu konsep, majemuk dalam pelaksanaan nasional.

1
Oleh karena itu tidak heran kita mengenal “Demokrasi Parlementer”, “Demokrasi
Terpimpin”, dan “Demokrasi Pancasila”. Ketiganya memiliki persamaan: sistem
pemerintahan.
Apakah ini artinya Pancasila adalah suatu sistem perjenjangan sila? Tidak, sebab kelima sila
paut-memaut sebagai dasar Indonesia Merdeka. Itu sebabnya Sukarno kemudian mengatakan,
urutan sila tidak penting. Pancasila bisa menjadi Trisila, dan bahkan menjadi satu dasar:
“gotong-royong”.
Jadi kerakyatan adalah segala sesuatu yang mengantarkan kita mewujudkan tujuan
Indonesia Merdeka, dan demokrasi adalah alat untuk mencapai keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

“Dipimpin”
Perbedaan kata
Memimpin, merupakan kata aktif. Kita berperan sebagai atasan atau bos
Dipimpin, merupakan kata pasif. Kita berperan sebagai bawahan
Sifat pasif sangat dominan dalam penyusunan kalimat dalam bahasa Indonesia. Hal ini terjadi
sebagian karena budaya ewuh-pakewuh; sebagian lagi karena pribadi/subyek penerima
perbuatan adalah lebih penting ketimbang pribadi/subyek pemberi perbuatan. Kepasifan ini
lebih jelas melalui “tut wuri handayani”: dari belakang mendukung/mendorong.
Jadi kerakyatan yang didukung/didorong “hikmat kebijaksanaan”, yang merupakan buah dari
“permusyawaratan perwakilan”, akan mengantarkan rakyat Indonesia kepada tujuan
Indonesia Merdeka.

“Hikmat kebijaksanaan”
Pancasila dengan akurat merumuskan kekhasan demokrasi kita. Bukan tokoh atau suara
mayoritas, tapi hikmat kebijaksanaan yang merupakan penentu keberhasilan demokrasi.
Demikian tinggi kearifan lokal kita dalam menentukan kriteria kepemimpinan. Akibatnya:
pribadi tanpa hikmat kebijaksanaan tidaklah layak memimpin Indonesia. Pimpinan tanpa
hikmat kebijaksanaan tidak akan jauh dari kubang kesesatan
Ada dua cara untuk memperoleh “hikmat kebijaksanaan”. Pertama, kedalaman penguasaan
ilmu pengetahuan yang melibatkan kontemplasi. Kedua, pengalaman langsung (first-hand
experience) menghadapi berbagai macam masalah. Cara kedua terangkum dalam perumusan
sila ke-4. “Permusyawaratan perwakilan” akan memberikan kita pengalaman yang langsung
berbuah pada hikmat kebijaksanaan. Jadi “hikmat kebijaksanaan” adalah daya pimpin satu-
satunya yang bisa mewujudkan kerakyatan yang kita cita-citakan.

2
“Permusyawaratan perwakilan”
Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan dan
atau memutuskan suatu hal berdasarkan kehendak rakyat hingga tercapai keputusan yang
berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat.
Perwakilan adalah suatu sistem arti tata cara (prosedur) mengusahakan turut sertanya rakyat
mengambil bagian dalam kehidupan bernegara ,antara lain dilakukan dengan melalui badan-
badan perwakilan.
Jadi, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan berarti bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya melalui
system perwakilan dan keputusan-keputusannya diambil dengan jalan musyawarah yang
dipimpin oleh pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab, baik kepada Tuhan Yang Maha
Esa maupun kepada rakyat yang diwakilinya.
Banteng
Sila ke empat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Berlambangkan BANTENG.
Banteng merupakan sejenis lembu yang berasal dari Indonesia. Spesies ini memiliki 3
subspesies, salah satunya banteng Jawa (Bos javanicus) yang dilindungi di Taman Nasional
Baluran, Banyuwangi. Uniknya, dalam bahasa Inggris lembu ini tetap dinamakan 'banteng',
bukan 'bull' seperti yang seharusnya. Hal ini dikarenakan mereka sudah terlanjur memberi
nama tersebut sesuai sebutan orang Jawa/penduduk setempat, tidak dengan diterjemahkan
terlebih dahulu.

Banteng (Bos javanicus), juga dikenal sebagai tembadau, adalah spesies ternak liar yang
ditemukan di Asia Tenggara. Hewan ini juga dikenal sebagai sapi semak belukar di Australia.

Banteng telah dijinakkan di beberapa tempat di Asia Tenggara, dan ada sekitar 1,5 juta
banteng domestik, yang disebut sapi Bali. Hewan-hewan ini digunakan sebagai hewan kerja
dan untuk diambil dagingnya.

Mengapa sila keempat dilambangkan banteng, karena banteng merupakan hewan sosial yang
suka berkumpul, seperti halnya musyawarah di mana orang-orang harus berkumpul untuk
mendiskusikan sesuatu. Seperti yang di cetuskan oleh Bung Karno bahwa dimana saat
mengambil keputusan harus dilakukan dengan musyawarah.

Hal ini tidak menjadi kebiasaan bangsa Indonesia, bagi kita apabila pengambilan keputusan
secara bulat itu tidak bisa tercapai dengan mudah, baru diadakan pemungutan suara.
Kebijaksanaan ini merupakan suatu prinsip bahwa yang diputuskan itu memang bermanfaat
bagi kepentingan rakyat banyak.

Sila ke-empat merupakan penjelmaan dalam dasar politik Negara, ialah Negara berkedaulatan
rakyat menjadi landasan mutlak daripada sifat demokrasi Negara Indonesia. Disebabkan
mempunyai dua dasar mutlak, maka sifat demokrasi Negara Indonesia adalah mutlak pula,
yaitu tidak dapat dirubah atau ditiadakan.
“Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan” memiliki makna :

3
1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
3. Mengutamakan budaya bermusyawarah dalam mengambil keputusan bersama
4. Bermusyawarah sampai mencapai katamufakat diliputidengan semangat kekeluargaan.
Sila ke-empat yang mana berbunyi “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan”. Sebuah kalimat yang secara bahasa membahasakan
bahwa Pancasila pada sila ke 4 adalah penjelasan Negara demokrasi. Dengan analisis ini
diharapkan akan diperoleh makna yang akurat dan mempunyai nilai filosofis yang
diimplementasikan secara langsung dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak hanya itu, secara
lahiriyah sila ini menjadi banyak acuan dari setiap langkah pemerintah dalam menjalankan
setiap tindakan pemerintah.
Pengertian Demokrasi
Istilah Demokrasi berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία – (dēmokratía) yang berarti
“kekuasaan rakyat”, yang dibentuk dari kata δῆμος (dêmos) “rakyat” dan κράτος (Kratos)
“kekuasaan”. Demokrasi ini mendasarkan pada moral Ketuhanan, Kemanusiaan dan nilai
persatuan. Oleh karena itu, demokrasi yang didasari oelh hikmat kebijaksanaan meletakkan
kedaulatan di tangan rakyat, dengan didasari oleh moral kebijaksanaan untuk kehidupan
bersama yang harmonis, bukan persaingan bebas dan menguasai yang lainnya.
Demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan politik yang kekuasaan pemerintahannya
berasal dari rakyat dan untuk rakyat. Baik secara langsung atau yang disebut demokrasi
langsung dan melalui perwakilan atau yang disebut demokrasi perwakilan.
Kaitannya dengan arti dan makna sila ke 4 adalah sistem demokrasi itu sendiri. Maksudnya
adalah bagaimana konsep demokrasi yang bercerita bahwasannya, setiap apapun langkah
yang diambil pemerintah harus ada kaitannya atau unsur dari, oleh dan untuk rakyat. Disini,
rakyat menjadi unsur utama dalam demokrasi. Itulah yang seharusnya terangkat ke
permukaan sehingga menjadi realita yang membangun bangsa.
Pasal 1 UUD 45 menegaskan Indonesia adalah negara demokrasi konstitusional dan negara
hukum, prinsip-prinsip yang sebenarnya telah cukup kuat untuk menegakkan negara
demokrasi dimana mekanisme mayoritas dan minoritas dalam pengambilan keputusan
dilaksanakan seiring dengan penghargaan pada prinsip penghargaan hak-hak asasi manusia.
Demokrasi yang dianut di Indonesia, yaitu demokrasi berdasarkan Pancasila, masih dalam
taraf perkembangan dan mengenai sifat-sifat dan ciri-cirinya terdapat berbagai tafsiran serta
pandangan. Tetapi yang tidak dapat disangkal ialah bahwa beberapa nilai pokok dari
demokrasi konstitusionil cukup jelas tersirat di dalam Undang Undang Dasar 1945. Selain
dari itu Undang-Undang Dasar kita menyebut secara eksplisit 2 prinsip yang menjiwai naskah
itu dan yang dicantumkan dalam penjelasan mengenai Sistem Pemerintahan Negara, yaitu:
1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat).
Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka
(Machstaat).
2. Sistem Konstitusionil

4
Pemerintahan berdasarkan atas Sistem Konstitusi (Hukum Dasar), tidak bersifat Absolutisme
(kekuasaan yang tidak terbatas). Berdasarkan 2 istilah Rechstaat dan sistem konstitusi, maka
jelaslah bahwa demokrasi yang menjadi dasar dari Undang-Undang Dasar 1945, ialah
demokrasi konstitusionil. Di samping itu corak khas demokrasi Indonesia, yaitu kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dimuat dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar.
Nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam sila ke-4 dari Pancasila
Nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam sila keempat adalah :
1. Kerakyatan berarti kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat, berarti Indonesia
menganut demokrasi.
2. Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran yang sehat dengan selalu
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan
dilaksanakan dengan sadar, jujur, dan bertanggung jawab, serta didorong oleh itikad
baik sesuai dengan hati nurani.
3. Permusyawaratan berarti bahwa dalam merumuskan atau memutuskan suatu hal,
berdasarkan kehendak rakyat, dan melalui musyawarah untuk mufakat.
4. Perwakilan berarti suatu tata cara mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil
bagian dalam kehidupan bernegara, antara lain dilakukan melalui badan perwakilan
rakyat.
5. Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap
masyarakat bangsa maupun secara moral terhadap Tuhan yang Maha Esa.
6. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama.
7. Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama, karena perbedaan
adalah merupakan suatu bawaan kodrat manusia.
8. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras,
suku maupun agama.
9. Menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang adil dan
beradab.
10. Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan social agar
tercapainya tujuan bersama.
Kesimpulan
Dari pernyataan diatas saya simpulkan bahwa , inti dari sila keempat adalah musyawarah atau
demokrasi. Dengan adanya musyawarah ataupun demokrasi tujuan yang diinginkan pasti
tercapai

Potrebbero piacerti anche