Sei sulla pagina 1di 23

FAMILI PARAMYXOVIRIDAE

KLASIFIKASI LAMA
1. Genus Paramyxovirus, a.l.:
* Parainfluenza virus 1 (Sendai)
* Parainfluenza virus 2 (Simian Virus 5)
* Parainfluenza virus 3
2. Genus Morbilivirus, a.l:
* Virus Rinderpest
* Virus Distemper Anjing
3. Genus Pneumovirus, a.l:
* Virus Bovine respiratory syncytical
* Virus Turkey rhinotracheitis
1
KLASIFIKASI BARU

Sub famili : Paramyxovirinae


1. Genus Respirovirus, a.l:
* Bovine Parainfluenza virus 3
* Murine Parainfluenza virus 2 (Sendai)
2. Genus Rubulavirus, a.l:
* Paramyxovirus avian 1 (ND)
* Paramyxovirus avian 2-9
* Canine parainfluenza virus 2 (SV 5)
3. Genus Morbilivirus
2
Sub famili : Pneumovirinae

1. Genus Pneumovirus, a.l:


* Virus Bovine respiratory syncytial
2. Genus Metapneumovirus, a.l:
* Virus Turkey Rhinotracheitis

3
PARAINFLUENZA VIRUS 1
(MURINE PARAINFLUENZA VIRUS 1,
SENDAI VIRUS)

Menyebabkan infeksi alamiah pada mencit,


tikus, marmut, kelinci, kera, manusia 
biasanya subklinis, kecuali pada mencit dan
tikus  penyakit pernafasan serius

4
PARAINFLUENZA VIRUS 2
(CANINE PARAINFLUENZA VIRUS 2, SV 5)

Berperan dalam “kennel cough syndrome”


Gejala klinis: ringan sampai subklinis, menjadi parah
bila ada komplikasi dengan mikroba/virus lain,
higiena jelek, stres
Gejala: demam, batuk, sekresi nasal – serous selama
3-14 hari
Pada kasus serius (anjing muda, kurang makan) 
konjungtivitis, tonsilitis, anoreksia
Diagnosis: isolasi virus  pasti
Sampel: usapan hidung, usapan tenggorokan
5
PARAINFLUENZA VIRUS 3
(BOVINE PARAINFLUENZA VIRUS 3)

Menyebabkan penyakit pada sapi dan domba


Gejala pada pedet, anak domba: demam, lakrimasi,
sekresi nasal serous, lesu, sesak napas, batuk –
ada yang menderita pneumonia interstisial
Bila tidak ada komplikasi: klinis  3-4 hari 
sembuh
Pada keadaan stres (“shipping fever”)  pneumonia
interstisial (akibat infeksi parainfluenzavirus 3
atau bersama virus lain  adenovirus, virus IBR,
virus Bovine Respiratory syncytial)  mendorong
terjadinya infeksi kuman (Pasteurella hemolytica)

6
Pengendalian:
• Vaksinasi Parainfluenza 3 inaktif
Parainfluenza 3 aktif
(digabung dg. Virus IBR,
virus BVD, adenovirus)
• Antibiotika

7
FAMILI ORTHOMYXOVIRIDAE

1. Genus Influenza virus A dan B


* Virus Influenza A
menyebabkan influenza pada babi,
kuda, unggas, manusia
* Virus Influenza B menyebabkan
2. Genus Influenza virus C penyakit pada
* Virus influenza C manusia

8
SIFAT VIRUS INFLUENZA A

• Pleomorfik : spherik, filamentous


• Diameter : 80-120 nm
• Genom : ss RNA, bersegmen
• Protein virion:
Protein matriks (M1)
Protein kecil lain (M2)
Hemaglutinin (H)  H1-H18
Neuraminidase (N)  N1-N11
Protein NP
9
• Protein NP dan M1 : menentukan
kekhasan spesies  membedakan antara
influenza A dan B
• Virus influenza A dibedakan atas subtipe
 protein NP dan M berkerabat tapi
berbeda pada H dan N
• Kuda isolat : A / kuda / praha / 1 / 56
(H7N7)
• Peka terhadap panas 56 derajat Celcius
selama 30 menit, asam (pH3), pelarut
lemak  labil pada kondisi lingkungan
biasa
10
PATOGENESIS

• Patogenesis infeksi virus influenza babi, kuda


mirip manusia
Infeksi melalui saluran pernafasan  virion
melekat pada silia epitel hidung, trakhea,
bronchus atau langsung alveoli (dalam kurang
lebih 2 jam virus terdapat dalam sel)  virus
menyebar ke seluruh saluran pernafasan dalam
1-3 hari
Viremia sementara dapat terjadi  jarang
Nekrosis sel epitel  gejala klinis terparah,
demam, pneumonia
Peka terhadap infeksi sekunder - kuman

11
• Patogenesis influenza unggas:
Agak berbeda dengan influenza mamalia
Virus bereplikasi dalam saluran
pencernaan dan pernafasan
Infeksi virus AI virulen  viremia infeksi
umum

12
DIAGNOSIS LABORATORIUM

Semua virus influenza dapat dibiakkan pada:


TAB amnion
alantois
Biakan sel Fibroblast embrio ayam
Madin Darby Canine Kidney
(MDCK cell line)
Bahan untuk isolasi
Babi dan kuda: lendir hidung, paru
Unggas : usapan kloaka, trachea
Serologi : HI, ELISA, AGPT
13
INFLUENZA BABI

1918 – 1919 : di Amerika


1950-an : di Eropa H1N1 varian
1979 - ……. : di Eropa berbeda
Babi juga dapat diinfeksi H3N2 yang berasal
dari manusia-unggas, tapi infeksi tidak
terlihat
Jepang  reassortant H1N1 dan H3N2
terdapat pada babi, tapi belum menyebar
pada manusia / penyakit serius pada babi
14
Gejala klinik
Masa inkubasi: 1 sampai 3 hari
Gejala pernafasan terlihat pada sebagian
besar babi dalam suatu kelompok 
rhinitis dan nasal discharge, batuk,
pernafasan cepat, sesak nafas, berat
badan menurun
Setelah 3-6 hari sembuh (bila tidak ada
komplikasi)

15
INFLUENZA KUDA

Epidemi penyakit serupa influenza pada kuda dan


keledai telah dilaporkan berabad-abad yang lalu
Tahun 1956: H7N7 (virus equine influenza 1)
Tahun 1963: H3N8 (virus equine influenza 2)
Gejala klinik:
• Virus influenza kuda menyebar cepat
• Mukosa hidung merah, konjungtivitis, nasal,
discharge serous  mukopurulent, batuk kering
(bisa sampai 3 minggu), suhu tubuh 39,5-410C
selama 4-5 hari
16
• Bila tidak ada komplikasi, sembuh setelah
2-3 minggu
• Diagnosis klinis dari kasus akut: langsung
Diagnosis pada kuda setengah kebal:
lebih sulit  dapat dikelirukan dengan
infeksi pernafasan lain, a.l: herpes virus
kuda 4, adenovirus, rhinovirus

17
AVIAN INFLUENZA

Tahun 1878 : penyakit pada ayam dan kalkun  fowl


palque  disebabkan oleh virus AI yang sangat
patogen
• Virus AI sangat virulen menyebabkan:
mati mendadak tanpa ada gejala
sebelumnya
Bila unggas dapat bertahan sampai lebih dari 48
jam: terlihat produksi telur berhenti, susah
bernafas, lakrimasi, sinusitis, diare, kepala-muka-
leher-bengkak, cyanosis pada bagian kulit tidak
berbulu, jengger, pial
18
• Virus AI kurang virulen:
* menimbulkan kerugian terutama pada
kalkun
* menyebabkan produksi telur menurun,
penyakit pernafasan, sinusitis
* gejala menjadi parah, bila disertai infeksi
lain (mis:ND, kuman, mycoplasma),
vaksin virus aktif, stres-lingkungan

19
• Penentuan virus AI virulen atau avirulen :
atas dasar hemaglutinin dan genetik
• Virion dengan uncleaved hemaglutinin 
non infeksius
Hemaglutinin cleavability tergantung:
- struktur tempat cleavage terjadi
- adanya enzim protease yang cocok

20
Diagnosis
• Gejala klinis
• Perubahan patologis
• Laboratorium : isolasi (TAB)  identifikasi (HI,
ELISA, AGPT)
Penetuan tipe dan subtipe: dengan HA-N
inhibition assay
Penentuan virulensi: ICPI (Intra cerebral
pathogenicity index), IVPI (Intravenous
pathogenicity index)  indeks > 1,2 – HPAI,
pada chicken embryo fibroblast (CEF)
membentuk plaque (HPAI)
21
22
23

Potrebbero piacerti anche