Sei sulla pagina 1di 11

35

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Paparan Kasus

a. Identitas Pasien

Nama pasien : Ny. W

Umur / jenis kelamin : 30 th / perempuan

No. RM : 12470331

Ruang / poli : Paru

Pemeriksaan : MSCT thorax dengan kontras

Diagnosa : Hemoptoe dan Suspek massa paru

Tanggal pemeriksaan : 1 Februari 2016

Dokter pengirim : dr. IS

b. Prosedur Pemeriksaan

1) Persiapan pasien

a) 2 hari sebelum pemeriksaan CT Scan thorax dengan media

kontras, pasien cek laboratorium ureum kreatinin.

b) 1 hari sebelum pemeriksaan, pasien mengambil resep di

ruang CT scan dengan membawa hasil pemeriksaan darah

ureum kreatinin. Untuk hari berikutnya pasien diinstruksikan

untuk puasa 3-4 jam sebelum pemeriksaan

35
36

c) Pasien datang ke ruang CT scan masih dalam keadaan puasa

sampai pemeriksaan selesai. Tujuan puasa 3-4 jam sebelum

pemeriksaan adalah agar tidak terjadi aspirasi.

d) Mengisi informed consent sebagai persetujuan dilakukannya

pemeriksaan CT scan thorax dengan menggunakan media

kontras.

e) Ganti baju pasien dan melepaskan benda – benda yang

menimbulkan artefak.

f) Pasien diberikan penjelasan singkat tentang pemeriksaan

yang akan dilakukan seperti pergerakan meja pemeriksaan,

posisi badan tetap tenang dan mendengarkan instruksi saat

pemeriksaan dan saat penyuntikan media kontras.

2) Persiapan Alat dan Bahan

a) Pesawat MSCT Siemens Somatom 16 Slice

b) Selimut

c) Double Injector otomatik

d) Media kontras water soluble

e) Coil Wire / Connector

f) Three way

g) Kapas alcohol dan plester

Sebelum dilakukan scanning masukkan media kontras

watersoluble kedalam spuit pada injektor otomatik. Posisi

injektor diputar keatas hingga ujung dari tabung spuit injektor


37

berada di atas. Sedot media kontras, kemudian pasang selang

injektor/ coil wire, keluarkan sedikit media kontras agar udara di

dalam koil wire hilang. Posisi injektor di putar kembali ke

bawah agar posisi ujung dari tabung spuit berada dibawah.

Masukkan cairan saline biasanya cairan NaCl kedalam spuit

injector satunya sebagai pembilas / flashing. Setelah itu

hubungkan dengan three way yang telah terpasang dalam

abocath pasien.

c. Teknik Pemeriksaan

1) Posisi Pasien

a) Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan

b) Posisi pasien feet first dengan kedua tangan lurus ke atas

kepala.

2) Prosedur Pemeriksaan

a) Atur posisi pasien agar MSP tubuh simetris dengan

longitudinal light dan horisontal light berada setinggi 5 cm di

atas jugular notch.

b) Entry data pasien, meliputi : nama, umur, jenis kelamin,

nomer register, diagnosa klinis, jenis pemeriksaan dan posisi

pasien saat masuk gantry

c) Pilih protokol pemeriksaan Thorax Routine non FNAB

d) Pemilihan parameter untuk pre dan post kontras


38

 Pre kontras

Eff mAs : 40

kV : 130

scan time : 11,94 s

slice thicknes : 8 mm

delay scan :5s

FOV : 300 mm

window : mediastinum

kernel : B41s medium+

 Post kontras

Eff mAs : 40

kV : 130

scan time : 12,02 s

slice thicknes : 10 mm

delay scan : 20 s

FOV : 300 mm

window : mediastinum

kernel : B41s medium+

a) Scanning

1) Area scanning

Area scanning yaitu dari topogram AP di ambil range

dari apex paru sampai daerah suprarenal.


39

Gambar 9. Scanogram CT scan thorax

2) Pemasukkan kontras fase pre monitoring

Kontras dimasukkan menurut scanning awal yang

ditentukan pada daerah trunkus pulmonalis sebagai triger

atau penanda bahwa kontras sudah sampai pada bagian

tersebut. Jika nanti dalam scaning tersebut sudah

menunjukkan nilai ± 100 HU maka kontras akan secara

otomatis masuk secara keseluruhan dengan flow rate

yang telah diatur.

3) Pemasukan media kontras

Kontras yang telah disiapkan tadi dimasukkan secara

intravena melalui abocath. Setting volume 60 ml dan

flow rate pemasukkan media kontras 2.5 ml/s. Setting

delay 20 s.
40

4) Scanning post media kontras

a. Fase vena, dengan delay 20 second

b. Delay, digunakan untuk mengetahui sisa media

kontras yang masih terserap tumor yang ada di thorax

tersebut dengan delay 20 second

a) Radiograf dan Hasil Ekspertise

1) Radiograf

 Radiograf pre kontras dan post kontras (window

mediastinum W=400 HU, C=40 HU)

(b) (a)

Gambar 10. Potongan axial (a) pre kontras dan (b) post kontras

 Rekonstruksi radiograf coronal window mediastinum

(W=400 HU, C=40 HU) dan coronal window lung

(W=1200 HU, C= -600 HU)


41

(a) (b)
Gambar 11. Potongan coronal (a) window mediastinum dan (b)
window lung

2) Hasil ekspertise

 Tampak multiple lesi kistous (19 HU) yang

berkonglomerasi, batas tegas tepi reguler, dengan ukuran

terbesar ±1,9 cm di segmen mediobasal lobus inferior paru

kanan disertai konsolidasi disekitarnya yang dengan

pemberian kontras tampak contrast enhancement pada tepi-

tepinya (87 HU)

 Trachea dan main bronchus kanan kiri patent

 Jantung dan pembuluh darah besar tak tampak kelainan

 Tak tampak infiltrat / nodule / fibrosis di kedua paru

 Tak tampak atelektasis / kolaps paru

 Tampak multiple KGB di paratrakea dengan ukuran

terbesar ± 0,6 cm

 Tak tampak densitas cairan di cavum pleura kanan kiri


42

 Tak tampak nodule di hepar dan kelenjar adrenal

 Tak tampak proses osteolitik / osteoblastik

Kesan:

Multiple cystic lung disease dengan secondary infection

disegmen mediobasal lobus inferior paru kanan.

3.2 Pembahasan

Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang terkait dengan pemeriksaan

CT Scan Thorax maka penulis membahas permasalahan tersebut yaitu :

1. Prosedur pemeriksaan CT scan thorax pada kasus suspek massa paru di

Instalasi Radiologi Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya

Pemeriksaan CT scan thorax pada kasus suspek massa paru di

Instalasi Radiologi Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya tidak ada

persiapan khusus, pemeriksaan laborat ureum dan creatinin sebagai

persiapan awal serta pasien di anjurkan puasa/tahan makan selama 3 - 4

jam agar tidak terjadi aspirasi dan sebelum pemeriksaan dibebaskan dari

benda-benda yang bisa mengganggu hasil pemeriksaan yang bersifat opak

dan pasien diberikan penjelasan singkat tentang jalannya pemeriksaan.

Menurut Nesseth (2000) tidak ada persiapan khusus bagi penderita

hanya saja instruksi-instruksi yang menyangkut posisi penderita dan

prosedur pemeriksaan harus diberitahukan dengan jelas. Benda aksesoris

yang dapat menggangu radiograf dilepas dan baju penderita diganti

dengan baju khusus pasien supaya tidak menyebabkan timbulnya artefak.


43

Pemeriksaan CT scan thorax pada kasus suspek massa paru di

Instalasi Radiologi Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya dan menurut

Nesseth (2000) sama sama tidak ada persiapan khusus, hanya saja di

ruang CT scan Instalasi Radiologi Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya

ada persiapan pasien puasa 3-4 jam sebelum pemeriksaan, tujuannya

untuk menghindari terjadinya aspirasi saat pemeriksaan.

Prosedur pemeriksaan dengan memposisikan pasien supine di meja

pemeriksaan dengan kaki dekat dengan gantry (feet first). Kedua lengan

pasien dikeataskan di samping kepala, kemudian pasien diberi selimut

dan di fiksasi dengan alat fiksasi yang tersedia. Selanjutnya pasien

diposisikan dari mid sagital plane (MSP) tubuh sejajar dengan lampu

indikator longitudinal dan ketinggian tubuh pasien diatur dari titik

pertemuan lampu indikator longitudinal dan lampu indikator horizontal 5

cm di atas jugular notch. Kemudian pasien di informasikan tidak

bergerak selama pemeriksaan berlangsung.

Menurut Nesseth (2000) pasien diposisikan sehingga mid sagital

plane (MSP) tubuh sejajar dengan lampu indikator longitudinal, garis

horizontal tidak memotong batas atas paru. Lengan pasien diletakan

diatas kepala. Lutut diganjal untuk kenyamanan pasien. Pasien di

informasikan agar menarik nafas pada saat pemeriksaan dimulai.

Posisi pasien antai ruang CT scan Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Dr. Soetomo Surabaya dan pada teori Nesseth (2000) adalah sama,

pasien harus diposisikan senyaman mungkin selama pemeriksaan.


44

Setelah itu pembuatan scanogram CT Scan thorax dengan batas

atas apeks paru dan batas bawah pada daerah suprarenal. Setelah

pembuatan scanogram selesai kemudian dibuatlah garis-garis program

irisan pada scanogram mulai dari apeks paru sampai supra renal dengan

ketebalan irisan 0,6 mm. Kemudian mulai eksposi sesuai dengan jumlah

irisan yang telah diprogram. Untuk pre kontras menggunakan slice

thickness 8 mm, fase post kontras yaitu pada fase vena dan fase delay

dengan slice thickness 10 mm.

Menurut teori Vook P,et al (1989) dan Rasad (2000) pembuatan

scanogram CT scan thorax dengan batas atas apeks paru-paru sampai

diafragma. Penggunaan slice thicknes pada CT thorax menurut Rasad

(2000) adalah 5-10 mm.

Adanya perbedaan batas scanogram CT scan thorax pada teori

dengan pemeriksaan CT scan thorax pada kasus suspek massa paru di

Instalasi Radiologi Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya sampai batas

bawah suprarenal. Hal ini dilakukan berdasarkan klinis pasien, untuk

kasus tumor melihat kelainan disekitar paru-paru yaitu pada daerah hepar

dan kelenjar adrenal. Penggunan slice thicknes masih dalam rentang

sesuai dengan teori.

2. Efektifitas teknik pemasukan kontras media pada pemeriksaan CT scan

thorax pada kasus suspek massa paru di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Dr. Soetomo Surabaya


45

Pemeriksaan CT scan thorax pada kasus suspek massa paru di

Instalasi Radiologi Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya menggunakan

media kontras non ionic, banyaknya volume yang diberikan yaitu 60 ml,

pemasukan media kontras dengan injector otomatis dengan delay scan 20

s dan flow rate 2.5 ml/s.

Menurut Vock P,et al (1989) banyaknya volume yang disuntikan

adalah 100-150 ml dan di injeksikan dengan injektor otomatis dengan

injeksi rate nya adalah 2-3 ml/detik. Menurut Tello R, Seltzer S (1999)

volume pemakaian 100-160 ml di injeksikan dengan injektor otomatis

dengan injeksi rate nya adalah 2,7 – 4,3 ml/detik. Keduanya

menggunakan waktu scanning 20 detik setelah pemasukan awal media

kontras.

Banyaknya volume dan flow rate media kontras yang disuntikan

mempengaruhi suatu massa untuk enhance yang maksimal. Pada

radiograf yang di hasilkan pada pemeriksaan CT Scan Thorax tersebut

menampakkan nilai multiple lesi kistous HU awal sebelum pemberian

media kontras adalah 19 HU dan setelah pemberian media kontras

tampak contrast enhancement pada tepi-tepinya yaitu 87 HU.

Jadi keefektifan dari pemberian media kontras pada pemeriksaan

CT Scan Thorax pada kasus suspek massa paru dinilai telah efektif

karena menghasilkan penyangatan yang optimal dan dapat

memperlihatkan objek-objek yang diamati pada pemeriksaan CT Scan

Thorax.

Potrebbero piacerti anche