Sei sulla pagina 1di 20

TUGAS :

PENGETAHUAN LINGKUNGAN

OLEH :

WAHJU ALFATH

R1A122058

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga penulis dapat menyusun
makalah tentang "Masalah masalah dalam lingkungan hidup.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan kesadaran anak bangsa dalam
mempelajari sejarah Indonesia dan meningkatkan rasa nasionalisme sehingga mereka mampu
melanjutkan cita-cita para pahlawan pendiri bangsa.

Saya ucapkan terima kasih kepada dosen yang memberikan tugas makalah ini sehingga selesai tepat pada
waktunya. Semoga dibalas oleh Allah SWT dengan ganjaran yang berlimpah.

Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak menutup kemungkinan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. pertumbuhan penduduk dan penggunaan sumber daya alam yang tidak merata..............3
B. perubahan cuaca global.....................................................................................................8
C. Penurunan keanekaragaman hayati...................................................................................9
D. Kerusakan lingkungan ekosistem (pertanian, hutan, perkotaan,pasisir dan laut).............10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................................16
B. Saran..................................................................................................................................16

DAFTAAR ISI.............................................................................................................................17

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerusakan lingkungan hidup akibat populasi manusia dan perkembangan zaman pada saat ini.
Populasi manusia mempengaruhi keadaan alam,. Dengan bertambahnya manusia yang berperan
sebagai konsumen, para produsen memproduksi produk mereka agar memenuhi kebutuhan
konsumen mereka. Contohnya kerusakan hutan di Indonesia masih simpang siur, ini akibat
perbedaan persepsi dan kepentingan dalam mengungkapkan data tentang kerusakan hutan. Laju
deforestasi di Indonesia menurut perkiraan World Bank antara 700.000 sampai 1.200.000 ha per
tahun, dimana deforestasi oleh peladang berpindah ditaksir mencapai separuhnya. Namun World
Bank mengakui bahwa taksiran laju deforestasi didasarkan pada data yang lemah. Sedangkan
menurut FAO, menyebutkan laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai 1.315.000 ha per tahun
atau setiap tahunnya luas areal hutan berkurang sebesar satu persen (1%). Berbagai LSM peduli
lingkungan mengungkapkan kerusakan hutan mencapai 1.600.000 – 2.000.000. illegal logging
Sedangkan ada ahli kehutanan yang mengungkapkan laju kerusakan ha per tahun dan lebih tinggi
lagi data yang diungkapkan oleh Greenpeace, bahwa kerusakan hutan di Indonesia mencapai
3.800.000 ha per tahun yang sebagian besar adalah penebangan liar atau hutan di Indonesia
adalah 1.080.000 ha per tahun.

1
B. Rumusan Masalah

1. pertumbuhan penduduk dan penggunaan sumber daya alam yang tidak merata ?
2. perubahan cuaca global ?
3. penurunan keanekaragaman hayati ?
4. Kerusakan lingkungan ekosistem (pertanian, hutan, perkotaan,pasisir dan laut) ?

C. Tujuan

1. Mengetahui pertumbuhan penduduk dan penggunaan sumber daya alam yang tidak merata.
2. Mengetahui perubahan cuaca global.
3. Mengetahui penurunan keanekaragaman hayati.
4. Mengetahui Kerusakan lingkungan ekosistem (pertanian, hutan, perkotaan,pasisir dan
laut).

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. pertumbuhan penduduk dan penggunaan sumber daya alam yang tidak merata

Pertambahan jumlah penduduk berpengaruh dengan perubahan iklim dan berpotensi


terjadinya pemanasan global (global warming). Hal ini terjadi di daerah-daerah dingin seperti
kutub utara dan kutub selatan terdapat bongkahan-bongkahan es yang sudah mencair. Es yang
mencair menyebabkan naiknya tingkat permukaan laut global ancaman bagi keselamatan bumi.
Naiknya suhu bumi di berbagai negara mengalami kenaikan antara 1,40C-5,90C. Global
warming ancaman bagi mahluk hidup bumi dan akan berdampak pada terjadinya disaster seperti
kekeringan, badai topan, El Nino, badai siklon tropis, banjir dan bencana lainnya yang
berpengaruh kestabilan fungsi lingkungan sebagai sumber daya.

Lingkungan sebagai sumber daya mempertemukan berbagai kepentingan di dalamnya, antara


lain kepentingan masyarakat, pengusaha, dan pemerintah. Benturan kepentingan antara berbagai
pihak sering berakibat kondisi lingkungan harus menjadi korban. Pada akhirnya, kondisi
lingkungan yang dikorbankan akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di sekitar.
Pengelolaan lingkungan selain berusaha melakukan tindakan preventif, yakni mencegah
meluasnya kerusakan lingkungan juga melakukan tindakan represif, yaitu bertindak secara nyata
untuk menghadapi kondisi lingkungan yang terlanjur rusak. Kondisi lingkungan yang demikian
jika dimungkinkan perlu diperbaiki agar dapat bermanfaat kembali bagi kesejahteraan
masyarakat banyak.

Undang-undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup merumuskan bahwa lingkungan merupakan kesatuan ruang yang semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya. Dalam definisi ini terlihat semakin jelas bahwa manusia memiliki andil yang besar di
dalam mempengaruhi kebelangsungan dan dinamika lingkungan. Lingkungan meliputi keadaan
baik yang disebut makhluk hidup maupun benda, termasuk pula keadaan-keadaan yang
mempengaruhi keberadaan makhluk hidup dan benda. Keadaan-keadaan yang kemudian juga
disebut hukum alam memang akan mengalami keadaan homeostasis (keseimbangan) apabila

3
pengaruh manusia dalam batas kewajaran, namun apabila campur tangan manusia telah
melampaui batas kemampuan salah satu atau lebih komponen lingkungan untuk memperbaiki
dirinya, maka akan terjadi ketidakseimbangan atau ketidakharmonisan antara komponen
lingkungan.

Jika dalam kedua definisi tersebut manusia ditempatkan sebagai salah satu komponen
lingkungan, maka dalam definisi benkut ini lingkungan lebih dilihat sebagai sesuatu yang berada
di luar diri manusia. Dahlan (1995:4) menegaskan bahwa lingkungan dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang berada di sekitar kita. Lingkungan dikategorikannya menjadi tiga, yaitu:
Lingkungan fisik seperti tanah, air, udara, serta interaksi diantara unsur tersebut. Lingkungan
biologis, termasuk di sini adalah semua organisme hidup baik binatang, tumbuh-tumbuhan
maupun mikroorganisme. Lingkungan sosial, meliputi semua interaksi manusia dengan
sesamanya.

Lingkungan fisik, lingkungan biologis, dan lingkungan sosial merupakan kesatuan sistem
yang tidak dapat saling dipisahkan. Ketiga lingkungan tersebut berinteraksi satu sama lain
menurut hukum-hukum keseimbangan sistem lingkungan (hukum alam). Hukum alam yang
mengatur keseimbangan dapat mengalami perubahan menjadi tidak lagi sinergis apabila tekanan
manusia terlalu besar terhadap lingkungan. Tekanan manusia terhadap lingkungan yang
dimaksudkan di sini adalah beban hasil kegiatan manusia berupa limbah/sampah yang terlalu
besar jumlahnya. Jumlah yang besar dari hasil aktivitas manusia dapat dideterminasikan melalui
kemampuan lingkungan untuk mampu pulih atau tidak kemampuannya dalam melayani
pemenuhan kebutuhan di masa yang akan datang. Suparmoko (2000:1) menyebutkan tiga fungsi
atau peranan lingkungan yang utama, yaitu: Sebagai sumber bahan mentah untuk diolah menjadi
barang jadi atau untuk langsung dikonsumsi. Sebagai asimilator, yaitu sebagai pengolah limbah
secara alami. Sebagai sumber kesenangan. Lingkungan terdiri atas berbagai komponen yang
meliputi berbagai sumber daya yang dapat bermanfaat bagi manusia. Salah satu komponen
tersebut adalah bahan mentah atau sumber daya alam (natural resources). Bahan mentah tersebut
ada yang perlu diolah terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan, misalnya bahan tambang.
Bahan mentah juga ada yang dapat langsung dikonsumsi selain dapat diolah kembali, misalnya
berbagai produksi pertanian.

4
Lingkungan akan berjalan dengan prinsip, tatanan, hukum seperti homeostasis
(keseimbangan), kemampuan/kapasitas (resilience), kompetisi, toleransi, adaptasi, suksesi,
evolusi, mutasi, hukum minimum, hukum entropi, dan sebagainya (Moh. Soeijam, dkk, 1987:3).
Hukum alam merupakan salah satu hukum yang cenderung statis apabila faktor di luar hukum
tersebut tidak berpengaruh terlalu besar. Apabila hutan tropis tidak ditebangi menurut ambisi
ekonomi manusia, tentunya suhu bumi tidak akan terus meningkat, tidak akan terjadi bencana
banjir, dan tidak akan terbentuk lahan fintis. Pada daerah pedesaan yang tekanan jumlah
penduduk kecil sering masih dapat ditemukan udara yang segar,

karena meskipun manusia menghasilkan limbah dalam aktifitasnya, namun pengolahan alam
terhadap limbah tersebut masih dimungkinkan. Sebaliknya di daerah perkotaan yang padat
tentunya akan sulit ditemukan udara pagi yang segar, karena limbah dan polutan yang dihasilkan
lebih besar jumlahnya dibandingkan kemampuan alam untuk menetral isi keadaan tersebut.

Lingkungan juga menjadi sumber kesenangan, karena dapat dijadikan sebagai obyek
pemuasan kebutuhan manusia. Tuntutan kebutuhan manusia dengan pemanfaatan sumberdaya
alam cenderung tidak berpihak pada kelestarian lingkungan. Revolusi industry 4.0 menjadi
tantangan dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup dimana industri 4.0 di sektor lingkungan
keberpihakan kepada daya dukung lingkungan yaitu pembangunan berkelanjutan (sustainable
development), keberlanjutan ekologis, pendidikan lingkungan, konservasi dan produk ramah
lingkungan. Dengan demikian pertumbuhan penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan
masyarakat di suatu wilayah tidak melebihi dari daya dukung lingkungan dan keberpihakan
kepada kelestarian lingkungan.

Dampak dan Permasalahan Pertumbuhan Penduduk

Masalah lingkungan yang utama menurut Emil Salim (Slamet Prawirohartono, 1991: 188)
adalah ledakan penduduk dan perkembangan teknologi. Kedua masalah tersebut secara langsung
berhubungan dengan manusia. Ledakan penduduk timbul karena manusia yang terus aktif
bereproduksi, sedangkan perkembangan teknologi bersumber dari peningkatan kapasitas
kemampuan berfikir dan pengembangan metode positif pada diri manusia. Oleh Sugeng Martopo
(1995:1) berdasarkan pada pendapat Zen juga ditegaskan pendapat yang hampir senada, yaitu
bahwa masalah lingkungan timbuh karena: dinamika penduduk, pemanfaatan pengelolaan

5
sumber daya yang kurang bijaksana, kurang terkendalinya pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi maju, dampak negatif yang sering timbul dari kemajuan ekonomi yang seharusnya
positif, dan benturan tata ruang.

Pola kehidupan manusia memang mengalami suatu revolusi besar-besaran ketika dihadapkan
pada kenyataan semakin meningkatnya populasi jumlah manusia dan juga perkembangan
teknologi yang dapat digunakan untuk menunjang kehidupan. Pola hidup tersebut sebagian
diantaranya ada yang kurang selaras dengan lingkungan alam sehingga menghasilkan krisis
lingkungan. Perubahan pola kehidupan antara lain: meningkatnya jumlah penggunaan kendaraan
bermotor yang membutuhkan bahan bakar minyak, meningkatnya penggunaan energi listrik
akibat alat-alat yang perlu diaktifkan dengan tenaga tersebut; berubahnya pola makan dari teknik
pengolahan tradisional menjadi menggunakan alat modem yang lebih hemat waktu; dan
digunakannya traktor serta mesin dalam usaha pertanian. Perubahan pola yang diberikan tersebut
hanyalah beberapa contoh. Krisis lingkungan turut dipengaruhi oleh perubahan pola dan gaya
hidup tersebut.

Hari Kependudukan Dunia yang jatuh pada tanggal 11 Juli dan dengan populasi penduduk
yang terus-menerus meningkat setiap tahunnya. Data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa
jumlah penduduk dunia ditahun 2017 tercatat 7,6 miliar dan akan meningkat menjadi 8,6 milyar
pada tahun 2030, 9,8 miliar pada tahun 2050. Data The Spectator Index di tahun 2018 dari 20
negara dengan penduduk terbanyak di urutan pertama yaitu China jumlah penduduk 1,4 milyar
jiwa, India jumlah penduduk 1,33 miliar jiwa, Amerika Serikat jumlah penduduk 328 juta jiwa
dan Indonesia memiliki populasi penduduk sebesar 265 juta jiwa dengan penduduk terbanyak
nomor empat di dunia. Berdasarkan data Worldometers, Indonesia di tahun 2019 jumlah
penduduk mencapai 269 juta jiwa atau 3,49% dari total populasi dunia.

Peningkatan populasi tersebut membutuhkan berbagai sarana dan fasilitas pemenuhan


kebutuhan hidup, mulai dari pangan, sandang, papan, maupun kebutuhan integratif lainnya.
Meningkatnya populasi manusia secara langsung berhubungan dengan terpenuhinya kebutuhan
hidup yang hampir seluruhnya memanfaatkan sumber daya alam. Kebutuhan pangan yang
meningkat berusaha dipenuhi dengan modernisasi dan mekanisasi pertanian. Modernisasi
pertanian memiliki aspek positif diantaranya dapat mencapai intensifikasi dan difersivikasi

6
produksi, namun juga turut menyumbangkan aspek negatif seperti dampak penggunaan pestisida
dan insektisida terhadap kualitas lingkungan.

Peningkatan kebutuhan sandang juga secara tidak langsung memacu peningkatan produksi
perkebunan kapas, Hal negatif yang dapat timbul dari meningkatkan kebutuhan sandang adalah
efek limbah hasil produksi dari industri tekstil. Kebutuhan akan papan menuntut eksploitasi
terhadap berbagai sumber daya alam, seperti kayu, pasir, batu, dan beberapa jenis barang
tambang. Bekas daerah eksploitasi sering kali menjadi daerah yang tandus dan bahkan berubah
menjadi lahan-lahan kritis. Pemenuhan kebutuhan integratif, seperti rekreasi alam juga sering
menghasilkan efek negatif berupa rusaknya alam oleh ulah manusia yang jahil ataupun berambisi
mengeruk kekayaan dari potensi alam yang ada.

Tekanan populasi penduduk yang lain adalah akibat distribusi penduduk yang tidak merata.
Urbanisasi telah turut memperparah keadaan lingkungan perkotaan. Dalam Kongres Metropolis
Sedunia (Herlianto, 1997: 5) dikemukakan 6 masalah pokok yang umumnya dihadapi oleh kota-
kota besar dunia. Salah satu dari masalah yang disebutkan adalah lingkungan hidup dan
kesehatan yang semakin menurun Bintarto (1983:47) juga menyebutkan bahwa salah satu
masalah yang ditimbulkan akibat pemekaran kota adalah masalah sampah. Sampah dihasilkan
dari aktifitas kehidupan manusia. Pemukiman kumuh (siam area) juga menjadi salah satu
masalah yang harus dihadapi oleh kota-kota besar sebagai pusat pemukiman penduduk kalangan
bawah.

Faktor yang juga turut memunculkan krisis lingkungan adalah konsumsi berlebihan dan pola
konsumsi yang boros. Konsumsi berlebihan menuntut sistem produksi memperbesar
kapasitasnya yang berarti menambah jumlah zat buangan sisa hasil industri yang dihasilkan dan
sisa hasil limbah plastik masusia yaitu sisa konsumsi berupa bahan pembungkus, khususnya
sampah plastik turut menjadi permasalahan karena tidak dapat menjalani daur biologis. Berikut
5 negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia, Indonesia berada diperingkat ke dua sebagai
penyumbang sampah plastic.

7
B. perubahan cuaca global

Bagi manusia, contoh perubahan cuaca yang telah disebutkan tadi, dapat memengaruhi
kondisi tubuh. Contoh perubahan cuaca dapat mengakibatkan tubuh menjadi rentan terhadap
penyakit, seperti flu, diare, atau sesak napas. Cuaca dingin juga akan berdampak pada kulit yang
menjadi kering, badan pegal, atau nyeri sendi. Sedangkan cuaca panas dapat membuat tubuh
menjadi dehidrasi, pusing, dan jantung berdetak cepat. Contoh perubahan cuaca misalnya, cuaca
panas, yang ditandai dengan matahari bersinar dan udara yang terasa panas. cuaca berawan, yang
biasanya terasa lebih sejuk cuaca mendung, yang membuat langit tampak kelabu dan menjadi
pertanda turunnya hujan. Pada contoh perubahan cuaca yang mendung ini, biasanya udara akan
terasa panas sebelum hujan. cuaca hujan, di mana titik-titik air mulai turun Dilansir dari laman
ncei.noaa.gov, cuaca secara khusus adalah campuran peristiwa yang terjadi di atmosfer kita
setiap hari. Meski bumi hanya memiliki satu atmosfer, bukan berarti cuaca di seluruh dunia
sama. Cuaca akan berbeda di berbagai belahan dunia mengalami perubahan sepanjang waktu,
dalam hitungan menit, jam, hari, dan minggu.

Jika cuaca adalah perubahan jangka pendek pada atmosfer, maka iklim menggambarkan
seperti apa perubahan cuaca dalam periode waktu yang lama di area tertentu. Daerah yang
berbeda dapat memiliki iklim yang berbeda pula. Untuk menggambarkan iklim di suatu tempat,
kita dapat mengatakan seperti berapa suhu selama musim yang berbeda, seberapa berangin
daerah tersebut biasanya, atau seberapa banyak hujan atau salju yang biasanya turun.

Ketika para ilmuwan berbicara tentang iklim, mereka sering melihat rata-rata curah hujan,
suhu, kelembapan, sinar matahari, angin, dan ukuran cuaca lainnya yang terjadi dalam jangka
waktu lama di tempat tertentu. Dalam beberapa kasus, mereka mungkin melihat rata-rata ini
dalam jangka waktu 30 tahun.

Unsur-unsur Cuaca

Suhu. Sederhananya, suhu adalah ukuran seberapa panas atau dingin atmosfer pada saat
tertentu. Ini adalah salah satu kondisi cuaca paling jelas yang dapat langsung diperhatikan dan
dipahami oleh banyak orang.

8
Curah Hujan. Curah hujan menjadi kondisi perubahan cuaca yang paling sering disampaikan
bersama suhu. Informasi dari curah hujan akan memberi tahu kemungkinan turunnya hujan di
suatu tempat.

Kondisi Langit. Kondisi langit, atau tutupan awan, memberi tahu seberapa cerah atau berawan
langit sepanjang hari. Ini karena awan dapat memengaruhi suhu udara. Awan menentukan berapa
banyak energi matahari yang mencapai permukaan bumi dan menentukan seberapa banyak panas
yang diserap.

Kelembapan. Kelembapan relatif adalah variabel cuaca yang membantu memberitahu


seberapa besar kemungkinan curah hujan, embun, atau kabut akan terjadi.

Angin. Pengukuran angin selalu mencakup kecepatan dan arah angin bertiup. Terkadang
ramalan cuaca tidak menyebutkan kecepatan angin secara langsung, tetapi akan menggunakan
kata-kata deskriptif, seperti tenang, semilir, berangin,dan kuat.

Tekanan Udara. Mengetahui tekanan udara adalah cara mudah untuk menilai apakah cuaca
sedang tenang atau badai sedang datang.

Titik Embun (Dewpoint)

C. Penurunan keanekaragaman hayati

Faktor penyebab menurunnya keanekaragaman hayati untuk tingkat global adalah hilangnya
habitat, alih fungsi dan fragmentasi, eksploitasi berlebih, spesies invasif, polusi dan perubahan
iklim.

“Mungkin bagi mereka yang awam atau tidak pernah bersentuhan dengan keanekaragaman
hayati akan bertanya, kenapa harus repot-repot dilindungi dan seberapa berharganya hingga
harus dilindungi?,” tutur Endang Sukara seperti dilansir Antara, Sabtu (27/02/2017).

Data LIPI (2012) untuk kasus kehilangan kehati ikan di Daerah Aliran Sungai (DAS)
Ciliwung saja menunjukkan pada 1910-1920 mencapai 15,5 persen atau 29 spesies, pada 1930-
1940 mencapai 66,3 persen atau 124 spesies, pada 1960-1970 mencapai 78.1 persen atau 146
spesies, pada 1980-1990 mencapai 90 persen atau 170 spesies dan pada 1990-2009 mencapai 92
persen atau 172 spesies. Kondisi memprihatinkan juga terjadi di DAS Cisadane.

9
LIPI juga mencatat bahwa Indonesia merupakan daerah ruaya 51 persen sidat dunia. Namun
kerusakan daerah ruaya di muara sungai dan danau menjadi ancaman keberlangsungan sidat.

Berdasarkan data Daftar Merah The International Union for Conservation of Nature (IUCN)
2015, Indonesia berada di peringkat ke-6 dalam jumlah tumbuhan terancam kepunahan setelah
Ekuador, Malaysia, Brasil, Tanzania dan Cina.

D. Kerusakan lingkungan ekosistem (pertanian, hutan, perkotaan,pasisir dan laut).

a. pertanian merupakan proses yang saling terkait di mana keduanya terjadi pada skala global.
Pertanian mempengaruhi perubahan iklim, dan perubahan iklim mempengaruhi
pertanian. Pemanasan global diketahui dapat mempengaruhi pertanian karena
peningkatan temperatur, perubahan pola iklim dan presipitasi, dan pelelehan gletser. Hal ini
mempengaruhi kapasitas biosfer dalam memproduksi bahan pangan untuk kebutuhan populasi
manusia yang terus meningkat. Peningkatan level karbon dioksida Akan memiliki efek baik
maupun buruk terhadap hasil pertanian. Penilaian efek perubahan iklim pada pertanian akan
membantu antisipasi dan adaptasi usaha pertanian.

Di saat yang sama pertanian diketahui memberikan pengaruh terhadap perubahan iklim
karena menyumbang gas rumah kaca seperti karbon dioksida dari mesin
pertanian dan pembakaran hutan, metan dari pelapukan sampah pertanian dan kotoran ternak,
dan NO2. Selain itu, pertanian juga memberikan pengaruh dari aktivitas pengubahan fungsi
lahan.

Salah satu penyebab deforestasi adalah sistem tebang habis untuk mengubah hutan menjadi
lahan pertanian. Berdasarkan Norman Myers, diketahui bahwa 5% lahan hutan yang mengalami
deforestasi digunakan sebagai lahan peternakan, 19% diakibatkan oleh penebangan
hutan berlebih, 22% karena perluasan lahan perkebunan kelapa sawit, dan 54% karena
parktek tebang dan bakar.

Pada tahun 2000, PBB melalui FAO menemukan bahwa deforestasi mampu menyebabkan
tekanan terhadap populasi dan stagnasi ekonomi, sosial, dan teknologi

Pencemaran genetic

10
Kontroversi dari bahan pangan termodifikasi secara genetika (genetically modified, GM)
melibatkan berbagai pihak dari konsumen, perusahaan bioteknologi, pembuat
kebijakan, organisasi nirlaba, dan ilmuwan. Bidang yang diperdebatkan diantaranya apakah
makanan GM harus diberikan label, peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan, dampak
makanan GM pada kesehatan dan lingkungan, efek resistansi pestisida,
dampak tanaman pertanian GM terhadap petani, dan peran tanaman pertanian GM sebagai
penghasil bahan pangan bagi populasi dunia.

Organisme termodifikasi secara genetik juga mengundang risiko terjadinya pencemaran


genetika akibat penyerbukan antara tanaman GM dan tanaman non GM di lokasi pertanian.
Selain itu, benih tanaman GM yang tersebar ke alam liar juga mengundang keresahan serupa.
Fenomena ini disebut dengan kontaminasi benih. Sebagian besar proses penyerbukan terjadi oleh
angin dan serangga yang tidak mampu dikendalikan secara penuh oleh manusia.

Dampak lingkungan dari irigasi

Irigasi dapat memicu berbagai masalah, diantaranya:[4]

Berkurangnya akuifer air tanah secara drastis karena pengambilan air tanah berlebihan

Subsiden tanah karena ruang di antara bebatuan di bawah tanah yang seharusnya diisi air
tanah, menjadi kosong sehingga berpotensi runtuh

Tanah yang tidak diirigasi secara cukup dapat menyebabkan meningkatnya kadar garam tanah
yang mengakibatkan salinisasi tanah. Tanah dengan kadar garam yang tinggi sulit untuk
ditanami kembali.

Irigasi dengan air asin akan menyebabkan tanah rusak

Irigasi berlebihan menyebabkan polusi air karena tercucinya pupuk dan pestisida dari tanah
pertanian ke ekosistem sekitar

Aliran permukaan yang tidak ditata dengan baik mampu menyebabkan pencemaran air
tanah dan air permukaan.

11
b. Pengertian dan definisi dari kerusakan hutan adalah berkurangnya luasan areal hutan karena
kerusakan ekosistem hutan yang sering disebut degradasi hutan ditambah juga penggundulan dan
alih fungsi lahan hutan atau istilahnya deforestasi. Studi CIFOR (International Forestry
Research) menelaah tentang penyebab perubahan tutupan hutan yang terdiri dari perladangan
berpindah, perambahan hutan,

transmigrasi, pertambangan, perkebunan, hutan tanaman, pembalakan dan industri


perkayuan. Selain itu kegiatan illegal logging yang dilakukan oleh kelompok profesional atau
penyelundup yang didukung secara illegal oleh oknum-oknum. Pembukaan areal hutan untuk
dijadikan perkebunan kelapa sawit ditunding sebagai salah satu penyebab kerusakan hutan.
Hutan yang didalamnya terdapat beranekaragam jenis pohon dirubah menjadi tanaman
monokultur, menyebabkan hilangnya biodiversitas dan keseimbangan ekologisdi areal tersebut.

Beberapa jenis satwa yang menjadikan hutan tersebut sebagai habitatnya akan berpindah
mencari tempat hidup yang lebih sesuai. Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit pada
areal hutan tropis merupakan salah satu pemicu terjadinya kebakaran hutan dan berdampak
negatif terhadap emisi gas rumah kaca. Bila hutan masih terjaga dengan baik memiliki pohon-
pohon yang rimbun, hutan dapat menyerap air ketika hujan datang dan menyimpannya dalam
tanah di celah-celah perakaran,

kemudian melepaskannya secara perlahan melalui daerah aliran sungai. Hutan mengontrol
fluktuasi debit air pada sungai sehingga pada saat musim hujan tidak meluap dan pada saat
musim kemarau tidak kering. Di sini hutan berfungsi sebagai pengatur hidro-orologis bagi
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Selain banjir dan kekeringan, masih banyak lagi
dampak negatif dari kerusakan hutan. Kerusakan lingkungan hutan seperti ini merupakan
kerusakan akibat ulah manusia yang menebang pohon pada daerah hulu sungai bahkan
pembukaan hutan yang dikonversi dalam bentuk penggunaan lain.

Terganggunya sistem hidro-orologis akibat kerusakan hutan. Banjir pada musim hujan dan
kekeringan pada musim kemarau merupakan salah satu contoh dari tidak berfungsinya hutan
untuk menjaga tata air. Air hujan yang jatuh tidak dapat diserap dengan baik oleh tanah, laju
aliran permukaan atau runoff begitu besar. Air Hujan yang jatuh langsung mengalir ke laut
membawa berbagai sedimen dan partikel hasil dari erosi permukaan. Terjadinya banjir bandang

12
dimana-mana yang menimbulkan kerugian harta maupun nyawa. Masyarakat yang terkena
dampaknya kehilangan harta benda dan rumah tempat mereka berteduh akibat terbawa banjir
bandang, bahkan ditambah kerugian jiwa yang tak ternilai harganya.

Hasil Penelitian terakhir dari CIFOR mengungkapkan beberapa dampak negatif dari
perubahan penggunaan lahan untuk produksi bahan bakar nabati atau biofuel. Pembangunan
perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut, menyebabkan emisi karbonyang dihasilkan dari
konversi lahan memerlukan waktu ratusan tahun untuk proses pemulihan seperti sedia kala.

Penyebab Kerusakan Hutan Beberapa bentuk terjadinya kerusakan hutan dipicu oleh berbagai
kegiatan seperti :

1. Ilegal logging, yaitu penebangan yang terjadi di suatu kawasan hutan yang dilakukan
secara liar sehingga menurunkan atau mengubah fungsi awal hutan. Meskipun telah ada
larangan keras dari Pemerintah untuk melakukannya, akan tetapi sebagian besar kalangan
masyarakat masih melakukan kegiatan tersebut.
2. Kebakaran hutan, kebanyakan dari peristiwa kebakaran hutan terjadi karena faktor
kesengajaan. Beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab sengaja membakar hutan
untuk dijadikan lahan perkebunan, pemukiman, peternakan, dan yang lainnya.
3. Perambaan hutan. Para petani yang bercocok tanam tahunan dapat menjadi sebuah
ancaman bagi kelestarian hutan. Mereka bisa dapat memanfaatkan hutan sebagai lahan
baru untuk bercocok tanam. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang semakin pesat juga
dapat berkontribusi terhadap terjadinya perambaan hutan. Hal ini disebabkan kebutuhan
lahan untuk kelangsungan hidup meraka juga semakin meningkat. Dan hutan menjadi
salah satu object yang bisa mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
4. Serangan hama dan penyakit Jumlah populasi hama yang meledak juga bisa menjadi
salah satu bentuk kerusakan hutan. Hama-hama tersebut dapat menyerang dan
menimbulkan kerusakan pada populasi pohon yang hidup di suatu kawasan hutan.

c. lingkungan hidup sudah banyak mengalami kerusakan. Jika dibiarkan terus-menerus, hal ini
akan menimbulkan dampak yang sangat besar pada ekosistem. Adapun faktor-faktor yang
menyebabkan kerusakan lingkungan hidup adalah sebagai berikut.

13
1. Faktor Alam

Kerusakan lingkungan hidup karena faktor alam terjadi karena adanya bencana alam, seperti
banjir, gempa bumi, dan gunung meletus.

2. Banjir

Selain karena ulah manusia, banjir juga dapat terjadi karena faktor alam, misalnya hujan yang
terus-menerus. Curah hujan seperti ini akan membuat sungai meluap atau membuat tanggul jebol
karena tidak mampu lagi menampung debit air. Banjir yang sering terjadi saat musim penghujan
dapat membuat bangunan dan tempat tinggal makhluk hidup rusak, lapisan tanah yang subur
hilang terbawa air, serta tanaman-tanaman rusak.

4. Gempa Bumi

Gempa bumi terjadi karena adanya pergerakan lempeng bumi atau aktivitas gunung berapi
dan dampaknya bergantung pada besarnya kekuatan gempa. Gempa bumi akan mengakibatkan
banyak bangunan yang roboh, terjadi tanah longsor, dan terputusnya jalur transportasi. Jika
kekuatan gempa sangat besar, kemungkinan akan menimbulkan tsunami.

5. Gunung Berapi Meletus

Saat meletus, gunung berapi akan mengelurkan abu vulkanik, lahar, lava, uap panas, dan
material lainnya yang dapat merusak lingkungan. Dampak dari letusan tersebut dapat
berlangsung lama bergantung pada besarnya kekuatan letusan, tetapi saat kembali normal, daerah
yang terdampak letusan akan menjadi subur. Letusan gunung berapi akan mengakibatkan
gangguan pernapasan, gas beracun, kerusakan lingkungan, bahkan dapat mematikan lingkungan
sekitar.

6. Faktor Manusia

Selain faktor alam, faktor manusia juga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan hidup.

7. Membuang Sampah Sembarangan

Saat ini, masih banyak orang yang membuang sampah sembarangan, terutama di sungai. Hal
ini akan mengakibatkan banjir jika musim penghujan tiba.

14
8. Limbah Industri

Limbah industri ini dapat berasal dari pabrik dan rumah tangga. Jika tidak dikelola dengan
tepat, limbah-limbah tersebut akan merusak lingkungan hidup.

9. Menebang Hutan Secara Liar

Saat ini, luas hutan di Indonesia semakin berkurang karena maraknya aksi penebangan liar.
Hutan yang gundul tidak dapat meresap dan menahan aliran air hujan sehingga dapat terjadi
banjir dan longsor.

Itulah faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan lingkungan hidup. Agar ekosistem di


dalamnya dapat hidup dengan baik, kita harus menjaga kelestarian lingkungan.

d. Pengambilan Terumbu Karang Secara Ilegal. Keindahan terumbu karang memang dapat
menarik minat para wisatawan untuk melihatnya. ...

Pembangunan Di Pesisir Pantai.

Pencemaran Limbah.

Penambangan.

Penangkapan Ikan Secara Ilegal.

Penebangan Hutan Mangrove.

Pestisida.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerusakan lingkungan hidup banyak disebabkan oleh manusia karena kurangnya
kesadaran mereka akan pentingnya melestarikan lingkungan hidup, wacana diatas
menggambarkan bahwa bumi sudah jauh dari hijaunya lingkungan hidup, partisipasi
masyarakat dalam menanggulangi kerusakan lingkungan masih sangat minim. Masyarakat
masih sebagai obyek program/kegiatan pemerintah. Partisipasi telah dimulai pada lingkup
lingkungan setempat yang dilaksanakan secara spontan. Tingkat partisipasi dilakukan di
lingkuungan setempat dan kebijakan pemerintah daerah tentang penanggulangan kerusakan
sangat kurang.

B. Saran
Untuk menantisipasi terjadinya kerusakan lingkungan diperluan kesadaran masyarakat
tentang dampak kerusakan lingkungan, adanya penegakan hukum pada masyarakat yang
sewenang-wenang merusak lingkungan, serta kerjasama dengan pihak yang terlibat.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/6333

https://www.academia.edu/12325132/MAKALAH_KERUSAKAN_LINGKUNGAN_HIDUP

https://files1.simpkb.id/guruberbagi/rpp/539030-1659333995.pdf

https://disdukcapil.pontianakkota.go.id/kependudukan-dan-lingkungan-hidup-ditulis-oleh-ersa-
tri-fitriasari

17

Potrebbero piacerti anche