Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
(a) Gigi sebelum direstorasi. (b) gigi setelah direstorasi (a) Gigi sebelum direstorasi. (b) gigi setelah direstorasi
dengan RK dengan GIC
(a) Gigi dengan diskolorasi. (b) gigi setelah direstorasi dengan veneer
Gigi anterior dengan sisa jaringan keras gigi sedikit, retensi dari jaringan gigi yang
tersisa tidak adekuat, dan tidak dapat digunakan restorasi lain, maka
menggunakan restorasi pasak dan inti.
(a) Gigi sebelum direstorasi (b) penempatan pasak pada gigi (c) gigi setelah direstorasi
Logam cor sepeti alloy emas, mahkota emas, mahkota metal porselen, dan
restorasi all porcelain, merupakan restorasi pilihan pada gigi posterior yang telah
dirawat endodontik. Restorasi ini melindungi gigi dengan baik, walaupun
membutuhkan pembuangan jaringan dan biayanya cukup besar.
(a) Gigi sebelum direstorasi (b) gigi setelah direstorasi dengan onlay logam cor
(a) Gigi sebelum direstorasi (b) gigi setelah direstorasi dengan mahkota porselen
Gigi premolar lebih rentan terhadap fraktur dibandingkan dengan gigi molar dan
harus direstorasi minimal dengan onlay pada kedua cusp.
Ukuran kamar pulpa yang besar menyebabkan gigi posterior lebih baik direstorasi
dengan onlay atau mahkota penuh. Mahkota pasak dapat menjadi pilihan jika
restorasi yang lain tidak memiliki retensi yang cukup untuk menggantikan
struktur gigi yang hilang.
1.4.2 GIC
indikasi pada gigi setelah perawatan endodontik dengan beban kunyah minimal,
seperti pada gigi anterior dengan kerusakan jaringan yang tidak terlalu banyak
kontraindikasi pada gigi dengan beban kunyah yang besar, seperti pada gigi
posterior
1.4.3 Porselen
Indikasi: pada gigi yang membutuhkan nilai estetika tinggi, sebagai mahkota pada
restorasi mahkota pasak, dan gigi dengan pewarnaan/ diskolorasi
Kontraindikasi: Gigi dengan oklusi edge to edge dan gigi dengan mahkota klinis
yang pendek
Veneer merupakan pilihan restorasi pada gigi yang mengalami pewarnaan
Penggunaan restorasi crown pasca endodontik perlu pertimbangan karena
membutuhkan pembuangan dinding, sehingga dinding yang tersisa pada gigi
setelah dirawat endodontik cukup tipis
1.4.4 Amalgam
Indikasi: gigi yang tidak membutuhkan pertimbangan estetika seperti pada gigi
posterior
Kontraindikasi: gigi yang membutuhkan nilai estetika yang tinggi seperti pada
gigi anterior, dan gigi dengan retensi yang rendah
Amalgam tidak menjadi pilihan utama sebagai restorasi gigi setelah perawatan
endodontik, karena sisa jaringan keras gigi yang tersisa seringkali tidak memiliki
retensi yang dibutuhkan oleh restorasi amalgam
1.4.5 Logam Cor
Bentuk restorasi: inlay, onlay, dan mahkota penuh
Inlay bukan restorasi pilihan pada gigi setelah perawatan endodontik, karena daya
dukung intrakoronalnya tidak dapat melindungi gigi dari risiko fraktur
Onlay: restorasi indirek yang menutupi sebagian permukaan ekstra koronal gigi
dan tetap mengikuti kontur dari gigi
Onlay menjadi pilihan restorasi pasca endodonti karena pembuangan kamar pulpa
pada perawatan endodontik menyebabkan gigi membutuhkan dukungan, baik dari
intrakoronal maupun ekstrakoronal
Restorasi penuh mahkota logam: restorasi indirek ekstra koronal yang meliputi
permukaan luar gigi dan membentuk kembali kontur anatomi gigi secara
menyeluruh
Indikasi full metal crown: pada kavitas yang meliputi
permukaan proksimal dan gigi dengan beban oklusal
yang tinggi
Restorasi mahkota pada hakikatnya akan melindungi sisa gigi dan restorasi yang
baik akan mencegah kebocoran dari rongga mulut ke dalam sistem saluran akar,
suatu proses yang memungkinkan terjadinya difusi saliva dan bakteri ke apeks,
sehingga menggagalkan perawatan. Umur gigi pasca endo akan dalam bahaya jika
tidak diberi restorasi akhir yang biasanya harus segera dilakukan setelah obturasi
Sebuah pasak bisa menyebabkan perforasi atau fraktur. Pengangkatan dentin
dalam jumlah besar untuk tempat pasak akan membuat akar menjadi lemah dan
gigi mudah fraktur
1.6 Restorasi Onlay
Gigi posterior yang sudah dirawat saluran akarnya pasti akan kehilangan bagian atap
pulpa yang menghubungkan dinding kamar pulpa di bagian mahkota gigi. Hilangnya atap
pulpa menjadi masalah seperti hilangnya bentuk dan fungsi dari gigi, dinding kamar
pulpa yang mudah fraktur apalagi jika salah satu dinding mahkota telah hilang oleh
karies. Maka dari itu, diperlukan restorasi pasca endo untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
Restorasi onlay adalah restorasi tuang ekstrakorona yang memerlukan rekonstruksi
gigi lebih luas ( satu atau lebih tonjol gigi / cusp ), agar dapat menyatukan dinding
mahkota gigi dengan dibuatnya kontra bevel. Restorasi ini juga berguna untuk
melindungi permukaan oklusal dan diindikasikan untuk gigi yang telah kehilangan
banyak jaringan.
C. Spruing
Sprue merupakan material yang membentuk saluran atau kanal agar lelehan
logam dapat mengalir menuju restorasi.
1. Bahan sprue yang digunakan antara lain : wax, plastik, dan logam. Apabila
terbuat dari logam, sprue harus dilepaskan sebelum dicasting.
2. Proses sprue :
a. Tentukan jumlah sprue yang akan dipasang, tergantung pada
kerumitan tipe restorasi
b. Pilih diameter dan panjang sprue yang sesuai dengan tipe restorasi,
biasanya yang ideal memiliki diameter besar dengan ukuran
pendek guna membantu lelehan logam memasuki pola malam.
c. Sprue dihubungkan dengan pola malam , pilih bagian yang
tertinggi untuk penempatannya agar seluruh lelehan logam dapat
mengalir ke semua bagian. Letakkan bersudut 45o.
d. Kemudian bagian dasar sprue ditempelkan pada apex sprue base.
Sprue base ini berbentuk kerucut agar leburan logam dapat masuk
ke dalam sprue dengan mudah.
e. Lakukan penambahan reservoir yang berguna untuk memastikan
bahwa lelehan logam cair memasuki pola restorasi sepenuhnya.
D. Investing
1. Komponen Investment / Bahan Tanam
a. Binder : Yang sering dipakai untuk hampir semua tipe onlay adalah
gypsum-bonded investment karena mengalami reaksi eksotermis saat
setting, yaitu (kalsium hemihidrat menjadi kalsium dihidrat). Selain
gypsum, digunakan juga phosphate-bonded investment yang
diindikasikan pada restorasi porselen-logam dan framework tiruan
gigi sebagian.
b. Refractory material : biasanya menggunakan SiO2 karena tidak
mengalami reaksi kimia dan berfungsi sebagai penahan panas ketika
proses burnout dan casting sehingga binder tidak terdistorsi.
2. Proses Investing
a. Casting ring dilapisi oleh ceramic-paper liner yang telah dilembabkan
untuk mempermudah ekspansi investment saat setting dan burnout.
b. Pola malam disemprot surfactant dengan fine atmosfer. Guna
surfactant berupa larutan detergen adalah membantu flow dari
investmen berbahan dasar air di atas pola malam yang hidrofobik.
c. Tempatkan casting ring pada sprue base.
d. Mixing dengan menggunakan power-driven vacuum mixer ( terdiri
dari bowl dan power mixer ).
e. Lakukan pengukuran bubuk dan air. Air dimasukkan terlebih dulu ke
dalam bowl agar menghilangkan udara terjebak, baru bubuk
ditaburkan.
f. Tutup ( Lid) diaplikasikan ke dalam bowl dan vacuum diaplikasikan
untuk menghilangkan udara. Keseluruhan piranti diaplikasikan di
power mixer selama beberapa saat (sesuai petunjuk pabrik).
g. Setelah mixing selesai, investment dituang secara perlahan-lahan ke
casting ring, jangan sampai ada voids,bila perlu gunakan vibrator
untuk membantu flow, dan udara terjebak untuk naik ke permukaan).
E. Burn Out
Setelah investment setting sepenuhnya, casting ring dimasukkan ke dalam
oven untuk di burnout. Lamanya proses burn out bergantung pada ukuran,
jumlah casting ring, temperatir burnout (500-600oC), dll. Setelah proses burn
out selesai, maka akan terdapat ruang kosong dan lubang yang sebelumnya
ditempati oleh pola malam dan sprue.
F. Casting
Tujuan casting adalah memasukkan leburan logam ke ruang kosong
melalui pendorongan keluar dengan putaran cepat oleh mesin sentrifugal.
Logam dipanaskan dengan blowtorch atau arus listrik atau electric current
(induction casting) pada ceramic crucible (ditambahkan flux untuk mencegah
pembentukan oksida berlebihan).
Temperatur saat casting harus dijaga dengan baik, karena pemanasan
yang terlalu sedikit akan menyebabkan logam tidak dapat mengalir ke dalam
mould. Sedangkan pemanasan yang berlebihan akan merusak elemen-elemen
logamdan menimbulkan keretakkan pada investment.
Perlu diperhatikan bahwa casting harus segera dilakukan tanpa
pendinginan terlebih dahulu setelah proses burn out. Karena ekspansi termal
investment irreversible, sehingga jika casting ring didinginkan terlebih dulu
sebelum dilakukan casting, investment akan retak dan casting akan
terdistorsi.
Setelah logam meleleh sepenuhnya, casting ring yang masih panas
ditempatkan di belakang crucible yang mengandung lelehan logam.
Kemudian diputar secara cepat (< 1 detik) sehingga logam tuangan dapat
mengisi mould.
Baru setelah casting selesai, logam didinginkan. Ada dua cara
pendinginan yaitu:
Bench cooling : untuk gold-based alloy, menghasilkan sifat keras pada
casting.
Quenching : membenamkan logam dalam air dingin, menghasilkan kondisi
lunak pada hasil casting tapi tidak berlaku untuk semua jenis casting.
G. Pickling
Merupakan proses penghilangan permukaan oksida (berwarna gelap) dengan
membenamkannya ke dalam larutan asam ( asam sulfat panas mendidih ).
Dalam melakukan pickling proteksi ekstra pada operator penting digunakan
(seperti apron,hard-gloves,google).