Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Tinjauan Pustaka
Demam
Penyebab utama demam adalah infeksi oleh bakteri dan virus, meskipun ada
beberapa jenis demam yang tidak disebabkan oleh infeksi melainkan oleh kondisi
patologis lain seperti serangan jantung, tumor, kerusakan jaringan yang
disebabkan oleh sinar X, efek pembedahan dan respon dari pemberian vaksin
(Amila et al., 2008).
Demam pada dasarnya salah satu mekanisme pertahanan tubuh dari infeksi
oleh zat asing. Tetapi demam juga mengakibatkan kerusakan sel-sel tubuh
terutama sel-sel otak dan kerusakan ini tidak dapat diperbaiki. Selain kerusakan
sel otak, demam juga dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh lain seperti
hati dan ginjal, dimana kerusakan ini dapat menyebabkan kematian. Pada
peningkatan suhu yang terlalu tinggi (44-450C), demam dapat menyebabkan
kematian (Amila et al., 2008).
Mekanisme kerjanya meliputi induksi fosfolipase, yang kemudian
menyebabkan pelepasan asam arakhidonat dari fosfolipase membran. Sebagai
akibatnya, kadar prostaglandin meningkat, terutama prostaglandin E2 (P,
Lukmanto, 1990; Woro, 2002). Metabolit asam arakhidonat ini yang sebagian
besar prostaglandin E2 (PGE2) kemudian diduga berdifusi ke dalam daerah
hipotalamus preoptik/anterior dan mencetuskan demam. PGE2 atau produksi
asam arakhidonat lainnya juga mungkin menginduksi suatu pembawa pesan kedua
(second messenger) seperti AMP siklik yang pada gilirannya menaikkan titik
termoregulasi yang sudah ditetapkan (Jeffrey, 1994). AMP siklik ini juga memiliki
peranan sentral pada terjadinya demam (Amlot, 1997).
Parasetamol
Ibuprofen
Asam Mefenamat
1. Thermometer
2. Alat suntik (± 1 mL)
3. Jarum Ose
Bahan :
Cara Kerja
1. Diukur suhu tubuh tikus sebanyak tiga kali dengan selang waktu 5 menit.
Ditentukan temperature rata-rata (temperature normal tikus T0 = 36-370C).
2. Tikus disuntikkan dengan larutan 2,4-Dinitrofenol secara intramuscular
pada daerah dada, dengan dosis 5 mg/kgBB. Dicatat perubahan suhu tubuh
tikus setiap 30 menit, 60 menit dan 90 menit.
3. Setelah 20 menit, tikus diberi suspensi Parasetamol, Ibuprofen, Meloxicam
dan Asam Mefenamat.
Dicatat perubahan suhu tubuh tikus setiap 5 menit selama 50 menit.
DATA HASIL PERCOBAAN
Nama Obat 30 Menit 60 Menit 90 Menit
Parasetamol 37 34.7 37.2
Parasetamol 36.2 33.3 33
Parasetamol 35.2 34 33.2
Parasetamol 37.8 35.3 35
Parasetamol 36 35.2 34.6
Parasetamol 36.9 36.5 36.3
Parasetamol 37.8 35.3 35.7
Parasetamol 35.6 36.4 35.3
Asam Mefenamat 35.1 36 33.6
Asam Mefenamat 37.5 37.5 36.3
Asam Mefenamat 36.3 35.6 34
Asam Mefenamat 34.1 35 35
Asam Mefenamat 36 35.5 34.2
Asam Mefenamat 34.5 35.5 35.5
Asam Mefenamat 36.7 36.9 35.5
Asam Mefenamat 36.2 36 36
Ibuprofen 35.9 36.2 34.5
Ibuprofen 37 36 33.8
Ibuprofen 36.5 35.2 34.4
Ibuprofen 35.8 36.3 35.5
Ibuprofen 34.4 35.3 35.5
Ibuprofen 36.2 35 34
Ibuprofen 36.1 34.4 35.4
Ibuprofen 36 35 34
Meloxicam 36.5 36.7 37.7
Meloxicam 36.5 36 35.1
Meloxicam 36.2 35.9 34.9
Meloxicam 37.4 37.6 35.3
Meloxicam 36 35 35.5
Meloxicam 37 36.1 34.7
Meloxicam 35.9 36.1 37.4
Meloxicam 36.9 36.3 36
PEMBAHASAN
Pada praktikum pengujian efek antipiretik, menggunakan hewan percobaan
mencit sebanyak 4 ekor, dimana mencit tersebut di induksi dengan bakteri E.Coli
selama satu minggu, Suhu tubuh normal mencit berkisar antara 36-37°C. Setelah
dilakukan penginduksian mencit selama satu minggu dengan bakteri E.Coli,
masing-masing mencit mengalami kenaikan suhu tubuh. Pada percobaan suhu
tubuh mencit diperoleh suhu mencit 1 :37,5°C, tikus 2 adalah 37,1°C, tikus 3 :
37,1°C dan mencit 4 37,2°C. Kenaikan suhu tubuh mencit disebabkan karena
bakteri E.Coli merupakan zat asing yang dapat mempengaruhi proses
metabolisme tubuh sehingga merangsang terbentuknya pirogen endogen yang
dapat meningkatkan nilai ambang suhu di hipotalamus sehingga menimbulkan
demam. Dalam hal ini demam menunjukkan bahwa tubuh sedang melakukan
pertahanan terhadap zat asing seperti bakteri E.Coli
Menurut Guyton (2001), demam, yang berarti suhu tubuh di atas batas normal
biasa, dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak, atau
dehidrasi. Banyak protein, pemecahan protein, dan zat-zat tertentu lain, seperti
toksin lipopolisakarida yang disekresi oleh bakteri dapat menyebabkan titik setel
termostat hipotalamus meningkat. Zat-zat yang menyebabkan efek ini dinamakan
pirogen. Terdapat pirogen yang disekresikan oleh bakteri toksik atau pirogen yang
dikeluarkan dari degenerasi jaringan tubuh yng menyebabkan demam selama
sakit.
Dari hasil praktikum yang kami peroleh didapatkan bahwa turunnya suhu
tubuh menjadi normal diartikan bahwa obat tersebut memiliki indikasi sebagai
antipiretik. Dimana jika kita urutkan bahwa obat Asam Mefenamat memiliki daya
Antipiretik yang kuat pertama, kemudian obat ibuprofen, Meloxicam dan
Parasetamol. Dimana hasil yang kami dapatkan terjadi ketidak sesuai dengan teori
dimana obat yang memiliki daya antipiretik yang kuat adalah parasetamol,
Ibuprofen, Asam Mefenamat dan meloxicam.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Pada hasil Test of Normality didapatkan hasil bahwa nilai dari sig. Suhu
tubuh mencit > 0,05 maka data dapat dikatakan normal sehingga data dilanjutkan
ke Metode Analisis ANOVA.
ANOVA
Total 25.280 31
Total 26.469 31
Total 38.355 31
Dari data hasil Analisis ANOVA didapatkan hasil data tidak normal
dimana data yang didapatkan nilai Sig >0,05, sedangkan data dapat dikatakan
normal jika nilai Sig < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan daya antipiretik yang dihasilkan pada praktikum ini.
Hasil yang didapatkan pada praktikum ini mendapatkan ketidak
kecocokan dengan teori dimana obat parasetamol memiliki daya Antipiretik yang
kuat kemudian Ibuprofen, Asam Mefenamat dan Meloxicam, dimana obat tersebut
memiliki mekanisme kerja yang berbeda sehingga akan mempengaruhi daya
Antipiretik yang dihasilkan.
1. Obat Antipiretik yang memiliki daya menurun kan suhu tubuh yang kuat
adalah Asam Mefenamat, Ibuprofen, Meloxicma dan Parasetamol
2. Daya kuat Antipiretik dipengaruhi dari mekanisme kerja obat itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Xu, L., Li, S. M., & Sunada, H. (2007). Preparation And Evaluation Of Ibuprofen
Solid Dispersion Systems With Kollidon Particles Using A Pulse
Combustion Dryer System. Chem Pharm Bull, 55, (11), 1545- 1550.