Sei sulla pagina 1di 13

Tujuan Praktikum

1. Mengenal dan mempraktekkan uji anti demam menggubakan


metode induksi demam.
2. Untuk mengamati khasiat Parasetamol sebagai obat penurun panas
3. Untuk mengamati khasiat Ibuprofen sebagai obat penurun panas
4. Untuk mengamati khasiat Asam Mefenamat sebagai obat penurun
panas
5. Untuk mengamati khasiat Meloxicam sebagai obat penurun panas

Tinjauan Pustaka
Demam

Demam merupakan gangguan kesehatan yang hampir pernah dirasakan oleh


setiap orang. Demam ditandai dengan kenaikan suhu tubuh di atas suhu tubuh
normal yaitu 36-37 C, yang diawali dengan kondisi menggigil (kedinginan) pada
saat peningkatan suhu, dan setelah itu terjadi kemerahan pada permukaan kulit.
Pengaturan suhu tubuh terdapat pada bagian otak yang disebut hypothalamus,
gangguan pada pusat pengaturan suhu tubuh ini lah yang kemudian kita kenal
dengan istilah demam (Amila et al., 2008).

Penyebab utama demam adalah infeksi oleh bakteri dan virus, meskipun ada
beberapa jenis demam yang tidak disebabkan oleh infeksi melainkan oleh kondisi
patologis lain seperti serangan jantung, tumor, kerusakan jaringan yang
disebabkan oleh sinar X, efek pembedahan dan respon dari pemberian vaksin
(Amila et al., 2008).

Demam pada dasarnya salah satu mekanisme pertahanan tubuh dari infeksi
oleh zat asing. Tetapi demam juga mengakibatkan kerusakan sel-sel tubuh
terutama sel-sel otak dan kerusakan ini tidak dapat diperbaiki. Selain kerusakan
sel otak, demam juga dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh lain seperti
hati dan ginjal, dimana kerusakan ini dapat menyebabkan kematian. Pada
peningkatan suhu yang terlalu tinggi (44-450C), demam dapat menyebabkan
kematian (Amila et al., 2008).
Mekanisme kerjanya meliputi induksi fosfolipase, yang kemudian
menyebabkan pelepasan asam arakhidonat dari fosfolipase membran. Sebagai
akibatnya, kadar prostaglandin meningkat, terutama prostaglandin E2 (P,
Lukmanto, 1990; Woro, 2002). Metabolit asam arakhidonat ini yang sebagian
besar prostaglandin E2 (PGE2) kemudian diduga berdifusi ke dalam daerah
hipotalamus preoptik/anterior dan mencetuskan demam. PGE2 atau produksi
asam arakhidonat lainnya juga mungkin menginduksi suatu pembawa pesan kedua
(second messenger) seperti AMP siklik yang pada gilirannya menaikkan titik
termoregulasi yang sudah ditetapkan (Jeffrey, 1994). AMP siklik ini juga memiliki
peranan sentral pada terjadinya demam (Amlot, 1997).

Parasetamol

Parasetamol adalah drivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik /


analgesik. Paracetamol utamanya digunakan untuk menurunkan panas badan yang
disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping itu,
paracetamol juga dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri dengan
intensitas ringan sampai sedang. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena
mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi.
Sifat antipiretiknya disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya
diduga berdasarkan efek sentral. Parasetamol memiliki sebuah cincin benzena,
tersubstitusi oleh satu gugus hidroksil dan atom nitrogen dari gugus amida pada
posisi para (1,4). Senyawa ini dapat disintesis dari senyawa asal fenol yang
dinitrasikan menggunakan asam sulfat dan natrium nitrat. Parasetamol dapat pula
terbentuk apabila senyawa 4-aminofenol direaksikan dengan senyawa asetat
anhidrat.

Paracetamol bekerja dengan mengurangi produksi prostaglandins dengan


mengganggu enzim cyclooksigenase (COX). Parasetamol menghambat kerja
COX pada sistem syaraf pusat yang tidak efektif dan sel edothelial dan bukan
pada sel kekebalan dengan peroksida tinggi. Kemampuan menghambat kerja
enzim COX yang dihasilkan otak inilah yang membuat paracetamol dapat
mengurangi rasa sakit kepala dan dapat menurunkan demam tanpa menyebabkan
efek samping,tidak seperti analgesik-analgesik lainnya

Ibuprofen

Ibuprofen atau asam 2 - (pisobutilfenil) asam propionat merupakan salah satu


obat antiinflamasi non steroid yang digunakan secara luas oleh masyarakat.
Ibuprofen praktis tidak larut dalam air. Hal ini akan mempengaruhi ketersediaan
hayatinya. Pada penelitiaan sebelumnya telah banyak dilakukan pembuatan
dispersi padat ibuprofen menggunakan polimer HPMC, PEG 6000, PVP K90,
PVP K30, UREA, serta kombinasinya, dan didapati hasil bahwa dengan
penambahan polimer tersebut dapat memperbaiki kelarutan dari ibuprofen
(Hasnain & Nayak, 2012; Retnowati & Setyawan, 2010; Xu, et al., 2007).

Ibuprofen tergolong dalam kelompok antiperadangan non steroid yang


mempunyai aktivitas analgetik dan antipiretik. Aktivitas antipiretiknya bekerja di
hipotalamus dengan menghambat pengikatan pirogen dengan reseptor di dalam
nukleus preoptik hipothalamus anterior, sehingga tidak terjadi peningkatan
prostaglandin melalui siklus enzim siklooksigenase yang berakibat pada
penghambatan kerja pirogen di hypothalamus (Dian Ayu et al., 2015)
Meloxicam

Meloxicam adalah non-steroid anti-inflamasi (NSAID) yang memiliki anti-


inflamasi, analgesik, dan antipiretik. Mekanisme kerja Meloxicam, seperti halnya
NSAID lain, mungkin terkait dengan inhibisi prostaglandin sintetase (cyclo-
oxygenase), Meloxicam memiliki selektivitas penghambatan COX-2 lebih tinggi
dibandingkan COX-1.

Asam Mefenamat

Cara Kerja Asam mefenamat adalah seperti OAINS (Obat Anti-Inflamasi


Non-Steroid atau NSAID) lain yaitu menghambat sintesa prostaglandin dengan
menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX-1 & COX-2). Asam mefenamat
mempunyai efek antiinflamasi, analgetik (antinyeri) dan antipiretik.
Metode Percobaan
Alat :

1. Thermometer
2. Alat suntik (± 1 mL)
3. Jarum Ose

Bahan :

1. Suspensi Parasetamol dalam NaCMC


2. Suspensi Ibuprofen dalam NaCMC
3. Suspensi Meloxicam dalam NaCMC
4. Suspensi Asam Mefenamat dalam NaCMC
5. Stimulus Demam
6. Mencit

Cara Kerja
1. Diukur suhu tubuh tikus sebanyak tiga kali dengan selang waktu 5 menit.
Ditentukan temperature rata-rata (temperature normal tikus T0 = 36-370C).
2. Tikus disuntikkan dengan larutan 2,4-Dinitrofenol secara intramuscular
pada daerah dada, dengan dosis 5 mg/kgBB. Dicatat perubahan suhu tubuh
tikus setiap 30 menit, 60 menit dan 90 menit.
3. Setelah 20 menit, tikus diberi suspensi Parasetamol, Ibuprofen, Meloxicam
dan Asam Mefenamat.
Dicatat perubahan suhu tubuh tikus setiap 5 menit selama 50 menit.
DATA HASIL PERCOBAAN
Nama Obat 30 Menit 60 Menit 90 Menit
Parasetamol 37 34.7 37.2
Parasetamol 36.2 33.3 33
Parasetamol 35.2 34 33.2
Parasetamol 37.8 35.3 35
Parasetamol 36 35.2 34.6
Parasetamol 36.9 36.5 36.3
Parasetamol 37.8 35.3 35.7
Parasetamol 35.6 36.4 35.3
Asam Mefenamat 35.1 36 33.6
Asam Mefenamat 37.5 37.5 36.3
Asam Mefenamat 36.3 35.6 34
Asam Mefenamat 34.1 35 35
Asam Mefenamat 36 35.5 34.2
Asam Mefenamat 34.5 35.5 35.5
Asam Mefenamat 36.7 36.9 35.5
Asam Mefenamat 36.2 36 36
Ibuprofen 35.9 36.2 34.5
Ibuprofen 37 36 33.8
Ibuprofen 36.5 35.2 34.4
Ibuprofen 35.8 36.3 35.5
Ibuprofen 34.4 35.3 35.5
Ibuprofen 36.2 35 34
Ibuprofen 36.1 34.4 35.4
Ibuprofen 36 35 34
Meloxicam 36.5 36.7 37.7
Meloxicam 36.5 36 35.1
Meloxicam 36.2 35.9 34.9
Meloxicam 37.4 37.6 35.3
Meloxicam 36 35 35.5
Meloxicam 37 36.1 34.7
Meloxicam 35.9 36.1 37.4
Meloxicam 36.9 36.3 36
PEMBAHASAN
Pada praktikum pengujian efek antipiretik, menggunakan hewan percobaan
mencit sebanyak 4 ekor, dimana mencit tersebut di induksi dengan bakteri E.Coli
selama satu minggu, Suhu tubuh normal mencit berkisar antara 36-37°C. Setelah
dilakukan penginduksian mencit selama satu minggu dengan bakteri E.Coli,
masing-masing mencit mengalami kenaikan suhu tubuh. Pada percobaan suhu
tubuh mencit diperoleh suhu mencit 1 :37,5°C, tikus 2 adalah 37,1°C, tikus 3 :
37,1°C dan mencit 4 37,2°C. Kenaikan suhu tubuh mencit disebabkan karena
bakteri E.Coli merupakan zat asing yang dapat mempengaruhi proses
metabolisme tubuh sehingga merangsang terbentuknya pirogen endogen yang
dapat meningkatkan nilai ambang suhu di hipotalamus sehingga menimbulkan
demam. Dalam hal ini demam menunjukkan bahwa tubuh sedang melakukan
pertahanan terhadap zat asing seperti bakteri E.Coli

Menurut Guyton (2001), demam, yang berarti suhu tubuh di atas batas normal
biasa, dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak, atau
dehidrasi. Banyak protein, pemecahan protein, dan zat-zat tertentu lain, seperti
toksin lipopolisakarida yang disekresi oleh bakteri dapat menyebabkan titik setel
termostat hipotalamus meningkat. Zat-zat yang menyebabkan efek ini dinamakan
pirogen. Terdapat pirogen yang disekresikan oleh bakteri toksik atau pirogen yang
dikeluarkan dari degenerasi jaringan tubuh yng menyebabkan demam selama
sakit.

Obat Menit 30 Menit 60 Menit 90


Parasetamol 37°C 34,7°C 37,2°C
Ibuprofen 36,1°C 34,4°C 35,4°C
Asam Mefenamat 34,5°C 35,5°C 35,5°C
Meloxicam 35,9°C 36,1°C 37,4°C
Berdasarkan data hasil percobaan diatas, diketahui bahwa mencit 1 setelah di
induksi bakteri selama satu minggu mengalami kenaikan suhu tubuh menjadi
37,50C. Setelah pemberian obat Parasetamol terjadi penurunan suhu tubuh pada
menit ke-30 menjadi 370C, pada menit ke-60 menjadi 34,7°C tetapi mengalami
kenaikan lagi pada menit ke-90 menjadi 37,20C.

Pada mencit 2 setelah di induksi bakteri selama satu minggu mengalami


kenaikan suhu tubuh menjadi 37,10C. Setelah pemberian obat Ibuprofen terjadi
penurunan suhu tubuh pada menit ke-30 menjadi 36,10C, pada menit ke-60
menjadi 34,4°C tetapi mengalami kenaikan lagi pada menit ke-90 menjadi 35,40C.

Pada mencit 3 setelah di induksi bakteri selama satu minggu mengalami


kenaikan suhu tubuh menjadi 37,10C. Setelah pemberian obat Asam Mefenamat
terjadi penurunan suhu tubuh pada menit ke-30 menjadi 34,5 0C, tetapi pada menit
ke-60 terjadi kenaikan suhu menjadi 35,5°C pada menit ke-90 menjadi 35,50C.

Pada mencit 4 setelah di induksi bakteri selama satu minggu mengalami


kenaikan suhu tubuh menjadi 37,20C. Setelah pemberian obat Meloxicam terjadi
penurunan suhu tubuh pada menit ke-30 menjadi 35,90C, tetapi pada menit ke-60
terjadi kenaikan suhu menjadi 36,1°C dan pada menit ke-90 terjadi lagi kenaikan
suhu menjadi 37,40C.

Dari hasil praktikum yang kami peroleh didapatkan bahwa turunnya suhu
tubuh menjadi normal diartikan bahwa obat tersebut memiliki indikasi sebagai
antipiretik. Dimana jika kita urutkan bahwa obat Asam Mefenamat memiliki daya
Antipiretik yang kuat pertama, kemudian obat ibuprofen, Meloxicam dan
Parasetamol. Dimana hasil yang kami dapatkan terjadi ketidak sesuai dengan teori
dimana obat yang memiliki daya antipiretik yang kuat adalah parasetamol,
Ibuprofen, Asam Mefenamat dan meloxicam.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Obat Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Menit30 Parasetamol .149 8 .200* .935 8 .561

Asam Mefenamat .194 8 .200* .960 8 .806


Ibuprofen .276 8 .074 .878 8 .181

Meloxicam .163 8 .200* .954 8 .753

Menit60 Parasetamol .173 8 .200* .943 8 .642

Asam Mefenamat .250 8 .150 .904 8 .314

Ibuprofen .199 8 .200* .921 8 .437

Meloxicam .211 8 .200* .927 8 .487

Menit90 Parasetamol .149 8 .200* .960 8 .813

Asam Mefenamat .188 8 .200* .921 8 .440

Ibuprofen .266 8 .100 .868 8 .143

Meloxicam .237 8 .200* .850 8 .096

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Pada hasil Test of Normality didapatkan hasil bahwa nilai dari sig. Suhu
tubuh mencit > 0,05 maka data dapat dikatakan normal sehingga data dilanjutkan
ke Metode Analisis ANOVA.

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Menit30 Between Groups 3.653 3 1.218 1.576 .217

Within Groups 21.627 28 .772

Total 25.280 31

Menit60 Between Groups 6.416 3 2.139 2.986 .048

Within Groups 20.052 28 .716

Total 26.469 31

Menit90 Between Groups 4.523 3 1.508 1.248 .311

Within Groups 33.833 28 1.208

Total 38.355 31

Dari data hasil Analisis ANOVA didapatkan hasil data tidak normal
dimana data yang didapatkan nilai Sig >0,05, sedangkan data dapat dikatakan
normal jika nilai Sig < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan daya antipiretik yang dihasilkan pada praktikum ini.
Hasil yang didapatkan pada praktikum ini mendapatkan ketidak
kecocokan dengan teori dimana obat parasetamol memiliki daya Antipiretik yang
kuat kemudian Ibuprofen, Asam Mefenamat dan Meloxicam, dimana obat tersebut
memiliki mekanisme kerja yang berbeda sehingga akan mempengaruhi daya
Antipiretik yang dihasilkan.

Menurut Satu jurnal Bertolini A, et. al dengan topik Parasetamaol : New


Vistas of An Old Drug, Mekanisme kerja yang sebenarnya dari parasetamol masih
menjadi bahan perdebatan. Parasetamol menghambat produksi prostaglandin
(senyawa penyebab inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit memiliki khasiat
anti inflamasi. Telah dibuktikan bahwa parasetamol mampu mengurangi bentuk
teroksidasi enzim siklooksigenase (COX), sehingga menghambatnya untuk
membentuk senyawa penyebab inflamasi. Paracetamol juga bekerja pada pusat
pengaturan suhu pada otak. Tetapi mekanisme secara spesifik belum diketahui.

Ibuprofen termasuk kedalam obat golongan NSAID (non-steroid anti


inflammatory drug) yang bekerja menghambat siklooksigenase-1 dan
siklooksigenase-2 (Anderson, Knoben & Troutman, 2002). Ibuprofen mengobati
nyeri dan inflamasi pada penyakit rematik dan penyakit musculoskeletal lainnya.
Ibuprofen memiliki efek samping ketidaknyamanan gastrointestinal, mual, diare,
terkadang pendarahan, dan terjadi ulserasi (The UK Health Departemen, 2011).

Mekanisme kerja dari asam mefenamat, bekerja dengan cara


menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat

enzim siklooksigenase (COX-1 & COX-2). Sehingga mempunyai efek analgetik


antiinflamasi dan antipiretik,
Mekanisme kerja Meloxicam, hampir sama dengan Ibuprofen dikarenakan
merupakan obat golongan NSAIDs, tetapi menurut according to “Drugs Therapy
Perspectives”, 2000 meloxicam berkerja selektiv penghambatan pembentukan
COX-2, dimana Antiinflamasi yang dihasilkan oleh COX-2 memberikan rasa
sakit, peradangan, demam dan menghambat agregasi
trombosit.KESIMPULAN

1. Obat Antipiretik yang memiliki daya menurun kan suhu tubuh yang kuat
adalah Asam Mefenamat, Ibuprofen, Meloxicma dan Parasetamol
2. Daya kuat Antipiretik dipengaruhi dari mekanisme kerja obat itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Hasnain, M. S., Nayak, A, K,. (2012), Solubility And Dissolution Enhanchement


Of Ibuprofen By Solid Dispersion Technique Using PEG 6000 - PVP K30
Combination Carrier. Chemistry Bulgarian Journal Science Education, 21,
(1), 118-132.

Retnowati, D., Setyawan, D., (2010). Peningkatan Disolusi Ibuprofen Dengan


Sistem Dispersi Padat Ibuprofen-PVP K90, Majalah Farmasi Airlangga., 88,
(1), 24-28.

Xu, L., Li, S. M., & Sunada, H. (2007). Preparation And Evaluation Of Ibuprofen
Solid Dispersion Systems With Kollidon Particles Using A Pulse
Combustion Dryer System. Chem Pharm Bull, 55, (11), 1545- 1550.

Potrebbero piacerti anche