Esplora E-book
Categorie
Esplora Audiolibri
Categorie
Esplora Riviste
Categorie
Esplora Documenti
Categorie
Tinjauan Pustaka
Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200 mg/hari)
yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak enak
pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal
(Daldiyono, 1990).
Diare merupakan gangguan saluran pencernaan yang ditandai dengan
terjadinya peningkatan peristaltik usus, sekresi cairan, volume dan frekuensi
buang air besar dengan konsistensi feses yang lunak dan cair (Guerrant, et.al.,
2001).
Penyakit diare ditandai dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair dan
kandungan air lebih banyak dari biasanya (lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam)
dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam (Umar Zein et al., 2004)
Diare ada dua yaitu diare akut dan diare kronik. Diare akut disebabkan
oleh kuman, virus ataupun keracunan makanan. Bahaya utama dari diare akut
adalah dehidrasi dan gangguan elektrolit tubuh. Diare kronik disebabkan oleh
keadaan sekunder dari penyakit lain (iritasi kolon, hipertiroidisme, karsinoma
lambung), setelah operasi saluran pencernaan, hormon atau cairan empedu yang
berlebihan (Anwar, 2000).
Obat-obat kimia antidiare dapat digolongkan menjadi beberapa golongan
yaitu golongan obat antimotilitas, adsorben, obat yang mengubah transpor
elektrolit dan cairan (Mycek et al., 2001). Kelompok obat yang seringkali
digunakan pada diare adalah kemoterapeutika, obstipansia, dan spasmolitika (Tjay
dan Rahardja, 2002).
MgSO4 sering juga disebut garam inggris atau garam epson yang berperan
sebagai pencahar garam yang dapat meningkatkan peristaltik usus karena daya
osmotiknya sehingga air ditarik kedalam lumen usus dan tinja akan melembek
setelah di berikan obat katartik satu ini sekitar 3 sampai 6 jam .
Metode Percobaan
Alat :
1. Stopwatch
2. Alat suntik (± 1 mL)
3. Jarum Ose
4. Timbangan Mencit
5. Bejana Silinder
Bahan :
Cara Kerja
1. Siapkan 3 mencit lalu timbang bobit masing-masing mencit tersebut
2. Buat 3 kelompok mencit dengan kelompok satu untuk obat Loperamide,
kelompok kedua untuk obat Attalpulgite dan Kontrol Negative.
3. Mencit diberikan peroral obat yang akan diujikan
4. Kemudian 15 menit kemudian diinduksi dengan larutan Garam Inggris
secara peroral.
5. Respon yang terjadi pada setiap mencit diamati selang 30 menit, 60 menit
dan 90 menit setelah diberikan larutan Garam Inggris.
Parameter yang diamati yaitu waktu munculnya diare, frekuensi konsistensi diare
dan jumlah bobot feses serta jangka aktu berlangsung diare.
PERHITUNGAN DOSIS ANTI-DIARE
0,1 mg
1. Loperamide = x 28,5 gram=0,00285 mg
1000 gram
0,00285mg
Jumlah disuntik = x 50 ml=0,007 ml
19,45 mg
0,1 mg
2. Loperamide = x 30,1 gram=0,003 mg
1000 gram
0,003mg
Jumlah disuntik = x 50 ml=0,0077 ml
19,45 mg
3,25 mg
3. Attapulgitee = x 29,5 gram=5,192 mg
1000 gram
5,192 mg
Jumlah disuntik = x 50 ml=1,1 ml
19,45 mg
3,25 mg
4. Attapulgitee = x 30,5 gram=4,9562 mg
1000 gram
4,9562 mg
Jumlah disuntik = x 50 ml=1 ,05 ml
19,45mg
DATA HASIL PERCOBAAN
Tujuan percobaan pada praktikum kali ini adalah mengetahui sejauh mana
aktivitas obat antidiare yaitu loperamid HCl dan Attapulgitee dapat menghambat
diare dengan metode proteksi diare dimana mencit tersebut diinduksi dengan
Garam Inggris/ Garam Epsom sebagai pemicu diare dimana Garam Epsom adalah
campuran dari beberapa jenis garam berbeda, namun kandungannya yang utama
adalah magnesium sulfat dengan mekanisme kerjanya di dalam usus ber- dasarkan
penarikan air (osmosis) dari bahan makanan karena tigaperempat dari dosis oral
tidak diserap. Parameter yang diamati pada metode proteksi diare yang diinduksi
oleh garam inggris adalah frekuensi diare.
Pada parameter pertama yang diamati adalah proteksi diare yang diinduksi
garam inggris/epsom yaitu frekuensi diare yang dapat dilihat pada tabel dibawah
ini. Bahwa jumlah feses pada obat Loperamide lebih sedikit ketimbang obat
attapulgite
Sehingga dapat kita simpulkan dari mekanisme kerja obat anti-diare yang
digunakan pada percobaan ini obat Loperamide yang memiliki daya anti-diare
yang kuat karena lebih sedikit frekuensi diare yang dihasilkan daripada obat anti-
diare Attapulgitee. Dimana hasil yang kami dapatkan sesuai dengan teori yang
ada.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Pada hasil Test of Normality didapatkan hasil bahwa nilai dari sig. feses
Mencit > 0,05 maka data dapat dikatakan normal sehingga data dilanjutkan ke
Metode Analisis One Way ANOVA.
ANOVA
Total 55.750 15
Total 79.750 15
Dari data hasil Analisis Metode One Way ANOVA didapatkan hasil data
tidak normal, sedangkan data dapat dikatakan normal jika nilai Sig < 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan daya anti-diare antara
obat Loperamide dengan Attapulgite.
Sehingga dapat kita simpulkan dari mekanisme kerja obat anti-diare yang
digunakan pada percobaan ini obat Loperamide yang memiliki daya anti-diare
yang kuat karena lebih sedikit frekuensi diare yang dihasilkan daripada obat anti-
diare Attapulgitee.
KESIMPULAN
1. Obat Anti-diare yang memiliki daya menekan frekuensi feses yang kuat
adalah loperamide kemudian Attapulgite.
2. Kekuatan Anti-diare dpengaruhi dari mekanisme kerja obat itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA