Sei sulla pagina 1di 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERILAKU KEKERASAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu nilai tugas Mata Ajar Keperawatan Jiwa

Oleh :

Anastasia Christ Yuliana 30190117088


Sofhya Thiodora Silalahi 30190117104
Amelguna Stien Pamella 30190117086
S Theresia Handayani Sembiring 30190117101
PC Kristian Perdana Putra 30190117103
Merry Christiani Sanny 30190117082
Eugenius Luan Mali 30190117058
Imanuel Tarsi 30190117057

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa dipanjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas rahmat dan karunia yang telah diberikan, penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan satuan acara penyuluhan mengenai perilaku kekerasan serta pembuatan
laporan ini, dimaksudkan untuk membantu para mahasiswa dalam mencapai tujuan
dalam perawatan profesi jiwa sehingga para mahasiswa mampu meningkatkan wawasan
dan pengetahuannya.
Penulisan isi laporan ini masih jauh dari sempurna serta masih perlu
dikembangkan lebih lanjut lagi sebagaimana mestinya, mungkin hal ini dikarenakan
faktor kemampuan dan lain sebagainya yang menghambat proses pembuatannya, namun
untuk memenuhi tugas dengan dosen Susanti Niman.,MKep.,Ns.,Sp.KepJ, penulis
berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik. Oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan dari semua pihak, guna untuk perbaikan
dan kesempurnaan isi dari laporan ini. Semoga laporan ini mampu memberikan
konstribusi positif dan bermakna dalam proses pembelajaran.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih bagi semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.
.

Bandung, Maret 2018

Penulis
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Perilaku Kekerasan

Sub Pokok Bahasan : Pengenalan Perilaku Kekerasan

Sasaran : Klien dan keluarga yang berobat di klinik

Rawat Jalan

Tanggal Pelaksanaan : 28 Maret 2018

Waktu Pelaksanaan : 07.00 sd 07.45

Tempat Pelaksanaan : Klinik Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Jawa Barat

A. LATAR BELAKANG

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa serta stigma


gangguan jiwa yang dinilai tidak bisa disembuhkan hanya membuat kondisi
pasien semakin memburuk, padahal penyakit tersebut dapat diobati dan
disembuhkan. Menurut Hartono dan Kusumawati (2011), gangguan jiwa dengan
perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri,
maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol.
Perilaku kekerasan tersebut membawa dampak dalam kehidupan sehari-hari
sehingga keluarga menjadikan alasan tersebut untuk membawa anggota keluarga
ke rumah sakit jiwa.

Di Indonesia, riset kesehatan dasar tahun 2007 menyebutkan prevalensi


nasional penderita gangguan mental emosional pada penduduk mencapai 25%
dengan gangguan jiwa berat 0,46% kebanyakan kasus para penderita gangguan
jiwa dirawat dan diberi pengobatan di rumah sakit. Perilaku kekerasan adalah
kondisi maladaptif seseorang dalam respon terhadap marah. Kegagalan yang
menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau
respon melawan dan menentang. Respon melawan dan menentang merupakan
respon maladaptif yaitu agresif kekerasan.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penulisan tentang satuan acara penyuluhan adalah klien
dan keluarga yang berobat di klinik rawat jalan rumah sakit jiwa provinsi jawa
barat mampu mengetahui mengenai gangguan perilaku kekerasan.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan tentang satuan acara penyuluhan adalah
klien dan keluarga yang berobat di klinik rawat jalan rumah sakit jiwa
provinsi jawa barat
a. Mampu memahami pengertian perilaku kekerasan
b. Mampu memahami proses terjadinya marah
c. Mampu memahami tanda dan gejala perilaku kekerasan
d. Mampu memahami cara mengatasi marah

C. MATERI
1. Pengertian Perilaku Kekerasan
2. Proses terjadinya marah
3. Tanda dan gejala perilaku kekerasan
4. Cara mengatasi marah

D. METODE
Metode dalam pendidikan kesehatan ini adalah ceramah dan tanya jawab

E. MEDIA DAN ALAT BANTU


Media yang digunakan dalam kegiatan pendidikan kesehatan ini adalah
powerpoint dan leaflet.
F. URAIAN KEGIATAN

No Kegiatan Waktu Penyuluh Kegiatan Peserta


1. Prakegiatan 10 a. Menyiapkan a. Menyiapkan diri
b. Duduk di tempat
menit media
b. Menyediakan yang disediakan
tempat/ruangan
2. Kegiatan 30 a. Memberi salam a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan b. Mendengarkan
inti menit
diri dengan baik
c. Melakukan c. Kegiatan inti:
1) Menyimak
kontrak waktu
d. Menyampaikan
tujuan pendidikan
kesehatan
e. Kegiatan inti: 2) Menyimak
1) Menjelaskan
pengertian
Perilaku
kekerasa n
2) Menjelaskan
3) Menyimak
proses
terjadinya
marah
3) Menjelaskan
tanda dan
gejala perilaku
kekerasan 4) Menyimak
4) Menjelaskan 5) Tanya Jawab
cara mengatasi
marah

3. Penutup 5 menit a. Evaluasi Menjawab salam


b. Memberi salam
penutup

G. EVALUASI
Dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan kepada peserta :
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan perilaku kekerasan
2. Apa saja tanda dan gejala perilaku kekerasan
3. Apa saja cara mengatasi marah

H. DAFTAR PUSTAKA
Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Terjemahan
Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara.
Keliat, B A. dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN
(Basic Course). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Kusumawati F dan Hartono Y. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
EGC.
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi, Bandung : Revika Aditama.

MATERI

1. Pengertian Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain (Yosep, 2007).
Resiko perilaku kekerasan adalah adanya kemungkinan seseorang
melakukan tindakan yang dapat mencederai orang lain dan lingkungan
akibat ketidakmampuan mengendalikan marah secara konstruktif (CMHN,
2006).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik terhadap
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan
jengkel yang timbul terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman
(Stuart & Sundeen, 2008)
Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
perilaku kekerasan adalah ungkapan perasaan marah dan bermusuhan
yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa
berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Sedangkan
resiko perilaku kekerasan adalah adanya kemungkinan seseorang
melakukan tindakan dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol.

2. Proses terjadinya Marah

Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari hari yang harus
dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang
menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam, kecemasan
dapat menimbulkan kemarahan.

Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu :

1) Mengungkapkan secara verbal,


2) Menekan,
3) Menantang.
Dari ketiga cara ini, cara yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara
lain adalah destruktif. Dengan melarikan diri atau menantang akan
menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus menerus,
maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri atau lingkungan
dan akan tampak sebagai depresi psikomatik atau agresi dan ngamuk.
Secara skematis perawat penting sekali memahami proses kemarahan
yang dapat digambarkan pada skema 2.1 dibawah ini

Kemarahan diawali oleh adanya stressor yang berasal dari internal atau
eksternal. Stressor internal seperti penyakit hormonal, dendam, kesal
sedangkan stressor eksternal bisa berasal dari ledekan, cacian, makian,
hilangnya benda berharga, tertipu, penggusuran, bencana dan sebagainya.
Hal tersebut akan mengakibatkan kehilangan atau gangguan pada sistem
individu (Disruption & Loss). Hal yang terpenting adalah bagaimana
seorang individu memaknai setiap kejadian yang menyedihkan atau
menjengkelkan tersebut (Personal meaning). Bila seseorang memberi
makna positif, misalnya : macet adalah waktu untuk istirahat, penyakit
adalah sarana penggugur dosa, suasana bising adalah melatih persyarafan
telinga (nervus auditorius) maka ia akan dapat melakukan kegiatan secara
positif (Compensatory act) dan tercapai perasaan lega (Resolution). Bila ia
gagal dalam memberikan makna menganggap segala sesuatunya sebagai
ancaman dan tidak mampu melakukan kegiatan positif (olah raga,
menyapu atau baca puisi saat dia marah dan sebagainya) maka akan
muncul perasaan tidak berdaya dan sengsara (Helplessness).

Perasaan itu akan memicu timbulnya kemarahan (Anger). Kemarahan


yang diekpresikan keluar (Expressed outward) dengan kegiatan yang
konstruktif (Contruktive action) dapat menyelesaikan masalah.
Kemarahan yang diekpresikan keluar (Expressed outward) dengan
kegiatan yang destruktif (Destruktive action) dapat menimbulkan perasaan
bersalah dan menyesal (Guilt). Kemarahan yang dipendam (Expressed
inward) akan menimbulkan gejala psikosomatis (Poinful symptom)
(Yosep, 2007).

3. Tanda dan Gejala


Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala
perilaku kekerasan:
1. Fisik
a) Muka merah dan tegang
b) Mata melotot atau pandangan tajam
c) Tangan mengepal
d) Rahang mengatup
e) Wajah memerah dan tegang
f) Postur tubuh kaku
g) Pandangan tajam
h) Mengatupkan rahang dengan kuat
i) Mengepalkan tangan
j) Jalan mondar-mandir

2. Verbal
a) Bicara kasar
b) Suara tinggi, membentak atau berteriak
c) Mengancam secara verbal atau fisik
d) Mengumpat dengan kata-kata kotor
e) Suara keras
f) Ketus

3. Perilaku
a) Melempar atau memukul benda/orang lain
b) Menyerang orang lain
c) Amuk/ agresif
d) Melukai diri sendiri/ orang lain
e) Merusak lingkungan

4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam
dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat
orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan
kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

4. Cara mengatasi marah


a. Melakukan kegiatan fisik yang biasa dilakukan

b. Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik seperti tarik nafas


dalam dan pukul kasur atau bantal

c. Mengungkapkan rasa marah secara verbal seperti menolak dengan


baik,meminta dengan baik dan mengungkapkan perasaan dengan baik

d. Mengendalikan rasa marah secara spiritual seperti berdoa dan


beribadah

e. Mencegah terjadinya marah dengan terapi psikofarmaka atau dengan


obat-obatan

Potrebbero piacerti anche