Sei sulla pagina 1di 12

MAKALAH

PERILAKU LGBT DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN HUKUM


PIDANA DAN HAM DI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU

MOH.SHOLEH, S.Pi., M.Sc

Disusun Oleh:

Wahyudi (230411100147)

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA


2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
hidayah_Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
”PERILAKU LGBT DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN HUKUM
PIDANA DAN HAM DI INDONESIA” . Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada bapak MOH.SHOLEH selaku dosen pengampu mata kuliah
KEWARGANEGARAAN. kami sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap
lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-
hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bangkalan 07, oktober, 2023

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………...…………………………………………..i
Daftar Isi ……………………………………………...…………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………..…………..1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………...2
C. Tujuan …………………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Integrasi ………………………………………………………..3
2.2. Kriminalisasi perilaku LGBT dalam persefektif kebijakan hukum pidana
dan HAM di Indonesia …………………………………………………3
2.2.1. Konsepsi HAM Terkait Perilaku Seksual LGBT dalam Perspektif
hukum Positif di Indonesia ………………………………………4
2.2.2. Perilaku LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) dalam
perspektif kebijakan hukum pidana dan HAM di Indonesia ……..5
2.2.3. Faktor penyebab sikap konservatif terhadap isu LGBT di
Indonesia ….………………………………………………………5
2.2.4. Alternatif Penyelesaian ……………………………………………6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ……………………………………………………………….8
Daftar Pustaka ……………………………………………………………8
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Suatu fenomena yang beberapa tahun ke belakang hangat
dibincangkan masyarakat Indonesia ialah terkait fenomena eksisnya
identitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender atau LGBT. Saat ini,
LGBT diperuntukkan untuk menyebut seseorang yang mempunyai
kelainan orientasi seksual dan identitas gender. Hal ini mengacu paca
budaya nonmodern, yakni heteroseksual. Bisa dikatakan seorang yang
memiliki orientasi seksual dan identitas nonheteroseksual, yakni
homoseksual dan biseksual, ataupun diluar itu bisa disebut LGBT (Galink,
2013).
Perbincangan terkait LGBT tersebut muncul dengan terpecahnya
perspektif pro dan kontra menyangkut identitas ini. Pihak pro berargumen
bahwa Negara perlu mengayomi kebebasan kelompok LGBT supaya hak
ekspresinya tidak tercederai, kemudian yang kontra mengharapkan
pemerintah mengupayakan usaha preventif supaya fenomena kelompok
LGBT tersebut tidak menodai nasib generasi muda Indonesia. Perbedaan
argumen yang terjadi pasti berefek pada keresahan masyarakat dan
ketidakpastian hukum yang mengatur kelompok LGBT. Maka dibutuhkan
sebelumnya analisa tepat berkaitan dengan situasi LGBT ini lalu kemudian
didapatkan pandangan yang dapat dengan konkret mengatur terkait dengan
kaum LGBT ini.
Hingga saat ini, regulasi yang tegas dalam hukum positif di
Indonesia terkait pengaturan perilaku sesama jenis termuat pada hukum
pidana Pasal 292 KUHP dengan ancaman 5 (lima) tahun pidana penjara.
Muncul permohonan uji materiil pada tanggal 19 April 2016 yang diajukan
kepada MK mengenai bunyi berbagai ketentuan menyangkut kesusilaan,
di antaranya ialah Pasal 292 KUHP yang dipandang inkonstitusional oleh
MK. Permohonan uji materi Pasal 284, Pasal 285 dan Pasal 292 KUHP
dalam perkara nomor 46/PUU-XIV/2016 diajukan oleh Guru Besar IPB
Euis Sunarti dengan sejumlah pihak. Permohonan uji materiil atas Pasal
292 KUHP memandang bahwa kata “dewasa” dan “dengan dia yang
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa“ untuk
dihapuskan, supaya Pasal 292 dapat dipakai untuk menindak pelaku
homoseksual yang seyogyanya dilarang tanpa membedakan batasan usia,
baik masih belum dewasa atau sudah dewasa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Isi pokok berita
2. Kaitannya dengan jenis integrasi dan meliputi bidang apa
3. Factor penyebab desintegrasi
4. Alternatif penyelesaiannya
C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui apa saja integrasi bangsa saat ini
2. Mengetahui factor factor yang harus dihindari agar tidak terjadi
disintegrasi
3. Mengetahui solusi apa saja untuk mengatasi integrasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI INTEGRASI
Integrasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu integration yang berarti
kesatuan atau pembulatan. Selain itu, integrasi juga bisa diartikan sebagai
suatu metode untuk mengoordinasikan berbagai fungsi, bagian-bagian, dan
tugas yang ada pada suatu pekerjaan. Dengan kata lain, integrasi
merupakan suatu cara untuk kerja sama yang tidak saling bertentangan
demi mencapai suatu tujuan.

Sementara itu, integrasi bisa juga diartikan sebagai suatu keadaan


yang di aman setiap kelompok suku bangsa dan ras bisa hidup bersama-
sama dengan mempertahankan setiap kebudayaannya masing-masing.
Oleh karena itu, supaya sesama masyarakat Indonesia bisa hidup
berdampingan tanpa menghilangkan budaya dari setiap individu, maka
dibutuhkan kesadaran bagi semua masyarakat Indonesia.

B. KRIMINALISASI PERILAKU LGBT DALAM PERSPEKTIF


KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DAN HAM DI INDONESIA
1. Konsepsi HAM Terkait Perilaku Seksual LGBT dalam Perspektif
Hukum Positif di Indonesia
HAM atau Hak Asasi Manusia ialah wujud hak-hak moral dasar
pada individu manusia yang esensial demi keberlanjutan hidupnya
(fundamental human rights of the person that are necessary for a life
with human dignity). Hak asasi acap kali dihubungkan dengan hak-hak
yang dengan alami eksis dalam individu saetiap manusia. John Locke
memaknai hak asasi manusia ialah hakhak moral yang tiada bisa
didahului oleh otoritas publik (Miskari, 2016:47). Setiap individu
merupakan pribadi yang serupa dan berdikari, serta mempunyai hak
melampaui eksistensi hukum nasional juga internasional (predate
national and international law). Adapun eksistensi otoritas publik
berguna untuk mengayomi hak-hak invidu ini dalam struktur hukum
(Forsythe, 2000:3).
Indonesia sebagai negara hukum (Rechtstaat) menetapkan
kebebasan berekspresi dalam UUD 1945 Amendemen II, yaitu Pasal
28 E ayat (2) yang mengutarakan bahwa "Setiap orang berhak atas
kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya". Selannjutnya, pada ayat (3)
dikemukakan bahwa "Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat."

2. Perilaku LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) dalam


perspektif kebijakan hukum pidana dan HAM di Indonesia memiliki
konteks yang kompleks. Indonesia memiliki pendekatan yang cukup
konservatif terhadap isu-isu LGBT, dan ini telah mempengaruhi
berbagai aspek kebijakan, hukum pidana, dan HAM. Mari kita bahas
mengenai jenis integrasi dan bidang yang mempengaruhi:

a. Hukum Pidana : Di Indonesia, beberapa daerah telah


mengeluarkan peraturan-peraturan yang mengkriminalisasi
perilaku LGBT, meskipun tidak ada hukum federal yang secara
eksplisit melarang LGBT. Beberapa contoh peraturan daerah
meliputi peraturan anti-LGBT di Aceh. Hal ini mengakibatkan
risiko hukuman pidana bagi individu yang dianggap melanggar
norma-norma lokal terkait seksualitas dan gender mereka.
Kriminalisasi ini dapat mempengaruhi interaksi sosial dan
ekonomi mereka.

b. Hak Asasi Manusia (HAM) : Perlindungan HAM individu


LGBT di Indonesia sering kali termasuk. Aktivis HAM dan
kelompok LGBT sering mengkritik pelanggaran terhadap hak-
hak mereka, seperti hak atas privasi, kebebasan berekspresi,
dan non-diskriminasi. Penindasan dan diskriminasi terhadap
LGBT di Indonesia dapat menghambat integrasi sosial dan
ekonomi mereka, serta menciptakan risiko serius terhadap hak-
hak mereka.

c. Integrasi Sosial : LGBT di Indonesia sering menghadapi


tekanan sosial dan diskriminasi. Hal ini dapat menghambat
kemampuan mereka untuk berpartisipasi sepenuhnya dalam
masyarakat, seperti mendapatkan pendidikan, pekerjaan, atau
layanan kesehatan. Diskriminasi ini dapat merusak integrasi
sosial dan ekonomi individu LGBT.

d. Bidang Pendidikan : Beberapa sekolah di Indonesia mungkin


memiliki kebijakan yang diskriminatif terhadap siswa LGBT.
Hal ini dapat membuat siswa LGBT merasa tidak aman dan
tidak nyaman di lingkungan sekolah, menghambat akses
mereka ke pendidikan yang setara.
e. Kesehatan : Diskriminasi dan stigmatisasi terhadap LGBT juga
dapat mempengaruhi akses mereka terhadap layanan kesehatan
yang layak. Hal ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan
fisik dan mental mereka.

3. Faktor penyebab sikap konservatif terhadap isu LGBT di Indonesia


melibatkan berbagai aspek, termasuk budaya, agama, politik, dan
sejarah. Berikut beberapa faktor penyebabnya:
a. Faktor Budaya : Indonesia memiliki budaya yang kaya dan
beragam, tetapi juga konservatif dalam beberapa hal. Beberapa
orang di Indonesia masih menganut pandangan tradisional
tentang keluarga dan peran gender yang kaku. LGBT sering
dianggap bertentangan dengan norma-norma budaya tersebut.
b. Faktor Agama : mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim,
dan beberapa aliran Islam di Indonesia memiliki pandangan
yang sangat konservatif tentang LGBT. Selain Islam, agama-
agama lain di Indonesia juga memiliki pandangan yang
konservatif terhadap isu LGBT.
c. Politik : Isu LGBT sering dimanfaatkan oleh politisi sebagai
alat untuk mendapatkan dukungan politik. Beberapa partai
politik di Indonesia mungkin menggunakan isu LGBT sebagai
isu identitas untuk memperkuat basis pemilih mereka atau
untuk mengalihkan perhatian dari isu-isu lain.
d. Sejarah dan Pengaruh Kolonialisme : Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pandangan negatif terhadap LGBT di
beberapa negara dapat dihilangkan dari pengaruh kolonialisme
Eropa. Norma-norma anti-LGBT mungkin telah muncul selama
masa kolonial dan terus berlanjut dalam budaya setelahnya.
e. Ketidakpahaman dan Stigma : Salah satu faktor penting adalah
ketidakpahaman tentang isu LGBT. Banyak orang di Indonesia
mungkin tidak sepenuhnya memahami apa itu LGBT dan
mengandalkan stereotip dan prasangka yang salah. Hal ini
dapat mengarah pada stigmatisasi dan diskriminasi.
f. Kekhawatiran tentang Perubahan Sosial : Beberapa orang
mungkin khawatir bahwa pengakuan hak LGBT akan
mengakibatkan perubahan sosial yang signifikan dan
bertentangan dengan nilai-nilai tradisional mereka.
g. Kebijakan Pemerintah : Kebijakan pemerintah, terutama dalam
hal hukum dan regulasi, dapat mempengaruhi sikap masyarakat
terhadap LGBT. Kebijakan yang mendukung LGBT dapat
mengurangi stigma dan diskriminasi, sementara kebijakan yang
kriminalisasi dapat memperkuat pandangan negatif.
h. Penting untuk diingat bahwa pandangan terhadap LGBT sangat
bervariasi di seluruh masyarakat Indonesia, dan ada juga orang-
orang yang mendukung hak-hak LGBT dan berusaha untuk
mengatasi stigma dan diskriminasi. Perubahan pandangan
masyarakat tentang isu LGBT dapat memakan waktu,
pendidikan, dialog, dan advokasi dapat berperan penting dalam
mempromosikan pemahaman yang lebih inklusif dan toleran.
4. ALTERNATIF PENYELESAIAN
Untuk mengatasi stigma dan diskriminasi terhadap LGBT serta
menciptakan lingkungan yang lebih inklusif di Indonesia, ada beberapa
alternatif penyelesaiannya yang dapat dipertimbangkan:
a. Pendidikan dan Kesadaran : Kampanye pendidikan dan
kesadaran yang tepat sasaran dapat membantu masyarakat
memahami isu-isu LGBT dengan lebih baik. Hal ini dapat
dilakukan melalui program-program pendidikan di sekolah,
seminar, lokakarya, dan kampanye media sosial yang
mendorong inklusi dan toleransi.
b. Advokasi dan Organisasi Masyarakat : Kelompok advokasi
pro-LGBT dan organisasi masyarakat sipil dapat bekerja untuk
memperjuangkan hak-hak LGBT dan melawan diskriminasi.
Mereka dapat menyuarakan isu-isu LGBT dan melakukan
advokasi kebijakan yang mendukung hak-hak LGBT.
c. Dialog Antaragama dan Antarbudaya : Mengadakan dialog
antaragama dan antarbudaya untuk meningkatkan pemahaman
dan toleransi terhadap LGBT dapat membantu mengurangi
ketegangan dan konflik. Melibatkan pemimpin agama dalam
upaya ini juga bisa sangat efektif.
d. Perubahan Hukum : Memperbarui atau menghapus hukum
yang mengkriminalisasi perilaku LGBT adalah salah satu
langkah penting. Langkah ini dapat membuka pintu bagi
pengakuan hak-hak LGBT dan mengurangi risiko hukum.
e. Kesetaraan di Tempat Kerja : Pengusaha dapat memainkan
peran penting dengan menciptakan lingkungan kerja yang
inklusif dan mendukung semua karyawan, tanpa memandang
orientasi seksual atau identitas gender. Kebijakan anti-
diskriminasi di tempat kerja adalah langkah positif.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berangkat dari hasil penelitian dan pembahasan yang sudah
dipaparkan kemudian didapat simpulan yaitu:
1. Dalam konsepsi HAM terkait LGBT, ialah betul
bahwasanya setiap manusia mempunyai kemerdekaan individual,
namun bila ditelisik lebih detail, maka kebebasan yang dipunyai
berbanding lurus dengan sempadan yang wajib
dipertanggungjawabkan pula. HAM berwatak universal tetapi
mempunyai struktur sosialnya sendiri. Dalam hukum, HAM
sepatutnya diakui, dihormati, juga dilindungi di Indonesia. Hal itu
tidak bermakna bahwa setiap keinginan dapat dilangsungkan
dengan bebas, tentu ada limitasi yang dikukuhkan undang-undang,
moralitas, tindak tanduk bermasyarakat, dan nilai kepercayaan
yang mengutarakan bahwasanya setiap manusia diluar mempunyai
HAM untuk dipenuhi, juga mempunyai kewajiban untuk
menghargai hak asasi orang lain dan masyarakat sekeliling di
tempatnya berada.
2. Hubungan seksual sejenis yang dibuat oleh LGBT ialah
merupakan tindak pidana mengacu Hukum Pidana Indonesia, yakni
termuat pada ketetapan Pasal 292 KUHP, namun pengaturan itu
masih amat sempit cuma mengatur orang dewasa yang
mengadakan tindakan cabul atau berhubungan seksual sejenis
bersama seorang yang diduga atau diketahui belum dewasa atau di
bawah umur. Pembaharuan hukum dirasa butuh untuk diadakan,
kajian hukum tidak saja tentang norma hukum positif tetapi jua
sejarah hukum dan politik hukum yang berposisi dalam cakupan
pembangunan hukum, penegakan hukum, dan pengawasan hukum.
Hak asasi manusia di Indonesia berasal dan bermuara pada
Pancasila, yang bermakna hak asasi manusia memperoleh jaminan
tegas dari falsafah bangsa, tentu saja Pancasila. Betumpu pada
Pancasila dengan maksud bahwa penyelenggaraan hak asasi
manusia itu harus mengindahkan garis-garis yang telah ditetapkan
dalam ketentuan falsafah Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA
Adnyani, P. D. (2022). Problematika Perlindungan Hukum Terhadap
Kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) dalam Perspektif
HAM Internasional. Ganesha Law Review Volume 4 Issue 1, 51-68.
Ali, T. M., Suhaidi, & Mustamam. (2019). Penanggulangan Penyimpangan
Seksual LGBT dalam Perspektif Kebijakan Kriminal (Criminal Policy). Jurnal
Ilmiah Metadata Volume 1 Nomor 3, 209-221.
Amiruddin, & Askin, Z. (2016). Pengantar Metode Penelitian Hukum:
Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Amrani, H. (2019). Politik Pembaruan Hukum Pidana. Yogyakarta: UII
Press.
Arief, B. N. (2014). Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana:
Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.
Asiah, N., Asfiyak, K., & Humaidi. (2021). Studi Tentang LGBT
Perspektif Hukum Islam, Psikologi, dan HAM. Jurnal Ilmiah Hukum Keluarga
Islam Volume 3 Nomor 2, 137-148.
Asyari, F. (2017). LGBT dan Hukum Positif Indonesia. Jurnal Legalitas
Volume 2 Nomor 2, 57- 65.
BIBLIOGRAPHY \l 1033 Badan Pembinaan Hukum Nasional
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (2015). Draft
Naskah Akademik Rancangan UndangUndang Tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP). Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Republik
Indonesia.
Barlow, H. D. (1984). Introduction to Criminology Third Edition. Boston:
Little Brown and Company.
Chazawi, A. (2002). pelajaran Hukum Pidana Bagian I. Jakarta: Raja
Grafindo.
Dhamayanti, F. S. (2022). Pro-Kontra Terhadap Pandangan Mengenai
LGBT Berdasarkan Perspektif HAM, Agama, dan Hukum di Indonesia. Ikatan
Penulis Mahasiswa Hukum Indonesia Law Journal Volume 2 Nomor 2, 210-230.
Diantha, I. M. (2016). Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam
Judifikasi Teori Hukum. Jakarta: Prenada Media Group.
El Saha, M. I. (2020). Adaptasi HAM dalam Hukum Perdata Islam
Nusantara. Jakarta: Teras Karsa Publisher

Potrebbero piacerti anche