Sei sulla pagina 1di 32

Laporan Kasus

HIPERMENORAGIA EC MIOMA UTERI DENGAN ANEMIA

Disusun untuk melengkapi tugas Program Internship Dokter Indonesia di

Rumah Sakit

Oleh

dr. Siska Wulandari

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

RS BHAYANGKARA TK III PEKANBARU

PEKANBARU

2018

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh; dengan mengucap

syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka atas rahmat-Nya akhirnya penulis

dapat menyusun Laporan Kasus ini dengan lancar. Laporan Kasus adalah salah

satu tugas yang harus dipenuhi peserta Program Internship Dokter Indonesia. Pada

kesempatan kali ini, Laporan Kasus yang penulis susun berjudul “hipermenoragia

ec mioma uteri dengan anemia”

Tentunya dalam penyusunan Laporan Kasus ini, penulis banyak mendapat

rintangan dan hambatan, akan tetapi dengan bantuan beberapa pihak rintangan dan

hambatan itu bisa teratasi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada dr.yusuf,sp.OG selaku pembimbing dan kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan Laporan Kasus ini.

Tentunya penulis menyadari bahwa Laporan Kasus ini masih jauh dari

kata sempurna, baik itu dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan

saran-saran yang membangun dari pembaca tentunya sangat penulis harapkan

untuk penyempurnaan penulisan selanjutnya.

Penulis berharap semoga Laporan Kasus ini dapat menjadi manfaat bagi

pembaca terkhusus rekan sesama peserta Program Internship Dokter Indonesia

lainnya.

Wassalamua’laikum Wr.Wb Pekanbaru,

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 6

BAB 2 LAPORAN KASUS ................................................................................ 8

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 18

3.1.DEFENISI ....................................................................................................... 18

3.2. EPIDEMIOLOGI .......................................................................................... 18

3.3. ANATOMI ORGAN REPRODUKSI ........................................................... 18

3.4. ETIOPATOGENESIS.................................................................................... 23

3.5. KLASIFIKASI ............................................................................................... 24

3.6. MANIFESTASI KLINIS .............................................................................. 26

3.7. PENEGAK DIAGNOSIS .............................................................................. 29

3.8. PENATALAKSANAAN .............................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33

4
BAB I

PENDAHULUAN

Perdarahan uterus abnormal (PUA) menjadi masalah yang sering dialami oleh perempuan usia

produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan mengeluh menoragia, sementara

21% mengeluh siklus yang lebih singkat, 17% mengeluh perdarahan dan 6% mengeluh

perdarahan paska koitus (Zinger, 2008). Sekitar 30% wanita datang ke pusat pelayanan

kesehatan dengan keluhan perdarahan uterus abnormal selama masa reproduktif mereka.

Penelitian di India menyatakan bahwa perdarahan uterus abnormal paling sering terjadi pada

wanita multipara pada dekade ke-4 dan ke-5. Pola perdarahan yang paling umum adalah

menoragia. Kelainan endometrium ditemukan pada 53% kasus. Hiperplasia endometrium (27%),

pola campuran endometrium (19%), endometritis (4%), polip endometrium (2%) dan karsinoma

endometrium (1%). Frekuensi hiperplasia endometrium tertinggi di multipara dan perempuan

dalam dekade ke-4. Gejala yang paling umum didapati pada hiperplasia adalah menoragia (35%)

dan menometroragia (30%). Empat puluh satu persen pasien dengan menometroragia memiliki

kejadian hiperplasia endometrium. Pasien pascamenopause telah didominasi proliferasi,

hiperplastik dan pola campuran. Selain kelainan pada endometrium, kelainan pada otot polos

miometrium yaitu mioma uteri juga dapat menyebabkan terjadinya perdarahan uteri abnormal.

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga

terjadi metroragia. Mioma uteri menyebabkan permukaan endometrium menjadi lebih luas dari

biasanya dan miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara

serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan

baik . Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim dan

jaringan ikat di sekitarnya. Mioma uteri merupakan salah satu masalah kesehataan reproduksi

5
wanita dengan insidensi yang terus meningkat. Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia

reproduksi (20-25%), tetapi faktor penyebab tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali

ditemukan sebelum usia pubertas karena sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan hanya

bermanifestasi selama usia reproduktif. Mioma uteri dikenal juga dengan istilah leiomoma uteri

atau fibromioma uter fibroid. Mioma uteri ditemukan sekurang-kurangnya pada 20-25% wanita

diatas usia 30 tahun. Insidensinya sekitar 20%-30% dari seluruh wanita dan terus mengalami

peningkatan. Mioma uteri merupakan tumo ginekologi kedua terbanyak di Indonesia. Mioma

uteri juga sering ditemukan pada wanita yang menjalankan histerektomi untuk indikasi yang lain

walaupun ditemukan kecil dan tidak banyak. Hal ini karena kebanyakan tehnik pemeriksaan

imaging tidak mempunyai resolusi di bawah 1 cm. Insidensi kejadian mioma uteri sebenarnya

tidak dapat dipastikan meskipun mioma uteri yang kecil tidak memberikan gejala klinis . Jumlah

kejadian penyakit ini di Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker serviks.

6
BAB 2

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama Ny. R

Umur 42 tahun

Jenis Kelamin Perempuan

Alamat Pasir pengaraian

Agama Islam

Status Janda

Pekerjaan IRT

Tanggal masuk RS 06 april 2018

Rekam Medis 039422

2.2 Anamnesis

Keluhan Utama
Keluar darah dari kemaluan

Riwayat Penyakit Sekarang


Keluar darah dari kemaluan sejak 1 bulan yang lalu, keluar darah seperti haid, os mengakui

dalam sehari dapat mengganti pembatul 6-10 kali dalam sehari. Riwayat haid tidak teratur di

akui os, dengan lama haid 7-15 hari dan frekuensi banyak. Darah tidak di dapatkan adanya

gumpalan, hanya berupa darah segar. Benjolan pada perut terasa sejak 3 bulan yang lalu yang

awal nya hanya sebesar telur ayam yang kemudian semakin membesar, teraba kenyal dan tidak

7
nyeri jika di tekan. Nyeri perut terasa sejak 1 bulan ini yang terasa hilang timbul, semakin

memberat jika pasien berjalan dan beraktifitas, terasa seperti kram dan membaik jika pasien

beristirahat. Riwayat keputihan di sangkal, BAB,BAK normal.

Sebelum MRS pasien pernah memeriksakan kesehatannya di dr. yusuf,Sp.OG beberapa saat

yang lalu. Dari hasil pemeriksaan USG di dokter tersebut didapatkan uterus membesar dengan

ukuran 10 x 7 cm dan didiagnosis mioma uteri. Dan di rencanakan untuk tindakan opersi.

Kemudian pasien MRS melalui poli penyakit dalam untuk perbaikan keadan umum dan

direncanakan untuk operasi elektif histerektomi jika keadaan os membaik.

Riwayat penyakit dahulu:-

Riwayat penggunaan obat:-

Riwayat penyakit keluarga


o Riwayat Hipertensi (-)
o Riwayat Stroke Dalam Keluarga Tidak Ada
o Riwayat Diabetes Melitus (+)
o Riwayat Penyakit Jantung (-)
o Riwayat Keganasan (-)

Riwayat kontrasepsi:
Pasien mengunakan kontrasepsi suntik 3 bulan, pil KB 1 tahun

Riwayat menstuasi:
- Menarch : usia 11 bulan
- Siklus : 28 hari
- Lamanya : 7-10 hari
- Banyak nya : 3-4 kali ganti pembalut perhari (belum ada keluhan)

8
Riwayat perkawinan:
Satu kali perkawinan usia 21 tahun

Riwayat persalinan:

- Perempuan, 28 tahun, lahir pevagian di bidan, BBL 2700 gram,hidup

- Laki-laki, 25 tahun, lahir pervaginam di bidan,BBL 3000 gram, hidup

- Perempuan 20 tahun , lahir pervaginam di bidan BBL 3000 gram, hidup

- Perempuan 15 tahun, lahir secara SC, BBL 250gram, hidup

2.3 Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan Umum
Tekanan darah :110/70 mmHg
Frekuensi nadi :74x/i
Frekuensi nafas :20 x/i
Suhu :37,2°C
Berat badan : 63 kg
Tinggi badan : 160 cm

B. Pemeriksaan Fisik Umum


Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis +/+, Skela ikterik -/-
Hidung : Septum Deviasi -, Sekret –
Telinga : Normotia, Sekret -/-, Serumen +/+
Mulut : Bibir pucat, tidak sianosis
Jantung : IC teraba 1 jari lateral linea anterior aksila sinistra, BJ I dan II reguler, murmur
(-), gallop (-)
Paru : Vesikuler (+/+), Ronki (-), Wheezing (-)
Abdomen :
- Inspeksi: tidak ada tanda-tanda peradangan, bekas operasi (+), tampak massa
menonjol setinngi suprapubis bangian tengah.

9
- Palpasi: defans muskula (-), undulasi tes (-), shifting dullness(-). Teraba massa
5x10 cm pada perut, konsistensi kenyal, permukaan rata (+)
-
Ekstremitas : Oedem -/-, crt <2”

C. Pemeriksaan Laboratorium:
1. Darah Rutin (06 april 2018)

- Hemoglobin: 4,6 gr/dl ↓

- Leukosit : 6.500 /mm3


- Trombosit : 328.000 /mm3
- Hematokrit : 19,6 %

2. Kimia Darah (19 Oktober 2017)

- Glukosa : 238 mg/dl ↑


- Ureum : 21 mg/dl
- Kreatinin : 0,8 mg/dl
- AST : 9 U/L
- ALT : 12 U/L

10
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rongent

Kesan : Cor dan pulmo dalam batas normal

2. USG abdomen
- Uterus antefleksi dengan ukuran membesar
- Adneksa kiri dan kanan normal
- Kesan Mioma uteri

11
3. EKG

E. Diagnosa Akhir
Hipermenoreghia ec mioma uteri dengan anemia berat

F. Rencana Terapi
I. Umum
- IVFD NACL 20 gtt/i
- Kontrol tanda vital
- Inj. Kalnex 3x1 amp
- Inj vit K 3x1 amp

12
II. Khusus
- Pro transfuse PRC 4 unit
- VIT C 3x1 tablet
III. saran
Perbaikan keadaan umum sebelum di lakukan tindakan operasi

Followup 07 april 2018


S : lemas,pusing,perdarahan pervaginam (+) 4 kali ganti dug perhari
O: S : Compos Mentis
TD :120/80 mmHg
N : 64 x/mnt
RR : 18 x/mnt
T : 37,2°C

A : Hipermenoreghia ec susp mioma uteri + anemia


- IVFD NACL 20 gtt/i
- Kontrol tanda vital
- Inj. Kalnex 3x1 amp
- Inj vit K 3x1 amp
- VIT C 3x1 tablet
- transfusi prc sisa 2 bag

Followup 08 april 2018


S : lemas, perdarahan pervaginam (+) 4 kali ganti dug per hari

13
O: S : Compos Mentis
TD :110/80 mmHg
N : 68 x/mnt
RR : 18 x/mnt
T : 37,1°C
Darah Rutin (08 april 2018)

- Hemoglobin: 8,8 gr/dl ↓

- Leukosit : 14.600 /mm3


- Trombosit : 366.000 /mm3
- Hematokrit : 31,1 %

A : Hipermenoreghia ec susp mioma uteri dengan anemia berat


- IVFD NACL 20 gtt/i
- Kontrol tanda vital
- Inj. Kalnex 3x1 amp
- Inj vit K 3x1 amp
- VIT C 3x1 tablet
- inj. Ceftriaxone 2x1 gr
- Transfusi PRC 2 bag/hari

Followup 09 april 2018


S : lemas, perdarahan pervaginam (+)↓
O: S : Compos Mentis
TD :120/70 mmhg
N : 64 x/mnt
RR : 18 x/mnt
T : 36,1°C
Darah Rutin (08 april 2018)

- Hemoglobin: 10,9 gr/dl C

14
- Leukosit : 12.200 /mm3
- Trombosit : 300.000 /mm3
- Hematokrit : 37,1 %

A : Hipermenoreghia ec susp mioma uteri + perbaikan anemia


- IVFD NACL 20 gtt/i
- Kontrol tanda vital
- Inj. Kalnex 3x1 amp
- Inj vit K 3x1 amp
- VIT C 3x1 tablet
- inj. Ceftriaxone 2x1 gr
- Rencana operasi laparotomy dengan joint operasi instalasi bedah

Diagonsa post operasi: Post histerektomi total ec mioma uteri

Followup 10 april 2018


S : lemas, perdarahan pervaginam (+)↓
O: S : Compos Mentis
TD :100/70 mmhg
N : 68 x/mnt
RR : 18 x/mnt
T : 37,1°C

A : Post histerektomi total ec mioma uteri


- IVFD NACL 20 gtt/i
- Kontrol tanda vital
- Inj. Kalnex 3x1 amp
- Inj vit K 3x1 amp
- VIT C 3x1 tablet
- inj. Ceftriaxone 2x1 gr
- inj. Ketorolac 3x30 mg

15
- inj. Ranitidine 2x1 amp
- inj. Metronidazole 3x500mg

16
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Defenisi

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus dan jaringan ikat

yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal istilah fibromioma, leiomioma,

ataupun fibroid.

3.2 Epidemiologi

Berdasarkan otopsi Novak menemukan 27 % wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang

mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak lagi. Mioma uteri belum pernah

dilaporkan terjadi sebelum menarki. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih

bertumbuh. D.i Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7 % dari semua penderita genekologi

yang dirawat.

3.3 Anatomi organ reproduksi

A. Organ genetalia eksterna

Organ reproduksi wanita eksterna sering disebut sebagai vulva yang mencakup semua

organ yang dapat dilihat dari luar, yaitu yang dimulai dari mons pubis, labia mayora, labia

minora, klitoris, himen, vestibulum, kelenjar bartholini dan berbagai kelenjar serta pembuluh

darah.

17
a. Mons veneris

Disebut juga gunung venus, menonjol ke bagian depan menutup tulang kemaluan.

Setelah pubertas, kulit monsveneris tertutup oleh rambut ikal yang membentuk pola distribusi

tertentu yaitu pada wanita berbentuk segitiga.

b. Labia Mayora

Berasal dari monsveneris, bentuknya lonjong menjurus ke bawah dan bersatu dibagian

bawah. Bagian luar labia mayora terdiri dari kulit berambut, kelenjar lemak, dan kelenjar

keringat, bagian didalamnya tidak berambut dan mengandung kelenjar lemak, bagian ini

mengandung banyak ujung saraf sehingga sensitive saat hubungan seks.

c. Labia minora

Merupakan lipatan kecil dibagian dalam labia mayora. Bagian depannya mengelilingi

klitoris. Kedua labia ini mempunyai pembuluh darah, sehingga dapat menjadi besar saat

keinginan seks bertambah. Labia ini analog dengan kulit skrotum pada pria.

d. Klitoris

Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada pria. Mengandung banyak pembuluh

darah dan serat saraf, sehingga sangat sensitif saat hubungan seks.

e. Hymen

Merupakan selaput yang menutupi bagian lubang vagina luar. Pada umumnya hymen

berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh

kelenjar rahim dan kelenjar endometrium (lapisan dalam rahim).

18
f. Vestibulum

Bagian kelamin yang dibasahi oleh kedua labia kanan - kiri dan bagian atas oleh klitoris

serta bagian belakang pertemuan labia minora. Pada bagian vestibulum terdapat muara vagina

(liang senggama), saluran kencing, kelenjar Bartholini, dan kelenjar Skene.

g. Orifisium Uretra

Lubang atau meatus uretra terletak pada garis tengah vestibulum, 1 sampai 1,5 cm di

bawah arkus pubis dan dekat bagian atas liang vagina. Meatus uretra terletak di dua pertiga

bagian bawah uretra terletak tepat di atas dinding anterior vagina.

h. Orifisium Vagina

Terletak dibagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa

yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan.

i.Vagina

Vagina atau liang kemaluan merupakan suatu tabung yang dilapisi membran dari

jenis epithelium bergaris khusus, dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjang

vagina dari vestibulum sampai uterus adalah 7,5 cm. Bagian ini merupakan penghubung antara

introitus vagina dan uterus. Pada puncak vagina menonjol leher rahim yang disebut porsio.

Bentuk vagina sebelah dalam berlipat – lipat disebut rugae. Vagina mempunyai banyak fungsi

yaitu sebagai saluran luar dari uterus yang dilalui secret uterus dan aliran menstruasi, sebagai

organ kopulasi wanita dan sebagai jalan lahir.

19
j. Perinium

Perineum terletak diantara vulva dan anus, panjang perineum kurang lebih 4 cm.

Jaringan utama yang menopang perineum adalah diafragma pelvis dan urogenital.

2. Genetalian Interna

Genetalia interna adalah alat reproduksi yang berada didalam dan tidak dapat dilihat kecuali

dengan cara pembedahan. Organ genetalia terdiri dari :

a. Rahim (Uterus)

Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr. Terletak di panggul kecil

diantara rectum (bagian usus sebelum dubur) dan di depannya terletak kandung kemih. Hanya

bagian bawahnya disangga oleh ligament yang kuat, sehingga bebas untuk tumbuh dan

berkembang saat kehamilan. Ruangan rahim berbentuk segitiga, dengan bagian besarnya di atas.

Dari bagian atas rahim (fundus) terdapat ligament menuju lipatan paha (kanalis inguinalis),

sehingga kedudukan rahim menjadi kearah depan. Rahim juga merupakan jalan lahir yang

penting dan mempunyai kemampuan untuk mendorong jalan lahir. Uterus terdiri dari :

1) Fundus uteri

Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada pemeriksaan kehamilan,

perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia kehamilan

2) Korpus uteri

Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bagian ini berfungsi sebagai tempat janin

berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.

20
3) Serviks uteri

Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan antara kavum uteri

dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum. Lapisan – lapisan uterus meliputi

endometrium, myometrium, parametrium.

b. Tuba Fallopi

Tuba fallopi berasal dari ujung ligamentum latum berjalan kearah lateral, dengan panjang

sekitar 12cm. Tuba fallopi merupakan bagian yang paling sensitif terhadap infeksi dan menjadi

penyebab utama terjadinya kemandulan (infertilitas). Fungsi tuba fallopi sangat vital dalam

proses kehamilan, yaitu menjadi saluran spermatozoa dan ovum, mempunyai fungsi penangkap

ovum, tempat terjadinya pembuahan (fertilitas), menjadi saluran dan tempat pertumbuhan hasil

pembuahan sebelum mampu

menanamkan diri pada lapisan dalam rahim.

c. Indung Telur (Ovarium)

Indung telur terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung ke rahim oleh

ligamentum ovari proprium dan ke dinding panggul oleh ligamentum infundibulopelvicum.

Indung telur merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama, sehingga mempunyai

dampak kewanitaan dalam pengatur proses menstruasi. Indung telur mengeluarkan telur (ovum)

setiap bulan silih berganti kanan dan kiri.

d. Parametrium (Penyangga Rahim)

Merupakan lipatan peritoneum dengan berbagai penebalan, yang menghubungkan rahim

dengan tulang panggul, lipatan atasnya mengandung tuba fallopi dan ikut serta menyangga

21
indung telur. Bagian ini sensitif tehadap infeksi sehingga mengganggu fungsinya. Hampir

keseluruhan alat reproduksi wanita berada di rongga panggul. Setiap individu wanita mempunyai

bentuk dan ukuran rongga panggul (pelvis) yang berbeda satu sama lain. Bentuk dan ukuran ini

mempengaruhi kemudahan suatu proses persalinan.

3.4. Etiopatogenesis

Etiologi pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara pertumbuhan tumor dengan

peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri, serta adanya faktor

predisposisi yang bersifat herediter. Pada ilmuwan telah mengidentifikasi kromosom yang

membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Beberapa ahli

mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal. Mioma biasanya membesar

pada saat kehamilan dan mengecil setelah menopause, sehingga diperkirakan dipengaruhi juga

oleh hormon-hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron. Selain itu, sangat jarang

ditemukan sebelum menarke, dapat tumbuh dengan cepat selama kehamilan dan kadang

mengecil setelah menopause.

3.5. klasifikasi

Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya adalah dari

korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma

uteri dibagi 4 jenis antara lain:

1. Mioma submukosa

2. Mioma intramural

3. Mioma subserosa

22
4. Mioma intraligamenten

1. Mioma submukosa

Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini dijumpai

6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.

Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma

submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma

submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu

kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi

tangkai tumor. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa

pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai

tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt

23
atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa

kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.

2. Mioma intramural

Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor,

jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang mengelilingi tumor. Bila di

dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang

berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus,

dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat

menimbulkan keluhan miksi.

3. Mioma subserosa

Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus

diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum

menjadi mioma intraligamenter.

4. Mioma intraligamenter

Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum

atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wondering parasitis

fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik

dapat menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan

sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot polos dan

jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern) dengan pseudokapsul yang

terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena Pertumbuhan.

24
3.6. Manifestasi Klinis

- Perdarahan abnormal

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoraghi dan dapat

juga terjadi metroragia . Hal ini sering menyebabkan penderita juga mengalami anemia dari

perdarahan yang terus-menerus.Mekanisme terjadinya perdarahan abnormal ini sampai saat ini

masih menjadi perdebatan. Beberapa pendapat menjelaskan bahwa terjadinya perdarahan

abnormal ini disebabkan oleh abnormalitas dari endometrium. Tetapi saat ini pendapat yang

dianut adalah bahwa perdarahan abnormal inidisebabkan karena pengaruh ovarium sehingga

terjadilah hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma, permukaan endometrium yang lebih

luas, atrofi endometrium di atas mioma submukosum, dan miometrium tidak dapat berkontraksi

optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium . Pada Mioma Uteri

submukosum diduga terjadinya perdarahan karena kongesti, nekrosis, dan ulserasi pada

permukaan endometrium.

- Nyeri

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah

pada sarang mioma. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula

pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.

Selain hal diatas, penyebab timbulnya nyeri pada kasus mioma uteri adalah karena proses

degenerasi. Selain itu penekanan pada visera oleh ukuran mioma uteri yang membesar juga bisa

menimbulkan keluhan nyeri. Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga

menimbulkan rasa yang tidak nyaman pada regio pelvis.

25
- Efek penekanan

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan oleh mioma uteri

pada vesiko urinaria menimbulkan keluhan-keluhan pada traktus urinarius, sepertiperubahan

frekuensi miksi sampai dengan keluhan retensio urin hingga dapat menyebabkan hidroureter dan

hidronefrosis. Konstipasi dan tenesmia juga merupakan keluhan pada penderita mioma uteri

yang menekan rektum. Dengan ukuran yang besar berakibat penekanan pada vena-vena di regio

pelvis yang bisa menimbulkan edema tungkai.

Gejala akibat Komplikasi

- Degenerasi ganas

Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh kasus

mioma uteri serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru

ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Komplikasi ini dicurigai jika

ada keluhan nyeri atau ukuran tumor yang semakin bertambah besar terutama jika dijumpai pada

penderita yang sudah menopause

- Anemia

Anemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami perdarahan

pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus mioma uteri akan mengakibatkan

anemia defisiensi besi.

- Torsi

26
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut

sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian timbul sindroma abdomen akut, mual, muntah

dan syok

- Infertilitas

Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis

tuba, sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena

distorsi rongga uterus. Penegakkan diagnosis infertilitas yang dicurigai penyebabnya adalah

mioma uteri maka penyebab lain harus disingkirkan

3.7. Penegakan diagnosis

1. Anamnesis

Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor resiko serta

kemungkinan komplikasi yang terjadi.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga dengan

pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit.

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan uterus yang

berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah

27
darah lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan

keluhan pasien.

b. Imaging

1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada uterus. Mioma uteri

berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat

tumor dengan kalsifikasi.

2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh ke arah kavum

uteri pada pasien infertil.

3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri, namun biaya

pemeriksaan lebih mahal. Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen di bagian

bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma submukosum yang

dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri; mioma intramural harus dibedakan dengan

suatu adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri. USG

abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis.

3.8. Penatalaksanaan

- penatalaksanaan konservatif

Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :

- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.

- Monitor keadaan Hb

- Pemberian zat besi

28
- Penggunaan agonis GnRH, agonis GnRH bekerja dengan menurunkan regulasi gonadotropin

yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Akibatnya, fungsi ovarium menghilang dan diciptakan

keadaan ”menopause” yang reversibel. Sebanyak 70% mioma mengalami reduksi dari ukuran

uterus telah dilaporkan terjadi dengan cara ini, menyatakan kemungkinan manfaatnya pada

pasien perimenopausal dengan menahan atau mengembalikan pertumbuhan mioma sampai

menopause yang sesungguhnya mengambil alih. Tidak terdapat resiko penggunaan agonis GnRH

jangka panjang dan kemungkinan rekurensi mioma setelah terapi dihentikan tetapi, hal ini akan

segera didapatkan dari pemeriksaan klinis yang dilakukan.

- Penanganan operatif

Indikasi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :

- Perdarahan pervaginam abnormal yang memberat

- Ukuran tumor yang besar

- Ada kecurigaan perubahan ke arah keganasan terutama jika pertambahan ukuran tumor setelah

menopause

- Retensio urin

- Tumor yang menghalangi proses persalinan

- Adanya torsi.

29
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :

- Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus .

Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma uteri secara umum. Suatu studi

mendukung miomektomi dapat dilakukan pada wanita yang masih ingin be reproduksi tetapi

belum ada analisa pasti tentang teori ini tetapi penatalaksanaan ini paling disarankan kepada

wanita yang belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan.

- Histerektomi

Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim, baik

sebahagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri.

Histerektomi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan pendekatan perabdominal

(laparotomi), pervaginam, dan pada beberapa kasus secara laparoskopi. Tindakan histerektomi

pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus. Tindakan histerektomi pada pasien dengan

mioma uteri merupakan indikasi bila didapatkan keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan

obstruksi pada traktus urinarius, dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14

minggu.Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu total abdominal

histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal histerektomi (STAH). Masing-masing prosedur

histerektomi ini memiliki kelebihan dan kekurangan. STAH dilakukan untuk menghindari risiko

operasi yang lebih besar, seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung

kemih dan rektum. Namun dengan melakukan STAH akan menyisakan serviks, dimana

kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Dengan menyisakan serviks, menurut

penelitian didapatkan data bahwa terjadinya dyspareunia akan lebih rendah dibandingkan dengan

30
yang menjalani TAH sehingga akan tetap mempertahankan fungsi seksual. Pada TAH, jaringan

granulasi yang timbul pada vagina dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan

perdarahan pasca operasi dimana keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani

STAH.Tindakan histerektomi juga dapat dilakukan melalui pendekatan vagina, dimana tindakan

operasi tidak melalui insisi pada abdomen. Histerektomi pervaginam jarang dilakukan karena

uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Secara

umum, histerektomi vaginal hampir seluruhnya merupakan prosedur operasi ekstraperitoneal,

dimana peritoneum yang dibuka sangat minimal sehingga trauma yang mungkin timbul pada

usus dapat diminimalisasi. Selain itu, kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi juga

lebih minimal. Masa penyembuhan pada pasien yang menjalani histerektomi vaginal lebih cepat

dibandingkan dengan yang menjalani histerektomi abdominal . Kriteria menurut American

College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk histerektomi adalah sebagai berikut :

- Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan dikeluhkan

oleh pasien.

- Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan bergumpal-gumpal atau

berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.

- Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut, rasa tertekan

punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan penekanan pada vesika urinaria

mengakibatkan frekuensi miksi.

- Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil

Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia dan

observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai apabila janin imatur.

31
Namun, pada torsi akut atau perdarahan intra abdomen memerlukan interfensi pembedahan.

Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan

letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik yang sering.

32
Daftar pustaka

- Darmasetiawan SM dkk, Penggunaan Padanan Hormon Pelepas Gonadotropin

Agonis (GNRH-A). Pada Kasus Fibroma Uterus dalam Majalah Kedokteran

Indonesia, vol. 45, No. 8, IDI, Jakarta.

- Hadibroto BR, 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 38 No. 3

September 2005. Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, RSUD H. Adam Malik Medan. Available from :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15576/1/mkn-sep2005.pdf

(Accessed on July 20, 2012)

- Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo d/a Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI. Jakarta.

- Lacey, C.G., Benign Disorders of the Uterine Corpus, Current Obstetric and

Gynecologic Diagnosa and Treatment, 6th ed, Aplleten & Lange, Norwalk

Connectient, California, Los Atlas, 2007, p : 657-62.

- Marjono B. A. et all., 2008. Tumor Ginekologi. Available from :

http://www.geocities.com. (Accessed : November 21, 2008). Manuaba IBG,

Tumor Jinak pada Alat-alat Genital, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &

Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta, p : 409-12.

- Moeloek, F.A., Hudono, S.Tj., Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan, Ilmu

Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2004, p : 401-27.

- Muzakir. 2008. Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Provinsi

Riau Periode 1 Januari-31 Desember 2006.

- Santon, R., Duenhoelter, J.H., Massa pelvis, Gynecology, EGC, Jakarta

33

Potrebbero piacerti anche