Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
INFERTILITAS
Oleh
2021
Penulis
PENDAHULUAN
oleh faktor perempuan, laki-laki, maupun keduanya. Infertilitas dapat juga tidak
kesulitan mendapatkan anak adalah sekitar 10%. Kondisi ini makin lama makin
mengalami kesulitan untuk hamil adalah 15% di usia 30-34 tahun, 30 % di usia 35-
Banyak faktor yang terkait dengan kesulitan untuk hamil tersebut, faktor
tersebut 40% terkait dengan faktor istri, 40% terkait dengan faktor suami, 10%
terkait dengan faktor gabungan suami istri, dan sisanya terkait dengan faktor-
faktor lain yang sering kali sulit untuk ditemukan penyebabnya atau disebut
hal ini, selain ahli ginekologi dilibatkan pula ahli endokrinologi reproduksi,
andrologi biologi, radiologi, psikologi, dan lain-lain. Oleh karena sifatnya yang
tatalaksana.
TINJAUAN PUSTAKA
rutin.
pemeriksaan standar meliputi tes ovulasi, patensi tuba, dan analisis semen dengan
hasil normal.3
1. Infertilitas primer
2. Infertilitas sekunder
Infertilitas sekunder yaitu jika istri pernah hamil, akan tetapi kemudian
kesulitan mendapatkan anak adalah sekitar 10%. Kondisi ini makin lama makin
meningkat.
e. Berat badan : semakin tinggi berat badan (BMI) semakin besar kejadian
siklus hormonal.5
a. Masalah vagina
disebabkan oleh liang vagina yang kecil, kontraksi otot pubokoksigeus yang
b. Masalah serviks
c. Masalah uterus
d. Masalah tuba
karena tuba berperan di dalam proses transpor sperma, kapasitas sperma dalam
proses fertilisasi, dan transport embrio. Adanya kerusakan atau kelainan tuba
tuba yang normal, pengambilan ovum, dan pengangkutan telur yang telah
pelvis.
Amerika Serikat, penyebab penyakit tuba yang paling sering adalah infeksi
e. Masalah ovarium
21-35 hari, dengan rata-rata selama 28 hari. Sebagian besar perempuan dengan
siklus haid normal akan menunjukkan siklus haid yang berovulasi. Untuk
yang seringkali dijumpai pada kasus infertilitas. Saat ini untuk menegakkan
diagnosis sindrom ovarium polikistik jika ditemukan dari tiga gejala di bawah
ini:
Selain itu, gangguan ovulasi juga dapat disebabkan oleh penyakit seperti
pasangan suami istri atau salah satunya memiliki kebiasaan merokok atau minum
minuman beralkohol. Perlu juga diketahui apakah salah satu pasangan menjalani
Selain itu juga harus ditanya mengenai lama menikah, usia menikah,
kelamin, riwayat penyakit infeksi alat reproduksi dan riwayat penyakit sistemik.1
Pihak perempuan harus ditanyai mengenai saat dia mengalami pubertas dan
menarke. Riwayat haid harus meliputi lama siklus, durasi dan jumlah perdarahan,
serta dismenorea atau gejala prahaid yang menyertai. Riwayat amenore atau
atau pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim dapat menyebabkan penyakit pada
riwayat hirsutisme yang muncul saat pubertas atau hirsutisme yang cepat
infertilitas adalah pengukuran tinggi badan, penilaian berat badan, dan pengukuran
lingkar pinggang. Perempuan dengan indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 25
kg/m2 termasuk dalam kelompok kriteria berat badan lebih. Hal ini memiliki
kaitan yang erat dengan sindrom metabolik. IMT yang kurang dari 19 kg/m2 sering
dikaitkan dengan penampilan pasien terlalu kurus dan perlu dipikirkan adanya
Pembesaran tiroid, galaktorea, ukuran dan mobility alat reproduktif dan infeksi
a) Pemeriksaan ovulasi
Tes yang paling tepat untuk mendeteksi ovulasi adalah konsentrasi serum
menegaskan ovulasi terjadi dalam siklus itu. Jika didapat nilai yang lebih
1) Histerosalphingografi
akan melimpah ke dalam kavum peritonei jika tuba paten, dan penilaian
tentang seluk beluk kavum uteri, patensi tuba, dan juga peritoneum.4
2) Histeroskopi
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan apabila diduga terdapat infeksi akut rongga
secara gross dan mikroskopik. Ada dua parameter yang digunakan yaitu Tes
1) Tes Fern
Pelaksanaan Tes Fern dilakukan dengan cara mengoles sampel lendir pada
bentuk daun pakis akan lebih jelas apabila diambil sampel lendir pada
Gambar 2.4 Lendir serviks yang memberi reaksi Fern positif membentuk
gambaran daun pakis (foto sebelah kiri) dan lendir serviks yang reaksi Fern
2) Tes Spinnbarkeit
diambil pada waktu mendekati ovulasi diletakkan di antara dua kaca gelas
(atau di antara dua jari). Apabila kedua kaca gelas ini dijauhkan, lendir serviks
terpisah.10
dan lendir serviks. Evaluasi infertilitas rutin termasuk uji pasca senggama
sejumlah kecil lendir serviks diperoleh. Lendir serviks tadi dioles pada kaca
gelas, dilakukan Tes Spinnbarkheit (elastisitas) dan Tes Fern, dan diperiksa
pandang.11
dengan daya rendah (x 100) dan lensa daya tinggi (x 400). Lendir dianggap
dalam kondisi baik jika banyak (> 0,3 ml), sangat ductile (> 10 cm) dan
tergantung pada apakah spermatozoa yang maju kedepan ada atau tidak ada
per lapang pandang (daya tinggi). Jika jumlah lendir tidak adekuat, tes
hasil normal.11
1) Anamnesis.
Riwayat suhu tinggi > 38°C dapat menekan spermatogenesis sampai masa
6 bulan.
ditanyakan.
MUMPS / parotitis dengan orkitis pada masa pubertas, cedera testis, torsi
2) Pemeriksaan fisik
diperhatikan.
3) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan dasar yang wajib dikerjakan pada pasangan suami istri dengan
Sediaan diambil setelah abstinensia sedikitnya 48 jam dan tidak lebih dari
7 hari
Oleh karena variasi yang besar dalam produksi semen dapat terjadi pada
kedua pemeriksaan tersebut tidak boleh kurang dari 7 hari atau kurang
dari 3 bulan
dalam waktu satu jam setelah dikeluarkan dan jika motilitas sperma
sangat rendah (< 25% bergerak maju terus), sediaan kedua harus diperiksa
secepatnya.
spermatisid.
paling banyak akan hilang. Selain itu juga akan terjadi kontaminasi seluler
dan bakteri pada siapan serta dapat terjadi pula pengaruh kurang baik
a. Pemeriksaan Makroskopis
1) Warna
karena radang saluran kencing atau abstinensia terlalu lama. Warna merah
2) Volume
Cairan semen yang ditampung diukur dan diukur dengan gelas ukur, dan
dikatakan normospermi bila volumeya normal, yaitu 2-6 ml, dengan harga
rata-rata 2-3,5 ml. Aspermi bila tidak keluar sperma pada waktu ejakulasi.
Hiperspermi bila volume lebih dari 6 ml. Hipospermi bila volume kurang
3) Bau
oksidasi dari spermia yang diproduksi oleh prostat. Semen dapat berbau busuk
4) PH
biasanya sifatnya sedikit alkalis. Semen yang terlalu lama akan berubah
PHnya. Pada infeksi akut kelenjar prostat, Phnya berubah menjadi di atas 8
5) Viskositas
Dengan pipet pastur: Semen diisap ke dalam pipet tersebut, pada waktu
pipet diangkat maka akan tertinggal semen berbentuk benang pada ujung
dalam posisi tegak, lalu diukur waktu yang diperlukan setetes semen
untuk lepas dari ujung pipet tadi. Angka normal adalah 1-2 detik.1
6) Likuefaksi
Semen normal pada suhu ruangan akan mengalami likuefaksi dalam waktu 60
menit. Pada beberapa kasus, likuefaksi lengkap tidak terjadi dalam 60 menit.
Hal ini tidak memiliki makna secara klinis. Bila ditemukan akan sangat
pencampuran enzimatis.1
b. Pemeriksaan mikroskopis
besar WHO dan beberapa ahli berpendapat motilitas dianggap normal bila
50% atau lebih bergerak maju atau 25% atau lebih bergerak maju dengan
seperti roket.1
3) Kecepatan
1/20 mm, pada keadaan normal dibutuhkan 1-1,4 detik, ini disebut
normokinetik.1
4) Morfologi
leher, tanpa adanya sitoplasmik “droplets” dan bentuk ekor. Semen yang
besar adalah neutrofil. Jumlah leukosit yang tinggi ( lebih dari 106/ml)
masase prostat dan USG. Pada cairan prostat yang didapat dengan masase
inflamasi prostat.1
segi spermatogenesis dan sel epitel dari uretra dan vesica urinaria,
pemeriksaan semen.
Kriteria Jumlah
PH 7,2-7,8
total/ejakulat
Uji butir imun Perlekatan butir imun pada kurang dari 10%
sperma
normal
Azoospermia - -
spermatozoa
langsung dirujuk ke pusat layanan kesehatan yang lebih tinggi tanpa dilakukan
dokter swasta, maka pemeriksaan infertilitas adasar yang bisa dilakukan pada pusat
pemeriksaan pelengkap untuk menilai kondisi potensi kedua tuba Fallopii yang
pemeriksaan radiologis dengan menggunakan sinar-X dan zat kontras yang pada
berikut:
dimulai pada hari ke-3 siklus haid selama 5 hari. Dosis dimulai dengan
Monitoring setelah pemberian adalah suhu basal badan dan kadar LH urin.
terjadi ovulasi.8
menjadi estron dan testosteron (T) menjadi estradiol. Salah satu obat dari
pemberian adalah 2,5 mg perhari mulai hari ke-3 siklus haid selama 5
hari.8
Indikasi lain pemberian obat induksi ovulasi adalah infertilitas yang tak
terjelaskan (unexplained infertility). Hal ini merupakan terapi empirik, dan bila
medisinalis endometriosis terbukti dapat mengurangi rasa nyeri namun belum ada
penelitian acak melaporkan bahwa penggunaan progestin dan agonis GnRH tidak
Gonadotropin (3 siklus)
Metformin-klomifen (3 siklus)
II
IUI (6 siklus)
a) Hipospermia
Volume semen disebut hiposperma jika kurang dari 1,5 ml, yang
stres ; retrograde ejaculation dapat diberi terapi obat atau terapi khusus
b) Hiperspermia
a) Polizoospermia
atau filtrasi.1
b) Oligozoospermia
Kualitas spermatozoa abnormal jika motilitas baik dan cukup, tetapi morfologi
normal kurang dari 50%. Terapi gangguan kualitas ini dapat berupa
medikamentosa, yaitu :
ATP
Phosph6lipid esensial
Antibiotika
Vitamin E + Vit B
Pentoksifilin
sperm washing dan sperm swim up. Jika masih belum memberikan hasil yang
1) Inseminasi Buatan
tube fallopian (intratubal) wanita dengan menggunakan cara buatan dan bukan
Dilihat dari asal sperma yang digunakan, inseminasi buatan dapat dibagi
dua, yaitu:
b. Inseminasi buatan dengan donor sperma (bukan sperma suami) atau AID
ICI relatif cepat dan tidak menyakitkan. Sperma yang berasal dari donor
pembuahan.1
IUI sangat efektif digunakan oleh pasangan infertil yang tidak mengenal
jelas penyebab dari masalah infertil tersebut, misalnya pada pria yang
dalam media biak. Setelah terjadi pembuahan pada masa embrio stadium
2-4 sel, lalu di transfer ke dalam rahim. Dalam hal ini peranan tuba tidak
kondisi ini salah satu tuba pasien harus dalam keadaan normal. Indikasi GIFT ini
infertility.
bentuk zygote dan di transferkan ke dalam tuba. Indikasi ZIFT ini adalah
kemudian menurun perlahan-lahan sampai usia 30 tahun, dan setelah itu menurun
dengan cepat. Sedangkan fertilitas maksmial pria dicapai pada umr 24-25 tahun.
Hampir pada setiap golongan umur pria kemungkinan terjadinya kehamilan dalam
senggama.11
kehamilan kepada lebih dari 50% pasangan, walaupun masih selalu ada 10-20%
harus hidup tanpa anak, atau memperoleh anak dengan jalan lain, umpamanya