Sedangkan kelemahan data checkshot adalah resolusinya tidak sedetail sonic. Untuk
menutupi kelemahan satu sama lain ini, maka kita melakukan koreksi dengan
memproduksi sonic corrected checkshot. Besarnya koreksi checkshot terhadap sonic
disebut dengan DRIFT.
*) Sonic corrected checkshot (data sonic dikoreksi oleh check shot): hal ini dilakukan karena
diantaranya terjadi perbedaan orientasi ray path (jejak sinar). Jejak sinar seismik pada
survey checkshot relatif tegak lurus terhadap perlapisan batuan sedangkan sonic
cenderung sejajar. Perbedaan ini menghasilkan perbedaan waktu tempuh yang kita kenal
dengan drift curve
sebagai penerjemah domain kedalaman data-data sumur ke dalam domain waktunya data
seismik.
Sebenarnya penerjemahan domain kedalaman ke dalam domain waktu dapat dilakukan
oleh data sumur yaitu log sonic. Log sonic berupa pengukuran transit time yang disingkat
DT dapat diubah menjadi log kecepatan sonic. Kecepatan sonic inilah yang mampu
menerjemahkan domain kedalaman ke dalam domain waktu. Akan tetapi, kecepatan sonic
dalam well seismic tie mempunyai beberapa kelemahan sehingga masih diperlukan data
kecepatan lain yang diperoleh sebagaimana data seismik diperoleh yaitu data checkshot.
Adapun kelemahan data sonic sehingga masih diperlukan data checkshot adalah:
data sonic mengukur volume batuan tidak sebagaimana data seismik mengukur
kandungan frekuensi data sonic jauh lebih tinggi dibandingkan data seismik
resolusi vertikal data sonic jauh lebih tinggi dibandingkan data seismik
Checkshot
and
computed
result
sonic
corrected
checkshot
Sinthetic
seismogram
seismik
Di sini kita akan menghitung bagaimana data checkshot diperoleh (perhatikan Gambar 1).
Parameter yang sudah diketahui adalah
offset: jarak antara sumur dengan source
TVD-SRC: kedalaman receiver dengan ketinggian source terhadap MSL sebagai datumnya
FB: waktu first break yaitu waktu tempuh gelombang langsung yang ditangkap oleh receiver
QC Checkshot survey?
QC utama yang harus dilakukan pada rekaman Check-Shot adalah kejelasan first break
yang bersih dari noise baik untuk komponen X,Y ataupun Z dan peningkatan waktu
tempuh sejalan dengan penambahan kedalaman (jika posisi lubang bor vertikal atau
miring). Hal ini akan berbeda jika pada horizontal well. Kualitas data dipengaruhi oleh
kesehatan alat, coupling antara alat dan lubang bor, kehadiran gerowong yang berada
dibalik casing, dll.
VSP
Measure first break and reflected
event
Smaller interval
Records are in longer duration and
record full waveform
Record have variable gain
Multiple sources
High resolution data (more accurate)
The vertical distance between VSP
traces should not exceed one-half of
min, where min is the shortest
wavelength contained in the recorded
VSP wavefield.
Zero offset
VSP
Offset VSP
Zero offset
VSP
Offset VSP
Posisi source A
baik digunakan
untuk receiver
pada posisi Z1
karena arah
gelombang tegak
lurus
The time-depth calibration
function and velocity analyses
that can be calculated from
checkshot measurements are
more reliable if each sourcereceiver travel path is a vertical
straight line rather than an
oblique, refracted
path.[2] Consequently, if a well is
deviated, then the surface
position of the source should be
readjusted each time the
downhole receiver is moved to a
new depth level, as shown
in Figure 2, so that the travel
path always remains as vertical
as possible.
Posisi source B
baik digunakan
untuk receiver
pada posisi Z2
karena arah
gelombang tegak
lurus
One of the travel paths is usually a
better approximation of a straight
line than the other. For example,
in Figure 3, source position A is
preferred when the receiver is at
depth Z1 but source position B is
the better choice for a receiver at
depth Z2. Usually, the traveltimes
measured for sources A and B are
simply averaged at each receiver
depth because the structural dips
and formation velocities are rarely
known with enough precision to
predetermine which travel path is
the better approximation of a
straight line.