Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Pembimbing:
dr. Andy Soemara, Sp.KJ
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Maranatha
RS Immanuel Bandung
2019
Gangguan Terkait Penggunaan
Zat dan Adiksi
10 Jenis zat
- Alkohol
- Kafein
- Kanabis
- Zat-zat halusinogen
- Inhalan
- Opioids
- Sedatif, hypnotik, dan ansiolitik
- Stimulan
- Tembakau
- Zat lainnya
• Dikonsumsi berlebih > aktivasi sistem brain reward > penguatan
tindakan dan produksi dari ingatan.
2 Kelompok
1. Kelainan pengguna zat
• Kriteria A :
– Gangguan kontrol
– Gangguan sosial
– Penggunaan berisiko
– Kriteria farmakologis
Kriteria Gangguan Kontrol
• 1 : penggunaan zat makin lama makin
banyak/lebih lama dari yang dibayangkan
• 2 : ingin mengurangi/menghentikan
penggunaan narkoba tetapi tidak bisa
• 3 : menghabiskan banyak waktu untuk
memperoleh bahan, menggunakan, atau pulih
dari efeknya
• 4 : ketagihan. Nafsu keinginan mendesak
Kriteria Gangguan Sosial
• 5 : kegagalan memenuhi kewajiban peran
utama di tempat kerja, sekolah, rumah
• 6 : tetap meneruskan penggunaan, meski
hubungan/relasi dengan orang sekitar menjadi
bermasalah karenanya
• 7 : tidak lagi melakukan kewajiban utama
social, okupasional ataub rekreasional karena
penggunaan
Penggunaan Berisiko
• 8 : Terus menggunakan zat, lagi dan lagi,
meski tahu akan bahayanya
• 9 : Melanjutkan penggunaan, meski ada
masalah fisik dan psikologik yang diakibatkan
atau diperburuk oleh penggunaan zat
Kriteria Farmakologis
• 10 : Meningkatkan jumlah pemakaian untuk
mendapatkan efek yang sama dengan
sebelumnya (toleransi)
• 11 : Simptom putus zat, yang akan dapat
diatasi dengan penggunaan zat yang makin
banyak.
Tingkat Keparahan dan Penentu
• Gangguan terkait penggunaan zat :
– Ringan : 2-3 gejala
– Sedang : 4-5 gejala
– Berat : >6 gejala
1. Alkohol digunakan dalam jumlah > besar/waktu > lama dibanding yang
telah ditentukan sebelumnya.
2. Terdapat keinginan berulang atau upaya gagal mengontrol penggunaan
alkohol.
3. Banyak waktu yang digunakan untuk beraktivitas yang Terkait
mendapatkan alkohol, menggunakan alkohol, atau memulihkan dari efek-
efeknya.
4. Keinginan kuat menggunakan alkohol.
5. Penggunaan alkohol berulang menyebabkan kegagalan dalam memenuhi
kewajiban di dalam pekerjaan, sekolah, atau rumah. school, or home.
6. Meneruskan penggunaan alkohol meskipun telah mengalami
permasalahan sosial atau interpersonal yang berulang yang diakibatkan oleh
alkohol.
7. Aktivitas penting terkait sosial pekerjaan atau rekreasi menjadi
tertinggal atau berkutang dikarenakan penggunaan alkohol.
8. Penggunaan alkohol berulang dalam situasi yang secara fisik berbahaya.
9. Meneruskan penggunaan alkohol meskipun telah mengetahui terjadi
permasalahan fisk dan psikologi secara berulang yang diakibatkan atau
diperparah oleh alkohol.
Intoksikasi kafein
Putus kafein
Gangguan yang diinduksi kafein lainnya
Gangguan terkait kafein yang tidak tergolongkan
INTOKSIKASI KAFEIN 305.90
(F15.929)
Kriteria Diagnosis
A. Konsumsi kafein yang baru-baru dilakukan (biasanya dalam dosis tinggi
melebihi 250 mg)
B. 5 atau lebih gejala yang berkembang selama, atau setelah penggunaan kafein:
1. Gelisah. 2. Gugup. 3. Kegembiraan. 4. Insomnia. 5. Muka memerah. 6.
Diuresis. 7. Gangguan gastrointestinal. 8. Otot yang berkedut. 9. Cara berpikir
dan bicara yang tidak teratur. 10. Tachycardia atau cardiac arrhythmia. 11.
Periode waktu dimana tidak merasa letih-letih. 12. Agitasi psikomotor.
C. Gejala pada Kriteria C dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan klinis
yang signifikan dalam sosial, pekerjaan, atau area fungsional penting lainnya.
D. Tanda atau gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis lainnya dan tidak boleh
dijelaskan sebagai gangguan mental lainnya dan tidak boleh dijelaskan
sebagai gangguan mental lainnya, termasuk intoksikasi oleh zat lain.
• Kafein dapat dikonsumsi dari berbagai sumber
berbeda, termasuk kopi, teh, minuman soda
berkafein, minuman berenergi, obat-obat
analgesik dan pilek tanpa resep, energy aids,
weight-loss aids dan coklat. Kafein juga menjadi
lebih sering digunakan pada vitamin aditif dan
produk-produk makanan. Lebih dari 85% anak-
anak dan orang dewasa mengonsumsi kafein
secara reguler. Beberapa pengguna kafein
menunjukan gejala yang konsisten terhadap
penggunaan yang bermasalah, termasuk
toleransi dan Putus.
• Fitur utama dari intoksikasi kafein adalah konsumsi kafein yang baru
dilakukan dan 5 atau lebih gejala yang berkembang selama atau setelah
penggunaan kafein (Kriteria A dan B).
• Gejala tersebut diantaranya kegelisahan, kegugupan, kegembiraan,
insomnia, muka memerah, diuresis, dan gangguan gastrointestinal, yang
dapat muncul pada dosis rendah (cth. 200 mg) dalam individu yang rentan
seperti anak-anak, orang tuaa, dan individu yang belum pernah terekspos
pada kafein sebelumnya. Gejala yang muncul pada tingkatan lebih dari 1 gr
per hari termasuk otot yang berkedut, cara berpikir dan bicara yang tidak
teratur, tachycardia atau cardiac arrhythmia, periode waktu dimana tidak
merasa letih-letih, agitasi psikomotor. Intoksikasi kafein bisa saja tidak
terjadi meskipun penggunaan dalam jumlah banyak, yang disebabkan oleh
perkembangan toleransi.
• Tanda atau gejala dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan klinis yang
signifikan dalam sosial, pekerjaan, atau area fungsional penting lainnya
(Kriteria C). Tanda atau gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis lainnya
dan tidak boleh dijelaskan sebagai gangguan mental lainnya (cth.gangguan
kecemasan) atau intoksikasi dari zat lain.
Fitur Terkait yang Mendukung Diagnosis
Gangguan sensory ringan (cth. Telinga yang berdenging dan
kilatan cahaya) dapat muncul pada dosis kafein yang tinggi.
Walaupun dosis kafein tinggi dapat meningkatkan detak
jantung, dosis yang lebih kecil dapat melambatkan detak
jantung. Mengenai apakah penggunaan kafein yang berlebih
dapat menyebabkan sakit kepala belum jelas. Dalam pengujian
fisik, agitasi, kegelisahan, berkeringat, tachycardia, muka
memerah dan peningkatan motilitas usus dapat terjadi. Tingkat
kafein dalam darah dapat menunjukan informasi penting untuk
diagnosis, terutama ketika individu memiliki riwayat yang
buruk, walaupun tingkatan ini tidak didiagnosa sendiri dalam
konteks variasi respon individu terhadap kafein.
• Gejala intoksikasi kafein biasanya berkurang pada hari
pertama dan lebih, atau diketahui tidak memiliki
konsekuensi yang cukup lama. Akan tetapi, individu yang
mengonsumsi dosis kafein tinggi (cth. 5-10 g) dapat
membutuhkan perhatian medis dikarenakan dosis tersebut
dapat mematikan. Dengan pertumbuhan usia, indvidu
cenderung meningkatkan reaksi intens terhadap kafein,
dengan komplain yaang lebih banyak yang berkaitan dengan
gangguan tidur atau perasaan hyperarousal. Intoksikasi
kafein pada individu yang lebih muda setelah mengonsumsi
produk berkafein, termasuk minuman berenergi telah
diobservasi. Anak-anak dan remaja memiliki kerentanan
pada risiko intoksikasi kafein yang disebabkan berat badan
rena, kurangnya toleransi dan kurangnya pengetahuan
mengenai efek farmalogis dari kafein.
Prevalensi
• Prevalensi Prevalensi of intoksikasi kafein pada
populasi umum masih belum jelas. Di A.S.,
kira-kira sebanyak 7% individu dari populasi
pernah mengalami 5 atau lebih gejala yang
diiringi oleh gangguan fungsional yang
merujuk pada diagnosis intoksikasi kafein.
Faktor Risiko dan Prognosis Environmental
6. Penggunaan halusinogen tetap berjalan meskipun memiliki masalah sosial atau interpersonal
yang disebabkan atau diperparah oleh efek dari halusinogen (misalnya, argumen dengan
pasangan tentang konsekuensi intoksikasi; perkelahian fisik).
8. Penggunaan halusinogen berulang dalam situasi di mana secara fisik berbahaya (misalnya,
mengendarai mobil atau mengoperasikan mesin ketika terpengaruholeh halusinogen).
9. Penggunaan halusinogen dilanjutkan meskipun tahu dapat menyebakan masalah fisik atau
psikologis persisten atau berulang yang disebabkan atau diperparah oleh halusinogen.
10. Toleransi, sebagaimana didefinisikan oleh salah
Catatan : Gejala-gejala dan tanda-tanda putus tidak ditetapkan untuk halusinogen, sehingga kriteria ini tidak
berlaku.
Penentuan Hallucinogen Tertentu
• ditentukan apabila:
– Pada remisi awal : Setelah lengkap memenuhi kriteria gangguan penggunaan halusinogen lainnya,
tidak ada kriteria untuk gangguan penggunaan halusinogen lainnya telah terpenuhi setidaknya
selama 3 bulan tetapi kurang dari 12 bulan (dengan pengecualian bahwa Kriteria A4, “Keinginan,
atau kemauan yang kuat). atau mendesak untuk menggunakan halusinogen, "dapat muncul).
– Pada remisi berkelanjutan : Setelah kriteria lengkap untuk gangguan penggunaan halusinogen
lainnya adalah sebelumnya telah terpenuhi, tidak ada kriteria untuk gangguan penggunaan
halusinogen lainnya telah terpenuhi kapan saja selama jangka waktu 12 bulan atau lebih (dengan
pengecualian bahwa Kriteria A4, “Keinginan, atau kemauan yang kuat atau dorongan untuk
• Pengkodean berdasarkan tingkat keparahan saat ini : Catatan untuk kode ICD-10-CM : Jika intoksikasi
halusinogen atau gangguan mental terkait induksi halusinogen lain juga muncul , jangan gunakan kode di
bawah ini untuk gangguan penggunaan halusinogen. Sebaliknya, gangguan penggunaan halusinogenik
komorbid diindikasikan pada karakter ke-4 dari kode gangguan terkait induksi halusinogen (lihat catatan
pengkodean untuk intoksikasi halusinogen atau gangguan mental terkait induksi halusinogen). Misalnya, jika
ada gangguan psikotik dan gangguan penggunaan halusinogen terkait induksi hallucinogen, hanya kode
gangguan psikotik terkait induksi halusinogen yang diberikan, dengan karakter ke-4 yang menunjukkan apakah
gangguan penggunaan halusinogen komorbid ringan, sedang, atau berat: F16.159 untuk gangguan penggunaan
halusinogen ringan dengan gangguan psikotik terkait induksi hallucinogen atau F16.259 untuk gangguan
penggunaan halusinogen sedang atau berat dengan gangguan psikotik terkait induksi oleh halusinogen.
Penentu Tingkat Keparahan:
remisi lebih lanjut jika individu tersebut baik dalam remisi dan
Contoh dari lingkungan ini diawasi dengan penjara bebas zat yang
berbeda, namun menghasilkan perubahan persepsi, suasana hati, dan kognisi yang sama.
indoleamines, termasuk psilocybin (yaitu, psilocin) dan dimethyltryptamine (DMT); dan ergolines, seperti LSD
(lysergic acid diethylamide) dan biji morning glory. Selain itu, berbagai senyawa ethnobotanical lainnya
diklasifikasikan sebagai "halusinogen," di mana Salvia divinorum dan jimsonweed adalah contohnya. Yang tidak
termasuk ke dalam kelompok halusinogen adalah ganja dan senyawa aktifnya, delta-9 tetrahydrocannabinol (THC)
(lihat bagian "Gangguan Terkait Ganja"). Zat ini dapat memiliki efek halusinogen tetapi didiagnosis secara terpisah
• Halusinogen biasanya digunakan secara oral , meskipun beberapa bentuk dihirup (misalnya, DMT,salvia) atau
MDMA) memiliki waktu paruh yang panjang dan durasi yang diperpanjang sehingga
dan/atau memulihkan diri dari efek obat-obatan ini. Namun, obat halusinogen
lainnya (misalnya, DMT, salvia) adalah zat yang beraksi dalam waktu pendek.
telah dilaporkan memiliki efek otonom dan psikologis. Toleransi silang ada antara
LSD dan halusinogen lainnya (cth., Psilocybin, mescaline) tetapi tidak meluas
oleh sifat halusinogen dan stimulansnya. Masalah psikologis dan fisik telah sering
0,1% di antaranya merupakan orang dewasa yang berusia 18 tahun dan lebih di Amerika Serikat.
Tingkatnya menjadi lebih tinggi pada pria dewasa (0,2%) dibandingkan dengan wanita (0,1%),
tetapi sebaliknya diamati pada sampel remaja usia 12-17, di mana tingkat 12 bulan sedikit lebih
lainnya.
• Belum banyak yang diketahui tentang gangguan
penggunaan halusinogen lainnya, tetapi umumnya
diduga memiliki tingkat insiden rendah,
persistensi rendah, dan tingkat pemulihan yang
tinggi. Remaja terutamanya berisiko untuk
menggunakan obat-obatan ini, dan diperkirakan
bahwa 2,7% anak muda berusia 12-17 tahun.
Faktor Risiko dan Prognosis
• Emosional. Pada remaja tetapi tidak selalu terjadi pada orang dewasa, penggunaan MDMA dikaitkan dengan tingkat
• Gangguan penggunaan zat lainnya, terutama alkohol, tembakau, dan ganja, dan gangguan depresi utama dikaitkan dengan
• Gangguan kepribadian antisosial dapat meningkat di antara individu yang menggunakan lebih dari dua obat lain selain
halusinogen, dibandingkan dengan rekan-rekan mereka dengan riwayat penggunaan yang kurang beragam.
• Penggunaan halusinogen spesifik (misalnya, salvia) sangat menonjol di antara individu yang berusia 18-25 tahun dengan
• Penggunaan ganja juga telah terlibat sebagai awal dari inisiasi penggunaan halusinogen (misalnya, ekstasi), bersama dengan
penggunaan awal alkohol dan tembakau. Penggunaan narkoba yang lebih tinggi oleh teman sebaya dan untuk mencari
sensasi tinggi juga dikaitkan dengan tingginya tingkat penggunaan ekstasi. Penggunaan MDMA / ekstasi dapat menandakan
• Genetik dan Fisiologis. Di antara anak laki-laki kembat, total varian karena genetika aditif telah diperkirakan berkisar antara
26% hingga 79%, dengan bukti yang tidak konsisten pada pengaruh lingkungan bersama.
Masalah Diagnosis Terkait Budaya
• Menurut sejarah, halusinogen telah digunakan sebagai bagian
dari praktik keagamaan, seperti penggunaan peyote di Gereja
Native Amerika dan di Meksiko.
(misalnya, amfetamin), terutama karena kontaminasi halusinogen dengan obat lain relatif
umum terjadi.
• Skizofrenia. Skizofrenia juga harus dikesampingkan, karena beberapa individu yang terkena
• Gangguan Mental atau Kondisi Medis lainnya. Gangguan atau kondisi potensial lainnya
yang perlu dipertimbangkan termasuk gangguan panik, depresi dan gangguan bipolar,
putus alkohol atau penenang, hipoglikemia dan kondisi metabolik lainnya, gangguan
ini menggunakan ekstasi, memiliki Prevalensi yang lebih tinggi dari gangguan penggunaan zat lainnya
• Individu yang menggunakan halusinogen menunjukkan peningkatan gangguan mental non-zat (terutama
kecemasan, depresi, dan gangguan bipolar), terutama dengan penggunaan ekstasi dan salvia.
• Tingkat gangguan kepribadian antisosial (tetapi bukan gangguan perilaku) secara signifikan meningkat di
antara individu dengan gangguan penggunaan halusinogen lainnya, seperti tingkat perilaku antisosial
dewasa.
• Baik orang dewasa maupun remaja yang menggunakan ekstasi cenderung lebih rentan daripada pengguna
narkoba lain untuk menjadi pengguna polydrug dan memiliki gangguan penggunaan narkoba lainnya.
INTOKSIKASI PHENCYCLIDINE
Kriteria Diagnosis
A. Penggunaan terkini dari phencyclidine (atau zat yang mirip secara farmakologi).
menyerang, impulsif, tidak dapat diprediksi, agitasi psikomotor, gangguan penilaian) itu
C. Dalam 1 jam, dua (atau lebih) dari tanda-tanda atau gejala berikut:
Catatan: Ketika obat dihisap, atau digunakan secara intravena, serangannya mungkin sangat cepat.
4. Ataxia.
1. Disartria.
2. Kekakuan otot.
4. Hiperakusis.
D. Tanda-tanda atau gejala-gejalanya tidak disebabkan oleh kondisi medis lain dan lebih baik
tidak dijelaskan oleh gangguan mental lainnya, termasuk Intoksikasi dengan zat lain.
• Catatan pengkodean: Kode untuk ICD-9-CM adalah 292,89. Kode ICD-10-CM
tergantung pada apakah ada gangguan penggunaan phencyclidine yang
komorbid. Jika gangguan penggunaan
2. Takikardia
3. Berkeringat
4. Palpitasi
5. Pandangan kabur
6. Tremor
7. Inkoordinasi
E. Tanda atau gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis lain dan lebih baik tidak
dijelaskan oleh gangguan mental lain, termasuk keracunan dengan zat lain.
• Catatan pengkodean: Kode untuk ICD-9-CM adalah 292,89. Kode ICD-
10-CM tergantung pada apakah ada gangguan penggunaan
hallucinogen komorbid. Jika gangguan penggunaan halusinogen ringan
komorbid, kode untuk ICD-10-CM adalah FI 6.129, dan jika gangguan
penggunaan halusinogenik sedang atau berat komorbid, kode untuk
ICD-10-CM adalah F16.229. Jika tidak ada gangguan penggunaan
hallucinogen komorbid, maka kode untuk ICD-10-CM adalah F16.929.
lebih tinggi di antara remaja berusia 18 hingga 25 tahun (9,2% untuk laki-
jenis kelamin (3,1% untuk kedua jenis kelamin). Angka-angka ini dapat
• Kondisi lainnya. Gangguan dan kondisi lain yang perlu dipertimbangkan termasuk
skizofrenia, depresi, putus dari obat lain (misalnya, obat penenang, alkohol),
tumor sistem saraf pusat, dan vascular insult. Gangguan persepi halusinogen yang
berulang.
GANGGUAN PERSEPI
HALUSINOGEN YANG BERULANG
Kriteria Diagnosis 292.89 (F16.983)
A. Setelah penghentian penggunaan halusinogen, individu dapat mengalami kembali satu atau
lebih gejala perseptual yang dialami saat intoksikasi dengan halusinogen (misalnya, halusinasi
geometrik, persepsi palsu gerakan di bidang visual periferal, kilatan warna, intensifkasi warna,
jejak gambar objek bergerak, afterimages positif, lingkaran cahaya di sekitar objek, macropsia
dan micropsia).
B. Gejala-gejala dalam Kriteria A menyebabkan gangguan atau kerusakan yang signifikan secara
C. Gejala-gejalanya tidak disebabkan oleh kondisi medis lain (misalnya, lesi anatomis dan infeksi
otak, epilepsi visual) dan tidak lebih baik dijelaskan dengan oleh gangguan mental lain
Penentuan inhalan tertentu: Jika memungkinkan, zat tertentu yang terlibat harus
diberi nama (misalnya, "gangguan penggunaan pelarut").
ditentukan apabila:
• Pada remisi awal: Setelah kriteria lengkap untuk gangguan penggunaan inhalan
sebelumnya bertemu,tidak ada kriteria untuk gangguan penggunaan inhalan yang
telah dipenuhi setidaknya selama 3 bulankurang dari 12 bulan (dengan
pengecualian bahwa Kriteria A4, "Keinginan, atau keinginan kuat atau keinginan
untuk menggunakan substansi inhalan," mungkin muncul).
• Pada remisi berkelanjutan: Setelah kriteria lengkap untuk gangguan penggunaan
inhalasi sebelumnyaterpenuhi, tidak ada kriteria untuk gangguan penggunaan
inhalan yang telah dipenuhi setiap saat selama ajangka waktu 12 bulan atau lebih
(dengan pengecualian bahwa Kriteria A4, “Keinginan, atau keinginan kuat atau
dorongan untuk menggunakan substansi inhalan, ”dapat muncul).
• Di dalam Lingkungan yang Terkontrol: Penentu tambahan ini digunakan jika
individu berada dalam suatu lingkungan di mana akses ke substansi inhalasi
dibatasi.
Pengkodean berdasarkan tingkat keparahan saat ini:
• Catatan untuk kode ICD-10-CM: Jika keracunan inhalan atau gangguan mental yang
diinduksi lainnya juga muncul, jangan gunakan kode di bawah ini untuk gangguan
pada karakter ke-4 dari kode gangguan yang diinduksi inhalan (lihat catatan pengkodean
untuk intoksikasi inhalan atau gangguan mental yang diinduksi inhalan spesifik). Sebagai
contoh, jika ada gangguan terkait induksi inhalan dan gangguan penggunaan inhalan,
hanya kode gangguan depresi yang diinduksi inhalasia yang diberikan, dengan karakter ke-
sedang, atau berat: F18.14 untuk gangguan penggunaan inhalan ringan dengan gangguan
depresi yang diinduksi inhalasi atau FI 8.24 untuk gangguan penggunaan inhalan sedang
• Episode intoksikasi yang berulang dengan hasil negatif pada layar obat
standar (yang tidak mendeteksi inhalan)
• Emosional
• Lingkungan
orang dewasa.
diri.
INTOKSIKASI INHALAN
Kriteria Diagnosis
A. Baru dilakukan secara sengaja atau tidak C. Dua (atau lebih) dari tanda atau gejala
sengaja dalam jangka pendek, penghirupan dibawah ini yang berkembang pada saat,
inhalan dengan dosis tinggi, termasuk atau tidak lama setelah, penggunaan atau
hidrokarbon yang mudah menguap seperti
penghirupan inhalan:
toluene atau bensin.
1. Rasa pusing.
B. Perubahan psikologis atau perilaku 2. Nistagmus (gerakan ritmik tanpa kontrol pada
problematis yang signifikan secara klinis mata).
(Contohnya sifat agresif, kasar, ketidakacuhan, 3. Inkoordinasi gerakan otot.
dan ganguan pengambilan keputusan) yang 4. Berbicara Cadel.
berkembang pada saat, atau tidak lama 5. Gaya berjalan yang tidak stabil.
setalah, penghirupan inhalan. 6. Pemalasan.
7. Gerakan refleks yang D. Tanda-tanda atau gejala
tertekan.
tersebut tidak disebabkan
8. Retardasi psikomotor.
oleh kondisi medis yang
9. Tremor.
lainnya, dan tidak
10. Lemahnya otot secara
umum. dijeaskan secara lebih baik
11. Penglihata kabur atau oleh gangguan mental
diplopia.
lainnya, seperti intoksikasi
12. Stupor atau koma.
oleh zat-zat lainnya.
13. Euforia.
Kode
• Kode dari ICD-9-CM adalah 292.89.
• Kode ICD-10-CM bergantung pada apakah ada gangguan
penggunaan inhalan komorbid.
– Gangguan penggunaan inhalan sedang adalah komorbid
(F18.129)
– Gangguan penggunaan inhalan moderat atau parah (F18.229)
– Jika tidak ada gangguan penggunaan inhalan komorbid (FI 8.929 )
Diagnosis
• Intoksikasi Inhalan gangguan mental yang signifikan
secara klinis dan Terkait inhalasi, yang berkembang pada
saat, atau langsung setelah, penghirupan zat hidrokarbon
yang mudah menguap, baik secara sengaja maupun tidak.
• Zat hidrokarbon yang mudah menguap gas beracun
dari lem, bahan bakar, cat, dan senyawa violatil lainnya
Fitur Terkait Lainnya yang Mendukung
Diagnosis
• intoksikasi inhalan dapat diindikasikan dengan bukti
kepemilikan, atau bau yang menempel, dari zat inhalan
(Contohnya lem, cat, tiner, bensin, pemantik butana)
• intoksikasi terlihat jelas terjadi pada orang-orang berusia 12-17
tahun, yang memiliki prevalansi tertinggi akan gangguan
penggunaan inhalan
• intoksikasi dengan hasil negatif dari lapisan obat-obatan standar
yang biasanya gagal mengidentifikasi inhalasia.
Prevalensi
A. Pola penggunaan opioid yang bermasalah dan mengarah pada gangguan atau
menimbulkan rasa tertekan yang signifikan secara klinis, seperti yang dimanifestasikan
oleh setidaknya dua hal berikut, yang terjadi dalam periode 12 bulan:
1. Opioid sering diambil dalam jumlah yang lebih besar atau lebih lama dari yang dimaksudkan.
2. Ada keinginan yang kuat atau usaha yang tidak berhasil untuk mengurangi atau mengontrol
penggunaan opioid.
3. Banyak waktu yang dihabiskan dalam kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan opioid,
atau interpersonal.
atau psikologis yang persisten atau berulang, yang mungkin disebabkan atau
b) Efek yang berkurang secara nyata dengan terus menggunakan jumlah opioid yang
sama.
11. putus zat, seperti yang dimanifestasikan oleh
tetapi kurang dari 12 bulan (dengan selama periode 12 bulan atau lebih lama
atau putus zat, agonis). Kategori ini juga berlaku jika individu berada dalam
untuk Individu yang sedang dalam masa
2. Bahasa varian:
a. Penurunan kemampuan bahasa, dalam bentuk produksi kata-kata, kata
temuan, penamaan objek, tata bahasa, atau pemahaman kata.
C. Untuk gangguan NCD berat atau ringan dengan Lewy body, individu memiliki dua fitur inti,
atau satu fitur sugestif dengan satu atau lebih fitur inti. Untuk kemungkinan gangguan NCD
berat atauringan dengan Lewy body, individu hanya memiliki satu fitur inti, atau satu atau
a. Kognisi berfluktuasi dengan variasi yang jelas dalam perhatian dan kewaspadaan.
perubahan awal dalam perhatian yang kompleks dan fungsi eksekutif daripada
belajar dan memori) tetapi juga halusinasi yang kompleks; dan gejala bersamaan
• Fitur inti lainnya adalah parkinsonisme spontan, yang harus dimulai setelah
1 tahun sebelum gejala motorik. Parkinsonisme yang harus juga dibedakan dari
untuk pengobatan.
• Sebagian besar merupakan akibat dari gangguan motorik dan otonom, yang
• Gangguan tidur dan gejala kejiwaan yang menonjol juga dapat menambah
penurunan fungsional.
Untuk NCD karena penyakit Parkinson, individu harus mengembangkan kognitif saat terjadi penurunan, penurunan
tersebut tidak boleh mencapai tahap NCD berat hingga 1 tahun setelah diagnosa Parkinson.
Jika kurang dari 1 tahun telah berlalu sejak timbulnya gejala motorik, diagnosisnya adalah NCDLB. Perbedaan ini
lebih jelas pada tingkat NCD berat daripada pada tingkat NCD ringan, karena gejala dan urutan parkinsonisme dan
NCD ringan mungkin lebih sulit ditentukan, dan tidak spesifik. NCD ringan harus didiagnosis jika fitur inti dan
sugestif lainnya tidak ada.
Penyakit Penyerta
• Patologi Lewy body sering berdampingan dengan penyakit Alzheimer dan patologi penyakit serebrovaskular lain,
khususnya di antara kelompok lansia. Pada penyakit Alzheimer, patologinya adalah synuclein yang secara
bersamaan muncul di 60% kasus (jika kasus-kasus amygdala disertakan).
• Secara umum, ada tingkat patologi Lewy body yang lebih tinggi pada individu dengan demensia daripada pada
individu yang lebih tua tanpa demensia.
GANGGUAN NCD VASKULAR BERAT ATAU RINGAN
Kriteria Diagnosis
B. Gambaran klinis konsisten dengan etiologi vaskular, memenuhi salah satu hal dari berikut:
• 1. Gejala defisit fungsi kognitif secara temporer berhubungan dengan satu atau lebih penyakit serebrovaskular
• 2. Bukti penurunan sangat menonjol dalam perhatian yang kompleks (termasuk kecepatan dalam memroses informasi)
dan fungsi eksekutif frontal
C. Ada bukti adanya penyakit serebrovaskular dari pemeriksaan fisik, dan/atau uji neuroimaging karena dianggap cukup
untuk memperhitungkan penurunan fungsi neurokognitif
D. Gejala tidak lebih baik dijelaskan oleh penyakit otak lain atau gangguan sistemik. Jika salah satu dari berikut ini hadir;
• 1. Kriteria klinis didukung oleh bukti neuroimaging dari cedera parenkim yang signifikan
• 2. Sindrom neurokognitif secara temporer berhubungan dengan satu atau lebih serebrovaskular yang didokumentasikan
• 3. Baik secara klinis dan genetik bukti adanya penyakit serebrovaskular.Kemungkinan gangguan NCD vaskular didiagnosis
jika kriteria klinis terpenuhi tetapi neuroimaging tidak memenuhi dan hubungan temporal dari sindrom neurokognitif
dengan satu atau lebih
Pengembangan dan Perawatan
• NCD vaskular mayor atau ringan dapat terjadi pada semua usia, meskipun
berbagai durasi. NCD subkortikal berat atau vaskular ringan ringan dapat
• Lingkungan. Hasil neurokognitif dari cedera otak vaskular dipengaruhi oleh faktor
neuroplastisitas seperti pendidikan, latihan fisik, dan aktivitas mental.
• Genetik dan fisiologis. Faktor risiko utama untuk NCD vaskular mayor atau ringan
sama seperti untuk penyakit serebrovaskular, termasuk hipertensi, diabetes,
merokok, obesitas, kadar kolesterol tinggi, kadar homosistein tinggi, faktor risiko lain
untuk atherosclerosis dan arteriolosclerosis, atrial fibrilasi, dan kondisi lain yang
meningkatkan risiko emboli serebral. Angiopati amiloid serebral merupakan faktor
risiko penting di mana deposito amiloid terjadi dalam pembuluh arteri. Faktor risiko
utama lainnya adalah kondisi autosomal serebral yang turun-temurun dengan infark
subkortikal dan leukoensefalopati, atau CADASIL
Pemeriksaan Penunjang
• Neuroimaging struktural menggunakan MRI atau CT, memiliki peran penting
B. Ada bukti cedera otak traumatis — artinya, benturan ke kepala atau lainnya dengan mekanisme
gerakan cepat atau perpindahan otak di dalam tengkorak, dengan satu atau lebih dari yang berikut:
• 1. Kehilangan kesadaran.
C. Gangguan neurokognitif muncul segera setelah terjadinya trauma cedera otak atau segera
setelah pemulihan kesadaran dan berlanjut melewati periode pasca cedera akut .
Faktor Risiko
• Faktor risiko cedera otak traumatis. Tingkat cedera otak dan otak yang traumatik
berdasarkan usia, dengan jumlah tinggi di antara individu-individu lebih muda dari 4
tahun, remaja yang lebih tua, dan individu lebih tua dari 65 tahun (lansia). Terjatuh
adalahpenyebab TBI yang paling umum, dan kecelakaan menjadi yang kedua. Gegar
otak olahraga sering menjadi penyebab TBI pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda.
• Faktor risiko untuk gangguan neurokognitif setelah cedera otak traumatis. Gegar otak
berulang dapat menyebabkan NCD yang persisten dan bukti neuropatologis dari
ensefalopati traumatik. Keracunan yang terjadi bersamaan dengan suatu zat dapat
meningkatkan tingkat keparahan kondisi suatu penderita TBI selain hasil dari
kecelakaan kendaraan bermotor, tetapi penggunaan pada saat cedera memperburuk
neurokognitif atau tidak, hasilnya tidak diketahui.
Konsekuensi dari NCD berat atau ringan Karena Traumatic Brain
Injury (TBI)
• Functionai NCD ringan karena TBI, individu dapat dilihat dari penurunan efisiensi kognitif,
kesulitan berkonsentrasi , dan mengurangi kemampuan untuk melakukan aktivitas biasa.
Namun NCD berat karena TBI, individu mungkin mengalami kesulitan dalam kehidupan
mandiri dan perawatan diri. Neuromotor yang menonjol, seperti inkoordinasi yang berat,
ataksia, dan fungsi motorik yang melambat, mungkin hadir dalam NCD berat karena TBI
dan dapat menambah kesulitan fungsional. Individu yang mengidap TBI lebih banyak
gejala depresi, dan ini dapat memperkuat keluhan kognitif dan memperburuk kinerja
fungsi otak.
• Selain itu, kehilangan kendali emosi, termasuk agresif atau berperilaku tidak pantas dan
apatis, mungkin hadir setelah TBI yang lebih berat dengan gangguan neurokognitif yang
lebih besar. Fitur-fitur ini dapat menimbulkan kesulitan dengan kehidupan mandiri dan
perawatan diri.
Diagnosis banding
• Dalam beberapa kasus, keparahan gejala neurokognitif mungkin tampak tidak
• Post-traumatic stress disorder (PTSD) dapat terjadi bersamaan dengan NCD dan
B. Gangguan NCD tidak terjadi secara bersamaan dengan delirium dan bertahan
melampaui durasi biasa.
C. Obat yang terlibat dan durasi serta tingkat penggunaannya mampu menghasilkan
gangguan neurokognitif.
E. Gangguan neurokognitif tidak disebabkan oleh kondisi medis lain atau tidak lebih
baik dijelaskan oleh gangguan mental lainnya.
Pengembangan dan Pengobatan
• Gangguan yang terjadi karena penggunaan obat lebih sering terjadi kepada
• NCD ringan yang dipicu oleh obat kemungkinan terjadi karena penyalahgunaan
• Untuk NCD yang dipicu karena pemakaian alcohol, juga dapat menyebabkan
cedera otak.
Faktor Risiko
• Faktor lainnya yang dapat menyebabkan NCD karena obat-obatan adalah durasi
• Semakin tua dan lama durasi pemakainya akan menyebabkan penyakit lain
serebrovaskular.
Pemeriksaan Penunjang
• Hasil MRI dari penderita NCD karena penggunaan obat akan menunjukan
ventrikel.
• Sementara untuk melihat gejala pemakai obat-obatan yang memicu NCD tidak
lainnya.
C. Gangguan NCD tidak bisa dijelaskan menggunakan NCD yang tidak disebabkan
oleh HIV
D. Gangguan NCD ini tidak bisa dijelaskan sebagai penyebab gangguan mental
Fitur Diagnosis
• Beberapa individu pengidap HIV juga mengidap NCD karena dipicu oleh virus HIV,
dengan gejala lambatnya memroses informasi, dan melakukan aktivitas sehari-hari.
Proses HIV memengaruhi bagian dari otak.
• NCD berat atau ringan karena infeksi HIV biasanya lebih umum terjadi pada individu
yang menderita imunosupresi berat, viral load dalam cairan serebrospinal, dan
indikator penyakit HIV lanjut seperti anemia dan hipoalbuminemia .
• Individu dengan NCD tingkat lanjut mungkin mengalami fitur neuromotor yang
menonjol seperti inkoordinasi, ataksia, dan fungsi motorik melambat. Kehilangan
kendali emosi, dan bersifat apatis.
Pengembangan dan Pengobatan
• infeksi HIV mempengaruhi daerah subkortikal selama penyebaran penyakit
• Di negara maju, penyakit HIV terjadi karena seks tanpa kondom, penggunaan
narkoba suntikan yang dimulai pada masa remaja akhir dan memuncak saat
dewasa muda dan menengah.
• Sebagai individu terpapar, baik NCD atau HIV akan mengenai anak-anak ini
hingga mereka menua dan memberikan gejala NCD lain (misalnya, karena
penyakit Alzheimer, karena penyakit Parkinson)
Faktor Risiko dan Prognosis
• Injeksi penggunaan narkoba
• Secara paradoks, NCD karena infeksi HIV tidak sembuh dengan menggunakan
• Faktor lain juga akan menyebabkan sulitnya untuk mengontrol NCD dengan HIV.
Pemeriksaan Penunjang
• Hasil paparan HIV yang menyebabkan NCD berbeda tiap individunya. Dengan
• Cedera kepala sebelumnya atau perkembangan saraf tidak dapat ditetapkan sebagai NCD
karena HIV kecuali telah ada diagnosa bahwa NCD dipicu oleh infeksi HIV.
• Bagi lansia, penurunan neurokognitif terkait dengan gangguan serebrovaskular seperti NCD
berat karena Alzheimer dan diagnosa perlu dibedakan.
• Fluktuasi NCD yang ekstrim dapat menjadi ciri bahwa NCD yang diderita disebabkan oleh HIV.
• Penyerta
• Infeksi HIV disertai dengan sistemik kronis dan peradangan saraf yang dapat dikaitkan dengan
penyakit serebrovaskular dan sindrom metabolik.
NCD BERAT ATAU RINGAN KARENA PENYAKIT PRION
Kriteria Diagnosis
C. Ada fitur penyakit prion, seperti mioklonus atau ataksia, atau biomarker
D. Gangguan neurokognitif tidak disebabkan oleh kondisi medis lain dan tidak bisa
• Klasifikasi NCD berat atau ringan karena penyakit prion termasuk NCD karena sekelompok
encephalopathies subakut spongiform (termasuk Creutzfeldt - Penyakit Jakob , varian penyakit
Creutzfeldt-Jakob, kuru , Gerstmann-Straussler - Sindrom Scheinker , dan insomnia fatal) yang disebabkan
oleh agen yang dikenal sebagai prion.
• Jenis yang paling umum adalah penyakit Creutzfeldt-Jakob sporadis, biasanya disebut sebagai Penyakit
Creutzfeldt-Jakob (CJD). Varian CJD lebih jarang dan dikaitkan dengan transmisi dari bovine spongiform
encephalopathy, juga disebut "penyakit sapi gila." Khas, individu dengan CJD hadir dengan defisit
neurokognitif, ataksia, dan gerakan abnormal seperti mioklonus, chorea, atau dystonia; refleks kejut juga.
• Sejarah mengungkapkan perkembangan cepat untuk NCD besar atas sesedikit 6 bulan, dan dengan
demikian gejala biasanya hanya terlihat pada tingkat utama. Namun, banyak individu dengan gangguan
tersebut mungkin memiliki atipikal presentasi, dan penyakit dapat dikonfirmasi hanya dengan biopsi atau
pada otopsi. Individu dengan varian CJD dapat dilihat dari gejala - gejala kejiwaan , ditandai dengan
suasana hati rendah, penarikan, dan kecemasan.
Pengembangan dan Pengobatan
• Penyakit prion dapat berkembang pada orang dewasa, karena CJD biasanya
akhir hayat.
• Setelah beberapa berminggu - minggu , gejala- gejala ini dapat diikuti dengan
Demensia.
• Biasanya tingkat kerusakan meningkat selama beberapa bulan. Pasca gejala itu,
• Genetik dan fisiologis. Ada komponen genetik dalam hingga 15% kasus, terkait
dengan mutasi autosomal dominan
Pemeriksaan Penunjang
• Biopsi atau pada otopsi.
• Biomarker yang handal yang sedang dikembangkan dan termasuk protein 14-3-3
• MRI
PARKINSON
NCD Berat atau Ringan karena Parkinson
Kriteria Diagnosis
NCD berat atau ringan karena Parkinson seharusnya didiagnosis jika kriteria 1 dan 2 cocok:
1. Tidak ada penyebab lain (yaitu, tidak adanya neurodegenerative atau lainnya. penyakit
serebrovaskular atau penyakit atau kondisi neurologis, mental, atau sistemik lainnya kemungkinan
berkontribusi terhadap penurunan kognitif).
• Neuroimaging
- hilangnya suara pada ganglia basalis, terutama ekor nucleus dan
putamen, diketahui akan muncul dan meningkat selama
perjalanan penyakit.
- Perubahan struktural dan fungsional lainnya dapat diamatai di
dalam pencitraan otak tetapi mengukur penelitian.
Dampak fungsional dari kelainan Neurokognitif
berat atau ringan diakibatkan Penyakit
Huntington.
- penurunan daya kerja adalah yang paling umum, dengan kebanyakan
individu melaporkan beberapa kemampuan untuk melakukan pekerjaan
yang biasa.
- Emosi, tingkah laku, dan aspek kognitif
- penurunan fungsional bisa termasuk kecepatan dalam memproses,
inisiasi, dan perhatioan daripada penurunan nilai.
- Semakin meningkatnya penyakit, keterbatasan dari permasalahan
gangguan cara berjalan, dysarthria, dan impulsif, atau gangguan tingkah
laku dapat secara substansial menambah tingkat kerusakan dan
kebutuhan sehari-hari melebihi kebutuhan perawatan yang disebabkan
penurunan kognitif.
- Pergerakan choreic parah dapat sangat mengganggu penyediaan
perawatan seperti mandi, berpakaian, dan dalam menggunakan toilet.
Diagnosis Banding
• Kelainan mental lainnya
• Kelainan neurocognitif lainnya.
• Kelainan gerakan lainnya.
KELAINAN NEUROKOGNITIF BERAT ATAU
RINGAN AKIBAT KONDISI MEDIS LAINNYA
Kriteria Diagnosis
A. Kriteria terpenhi untuk menagani kelainan
neurokognitif berat atau kecil .
B. Terdapat bukti sejarah, pemeriksaan fisik, atau
penemuan laboratorium dimanan kelainan
neurokognitif merupakan dampak patofisiologi
dari kondisi medis lainnya.
C. Penurunan kognitif tidak dijelaskan secara
lebih baik oleh kelainan mental lainnya atau
kelainan neurokognitif spesifik.
Etiologi
• Beberapa kondisi medis dapat menyebabkan kelainan neurokognitif (NCDs).
• lesi stuktural (misal: tumor otak primer atau sekunder, hematoma subdural,
hidrosefalus yang lambat berkembang atau bertekanan normal).
• Hipoksia berhubungan dengan hipoperfusi pada gagal jantung, kondisi
kelenjar endokrin (missal, hipotiroid, hiperkalsemia, hipogiklemia)
• kondisi nutrisi (misal: penurunan tiamin dan niacin)
• kondisi infeksi lainnya (misal: neurosifilis, cryptococcosis)
• kelainan pada imun (arteritis temporal, lupus eritematosus sistematik)
• gagal hati atau ginjal
• kondisi metabolisme (misal: penyakit Kuf, adrenukleudistrophy, leukodistrofi
metakromatik, serta berbagai penyakit penuaan dan anak-anak)
• kondisi neurologis (misal: epilepsi, dan sclerosis berlipat).
Perkembangan dan Perawatan
• Perawatan kondisi medis yang mendasari
terlebih dahulu
• Pemeriksaan penunjang sesuai dengan kondisi
medis yang mendasari
Diagnosis Banding
• Kelainan neurokognitif berat atau ringan
lainnya.
KELAINAN NEUROKOGNITIF BERAT ATAU
RINGAN AKIBAT BEBERAPA ETIOLOGI
Kriteria Diagnosis
A. Kriteria terpenuhi bagi kelainan neurokognitif berat atau ringan.
B. Terdapat bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau penemuan
laboratorium dimanan gangguan neurokognitif merupakan
dampak patofisiologi dari lebih dari satu proses etiologi, tidak
termasuk isi (misal: kelainan neurokognitif akibat penyakit
Alzheimer dengan perkembangan gangguan neurokognitif
vascular). Catatan: harap lihat pada kriteria diagnostic dari
beberapa kelainan neurokognitif akibat kondisi medis tertentu
untuk panduan dalam membuat etiologi tertentu.
C. Penurunan neurokognitif tidak menjelaskan dengan lebih baik dari
kelainan mental lainnya dan tidak muncul hanya pada proses
delirium.
KELAINAN NEUROKOGNITIF YANG
TIDAK TERGOLONGKAN
• Berlaku untuk gejala karakteristik dari kelainan
neurokognitif yang menyebabkan gangguan klinis yang
signifikan atau penurunan kemampuan di bidang sosial,
pekerjaan, atau area penting lainnya yang berfungsi
mendominasi tapi tidak memenuhi kriteria bagi berbagai
kelainan dalam pemberlajaran neurokognitif.
• Kategori kelainan neurokognitif yang tidak bisa
ditentukan digunakan pada situasi dimana etiologi yang
helas tidak dapat menentukan kepastian yang cukup
dalam membuat hubungan etiologi.
THANK YOU