Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
(PENDIDIKAN KESEHATAN)
A. LATAR BELAKANG
G. RENCANA KEGIATAN
1. Pengertian Diare
Diare merupakan suatu kondisi peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi
lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24
jam (RI, Buku Saku Petugas Kesehatan LINTAS Diare, 2011).
5. Pencegahan Diare
Faktor resiko terjadinya diare yakni faktor perilaku, faktor lingkungan, dan faktor
penderita.
Faktor perilaku antara lain:
a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI ekslusif), memberikan makanan
pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap
kuman.
b. Menggunakan botol susu yang tidak dicuci secara bersih meningkatkan resiko
terjadinya penyakit diare.
c. Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum memberi
ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB
anak.
d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis.
Faktor lingkungan antara lain:
a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan MCK.
b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk
Faktor lingkungan antara lain:
a. Kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk.
b. Penyakit campak
Oleh karena itu, cara melakukan pencegahan diare yang benar dan efektif yakni:
a. Memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai anak berusia
2 tahun.
ASI mempunyai khasiat pencegahan secara imunologik dengan adanya
antibodi dan zat lain yang dikandungnya. ASI memberikan perlindungan
terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI ekslusif mempunyai
daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang
disertai dengan susu botol.
b. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur.
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan
masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan
pendamping ASI dapat berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian
makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko
terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian (Depkes
RI, 2011).
c. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih yang
cukup
d. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air
besar
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur
faecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut,
cairan atau benda yang tercemar dengan tinja.
e. Buang air besar di jamban
Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:
- Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga
- Bersihkan jamban secara teratur.
- Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat
buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari
rumah, jalan setapak dan tempat bermain serta kurang lebih 10
meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki.
f. Membuang tinja bayi dengan benar
Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal yang harus
diperhatikan:
- Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan
daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.
- Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci
tangannya.
g. Memberikan imunisasi campak
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak
juga dapat mencegah diare, hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan
tubuh penderita. Oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah
berumur 9 bulan (Depkes RI, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan LINTAS Diare. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Depkes RI. (2011). Situasi Diare di Indonesia. Kemeterian Kesehatan RI , ISSN 2088-270X.