Sei sulla pagina 1di 4

1.

Ucapkan salam “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu”.


2. Mukadimah:

Innal hamdalillah, nahmaduhu wanasta’inuhuu wanastaghfiruhu,, wa na’udzubillahi min syuruuri


anfusinaa wa min sayyiaati a’maalinaa, may-yahdihil laahu falaa mudhillalah, wa-may yudhlil falaa
haadiyalah, Asyhadu an-laa ilaa-ha illallaah, wahdahula syariikalah, wa-asyhadu anna
muhammadan ‘abduhu wa rosuluh.

Yā ayyuhan-nāsuttaqụ rabbakumullażī khalaqakum min nafsiw wāḥidatiw wa khalaqa min-hā zaujahā


wa baṡṡa min-humā rijālang kaṡīraw wa nisā`ā, wattaqullāhallażī tasā`alụna bihī wal-ar-ḥām,
innallāha kāna ‘alaikum raqībā.

Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha wa qụlụ qaulan sadīdā.

Yuṣliḥ lakum a’mālakum wa yagfir lakum żunụbakum, wa may yuṭi’illāha wa rasụlahụ fa qad fāza
fauzan ‘aẓīmā,

Amma ba’du.

3. Berikan shalawat kepada nabi:

“Puji syukur kehadirat Allah ta’ala yang telah memberikan kita kesehatan, iman dan islam sehingga
kita bisa berkumpul di tempat yang mulia ini, shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan
kita, Nabi Muhammad sallalahu alaihi wassalam beserta keluarga dan sahabat serta semua
pengikutnya sampai hari kiamat”.

4. Menyapa audien, misal, “para hadirin hadirat yang di rahmati Allah” atau “bapak dan ibu yang di
muliakan Allah” dan yang semisal.
5. Masuk tema pidato.

Pidato Tentang Berbakti Kepada Orang Tua


Ada kisah menarik tentang kasih sayang ibu terhadap anaknya, yang kisah ini ada dalam hadits sahih
Bukhari:

Suatu hari Aisyah radiallahuanha di datangi oleh seorang ibu dan dua orang anaknya yang kelaparan
dan meminta makanan, lalu di berilah oleh Aisyah radiallahuanha 3 butir kurma, lalu ibu itu
memberikan 2 butir kurma kepada masing masing anaknya, dan menyimpan 1 kurma untuk dirinya. Tapi,
belum di makan kurma tersebut, kedua anaknya sudah memakan kurmanya lalu menatap ibunya sebagai
tanda masih kurang, lalu ibunya langsung membagi dua kurma tersebut dan memberikan jatahnya
kepada mereka.
Tidak lama, datang Rasullullah sallalahu alaihi wassalam, dan Aisyah langsung bercerita tentang
kejadian tersebut, Rasullullah sallalahu alaihi wassalam menjawab, “Apa yang mengejutkanmu dari itu?
Sungguh Allah telah merahmati ibu tersebut karena kasih sayangnya kepada anaknya”.

Itulah kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, yang kalau di masyarakat kita ada ungkapan “ kasih
sayang ibu sepanjang masa, kasih sayang anak sepanjang galah”.

Kasih sayang ibu kepada anaknya tidak akan luntur, walau bagaimanapun kondisi anak, tapi berbeda
dengan anak yang kasih sayangnya terbatas hanya sepanjang galah atau tongkat untuk memetik buah.
Walaupun kasih sayang anak kepada orang tuannya tidak seperti kasih sayang ibu kepada anaknya, tapi
syariat agama mengajarkan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua kita.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu dia berkata; “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah sambil
berkata; “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?” Beliau
menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya
lagi; “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?”
Beliau menjawab: “Kemudian ayahmu.” [HR. Bukhari dan Muslim].

Dalam hadits sahih riwayat Al-Bukhari yang baru saya bacakan, terkandung makna bahwa bakti kepada
ibu lebih utama dan lebih di dahulukan dari pada ayah. Mengapa demikian?

Sudah jelas, bahwa ibu adalah orang yang paling banyak berkorban untuk anaknya, bagaimana tidak,
beliau mengandung kita selama 9 bulan, dengan beban berat tersebut ibu jalani dengan ikhlas dan
berharap untuk kebaikan dari anak yang dikandungnya. Setelah lahir, ibu akan menyusui kita selama 2
tahun, lalu merawat dan membesarkan kita sampai dewasa, pantas lah berbakti kepada ibu lebih di
utamakan dari berbakti kepada ayah. Tapi bukan berarti kita mengesampingkan peran ayah dan tidak
berbakti kepadanya, ayah juga berkorbn dan sayang kepada anaknya, beliaulah yang mencari nafkah
untuk kelangsungan hidup istri dan anaknya.

Kalau kita lihat banyak ayah rela bekerja panas-panasan di bawah terik matahari, bahkan
mempertaruhkan nyawanya kala bekerja di ketinggian dan pekerjaan lainnya yang secara akal sehat sulit
untuk di lakukan dan berbahaya.
Maka dalam syariat islam berbakti kepada kedua orang tua atau birul walidain adalah kewajiban dari
seorang anak, lalu bagaimana bentuk berbakti kepada kedua orang tua?, kita jawab dengan Ayat Al Quran
surat Al-Israa’ : 23-24
Allah Ta’ala berfirman:

‫وْ اًل‬4َ‫ا ق‬4‫لْ لَهُ َم‬4ُ‫ا َوق‬4‫ا ُأفٍّ َواَل تَ ْنهَرْ هُ َم‬4‫لْ لَهُ َم‬4ُ‫ا فَاَل تَق‬4‫ ُدهُ َما َأوْ ِكاَل هُ َم‬4‫ َر َأ َح‬4َ‫ك ْال ِكب‬
َ ‫ َد‬4‫انًا ۚ ِإ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْن‬4‫ َدي ِْن ِإحْ َس‬4ِ‫ك َأاَّل تَ ْعبُدُوا ِإاَّل ِإيَّاهُ َوبِ ْال َوال‬ َ َ‫َوق‬
َ ُّ‫ض ٰى َرب‬
‫ص ِغيرًا‬ ُ
َ ‫ َك َما َربَّيَانِي‬4‫َاح الذ ِّل ِمنَ الرَّحْ َم ِة َوقلْ َربِّ ارْ َح ْمهُ َما‬ ُّ َ ْ
َ ‫َري ًما َواخفِضْ لهُ َما َجن‬ ِ ‫ك‬

Artinya: “Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-
Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”.
Dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku,
sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” [Al-Israa’ :
23-24].

Dalam ayat tersebut di jelaskan bahwa kita di perintahkan untuk berbakti kepada ibu dan bapak dengan
berbuat baik, yaitu dengan cara:

 Jangan mengatakan “uff” kalau dalam bahasa indonesia bisa di artikan dengan perkataan “ahh” yang
menandakan keengganan kita atas apa yang di perintah atau ketidak sukaan kita terhadap perbuatan
orang tua.
 Jangan membentak atau berkata kasar dan berkata dengan intonasi tinggi.
 Hendaknya berkata dengan perkataan yang baik dan santun juga lembut.
 Merendah dihadapannya, jangan bersikap tinggi dan sombong, walaupun kita mempunyai kedudukan
tinggi di masyarakat atau kita orang yang di segani di masyarakat di hadapan orang tua, kita harus
merendah dan mengalah dengan perasan kasih dan sayang.
 Terakhir hendaknya kita mendoakan mereka dengan doa yang kebanyakan kita sudah menghafalnya,
yaitu:

َّ ‫اَللّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْي َولِ َوالِ َد‬


َ ‫ي َوارْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَانِ ْي‬
‫ص ِغي َْرا‬

Bacaan Latin: “Allohummaghfirli Waliwaalidayya War Hamhumaa Kama Robbayaanii Shaghiira”

Artinya : Wahai Tuhanku, ampunilah saya dan kedua orang tua saya dan sayangilah mereka
sebagaimana mereka menyayangi saya diwaktu kecil”

Yang sering kita lakukan dan ternyata ini adalah bentuk dari ketidak hormatan kita kepada orang tua
adalah ketika kita dipanggil oleh mereka dan di saat yang bersamaan kita sedang melakukan sesuatu yang
kita sukai. Kita akan mengacuhkan panggilan mereka atau kalaupun menjawab panggilan tersebut, kita
lakukan dengan enggan seraya dengan mengucapkan suara tinggi, “iya bu, nanti yah, tanggung nih”.

Padahal mengatakan “ah” saja dilarang bagaimana dengan tidak mengindahkan panggilannya, ini tentu
bentuk tidak berbaktinya kita kepada orang tua.

Inti dari berbakti kepada kedua orang tua adalah dengan membuatnya senang, nyaman dan membuatnya
gembira jika ada kita di dekatnya juga membuatnya bangga dengan melakukan apapun yang di
perintahkan selama perintah tersebut tidak menyelisihi hukum agama. Dan yang tidak kalah penting
adalah dengan menampakan kebahagiaan kita dihadpannya dan menyembunyikan masalah dan kesusahan
yang sedang kita alami. Karena pada hakikatnya mereka akan senang jika melihat anaknya senang, maka
kita hendaknya tidak menceritakan segala hal yang kita tahu akan membuat hati orang tua kita sedih.

Tapi hendaknya kita menceritakan apapun yang akan membuat hati mereka senang, inilah hakikat dari
berbakti kepada orang tua.

Salah satu yang membuat orang tua senang adalah dengan merawat merek tatkala mereka sudah
usialanjut yang tanpa perhatian kita mereka akan mengalami kesusahan dan penderitaan.

Hendaknya kita cukupi kebutuhan sandang pangan dan papan mereka, sehingga kita tidak termasuk
kedalam orang yang celaka dengan tidak merawat kedua orang tua kita selagi mereka masih hidup.

Ini juga adalah sebagai bentuk rasa terimakasih kita kepada mereka, yang dahulu mereka merawat kita
dengan penuh kasih sayang dan penderitaan, maka wajar dan suatu kewajiban kita untuk membalasnya.

Demikian semoga kita bisa menjadi anak yang selalu berbakti kepada orang tua dan menjadikan kita
orang yang beruntung dan tidak celaka, seperti sabda rasullullah sallalahu alaihi wassalam di atas.
Wallahu a’lam.

6. Penutup.

Potrebbero piacerti anche