Sei sulla pagina 1di 67

PENANGANAN KENDALA DI AREA OPERASIONAL DEPO

DALAM PROSEDUR PELAYANAN PERGERAKAN PETIKEMAS


PADA PT. SALAM PACIFIC INDONESIA LINES SURABAYA

KARYA TULIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Program Diploma Tiga
Program Studi Ketatalaksanaan Pelayaran dan Kepelabuhanan

Disusun Oleh :
FARUQ HILMI DHIYA’ULHAQ
NRP. 205801064

FAKULTAS KEMARITIMAN
UNIVERSITAS MARITIM AMNI
(UNIMAR AMNI)
SEMARANG
2023
i
PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN KARYA TULIS

Judul Karya Tulis : Penanganan Kendala di Area Operasional Depo


Dalam Prosedur Pelayanan Pergerakan Petikemas
Pada PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya
Nama : Faruq Hilmi Dhiya’ulhaq
NRP : 205801064
Program Studi : Diploma Tiga Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga
dan Kepelabuhanan
Fakultas : Kemaritiman

Semarang, 02 Maret 2023

Telah disetujui oleh,


Pembimbing Pada Hari Kamis bulan Maret tahun 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Capt. Iwan Weda, SE., M.M., M.Mar Muji Mulyatno, S.Tr., M.M
NIDN. 0618117503

ii
PENGESAHAN KARYA TULIS

Judul Karya Tulis : Penanganan Kendala di Area Operasional Depo


Dalam Prosedur Pelayanan Pergerakan Petikemas
Pada PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya
Nama : Faruq Hilmi Dhiya’ulhaq
NRP : 205801064
Program Studi : Diploma Tiga Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga
dan Kepelabuhanan
Fakultas : Kemaritiman

Semarang, 02 Maret 2023

Disahkan oleh Tim Penguji


1. Ketua Penguji : Capt. Iwan Weda, SE., M.M., M.Mar. ( )
2. Penguji I : Muji Mulyatno, S.Tr., M.M. (
)
3. Penguji II : Ngaijan, S.E., M.Si. ( )

Mengetahui,
Ketua Program Studi Diploma Tiga
Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga dan Kepelabuhanan

Ngaijan, S.E., M.Si


NIDN : 0610066901

iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :


Nama : Faruq Hilmi Dhiya’ulhaq
NRP : 205801064
Judul Karya Tulis : Penanganan Kendala Di Area Operasional Depo Dalam
Prosedur Pelayanan Pergerakan Petikemas Pada PT.
Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya

Menyatakan bahwa Karya Tulis yang saya ajukan ini adalah hasil karya saya
sendiri, yang belum pernah ditulis atau di terbitkan untuk mendapatkan gelar pada
Program Studi Diploma Tiga Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga dan Kepelabuhan.
Karya Tulis ini saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Semarang, 02 Maret 2023


Yang Menyatakan,

Faruq Hilmi Dhiya’ulhaq


NRP. 205801064

iv
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang maha Pengasih Lagi Maha Penyayang,
Puji serta syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
serta karunia- Nya, penulis sanggup menuntaskan Karya Tulis yang berjudul
“Penanganan Kendala Di Area Operasional Depo Dalam Prosedur Pelayanan
Pergerakan Petikemas Pada PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya”.
Penyusunan Karya Tulis ini bertujuan untuk memenuhi ketentuan
mendapatkan gelar Diploma Tiga pada Program Studi Ketatalaksanaan Pelayaran
Niaga dan Kepelabuhan di Fakultas Kemaritiman Universitas Maritim AMNI
Semarang.
Dalam penulisan Karya Tulis ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Tetapi penulis menyadari jika kelancaran dalam penataan Karya Tulis ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, serta bimbingan orang- orang di dekat
penulis, sehingga kendala- kendala yang penulis hadapi teratasi.
Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ir. Siswadi, M.T. selaku Rektor Universitas Maritim AMNI Semarang.
2. Capt. Sutini, M.Mar, S.Tr, MT. Selaku Dekan Fakultas Universitas Maritim
Amni Semarang.
3. Ngaijan, S.E., M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma Tiga
Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga dan Kepelabuhan Universitas Maritim
AMNI Semarang.
4. Capt. Iwan Weda, S.E., M.M., M.Mar selaku Dosen pembimbing 1.
5. Muji Mulyatno, S.Tr., M.M selaku Dosen pembimbing 2.
6. Bapak atau ibu Dosen Pengajar dan segenap Karyawan Universitas Maritim
AMNI Semarang yang telah memberikan bekal pengetahuan sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis ini.
7. Pimpinan dan Karyawan PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya yang
telah memberikan kesempatan penulis menimba pengetahuan selama
menjalankan praktik darat.

v
8. Rekan-rekan taruna dan taruni Universitas Maritim AMNI Semarang yang
telah memberikan semangat dan dorongan dalam penyelesaian Karya Tulis ini.
Dalam penulisan Karya Tulis ini, penulis masih banyak kekurangan serta
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap kritik serta anjuran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis ini. Akhir kata penulis
berharap mudah-mudahan Karya Tulis ini bermanfaat untuk penulis pada
khususnya serta pembaca pada umumnya sebagai wawasan pengetahuan.

Semarang, 02 Maret 2023


Yang Menyatakan,

Faruq Hilmi Dhiya’ulhaq


NRP. 205801064

vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
1. Jika kamu gelisah, jangan salahkan orang lain dengan kecukupannya.
Salahkanlah dirimu yang lupa akan bersyukur.
2. Mereka yang menyukai praktik tanpa teori bagaikan pelaut yang menjalankan
kapal tanpa kompas dan kemudi. Dia tidak pernah tahu dimana akan terdampar
(Leonardo da Vinci).
3. I am learning all the time. The tombstone will be my diploma.
4. Come with the proud, home with the pride.
5. Pikiran hebat berbicara mengenai ide-ide, pikiran sedang berbicara tentang
kejadian sekitar, dan pikiran kecil berbicara tentang orang lain.
(Eleanor Roosevelt).
6. Ilmu diperoleh melalui belajar, sedang berkah diperoleh melalui pengabdian.
7. Apa bagusnya seseorang yang memilki pengetahuan yang dalam, namun tak
memiliki sikap yang baik.

PERSEMBAHAN
Karya Tulis ini saya persembahkan kepada :
1. Ayah dan Bunda, engkau orang tua hebat yang sangat kucintai dan tak pernah
mengeluh dalam merawat dan membimbing dengan penuh kasih sayang.
2. Saudara kerabatku yang telah membantu dan mensuportku selama menempuh
pendidikan.
3. Rekan-rekan angkatan LVIII khususnya program studi KPN dan kelas KPN C
yang setia menemaniku dari awal kita masuk sampai kita lulus bersama.

vii
ABSTRAK

Prosedur penanganan petikemas merupakan suatu prosedur pengurusan


dokumen yang diurus demi kelancaran pergerakan petikemas dari petikemas
bongkar dari kapal sampai petikemas muat ke kapal sedangkan yang dimaksud
dengan pergerakan petikemas adalah perpindahan antar tempat petikemas serta
kegiatan yang dilakukan terhadap petikemas tersebut. PT. Salam Pacific
Indonesia Lines Surabaya mempunyai kendala di lapangan dalam keterlambatan
prosedur stuffing, kendala yang dihadapi di lapangan, dan pengurusan dokumen
petikemas di Pelindo. Berkaitan dengan hal tersebut mengakibatkan petikemas
terlambat masuk ke area terminal karena melewati batas waktu closing yang ada
di receiving card full sehingga harus dilakukan pengurusan dokumen batal muat
atau alih kapal. Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk 1) Mengetahui
prosedur pergerakan petikemas, 2) Mengetahui prosedur penanganan petikemas,
dan 3) Mengetahui kendala di lapangan dalam proses pergerakan dan penanganan
petikemas. Tipe penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan objek
penelitian prosedur pergerakan dan penanganan petikemas. Teknik pengumpulan
data dengan observasi, wawancara, dan studi pustaka. Analisis data yang
digunakan yaitu analisis data kualitatif. Hasil analisis yang diperoleh yaitu
sebagai berikut: 1) Pengontrolan prosedur pergerakan petikemas yaitu a) Dalam
PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya terdapat status petikemas dan kode
lokasi petikemas yang digunakan untuk mengontrol pergerakan dan inventarisasi
petikemas, b) Penggunaan aplikasi Container Inventory Control (CIC). 2)
Penanganan petikemas yang terlambat masuk ke area terminal petikemas antara
lain : a) Pembuatan dokumen alih kapal di Pelindo, b) Melakukan persiapan
prosedur stuffing dan c) Melakukan perhitungan yang tepat mengenai jumlah dan
volume muatan. 3) kendala lapangan yang dihadapi dalam prosedur pergerakan
dan penanganan petikemas yaitu : a) Muatan di gudang pemilik barang belum
siap untuk stuffing kedalam petikemas, b) Lalu lintas jalan raya yang dilewati
oleh trailer, c) Kurangnya komunikasi antara pihak PT. Salam Pacific Indonesia
Lines Surabaya dengan pihak pengurus forwarder, d) Terjadi kerusakan pada
trucking.

Kata Kunci : Prosedur Pergerakan Petikemas, Prosedur Penanganan Petikemas,


Stuffing.

viii
ABSTRACT

The container handling procedure is a document management process that


is taken care of for the smooth movement of containers from unloading containers
from ships to loading containers onto ships while what is meant by container
movement is movement between container places and activities carried out on
these containers. PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya has problems in
the field in terms of delays in the stuffing process, obstacles encountered in the
field, and processing of container documents at Pelindo. In this regard, the
container is late to enter the terminal area because it has passed the closing
deadline on the receiving card full, so that the document for the cancellation of
loading/transfer of the ship must be carried out. Writing this Final Project aims
to 1) Know the procedure of container movement, 2) Know the procedure of
handling containers, and 3) Know the obstacles in the field in the process of
moving and handling containers. This type of research includes descriptive
research with the object of research on the process of movement and handling of
containers. Data collection techniques with observation, interviews, and
literature study. Data analysis used is qualitative data analysis. The results of the
analysis obtained are as follows: 1) Controlling the procedure of container
movement, namely a) In PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya contains
container status and container location codes that are used to control container
movement and inventory, b) Use of the Container Inventory Control (CIC)
application. 2) Handling of containers that are late in entering the container
terminal area, including : a) Making documents over the ship at Pelindo, b)
Preparing for the stuffing procedure and c) Carrying out accurate calculations
regarding the amount and volume of cargo. 3) Field obstacles encountered in the
procedure of moving and handling containers, namely : a) The cargo in the goods
owner's warehouse is not ready for stuffing into containers, b) Highway traffic
that is passed by trailers, c) Lack of communication between PT. Salam Pacific
Indonesia Lines Surabaya with the forwarder management, d) There was damage
to the trucking.

Key Words : Container Movement Procedure, Container Handling Procedure,


Stuffing.

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN KARYA TULIS ii
PENGESAHAN KARYA TULIS iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS iv
KATA PENGANTAR v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN vii
Abstrak viii
Abstract ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Permasalahan 1
1.2 Ruang Lingkup Permasalahan 4
1.3 Rumusan Masalah 4
1.4 Tujuan dan Manfaat Karya Tulis 4
1.5 Sistematika Penulisan 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1 Prosedur Pergerakan Petikemas 7
2.2 Prosedur Penanganan Petikemas 12
2.3 Kendala di Area Operasional Depo 13
BAB 3 METODE PENGUMPULAN DATA 15
3.1 Jenis Data 15
3.2 Sumber Data 15
3.3 Metode Pengumpulan Data 16

x
xi
BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL 19
4.1 Gambaran Umum Obyek Pengamatan 19
1. Sejarah Perusahaan 19
2. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan 21
3. Struktur Perusahaan 22
4.2 Pembahasan 25
1. Prosedur Pergerakan Petikemas 25
2. Prosedur Penanganan Petikemas 28
3. Kendala Yang Dihadapi Dilapangan Dalam Proses Pergerakan
dan Proses Penangan Petikemas 35
4.3 Hasil 36
BAB 5 PENUTUP 40
5.1 Kesimpulan 40
5.2 Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 41
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1 Ukuran Container...................................................................................... 25

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 4.1 Logo PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya.............................. 19
Gambar 4.2 Depo PKS PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya...................... 20
Gambar 4.3 Struktur Depo PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya................ 22
Gambar 4.4 Kapal SPIL Oriental Galaxy................................................................. 24
Gambar 4.5 Bongkar Muat di Terminal Petikemas Surabaya................................... 24
Gambar 4.6 Siklus Status Petikemas PT. Salam Pacific Indonesia Lines................. 26
Gambar 4.7 Siklus Status Petikemas Empty dari Depo Muat ke Atas Kapal............ 28
Gambar 4.8 Petikemas Grade A............................................................................... 29
Gambar 4.9 Petikemas Grade B................................................................................ 30
Gambar 4.10 Petikemas Grade C.............................................................................. 30
Gambar 4.11 Release Order...................................................................................... 31
Gambar 4.12 Alur Pengambilan Petikemas Empty di Depo..................................... 31
Gambar 4.13 Surat Jalan........................................................................................... 32
Gambar 4.14 Alur Pembuatan Receiving Card Full................................................. 33
Gambar 4.15 Receiving Card Full............................................................................ 33
Gambar 4.16 Alur Pengajuan Batal Muat atau Alih Kapal....................................... 34
Gambar 4.17 Dokumen Batal Muat atau Alih Kapal................................................ 34

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara


Lampiran 2 Dokumentasi Wawanara Bersama Narasumber
Lampiran 3 Delivery Order
Lampiran 4 Surat Jalan
Lampiran 5 Surat Order Pemakaian Truck
Lampiran 6 Surat Jalan Container
Lampiran 7 Daftar Grade Container
Lampiran 8 Pengamatan Penanganan Stuffing

xv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan


Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.504
pulau, dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2
serta memiliki garis pantai sepanjang 99.093 km menempatkan Indonesia
sebagai negara maritim. Jika ditinjau dari letak geografis Indonesia berada
diantara dua benua dan dua samudera, yakni Benua Asia dan Benua
Australia serta Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Secara
administratif Indonesia terdiri dari 34 provinsi, 403 Kabupaten, dan 98
Kotamadya dengan jumlah penduduk pada tahun 2016 mencapai
253.606.643 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2016).
Untuk mencapai target Indonesia sebagai poros maritim dunia, upaya
yang dilakukan dengan meningkatkan SDM kemaritiman dan perluasan
lapangan kerja dengan terbitnya Inpres No.5 tahun 2005 tentang
Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional yang memiliki semangat
berwawasan nusantara. Kebijakan ini juga telah turut mendukung
perkembangan armada nasional. Akhir-akhir ini Indonesia mengalami
pertumbuhan atau perkembangan ekonomi yang cukup tinggi atau pesat di
sebabkan oleh program pemerintah untuk bangsa Indonesia yang telah
memasuki pasar bebas atau go international. Hal ini mempengaruhi arus
lalu lintas perdagangan yang secara semakin padat.
Di Indonesia transportasi laut menjadi pilihan utama untuk mengirim
atau mengangkut barang-barang dagangan antar pulau karena sebagian besar
wilayah di Indonesia merupakan wilayah perairan. Bahkan dalam
pengiriman atau penerimaan barang-barang dagangan dari atau ke luar
negeri juga dapat dilakukan. Menggunakan angkutan laut memiliki tingkat
resiko yang sangat besar terhadap muatan kapal. Banyak sekali resiko yang
timbul akibat menggunakan transportasi laut, salah satu resiko tersebut
adalah kehilangan barang saat barang berada di gudang maupun saat

1
2

pembongkaran muatan. Namun hal tersebut dapat di hindari jika


mengangkut barang menggunakan petikemas.

Petikemas merupakan peti besar yang terbuat dari logam serta


mempunyai pintu yang dapat dikunci atau disegel, sehingga dapat dikatakan
sebagai gudang mini yang bergerak karena adanya pengangkutan. Dari fisik
petikemas sudah dapat dilihat tingkat keamanannya dalam pengiriman, baik
keamanan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab maupun dari
bahaya goncangan yang diakibatkan oleh proses pengangkutan di atas kapal
atau proses penumpukan di dalam palka kapal maupun di lapangan
penumpukan. Desain petikemas tersebut dapat di pindahkan dari kereta api,
truk, dan kapal dengan mudah dan dirancang sedemikian rupa untuk
memperudah perpindahannya. Selama proses perpindahan dari satu alat
angkut ke alat angkut lainnya, kemasan tersebut tidak perlu dibongkar dan
dipindahkan isinya.
Pelabuhan dalam aktivitasnya mempunyai peran penting untuk
pertumbuhan industri dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang
dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional. Hal ini
membawa konsekuensi terhadap pengelolaan segmen usaha pelabuhan
tersebut agar pengoperasiannya dapat dilakukan secara efektif, efisien, dan
profesional. Pada dasarnya pelayanan yang diberikan oleh pelabuhan adalah
pelayanan terhadap kapal dan pelayanan terhadap muatan (barang dan
penumpang). Secara teoritis, pelabuhan sebagai bagian dari mata rantai
transpotasi laut, fungsi pelabuhan adalah tempat pertemuan (interface) dua
moda atau angkutan atau lebih, serta interface berbagai kepentingan yang
saling terkait.
Di negara kepulauan terbesar seperti Indonesia, industri pelayaran
mempunyai peran penting dalam proses kelancaran perpindahan mobilitas,
manusia, dan barang (logistic) sehingga pembangunan nasional dapat
tercapai dengan efektif dan efisien. Seiring perkembangan zaman, maka
beberapa pelabuhan di Indonesia juga melayani kapal muatan petikemas
3

yang merupakan salah satu bentuk kapal muatan yang dapat mengangkut
barang lebih banyak dari kapal cargo dan biasanya digunakan oleh para
importir maupun eksportir untuk mendistribusikan barangnya (Daryanto &
Anggi Gita, 2018).
Dalam company profile-nya (2020) disampaikan bahwa PT. Salam
Pacific Indonesia Lines adalah perusahaan pelayaran yang melayani
pengiriman barang dalam skala besar ke seluruh Indonesia dengan
menggunakan container dan didukung oleh operasional kapal serta alat
berat. PT. Salam Pacific Indonesia Lines mengawali usahanya dimulai pada
tahun 1970 dimana perusahaan masih berupa ekspedisi antar pulau dengan
nama PT. Samudera Pacific, pada tahun 1980 perusahaan membeli kapal
pertama.Kemudian di tahun 1996 mengembangkan usahanya dari breakbulk
cargo menjadi angkutan yang lebih efisien dengan menggunakan container.
Penelitian dilakukan terhadap kegiatan operasional di PT. Salam
Pacific Indonesia Lines Surabaya karena untuk mengembangkan teori
pembelajaran yang diperoleh di kampus dengan langsung ikut serta
terhadap kegiatan di lapangan, apakah teori yang sudah di pelajari sesuai
tidak dengan kejadian di lapangan secara langsung. Kegiatan operasional di
PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya meliputi tally container, ship
agency, foreman, dan logistics. Setelah ikut serta secara langsung kegiatan
operasional perusahaan, muncul berbagai kendala dalam proses pergerakan
dan proses penanganan petikemas. Untuk mendukung kelancaran kegiatan
operasional perusahaan perlu adanya solusi untuk menghadapi kendala
yang ada.
Adapun rumusan yang dapat disampaikan adalah bagaimana proses
pergerakan dan proses penanganan petikemas serta upaya mengatasi
kendala-kendala yang ada pada proses pergerakan dan proses penanganan
petikemas pada PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya. Penyusunan
tugas akhir ini menggunakan metode observasi yaitu dengan pengamatan
langsung di lapangan terhadap objek yang akan dilaporkan dan menelaah
laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori yang
4

relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam penyusunan tugas akhir


ini, digunakan penelitian deskriptif dengan tidak menggunakan angka
dalam mengumpulkan data.
Dari uraian di atas, tugas akhir ini diberi judul, “PENANGANAN
KENDALA DI AREA OPERASIONAL DEPO DALAM PROSEDUR
PELAYANAN PERGERAKAN PETIKEMAS PADA PT. SALAM
PACIFIC INDONESIA LINES SURABAYA”.

1.2 Ruang Lingkup Permasalahan


Dalam proses pergerakan dan proses penanganan petikemas di PT. Salam
Pacific Indonesian Lines Surabaya. Ditemukan beberapa kendala dalam
pergerakan dan penanganan petikemas tersebut diantaranya keterlambatan PPJK
untuk melakukan stuffing pemilihan petikemas, berbagai kendala yang dihadapi di
area operasional depo, dan pengurusan dokumen petikemas di Pelindo.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur pergerakan petikemas pada PT. Salam Pacific Indonesia
Lines Surabaya?
2. Bagaimana prosedur penanganan petikemas pada PT. Salam Pacific Indonesia
Lines Surabaya?
3. Bagaimana kendala yang dihadapi di lapangan dalam proses pergerakan dan
proses penanganan petikemas pada PT. Salam Pacific Indonesia Lines
Surabaya?
1.4 Tujuan dan Manfaat Karya Tulis
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui prosedur pergerakan petikemas PT. Salam Pacific
Indonesia Lines Surabaya.
b. Untuk mengetahui prosedur penanganan petikemas PT. Salam Pacific
Indonesia Lines Surabaya.
c. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi di lapangan dalam proses
pergerakan dan proses penanganan petikemas pada PT. Salam Pacific
Indonesia Lines Surabaya.
5

2. Manfaat Karya Tulis


Dari hasil penulisan ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi pihak-
pihak terkait dengan dunia pelayaran dan dunia keilmuan, seperti :
a. Bagi Khasanah Ilmu Pengetahuan
1) Menambah pengalaman dan wawasan tentang dunia kerja yang akan
dihadapi di masa yang akan datang.
2) Membandingkan teori yang didapat dari kampus dengan kenyataan yang
ada di lapangan.
b. Bagi Universitas Maritim AMNI Semarang
Melalui penulisan karya tulis ini dapat diperoleh gambaran yang nyata
tentang kegiatan penanganan kendala dalam prosedur pelayanan pergerakan
petikemas di area operasional depo container, serta untuk menambah referensi
dan data yang relevan.
c. Bagi PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya
Dapat memberikan referensi baru terkait penanganan kendala yang efektif
demi kelancaran dan perbaikan prosedur pelayanan pergerakan petikemas di Depo
PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya.
1.5 Sistematika Penulisan
Agar dapat diperoleh suatu penyusunan dan pembahasan karya tulis
yang sistematis dan terarah pada obyek masalah yang dipilih serta tidak
bertentangan satu sama lain, maka penulis memberikan gambaran secara
garis besar atas penulisan Karya tulis ini Sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, serta tujuan dan manfaat dalam penulisan karya tulis ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan tentang landasan teori dan konsep-konsep yang relevan
dengan permasalahan yang dikaji dan mengemukakan pemecahan
masalah yang pernah dilakukan terkait masalah yang dikaji dalam
penulisan karya tulis ini.
BAB III METODE PENELITIAN
6

Dalam karya tulis ini akan menyajikan tentang metode penulisan yang
dipergunakan, dan teknik pengumpulan data yang penulis gunakan.
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL
Menguraikan hasil kajian dari masalah yang akan dibahas. Dalam bab
ini juga dikemukakan pendapat atau ide gagasan yang sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan yang berlandaskan pada informasi serta
teori-teori yang ada.

BAB IV PENUTUP
Adalah bagian akhir yang berisi bab penutup dari penulisan karya tulis
ini, dalam bab disampikan kesimpulan dari karya yang ditulis
sekaligus dipergunakan guna menjawab permasalahan yang dibahas
serta dilengkapi dengan saran-saran berdasarkan pemecahan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prosedur Pergerakan Petikemas


Prosedur Pergerakan dan Penanganan Petikemas dapat didefinisikan sebagai
mekanisme perpindahan muatan dalam kegiatan pelabuhan serta pengurusan atau
penanganan dokumen dari pergerakan petikemas di pelabuhan.
1. Prosedur
Prosedur merupakan suatu urutan pekerjaan yang biasanya melibatkan
beberapa orang dalam suatu bagian untuk menjamin adanya perlakuan yang
seragam dalam terjadinya transaksi-transaksi perusahaan (Wijaya & Roy, 2018).
Menurut Nuraida (2008), prosedur adalah urutan langkah-langkah (atau
pelaksanaan-pelaksanaan), dimana pekerjaan tersebut dilakukan, berhubungan
dengan apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana melakukannya,
dimana melakukannya, dan siapa yang melakukannya.
Baridwan (2009) menyatakan prosedur merupakan urutan pekerjaan kerikal
yang melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk
menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi yang sering terjadi.
Prosedur menurut Maryati (2008) adalah serangkaian dari tahapan-tahapan atau
urut-urutan dari langkah-langkah yang saling terkait dalam menyelesaikan suatu
perkerjaan. Untuk mengendalikan pelaksanaan kerja agar efisiensi perusahaan
tercapai dengan baik dibutuhkan sebuah petunjuk tentang prosedur kerja.
Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa prosedur adalah tata
cara dalam menyelesaikan pekerjaan dengan melibatkan beberapa orang dan
dengan perlakuan yang sama.
2.1
2. Pergerakan
Pengertian pergerakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,
1998) adalah hal atau keadaan bergerak. Beberapa definisi terkait pergerakan dan
perjalanan menurut Ortuzar dan Willumsen (2011) yaitu :

7
8

a. Perjalanan adalah suatu pergerakan satu arah dari titik asal ke titik tujuan.
Biasanya pergerakan yang menggunakan moda kendaraan bermotor.
b. Pergerakan Home-Based, yaitu pergerakan yang menunjukan bahwa rumah
dari pelaku perjalanan merupakan asal maupun tujuan pergerakan.
c. Pergerakan Non Home-Based yaitu pergerakan yang menunjukan bahwa
ujung pergerakan bukanlah pelaku pergerakan.
d. Produksi pergerakan (Trip Production), didefinisikan sebagai asal dan tujuan
dari sebuah pergerakan home-based atau sebagai asal dari perjalanan Non
Home-Based.
e. Tarikan pergerakan (Trip Attraction), didefinisikan sebagai akhir bukan
rumah untuk pergerakan Home-Based atau sebagai tujuan dari suatu
pergerakan Non Home-Based.
f. Bangkitan pergerakan (Trip Generation), adalah total jumlah pergerakan
yang ditimbulkan oleh rumah tangga dalam suatu zona, baik Home-Based
maupun Non Home-Based.

Perjalanan adalah pergerakan suatu arah dari zona asal ke zona tujuan,
termasuk pergerakan berjalan kaki. Berhenti secara kebetulan tidak dianggap
sebagai tujuan pergerakan meskipun terpaksa melakukan perubahan rute.
Meskipun sering diartikan dengan pergerakan pulang dan pergi, dalam ilmu
transportasi biasanya analisis keduanya harus dipisahkan. Sistem pergerakan
adalah arus pergerakan orang atau barang seperti besaran (volume), maksud
perjalanan, asal-tujuan perjalanan, waktu perjalanan, moda yang digunakan dan
sebagainya.
Lasse (2014) menggungkapkan aktivitas yang terjadi antara operator kapal
dan perusahaan pelaksana bongkar muat kapal antara lain :
a. Stevedoring merupakan kegiatan menurunkan atau menaikkan barang dari
atau ke atas kapal.
b. Cargodoring adalah pemindahan barang dari kapal ke gudang atau lapangan
dan sebaliknya.
c. Receiving adalah kegiatan menerima barang yang dibongkar dari kapal,
9

berlangsung di sisi kapal langsung ke truck atau ke tongkang, dan di sisi darat
gudang atau lapangan bagi barang diterimakan kepada consignee.
d. Delivery adalah penyerahan barang oleh kapal (pengangkut) kepada
penerima. Seperti receiving, delivery pun dapat berlangsung di sisi kapal
langsung ke truck atau ke tongkang, dan di sisi darat gudang atau lapangan
bagi barang melalui gudang atau lapangan diserahkan carrier kepada
consignee atau perwakilan. Perwakilan dari consignee pada event receiving
dan delivery ialah perusahaan pengurusan jasa kepabeanan (PPJK) atau freght
forwader.
3. Petikemas
Menurut Peraturan Menteri nomor 53 tahun 2018 tentang Kelayakan
Petikemas dan Berat Kotor Petikemas Terverifikasi, petikemas adalah bagian dari
alat angkut yang berbentuk kotak serta terbuat dari bahan yang memenuhi syarat,
bersifat permanen dan dapat dipakai berulang-ulang, yang memiliki pasangan
sudut serta dirancang secara khusus untuk memudahkan angkutan barang dengan
satu atau lebih moda transportasi, tanpa harus dilakukan pemuatan kembali.
Menurut Sudarsono (1994) istilah petikemas yang berasal dari istilah container.
Petikemas dalam praktek nampak merupakan peti-peti yang terbuat dari bahan
logam dari beberapa macam ukuran dan tipe. Menurut Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 83 tahun 2016, petikemas (general
cargo) adalah petikemas kotak yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan
standar internasional (international standard organization), sebagai alat atau
perangkat pengangkut barang.
Ronosentono (1997) menyampaikan, petikemas adalah suatu alat dari suatu
sarana angkutan yang :
a. Secara fisik bersifat permanen, dan pada umum nya cukup mampu (kuat)
untuk dipergunakan beberapa kali pemakaian.
b. Khusus dirancang untuk dipergunakan pada setiap pengangkutan atau
pengiriman barang baik dengan menggunakan satu atau beberapa jenis sarana
angkutan, tanpa harus melaksanakan beberapa kali bongkar atau muat.
c. Mampu untuk dipindah-pindahkan dari satu sarana angkutan tertentu kepada
10

sarana angkutan lainnya dengan mudah, karena peralatan yang tersedia pada
sarana angkutan dimaksud adalah tepat guna.
d. Dirancang sedemikian rupa sehingga mudah untuk diisi barang atau
menggkosongkannya.
e. Jumlah isi bagian dalam (internal volume) minimal 1 m3 atau lebih besar lagi.

Sifat-sifat petikemas menurut Subandi (1996) digolongkan menjadi dua


golongan utama yaitu :
a. Non-collapsible freight container, yaitu container yang dibuat dengan
konstruksi kaku (rigid), dan mempunyai komponen-komponen yang dipasang
secara tetap.
b. Collapsible freight container, yaitu container yang dibuat dengan konstruksi
kaku, namun komponen-komponennya dapat dibongkar dan dipasang
kembali dengan cepat (knocked-down system).

Bahan baku petikemas menurut Subandi (1996) dilihat dari bahan


pembuatannya dapat dibedakan menjadi :
a. Steel container, manfaat dari steel container (petikemas dibuat dari baja)
adalah bahwa petikemas ini sangat kuat, tahan bocor terhadap benturan
sehingga mengurangi kerusakan. Kerugiannya adalah bahwa steel container
adalah berat dan cepat karatan.
b. Aluminum container, petikemas yang dibuat dari alumunium adalah ringan
dan dinding-dindingnya, atap dan ujungnya dapat ditutup dengan satu
lembaran alumunium. Dengan demikian tanpa ada sambungan.
c. Fiberglass atau plywood container, umumnya kerangka fiberglass-reinforced
container dan plywood container dibuat dari baja, dengan dinding dan atap
dari kayu lapis berukuran ¾ inci yang diperkuat fiberglass, sehingga dinding-
dindingnya halus dan lebih tipis, dan juga tidak menggunakan ribs (rusuk-
rusuk) dan bracing (gelang atau kaitan). Container jenis ini mempunyai
ruangan lebih luas.
Menurut Kosasih dan Soedewo (2007) terdapat macam-macam jenis dan
11

ukuran container. Untuk jenis container dibagi menjadi :

a. General Cargo Container atau General Purpose (GP) untuk muatan umum.
b. Special Ventilated Container (SVC) untuk muatan yang berkeringat atau
basah, bau atau mudah rusak.
c. Open Top atau Side Container (OT atau OS) dibuat dari steel untuk alat
berat, mesin, traktor, dan sebagainya dimasukkan dari atas oleh derek.
d. Flat Rack Container (FRC), untuk mesin-mesin, atau alat berat dan
sebagainya yang mungkin memakai space lebih dari ukuran 20’ atau 40’;
berlanatai dasar kuat atau kokoh.
e. Dry Bulk Container (DBC) untuk muatan curah.
f. Tank Container (TC), tanki dilindungi rangka besi untuk muatan cair atau
gas.
g. Refrigerated Container (RF), bermesin pendingin, untuk buah-buahan,
daging, dan sebagainya.

Kapal petikemas dapat dibedakan menjadi beberapa jenis menurut Subandi


(1996) :
a. Full container ship, yaitu kapal yang dibuat secara khusus untuk mengangkut
petikemas. Ruangan muatan kapal dilengkapi dengan sel-sel yang keempat
sudutnya diberi pemandu untuk memudahkan masuk dan keluarnya
petikemas. Kapal seperti ini biasa disebut third generation container ship.
b. Partial container ship, yaitu kapal yang sebagian ruangannya diperuntukan
bagi muatan petikemas dan sebagian lainnya untuk muatan konvensional.
Kapal ini biasa disebut dengan semi container.
c. Convertible container ship, yaitu kapal yang sebagian atau seluruh
ruangannya dapat dipergunakan untuk memuat petikemas atau muatan
lainnya. Pada saat yang lain kapal ini dapat diubah sesuai dengan kebutuhan
untuk menggangkut muatan konvensional atau petikemas.
d. Ship with limited container carrying ability, yaitu kapal yang mempunyai
12

kemampuan menggangkut petikemas dalam jumlah terbatas. Kapal ini


diperlengkapi dengan perlengkapan khusus untuk memungkinkan
mengangkut petikemas dalam jumlah terbatas. Dilihat dari segi
konstruksinya, kapal ini adalah kapal konvensional.
e. Ship without special container stowing or handling device, yaitu kapal yang
tidak mempunyai alat-alat bongkar muat dan alat pemadatan (stowing) secara
khusus, tetapi juga mengangkut petikemas. Muatan petikemas diperlakukan
sebagai muatan konvensional yang berukuran besar dan diikat dengan cara-
cara konvensional.

Subandi (1996) menyebutkan, dalam pelaksanaan bongkar muat kapal-kapal


petikemas, diperlakukan sarana seperti dermaga berikut peralatannya yang
khusus. Dalam rangka menuju sistem kontenerisasi, maka pelabuhan-pelabuhan
utama di Indonesia di bangun dermaga-dermaga khusus untuk kapal petikemas.
Dermaga petikemas perlu dilengkapi dengan gantry crane yaitu kran raksasa
untuk memindahkan, memuat atau membongkar muatan ke atau dari chasis.
2.2 Prosedur Penanganan Petikemas
Prosedur penanganan petikemas merupakan suatu pengurusan dokumen
yang di urus demi kelancaran pergerakan petikemas dari petikemas bongkar dari
kapal sampai petikemas muat ke kapal sedangkan yang dimaksud dengan
pergerakan petikemas adalah perpindahan antar tempat petikemas serta kegiatan
yang dilakukan terhadap petikemas tersebut.
1. Penanganan
Pengertian penanganan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,
1998) adalah “proses, perbuatan, cara menangani, penggarapan : dalam usaha
peternakan domba, penanganan langsung dari pemiliknya sangat diperlukan”.
Penanganan muatan menurut Martopo & Soegiyanto (2004) merupakan suatu
istilah dalam kecakapan pelaut, yaitu pengetahuan tentang memuat dan
membongkar muatan dari dan ke atas kapal sedemikian rupa agar terwujud lima
prinsip pemuatan yang baik. Lima prinsip pemuatan yang baik diantaranya
melindungi awak kapal dan buruh, melindungi kapal, melindungi muatan,
13

melakukan bongkar muat secara tepat dan sistematis serta penggunaan ruang
muat semaksimal mungkin.
Penanganan muatan menurut Triatmodjo (2010) adalah perpindahan jenis
angkutan dari angkutan laut ke angkutan darat dan sebaliknya harus dapat
berjalan dengan lancar, aman, dan efektif. Untuk itu, diperlukan penanganan
muatan yang dilakukan oleh para pekerja dengan menggunakan peralatan yang
tersedia di pelabuhan. Jenis peralatan tergantung pada jenis muatan yang
ditangani. Jenis muatan dapat dikelompokkan dalam bentuk muatan umum
(general cargo), muatan curah dan muatan petikemas. Triatmodjo (2010)
mengungkapkan penanganan bongkar muat di terminal petikemas dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu lift on atau lift off (lo/lo) dan roll on/roll off
(ro/ro). Pada metode lo/lo, bongkar muat dilakukan secara vertikal dengan
menggunakan crane baik crane kapal, crane mobil atau crane tetap yang ada di
dermaga (quay gantry crane). Pada metode ro/ro, bongkar muat dilakukan secara
horinzontal dengan menggunakan truck atau trailer.
2.3 Kendala di Area Operasional Depo
Pada dasarnya suatu perusahaan untuk mencapai tujuan atau kesuksesan
tertentu pasti ada suatu kendala (permasalahan) yang ada di operasional depo atau
hambatan di tempat kerja. Untuk mencapai tujuan dari perusahaan perlu adanya
solusi atau pemecahan kendala (permasalahan) yang ada di operasional depo.
Membahas mengenai kendala-kendala di perusahaan atau di operasional depo
yang dihadapi sama dengan mengatasi masalah-masalah yang perlu di selesaikan.
Pengertian kendala menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1998)
adalah “faktor atau keadaan yang membatasi, menghalangi, atau mencegah
pencapaian sasaran”. Padan kata atau persamaan kata dari kendala adalah
masalah. Lubis (2008) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan problem yaitu
suatu deviasi antara yang seharusnya terjadi dengan yang nyata (actual) terjadi
sehingga penyebabnya perlu ditemukan dan diverifikasi. Wijaksono (2013:254)
mengungkapkan bahwa kendala (constraint) terdiri dari dua tipe yaitu kendala
fisik misalnya mesin dan bahan baku, serta kendala non fisik misalnya moral,
pelatihan (keahlian dan keterampilan). Blocher (2012) menyatakan kendala
14

(constraint) adalah kegiatan yang memperlambat waktu total siklus produksi.


15

1. Operasional Depo
Adapun yang dimaksud dengan makna lapangan disini adalah bidang
pekerjaan di perusahaan. Pengertian lapangan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI, 1998) adalah “bidang (pekerjaan, pengetahuan, dsb) bekerja di
bidang pendidikan”. Menurut sensus penduduk 2000, lapangan pekerjaan adalah
bidang kegiatan dari usaha atau perusahaan atau instansi dimana seseorang
bekerja atau pernah bekerja. Lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari
pekerjaan atau usaha atau perusahaan atau kantor atau tempat seseorang bekerja.
BAB 3
METODE PENGUMPULAN DATA

3.1 Jenis Data


Penulisan karya tulis ini menggunakan tipe penulisan jenis deskriptif.
Deskriptif dalam istilah bahasa Inggris adalah descriptive reasearch, seringkali
disebut juga dengan taksonomik. Intisari dari penulisan ini adalah
mengungkapkan mengenai fenomena sosial dan gejala sosial secara spesifik
didalam kehidupan masyarakat. Penulisan dengan jenis deskriptif dilakukan pada
saat Pra Survei langsung di lapangan sehingga dapat menggambarkan tentang apa
yang terjadi pada saat penulisan. Dalam mencari solusi pemecahan masalah,
metode yang digunakan untuk menentukan kebenaran secara obyektif serta
mendukung permasalahan yang akan dibahas dan kemudian akan disusun dalam
bentuk bahasan (Sugiyono 2017).
Menurut Sukmadinata (2014) pengertian deskriptif adalah suatu bentuk
penulisan yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan fenomena yang ada, baik
fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Berdasarkan hal-hal diatas
disimpulkan bahwa penulisan jenis deskriptif adalah tulisan yang berisikan
pemaparan, uraian dan penjelasan suatu obyek sebagaimana adanya pada waktu
tertentu dan tidak mengambil kesimpulan yang berlaku secara umum.
3
3.1
1. Data Kualitatif
Data yang digunakan pada karya tulis ini adalah kualitatif. Menurut Bogdan
dan Taylor (1975) menjelaskan bahwa penulisan dengan data kualitatif adalah
salah satu proses prosedur penulisan yang menghasilkan data deskriptif berupa
ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Data deskriptif adalah
sebuah teknik yang akan digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan data-data yang sudah dikumpulkan tanpa adanya maksud untuk
membuat generalisasi dari hasil penulisan tersebut. Melalui pendekatan kualitatif

15
16

diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan,


data atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat
dan atau organisasi tertentu dalam suatu keadaan konteks tertentu yang dikaji dari
sudut pandang yang utuh, komperatif dan holistik.
Dalam karya tulis ini dilakukan analisa data menggunakan metode kualitatif
dengan menguraikan dan menjelaskan secara rinci hasil pengolahan data yang
diperoleh dari kantor maupun lapangan pada tahap sebelumnya. Selanjutnya
melalui hasil analisa tersebut akan diperoleh informasi tentang penanganan
kendala di area operasional depo dalam prosedur pelayanan pergerakan petikemas
pada PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya.
3.2 Sumber Data
Dalam penulisan karya tulis ini data yang disajikan dalam bentuk kata
verbal bukan dalam bentuk angka, diantaranya data tentang pengiriman barang
logistik. Adapun sumber data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder,
adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer ialah jenis data yang dikumpulkan oleh peneliti langsung dari
sumber utama. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam karya tulis ini
adalah wawancara dengan Manager Operasional PT. Salam Pacific Indonesia
Lines Surabaya dalam melakukan penanganan kendala di area operasional depo
dalam prosedur pelayanan pergerakan petikemas pada PT. Salam Pacific
Indonesia Lines Surabaya.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan atau tersedia untuk
peneliti dari pihak lain. Dalam hal ini data sekunder diperoleh dari data-data
dokumen yang ada di kantor PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Menurut Ridwan (2015) observasi merupakan metode pengumpulan data,
dimana penulis melalukan pengamatan secara langsung ke objek penulisan untuk
melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.
Dalam karya tulis ini digunakan tiga metode pengumpulan data yaitu teknik
17

observasi, teknik wawancara dan teknik studi pustaka, sebagai berikut :

1. Observasi
Pengertian observasi secara umum merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mengetahui sesuatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
sesuatu dari sebuah fenomena yang berdasarkan pengetahuan serta gagasan.
Dalam karya tulis ini pelaksanaan observasi atau pengamatan dilakukan pada
penanganan kendala di area operasional depo dalam prosedur pelayanan
pergerakan petikemas pada PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya serta
mencatatnya selama penulis melaksanakan praktik darat dari awal bulan Juni 2022
sampai akhir kegiatan pada bulan Februari 2023.
2. Wawancara
Menurut Moleong (2017) wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan ini. Hasil wawancara akan digunakan
sebagai sumber penunjang dalam proses penganalisaan data deskriptif. Hal ini
untuk mengetahui pandangan, pendapat, keterangan atau pertanyaan-pertanyaan
yang dilihat dan dialami oleh responden dan informasi.
Wawancara yang dilakukan dalam pembuatan karya tulis ini merupakan
wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang berpedoman pada daftar
pertanyaan. Dalam karya tulis ini data diperoleh dengan cara mengadakan sesi
tanya jawab atau wawancara terhadap narasumber atau yang berkaitan dengan
obyek yang diteliti secara langsung, maka wawancara dilakukan kepada Capt.
Harmin selaku Manager Operasional PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya.
3. Studi Pustaka
Metode studi pustaka adalah metode pengumpulan data dengan mengadakan
studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan
laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Secara
umum studi pustaka adalah upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk
mendapatkan informasi yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Informasi
18

tersebut didapat dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan


ilmiah, tesis dan disertasi, ketetapan-ketetapan, peraturan-peraturan, buku
tahunan, ensiklopedia dan sumber-sumber tertulis baik dalam bentuk tercetak
maupun dalam bentuk elektronik. Dalam karya tulis ini studi pustaka sangat
penting dilakukan, selain digunakan untuk mendapatkan informasi yang relevan,
menambah pengetahuan dan wawasan.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam karya tulis ini dengan
cara membaca dan mempelajari buku atau referensi yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti dalam penulisan karya tulis. Data dan referensi diperoleh
dari perpustakaan maupun dokumen internal perusahaan dalam bentuk hasil rapat,
Standard Operating Procedure (SOP) dan dokumen internal lain di PT. Salam
Pacific Indonesia Lines Surabaya.
BAB 4
PEMBAHASAN DAN HASIL

4.1 Gambaran Umum Obyek Pengamatan


1. Sejarah Perusahaan

Gambar 4.1 Logo PT. Salam Pacific Indonesia Lines


Sumber : PT Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya (2022)

Sejarah perusahaan PT. Salam Pacific Indonesia Lines dimulai pada tahun
1970 dengan berdirinya perusahaan yang bernama PT. Samudera Pacific, yaitu
sebuah perusahaan freight forwading antar pulau. Pada tahun 1980, perusahaan
tersebut mempunyai kapal pertama sebagai tanda awal berdirinya perusahaan
pelayaran nasional, yang kemudian perusahaan tersebut diberi nama PT.
Samudera Pacific Indah Raya (SPIR). Pada tahun 1984, perusahaan telah berganti
nama lagi menjadi PT. Salam Sejahtera yang berpusat di Samarinda. Pada tahun
itu juga dilakukan perpindahan kantor pusat dari Samarinda ke Surabaya,
sehingga muncul nama perusahaan baru yaitu PT. Salam Pacific Indonesia Lines.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan pelanggan serta permintaan untuk
lebih dapat diandalkan antar pulau untuk pengiriman, PT. Salam Pacific Indonesia
Lines pada tahun 1996 meningkatan pelayanan dari penanganan kargo breakbulk,
diganti menggunakan container. PT Salam Pacific Indonesia Lines terkemuka
untuk menjadi pelopor pengiriman Indonesia bagian timur dan sangat menjunjung
tinggi motto dari PT. Salam Pacific Indonesia Lines menghubungkan kepulauan
dengan 28 kantor yang berlokasi strategis di seluruh nusantara. Didukung oleh tim

19
20

profesional perusahaan yang berkompeten, PT. Salam Pacific Indonesia Lines


terus meningkatkan jaringannya untuk menyediakan layanan berkualitas tinggi.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan coverage area yang lebih luas dan
permintaan untuk lebih dapat diandalkan antar Pulau pengiriman, PT. Salam
Pacific Indonesia Lines pada tahun 1996, peningkatan Pelayaran, dari penanganan
belaka cargo break-bulk, untuk cara yang lebih efisien transportasi dengan
memanfaatkan container. PT. Salam Pacific Indonesia Lines terkemuka untuk
menjadi pelopor pengiriman Indonesia Timur dan sangat menjunjung tinggi motto
PT. Salam Pacific Indonesia Lines Menghubungkan Kepulauan dengan 36 kantor
cabang yang berlokasi strategis di seluruh Indonesia. Pada tahun 2017, PT. Salam
Pacific Indonesia Lines meluncurkan aplikasi My Spil, menjadi liner pertama di
industri yang menerapkan mobilitas digital untuk memperkaya pengalaman
pelanggan.
Pada tahun 2018, PT. Salam Pacific Indonesia Lines toll Indonesia, usaha
patungan antara grup PT. Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) dan Anggota
Japan Post. Didukung oleh tim profesional kami yang kompeten, PT. Salam
Pacific Indonesia Lines terus meningkatkan jaringannya untuk menyediakan
layanan berkualitas tinggi.

Gambar 4.2 Depo PKS PT Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya


Sumber : PT Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya (2023)

Tujuan dari PT. Salam Pacific Indonesia Lines tersebut yaitu untuk
memenuhi atau melampaui kebutuhan pelanggan, kompetitif dalam harga,
ketepatan waktu pengiriman dan mencapai kepuasan pelanggan.
21

PT. Salam Pacific Indonesia Lines berkomitmen untuk menerapkan dan


memelihara dokumen sistem manajemen mutu dan terus menerus meningkatkan
efektivitas pada seluruh divisi untuk mencapai tujuan.
Komitmen tersebut akan dicapai dan dipertahankan dengan mengikuti
kerangka utama, antara lain :
a. Memastikan bahwa kebijakan mutu dipahami dan diterapkan diseluruh
kegiatan operasional perusahaan.
b. Kebijakan mutu sebagai acuan untuk mencapai tujuan perusahaan dan
melakukan tinjauan atau sosialisasi secara teratur oleh Direktur Operasional
setidaknya sekali dalam setahun terkait tinjauan manajemen.
c. Perusahaan akan selalu meningkatkan kualitas kerja operasional. Dalam hal ini
interaksi dengan instansi atau rekanan bisnis atau kemitraan dan akan
dilakukan evaluasi secara berkesinambungan atas dasar komitmen mereka
terhadap prinsip-prinsip mutu PT. Salam Pacific Indonesia Lines.
2. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan
a. Visi
Visi PT. Salam Pacific Indonesia Lines yaitu menjadi perusahaan pelayaran
terbaik disemua rute yang kami layani dengan cara menyediakan layanan
berkualitas yang akan menciptakan nilai lebih bagi pelanggan kami.
b. Misi
Misi PT. Salam Pacific Indonesia Lines yaitu menyediakan sarana
transportasi yang efisien dan efektif guna mendukung perkembangan dunia
perdagangan. Kepuasan pelanggan adalah fokus utama kami, yang pasti dapat
kami capai melalui peningkatan kualitas secara terus menerus di segala bidang,
didorong oleh komitmen kami terhadap kesempurnaan, integritas dan kerjasama
tim.
c. Tujuan Perusahaan
Tujuan PT. Salam Pacific Indonesia Lines yaitu menjalankan usaha di
bidang pelayaran dengan cara pengiriman barang menggunakan kapal kontainer
ke seluruh wilayah Indonesia.
22

3. Strategi Perusahaan
PT. Salam Pacific Indonesia Lines mempunyai strategi perusahaan untuk
mencari atau membuat pelanggan menjadi berlangganan dan dapat tercapainya
kepuasan pelanggan, strategi tersebut dinamakan HIJAU, dalam arti yaitu :
a. Hasilkan peningkatan
b. Improve produktivitas dan efisiensi
c. Jadikan proses standarisasi dan sederhana
d. Aplikasi menajemen kerja
e. Unik strategi pemasaran
4. Struktur Perusahaan
Sesuai kebijakan PT. Salam Pacific Indonesia Lines, maka struktur
organisasi yang ditampilkan adalah struktur organisasi di Depo PT. Salam Pacific
Indonesia Lines Surabaya.

Kepala Depo

Asistan
Kepala Depo

Foreman
Admin Depo Gate Staff Operator
Depo
Gambar 4.3 Struktur Depo PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya
Sumber : PT Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya (2023)

Berikut merupakan tugas masing-masing divisi yang dilaksanakan pada PT.


Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya :
a. Kepala Depo
1) Bertanggung jawab atas segala kegiatan yang ada di Depo.
2) Mengatur jalannya sirkulasi container yang masuk dan keluar di Depo baik
empty maupun full.
23

3) Mengelola pembayaran dan booking container dari pihak PPJK.


b. Asistan Kepala Depo
1) Membantu Kepala Depo dalam kelancaran segala kegiatan yang ada di
Depo.
2) Mengatur jalannya sirkulasi container yang masuk dan keluar di Depo
baik empty maupun full.
3) Mengelola pembayaran dan booking container dari pihak PPJK.
c. Foreman Depo
1) Menginput dan menata container bongkaran dari kapal dan mempersiapkan
container yang akan dimuat ke Kapal
2) Melayani pengambilan empty oleh relasi.
d. Admin Depo
Membantu pengerjaan seluruh administrasi Depo
e. Gate Staff
Pembuatan SJC dan penginputan di sistem CIC
f. Operator
Mengoperasikan Reach Stacker dengan baik dan safety
5. Bidang Usaha
PT Salam Pasific Indonesia Lines perusahaan yang bergerak di bidang jasa.
Jasa yang ditawarkan adalah jasa pelayaran antar daerah maupun antar pulau.
Pelayaran tersebut dilakukan menggunakan kapal- kapal yang telah dimiliki oleh
PT Salam Pacific Indonesia Lines. Selain itu juga melayani jasa pengiriman cargo
ekspor - impor dengan kapal container maupun dengan truk bermuatan container.
Jasa yang disediakan oleh PT. Salam Pacific Indonesia Lines, sebagai berikut :
a. Domestic Lines
Pengangkutan cargo antar pulau di Indonesia menggunakan kapal milik
SPIL atau kapal lain dan container Carrier Own Container (COC) atau Shipper
Own Container (SOC). Dengan rute Medan, Batam, Pekanbaru, Sampit,
Banjarmasin, Pontianak, Batulicin, Balikpapan, Samarinda, Berau, Tarakan,
Nunukan, Makassar, Bau- bau, Bitung, Ternate, Merauke, Timika, Tual, Kaimana,
Fak-fak, Sorong, Manokwari, Nabire, Jayapura, Serui dan Biak.
24

Gambar 4.4 Kapal SPIL Oriental Emerald


Sumber : PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya (2022)

b. Perusahaan Bongkar Muat (PBM)


Kegiatan melakukan bongkar muat kapal dan stuffing di depo PKS yang
dimiliki oleh PT Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya.

Gambar 4.5 Bongkar Muat di Terminal Petikemas Surabaya


Sumber : PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya (2023)

c. Alat Berat
Bidang pengelolaan unit mekanis alat berat meliputi: operasional alat berat
untuk melayani proses bongkar barang dan maintenance unit mekanis alat berat
sebagai supporting dari PBM. tipe unit mekanis alat berat adalah sebagai berikut :
forklift, forklift looder, reach stacker, crane dan trailer.
d. Container dan Seal
Pada bidang usaha ini PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya
menyediakan container beserta sealnya bagi customer yang akan mengirimkan
25

barang demi memudahkan customer agar tidak mondar mandir dalam pengiriman
barang. Kepemilikan container :
1) Carrier Own Container (COC)
Container milik perusahaan pelayaran dan termasuk container leasing.
2) Shipper Own Container (SOC)
Container milik shipper yang menumpang di kapal milik perusahaan
pelayaran.
e. Ukuran Container
Tabel 4.1 Ukuran Container
Sumber : PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya (2022)

Keterangan 20 Feet 40 Feet

Panjang ±6m ± 12 m
Lebar ± 2.4 m ± 2.5 m

Tinggi ± 2.6 m ± 2.8 m

Berat Container ± 2.300 kg ± 4.000 kg

Berat Muatan (Max) ± 27.000 kg ± 28.000 kg


Total Berat (Max) ± 30.480 kg ± 32.500 kg

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan selama melakukan Pra survey ditemukan
beberapa fenomena di PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya dijelaskan
seluruh proses kegiatan proses pergerakan dan proses penanganan petikemas di
PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya. Berikut temuan kendala
permasalahan yang ditemukan di Area Operasional Depo :
1. Prosedur Pergerakan Petikemas
Prosedur Pergerakan petikemas adalah pergerakan petikemas dari proses
bongkar dari kapal sampai petikemas tersebut muat kembali ke atas kapal. Pada
proses observasi ditemukan beberapa masalah yang terjadi di lapangan yang
26

menyebabkan kelancaran arus petikemas terhambat.


Temuan masalah tersebut mengenai keterlambatan petikemas masuk ke
terminal petikemas yang melewati batas waktu closing petikemas untuk dimuat ke
atas kapal. Dengan adanya keterlambatan petikemas ini masuk ke terminal
petikemas akan mengakibatkan penambahan biaya dalam pengurusan petikemas
yaitu biaya alih kapal dan dampak lainnya adalah keterlambatan pengiriman
petikemas ke pelabuhan tujuan yang dikarenakan petikemas tersebut akan dimuat
ke kapal berikutnya menunggu petikemas tersebut masuk ke area terminal
petikemas.

Gambar 4.6 Siklus Status Petikemas PT. Salam Pacific Indonesia Lines
Sumber : PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya (2022)

Berikut penjelasan mengenai status petikemas yang ada di siklus petikemas


tersebut :
a. Full on board atau Empty On board (FOB atau MOB)
Status petikemas FOB menunjuakan bahwa petikemas tersebut dalam
keadaan full dan berada di atas kapal untuk diangkut sedangkan status MOB
menunjukan bahwa petikemas tersebut dalam keadaan kosong(empty) dan berada
di atas kapal.
b. Full ex discharge atau Empty ex discharge (FXD atau MXD)
Status petikemas FXD menunjukan petikemas dalam keadaan full dan dalam
proses bongkar atau muat sedangkan MXD menunjukan petikemas dalam keadaan
empty dan dalam proses bongkar muat.
27

c. Full at consignee (FAC)


Status petikemas FAC menunjukan petikemas dalam keadaan full dan
sedang berada di container yard (CY) untuk selanjutnya petikemas tersebut
dibawa ke gudang pemilik barang untuk proses stripping.
d. Stripping (STR)
Status petikemas STR menunjukan petikemas dalam keadaan full dan
berada di container yard (CY) utuk selanjutnya petikemas tersebut di bawa ke
container freigt station (CFS) atau stripping area untuk proses stripping.
e. Empty (MTA)
Status MTA menunjukan petikemas sudah dalam kondisi kosong.
f. Empty at shipper (MAS)
Status petikemas MAS menunjukan petikemas dalam keadaan kosong dan
akan di muat (stuffing) di gudang pemilik barang.
g. Stuffing (STF)
Status petikemas STF menujukan petikemas dalam keadaan kosong dan
akan di muat (stuffing) di stuffing area.
h. Full to load atau Empty to load (FTL atau MTL)
Status petikemas FTL menujukan petikemas tersebut dalam kondisi full dan
siap untuk dimuat di atas kapal sedangkan MTL menunjukan petikemas tersebut
dalam kondisi empty dan siap untuk di muat diatas kapal (repo petikemas).
Siklus petikemas pada PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya ini
digunakan untuk melakukan inventaris terhadap seluruh petikemas yang dimiliki
oleh PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya dengan menggunakan aplikasi
berupa container inventory control (CIC). Dengan adanya penamaan istilah
mengenai status petikemas tersebut memudahkan pihak perusahaan untuk
melakukan pengawasan mengenai pergerakan petikemas milik PT. Salam Pacific
Indonesia Lines di seluruh cabangnya dan dapat dengan cepat untuk mencarikan
petikemas empty untuk customer yang akan melakukan pesanan petikemas yang
sesuai dengan muatan yang akan di stuffing.
Alur Status Petikemas Ketika Petikemas Dipesan Dari Depo Untuk Proses
Stuffing di Depo Hingga Muat Diatas Kapal. Didalam CIC juga terdapat
28

mengenai data petikemas berupa pihak pemesan petikemas (forwarder), isi


muatan, lokasi petikemas, status petikemas, tanggal petikemas saat berubah status,
dan kapal pengangkut petikemas tersebut.

MTA MAS FTL FOB


Gambar 4.7 Siklus Status Petikemas Empty dari Depo Muat ke Atas Kapal
Sumber : PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya (2022)

Pada saat forwarder mengambil petikemas di depo status petikemas tersebut


MTA lalu pihak forwarder mengambil petikemas tersebut membawanya ke
gudang untuk lakukan proses stuffing. Ketika petikemas tersebut sudah keluar
depo pihak admin depo akan mencatatnya lalu admin depo akan merubah status
petikemas tersebut menjadi MAS. Setelah proses stuffing selesai, pihak forwarder
membawa ke terminal petikemas pelabuhan lalu tallyman akan membuatkan
receiving card full di Pelindo.
Setelah pembuatan receiving card full tersebut admin depo akan merubah
status petikemas tersebut menjadi FTL. Ketika kapal pengangkutnya sudah
sandar, petikemas tersebut akan muat diatas kapal dan status petikemas berubah
menjadi FOB dan admin depo akan merubah status petikemas tersebut ketika
manifest muat sudah diajukan ship agent ke pihak Pelindo.
2. Prosedur Penanganan Petikemas
Prosedur penanganan petikemas adalah pengurusan dokumen petikemas
dari petikemas bongkar dari atas kapal, sampai petikemas muat kembali keatas
kapal. Pada prosedur penanganan petikemas di Pelindo terdapat permasalahan
ketika dokumen receiving card full sudah dibuat tetapi petikemas yang sudah
dibuatkan dokumennya terlambat masuk ke area terminal petikemas.
Hal ini terjadi ketika tally man mengurus dokumen receiving card full di
Pelindo untuk petikemas yang di stuffing luar oleh pihak shipper dan akan dimuat
ke jadwal kapal yang sesuai dengan selesainya waktu stuffing, namun ketika
proses pengambilan petikemas kosong di depo sampai pengiriman petikemas full
29

ke terminal petikemas terjadi kendala-kendala di lapangan yang menyebabkan


petikemas tersebut terlambat masuk ke terminal petikemas sehingga melewati
waktu closing untuk muat ke atas kapal yang sesuai tertera dalam receiving card
full.
Berikut penanganan petikemas dari pengamabilan petikemas di depo hingga
petikemas naik keatas kapal. Kendala yang terjadi di lapangan menyebabkan
keterlambatan petikemas full masuk ke area terminal petikemas melewati waktu
closing yang ada di receiving card full. Ketika terjadi keterlambatan tersebut
diperlukan pengurusan dokumen alih kapal di Pelindo.
a. Pengambilan Petikemas Empty di Depo
Sebelum pemilik barang melakukan proses stuffing di gudang, pemilik
barang harus melakukan booking petikemas dengan marketing selanjutnya
marketing akan menginfokan ke petugas depo, lalu petugas depo akan
menyiapkan petikemas yang akan diambil oleh pemilik barang. Didalam
pemilihan petikemas di PT. Salam Pacific Indonesia Lines terdapat 3 grade
petikemas yang berdasarkan jenis muatan antara lain :
1) Grade A dengan nomor petikemas SPNU290XXXX ke atas dan digunakan
untuk muatan seperti makanan, minuman dan tepung.

Gambar 4.8 Petikemas Grade A


Sumber : PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya (2022)
30

2) Grade B dengan nomor petikemas SPNU270XXXX sampai SPNU 289XXXX


dan digunakan untuk muatan seperti kayu dan alat-alat elektronik.

Gambar 4.9 Petikemas Grade B


Sumber : PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya (2022)

3) Grade C dengan nomor petikemas SPNU270XXXX ke bawah dan digunakan


untuk muatan seperti besi bekas.

Gambar 4.10 Petikemas Grade C


Sumber : PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya (2022)

Selanjutnya pemilik barang dapat mencetak release order yang sudah tertera
nomor petikemas yang sesuai dengan muatan yang akan dimuat di marketing.
Selanjutnya pemilik barang dapat menyerahkan release order ke petugas depo.
31

Gambar 4.11 Release Order


Sumber : PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya (2022)

Lalu petugas depo mengecek keseuaian release order dengan petikemas


yang akan diambil oleh pemilik barang. Setelah itu petikemas yang sesuai dengan
release order dapat di naikan ke atas trailer. Selanjutnya petugas depo akan
membuatkan surat jalan yang menyatakan mengenai kondisi petikemas saat
diambil oleh pemilik barang setelah itu trailer dapat keluar depo. Lalu petugas
depo akan mengkonfirmasi ke pemilik barang mengenai waktu selesai proses
stuffing di gudang untuk pengurusan receiving card full di billing Pelindo.

Petugas Depo
Release melakukan
pengecekan Lift On
Order kesesuaian RO
dengan petikemas

Trailer
Surat Jalan keluar Depo

Gambar 4.12 Alur Pengambilan Petikemas Empty di Depo


Sumber : PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya (2022)
32

Gambar 4.13 Surat Jalan


Sumber : PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya (2022)
b. Prosedur Pembuatan Receiving Card Full di Pelindo
Receiving card full adalah dokumen petikemas yang digunakan untuk
petikemas full untuk masuk ke terminal petikemas dan untuk petikemas tersebut
dimuat keatas kapal. Dalam pembuatan receiving card full, tally man harus
mengetahi waktu selesai proses stuffing selesainya kapan. Petugas depo akan
membuatkan receiving card full dengan sesuai waktu jadwal kapal sandar
terdekat untuk muatan tersebut diangkut menggukan kapal tersebut. Waktu open
untuk membuat receiving card full adalah empat hari sebelum kapal sandar dan
untuk waktu closing adalah waktu kapal sandar.
Waktu open dan closing ini dapat diketahui dengan pihak ship agency
melakukan pengiriman surat permohonan open stack ke pihak Pelindo melalui
email untuk menyediakan tempat penumpukan di container yard untuk muatan
bongkar dari kapal. Untuk pengajuan pembuatan receiving card full menggunakan
release order dengan mencantumkan nomor petikemas, muatan petikemas, nama
kapal pengangkutnya dan mencantumkan keterangan RC FULL di bagian atas
release order. Petugas Pelindo akan memasukkan data tersebut ke sistem Pelindo
lalu mencetak pra-nota.
Pra-nota ini berisi biaya layanan jasa yang di gunakan untuk petikemas
33

masuk ke terminal petikemas. Setelah itu tally man akan mengecek kesesuaian
nomor petikemas dan status petikemas tersebut. Jika sudah sesuai tally man akan
mengecap release order dengan cap Cash Management System (CMS). Cap CMS
diginakan sebagi bukti bahwa nota yang ditagihkan sudah di bayar oleh PT. Salam
Pacific Indonesia Lines dengan sistem autodebit. Setelah di cap CMS petugas
akan mencetakkan receiving card full.

Release Pra-
CMS RC Full
Order (RO) Nota

Gambar 4.14 Alur Pembuatan Receiving Card Full


Sumber : PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya (2022)

Gambar 4.15 Receiving Card Full


Sumber : PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya (2022)

Setelah receiving card full selesai, petikemas yang sudah selesai proses
stuffing bisa masuk ke area pelabuhan untuk ditumpuk di terminal petikemas
sebelum batas waktu closing untuk muat kapal yang dituju tutup dan ketika kapal
yang dituju sesuai dengan receiving card full sudah sandar maka petikemas
tersebut akan dimuat ke atas kapal.
34

c. Prosedur Pembuatan Batal Muat atau Alih Kapal


Jika receiving card full sudah dibuat namun petikemas yang tertera dalam
receiving card full tersebut terlambat masuk ke area terminal petikemas melewati
batas waktu closing yang tertera di receiving card full maka tally man akan
mengkonfirmasi ulang ke forwarder mengenai kapan petikemas tersebut bisa
masuk ke area termial petikemas lalu membuatkan dokumen batal muat atau alih
kapal untuk muatan tersebut dengan jadwal kapal pengangkut yang sesuai dengan
waktu petikemas tersebut masuk ke area terminal petikemas.

Batal
Release
Order (RO) Pra-Nota CMS Muat/Alih
Kapal

Gambar 4.16 Alur Pengajuan Batal Muat atau Alih Kapal


Sumber : PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya (2022)

Untuk pengajuan pembuatan batal muat atau alih kapal menggunakan


release order dengan mencantumkan nomor petikemas, muatan petikemas, nama
kapal pengangkut yang dibatalkan, nama kapal pengangkutnya berikutnya dan
mencantumkan keterangan batal muat atau alih kapal dibagian atas release order.
Petugas Pelindo akan memasukkan data tersebut ke sistem Pelindo lalu mencetak
pra-nota. Pra-nota ini berisi biaya layanan jasa yang di gunakan untuk petikemas
batal muat atau alih kapal. Setelah itu tally man akan mengecek kesesuaian nomor
petikemas dan status petikemas tersebut. Jika sudah sesuai tally man akan
mengecap release order dengan cap CMS. Setelah di cap CMS petugas akan
mencetakkan dokumen batal muat atau alih kapal.

Gambar 4.17 Dokumen Batal Muat atau Alih Kapal


35

Sumber : PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya (2022)

3. Kendala yang Dihadapi di Lapangan dalam Proses Pergerakan dan Proses


Penanganan Petikemas
Kendala di lapangan merupakan faktor yang menyebabkan petikemas
terlambat masuk ke area petikemas full masuk ke area terminal petikemas. Berikut
kendala di lapangan yang menyebabkan petikemas full terlambat masuk ke area
terminal petikemas.
a. Muatan di gudang pemilik barang belum siap untuk stuffing kedalam
petikemas. Muatan yang belum siap untuk stuffing yaitu muatan di gudang
pemilik barang sudah ada tetapi muatan tersebut belum dipacking sesuai
dengan ukuran petikemas agar muatan tersebut dapat tahan dari tekanan dan
bantingan secara umum yang akan terjadi dalam pengangkutan.
b. Lalu lintas jalan raya disekitar area pelabuhan atau sepanjang jalan yang
dilewati oleh trailer. Lalu lintas jalan raya sangat berpengaruh pada kelancaran
arus petikemas pada wilayah gudang pemilik barang dengan area pelabuhan.
c. Kurangnya komunikasi antara pihak PT. Salam Pacific Indonesia Lines
Surabaya dengan pihak pengurus forwarder. Kurangnya komunikasi antara
pihak forwarder dengan pihak PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya
terjadi dalam informasi mengenai selesai waktu stuffing di gudang pemilik
barang dengan penyesuaian jadwal angkut muatan tersebut. Hal ini sering
terjadi ketika tallyman sudah melakukan pembuatan receiving card full yang
sesuai dengan jadwal kapal yang ada tiba-tiba forwarder menginfokan ke
tallyman bahwa muatan tersebut tidak bisa masuk ke area terminal petikemas
sesuai dengan batas watu yang telah tertera dalam receiving card full.
d. Terjadi kerusakan pada trucking yang menyebabkan berkurangnya armada
sehingga petikemas yang diambil volume jumlahnya berkurang. Pada
perusahaan PPJK yang memiliki armada trucking memerlukan biaya perawatan
yang cukup tinggi sehingga dari perusahaan PPJK sendiri kurang
memperhatikan perawatan.
e. Alat bongkar muat di depo PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya yang
sudah berusia tua sehingga sering terjadi kerusakan yang menyebabkan banyak
36

trailer menunggu untuk proses pelayanan lift on petikemas ke atas trailer.


4.3 Hasil
1. Muatan di Gudang Pemilik Barang Belum Siap Untuk Stuffing ke
Dalam Petikemas.
Ketika pihak pemilik barang mau mnegirimkan muatan harus memastikan
dan memperhitungkan muatan tersebut sudah siap dan tinggal dilakukan proses
stuffing ketika petikemas tersebut sampai di gudang pemilik barang lalu
perhitungan jumlah muatan tersebut sudah sesui dengan volume petikemasnya
jangan sampai di dalam petikemas terdapat ruang kosong (broken stowage) yang
menyebabkan muatan di dalam petikemas saling bertubrukan dan bisa membuat
muatan tersebut rusak.
Selalu memperhitungkan waktu proses stuffing dalam dengan kondisi cuaca
yang terjadi pada saat bekerja, misalnya jika kondisi cuaca tidak mendukung
seperti hujan, secara otomatis proses pengisian barang ke dalam petikemas akan
dihentikan untuk sementara waktu.
2. Lalu Lintas Jalan Raya Disekitar Area Pelabuhan Atau Sepanjang Jalan
yang Dilewati oleh Trailer.
Supir dari trailer tersebut harus mengetahui medan jalan raya di wilayah
Surabaya dan ketika mau mengambil atau mengirimkan petikemas harus
menghindari jam-jam sibuk seperti jam pulang kantor. Selain itu supir dari trailer
bisa memprediksikan mengenai waktu sampainya trailer tersebut ke pelabuhan
dengan jarak tempuh dari gudang ke pelabuhan. Selain itu pula mengenai bahan
bakar solar, supir harus juga bisa memperkirakan dengan volume solar yang ada di
tangki trailer dengan jarak tempuh dengan volume bahan bakar tersebut. Supir
trailer dapat mengisi full tangki trailer sebelum mengambil petikemas empty dan
dapat langsung membawa petikemas full langsung ke area terminal petikemas
tanpa mengisi ulang lagi.
3. Kurangnya Komunikasi Antara Pihak PT. Salam Pacific Indonesia Lines
Surabaya dengan Pihak Pengurus Forwarder.
Pihak dari PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya harus lebih sering
komunikasi bisa melalui email atau telepon untuk memastikan waktu selesainya
37

proses stuffing di gudang pemilik barang dan juga melakukan pengecekan proses
stuffing jika dilakukan di depo atau di pelabuhan. Jika waktu selesai stuffing sudah
pasti lalu tally man akan membuatkan receiving card full di Pelindo.
Hal ini sangat membantu untuk kelancaran arus petikemas dengan saling
menjaga komunikasi. Melakukan pendekatan terhadap pihak PPJK sebagai
langkah awal untuk menimbulkan rasa saling membutuhkan, sehingga pihak PPJK
secara berkelanjutan menggunakan jasa dari PT. Salam Pacific Indonesia Lines
Surabaya.
4. Terjadi Kerusakan Pada Trucking
Pihak PPJK selaku pemilik truck harus memperhatikan perawatan dari truck
itu sendiri dan penggunaan truck yang sesuai dengan SOP seperti membawa
muatan yang tidak melebihi kapasitas dari truck itu sendiri. Selain itu pemilik
truck harus membekali peralatan bengkel untuk persiapan ketika truck terjadi
kerusakan ditengah jalan dapat segera diperbaiki dengan cepat kerusakannya.
Selain itu pula bisa dilakukan daily inspection, jadi sebelum berangkat dicek
terlebih dahulu seperti level tekanan angin pada ban, sistem pengeremannya
dengan mengecek minyak remnya apakah ada kebocoran atau tidak dan fungsi
komponen lain yang bisa mengganggu operasional kendaraan.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemaparan di bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Prosedur Pergerakan Petikemas
a. Dalam PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya terdapat status
petikemas dan kode lokasi petikemas yang digunakan untuk mengontrol
pergerakan dan inventarisasi petikemas.
b. Penggunaan aplikasi Container Inventory Control (CIC) sangat membantu
karyawan untuk mengontrol pergerakan dan inventarisasi petikemas dengan
adanya data lengkap mengenai petikemas tersebut.
2. Prosedur Penanganan Petikemas
a. Pembuatan dokumen alih kapal di Pelindo ke kapal berikutnya yang sesuai
dengan jadwal kapal pengangkutnya.
b. Melakukan persiapan proses stuffing muatan sehingga ketika petikemas
empty sampai ke gudang pemilik barang dapat langsung dilakukan proses
stuffing.
c. Melakukan perhitungan yang tepat mengenai jumlah dan volume muatan
yang akan di lakukan proses stuffing untuk menghindarkan broken stowage.
3. Kendala dalam Prosedur Pergerakan dan Penanganan Petikemas
a. Muatan di gudang pemilik barang belum siap untuk stuffing.
b. Lalu lintas jalan raya yang dilewati oleh trailer.
c. Kurangnya komunikasi antara pihak PT. Salam Pacific Indonesia Lines
Surabaya dengan pihak pengurus forwarder.
d. Terjadi kerusakan pada trucking.
e. Terjadi kerusakan alat bongkar muat di depo.

40
41

5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam penulisan Karya Tulis ini adalah
sebagai berikut :
1.
Supir trailer harus mengetahui medan jalan raya yang dilewati trailer dan
harus bisa memperkirakan volume bahan bakar yang ada dengan jarak tempuh
yang bisa dicapai dengan bahan bakar tersebut sehingga supir bisa mengisi
tangki bahan bakar secara penuh ketika akan membawa petikemas ke
pelabuhan untuk menghindari antri yang panjang ketika akan mengisi bahan
bakar. Selain itu, pihak PPJK harus memperhatikan perawatan dari trailer dan
mempersiapkan alat-alat bengkel yang diperlukan ketika trailer sedang
mengalami kerusakan ditengah jalan dan menjalankan daily inspection dengan
mengecek seluruh keadaan kendaraan sebelum beroperasi.
2.
Ketika melakukan pengurusan dokumen petikemas di Pelindo sebaiknya
menghubungi forwarder terkait terlebih dahulu. Hal tersebut untuk
mengkonfirmasi dan menanyakan kesiapan muatan guna dilakukan proses
pembuatan receiving card full di Pelindo dan menghindari keterlambatan
petikemas full masuk ke area terminal petikemas sebelum waktu closing. Serta
pihak pemilik barang harus mempersiapkan dengan baik muatan yang akan di
stuffing untuk menghindari broken stowage.
3.
Ketika pihak perusahaan sudah mengetahui alat bongkar muatnya sering
bermasalah sebaiknya pihak perusahaan langsung mengarahkan pihak trailer
langsung mengambil petikemas empty di uster pelabuhan dengan mengurus
dokumen SP2 empty sehingga pihak trailer tidak perlu menunggu sampai alat
bongkar muat selesai diperbaiki dan arus pergerakan petikemas tetap berjalan
lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. 2009. Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode.


Yogyakarta: YKPN. (Hal. 07).
Badan Pusat Statistik. 2016. Sensus Penduduk 2000. Lampung: BPS Provinsi
Lampung. (Hal. 01).
Blocher, David E Stout & Gery Cokins. 2012. Manajemen Biaya Penekanan Strategis
Buku 2 Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat. (Hal.14).
Bogdan, Robert C. & Taylor. 1975. Qualitative Research for Education: An
Introduction to Theory and Methods. Boston London : Allyn and Bacon, Inc.
(Hal. 15).
Daryanto & Anggi Gita. 2018. Analisis Penataan Penumpukan Kontainer Terhadap
Lahan Depo di PT. Mentari Sejati Perkasa Surabaya. Jurnal Aplikasi Pelayaran
dan Kepelabuhanan. Vol. 9.No. 1. (Hal. 02).
Kosasih, Engkos & Hananto Soewedo. 2007. Manajemen Perusahaan Pelayaran.
Jakarta: Raja Garfindo Persada. (Hal. 11).
Lasse, D.A. 2014. Manajemen Kepelabuhanan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
(Hal.08).
Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) di Indonesia Edisi ke-2.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. (Hal. 14).
Martopo, Arso & Soegiyanto. 2004. Penanganan dan Pengaturan Muatan. Semarang :
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang. (Hal. 13).
Maryati. 2008. Manajemen Perkantoran Efektif. Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. (Hal. 07).
Moleong, L. J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. (Hal. 16).
Nuraida. 2008. Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta: Kanisius.
(Hal.07).
Ortuzar, J. D. & Willumsen, L. G. 2018. Modelling Transport 4th Ed. (Hal. 07).
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (Hal. 07,
12, dan 13).
Republik Indonesia. 2005. Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 5 tahun 2005
tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional. Lembaran Negara RI Tahun
2005, Sekretariat Negara. Jakarta. (Hal. 01).
Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. PM
83 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Depo Petikemas.
Lembaran Negara RI Tahun 2016, Sekretariat Negara. Jakarta. (Hal. 09).
Republik Indonesia. 2018. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. PM
53 Tahun 2018 tentang Kelaikan Petikemas dan Berat Kotor Petikemas
Terverivikasi. Lembaran Negara RI Tahun 2018, Sekretariat Negara. Jakarta.
(Hal. 09).
Ridwan. 2016. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta. (Hal. 15).
Ronosentono, Noch. Idris. 1997. Pengetahuan Dasar Tatalaksana Freight
Forwarding. Jakarta: CV. Infomedika. (Hal. 09).
Subandi. 1996. Manajemen Peti Kemas. Jakarta: Penerbit Arcan. (Hal. 10).
Sudarsono. 1994. Operasi Peti Kemas dan Pertanggungannya. Jakarta: PT. Rineka
Cipta. (Hal. 09).
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta. (Hal. 15, 18, dan 19).
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya. (Hal. 15).
Triatmodjo, B. 2010. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset. (Hal. 13).
Wijaya, darma & Roy Irawan. 2018. Prosedur Administrasi Penjualan Bearing Pada
Usaha Jaya Teknika Jakarta Barat. Jurnal Perspektif. Vol.16, No. 1. (Hal. 07).
LAMPIRAN

Lampiran 01 Hasil Wawancara


Narasumber
Tanggal Wawancara : 12 Desember 2022
Tempat/Waktu : Ruangan Manager Operasional

Identitas Narasumber
1. Nama : Capt Harmin
2. Umur : 55 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Pendidikan Formal : D3 Amd. Pel
5. Jabatan : Manager Operasional

Hasil Wawancara
Faruq : Bagaimana awal mula pergerakan container Capt?
Capt Harmin : Awal mula pergerakan container yaitu terbitnya RO yang di
booking oleh relasi PPJK kepada pihak pelayaran Divisi CS.
Faruq : Kenapa relasi PPJK sering tidak mendapatkan container Capt?
Capt Harmin : Karena pergerakan container kita dicabang lamban dan terlambat
sampai ke pusat akhirnya stock container kita dipusat kehabisan
stock untuk relasi PPJK.
Faruq : Ketika terjadi kerusakan container ketika proses bongkar muat,
kepada siapa dan apa yang dilampirkan untuk claim Capt?
Capt Harmin : Pertama kita lihat kerusakan container tersebut dimana, apakah
ketika perjalanan di kapal menggunakan armada kita atau ketika
bongkar muat di Terminal lalu ketika ingin melakukan claim
harus dilampirkan Berita Acara dari kedua belah pihak.
Faruq : Bagaimana jika relasi PPJK terlambat mengirimkan container
untuk muat di atas kapal Capt?
Capt Harmin : Relasi PPJK harus konfirmasi terlebih dahulu ke pihak pelayaran
untuk muat alih kapal. lalu pihak pelayaran mengganti data
coparn di terminal agar tidak timbul biaya double di terminal.
Faruq : Apa yang dibutuhkan untuk pengambilan container Full atau
FAC di CY lini satu Capt?
Capt Harmin : Yang harus disiapkan dahulu yaitu DO untuk diserahkan ke team
coparn terminal agar dibuatkan surat jalan container (SJC) dan
SP2 untuk pengambilan Full Container di CY lini satu.
Faruq : Apa yang menyebabkan relasi PPJK muat alih kapal Capt?
Capt Harmin : Biasanya karena muatan mereka sendiri di gudang belum ready
tapi sudah mendaftarkan container di terminal untuk open stack.
Faruq : Ada berapa grading container di PT. SPIL ini Capt?
Capt Harmin : Di PT. SPIL ini ada 3 grading container yaitu Container Grade
A dengan nomor 290 keatas yang biasanya untuk makanan dan
minuman, Grade B dengan nomor 270 - 289 untuk kayu dan alat
elektronik dan Grade C dengan nomor 270 kebawah untuk untuk
besi bekas.
Faruq : Kenapa harus ada status container Capt?
Capt Harmin : Agar kita perusahaan pelayaran dan relasi tahu keberadaan dan
kondisi container kita dan memperlancar pergerakan container
kita.
Faruq : Kendala apa yang sering terjadi ketika bongkar muat container di
Depo Capt?
Capt Harmin : Biasanya kendala yang sering terjadi yaitu Alat berat (Reach
stacker) kita rusak dan memperlambat alur pergerakan container
dan juga dokumen yang expired sehingga relasi PPJK tidak bisa
mengambil containernya.
Faruq : Bagaimana kita menangani kendala yang sering terjadi ketika
proses bongkar muat Capt?
Capt Harmin : Untuk menangani kendala tersebut kita harus rutin melakukan
maintenance untuk alat berat kita dan divisi CS harus
berkoordinasi dengan relasi PPJK ketika dokumen mereka
expired sebelum container mereka tiba di Depo agar tidak terjadi
keterlambatan pergerakan container.
Faruq : Mohon izin Capt terimakasih untuk wawancara dan ilmunya
Capt, semoga kedepannya PT. SPIL semakin jaya
Capt Harmin : Iya sama-sama Mas Faruq semoga ilmu kamu selama PRADA
bermanfaat dan cepat lulus untuk mengaplikasikan ilmu tersebut
di dunia kerja.
Lampiran 02 Dokumentasi Wawancara Bersama Narasumber

Sumber : Penulis (2022)


Lampiran 03 Delivery Order

Sumber: PT Salam Pasific Indonesia Lines Surabaya (2022)


Lampiran 04 Surat Jalan

Sumber: PT Salam Pasific Indonesia Lines Surabaya (2022)


Lampiran 05 Surat Order Pemakaian Truck

Lampiran 4 : Surat Jalan Container

Lampiran 5 : Daftar Grade Container

Sumber: PT Salam Pasific Indonesia Lines Surabaya (2022)


Lampiran 06 Surat Jalan Container

Sumber: PT Salam Pasific Indonesia Lines Surabaya (2022)


Lampiran 07 Daftar Grade Container

Sumber: PT Salam Pasific Indonesia Lines Surabaya (2022)


Lampiran 08 Pengamatan Penanganan Stuffing

Sumber: Penulis (2022)

Potrebbero piacerti anche