Sei sulla pagina 1di 28

SEMINAR KEPENULISAN ONLINE

TAKIS DAN YOUTH PUBLISHING

Pemateri : Bella Zmr

Hari/tgl : Sabtu, 9 Mei 2020

Lokasi : Grup Whatsaap

Tema : Diksi

Sebelum materi nih ya, saya pengin belokin dikit. Pernah mendengar pepatah tak kenal maka
tak sayang? Nah ada baiknya sebelum kita panjang ngalor ngelindur bahas topik, kita lebih baik
kenalan dulu yak. Siapa tahu ada yang mungkin belum kenal atau mungkin masuk kelas ini
hanya sebatas materi. Jadi ya udah, saya kenalin diri dulu ya.

Oke, kenalin … Bella Putri Maharani atau punya nama samaran Bellazmr (bacanya bebas, mau
bellazemer, bellazetemer, bebas … mau cantik boleh kenalin) Sebelumnya, kenapa sih saya
bisa-bisa menjadi pengisi materi di sini. Jadi sederhananya, 6 tahun yang lalu saya mulai
mempublikasikan hobi saya dalam bidan menulis, hingga akhirnya bisa menerbitkan 6 judul
novel.

1. Crazy Mate

2. Flesh Out

3. Hung Out

4. Break Out

5. Fall

6. Loose Cannon.

Saya kelahiran 99, sudah lulus kuliah S1 bidang peternakan, domisili Palembang. Udah gitu aja
ya, tapi kalau ada yang mau tanya tanya mengenai diri saya boleh hehe.

DIKSI

Ada banyak banget makna dari kata “Diksi” menurut pakar, ahli, bahkan kamus besar. Tapi
saya mengutip yang paling sederhana saja, berhubung kita juga bukan sedang sekolah yang
mewajibkan sesuatunya menjadi formal. Jujur saja juga, pas dikasih materi ini saya merasa ini
sebuah tantangan membalut materi yang sebenarnya adalah “pelajaran sekolah” menjadi
sesuatu yang tidak membosankan. Jadi maaf saja, jika materi yang saya bawakan tidak ada di
mata pelajaran. Saya ingin mengemas diksi dalam sesuatu yang beda.

Diksi, secara sederhana diartikan sebagai “Pilihan kata”. Jadi intinya, Diksi itu semacam pilihan
kata yang digunakan oleh seseorang dalam menuliskan sesuatu. Pada materi ini saya
membaginya ke dalam dua garis besar, fungsi diksi dan dasar diksi.

Oke, fungsi diksi di bagi enam(versi saya) yaitu :

1. Tulisan tidak monoton karena menggunakan kata yang itu itu saja.

Kebanyakan dari kita yang membaca buku, kadang lebih menyukai baca dialog ketimbang
narasi. Alasannya dikarenakan narasi yang kurang menarik—bahkan kadang terkesan narasi
hanya “embelan” dari apa yang dikatakan tokoh.

Padahal sebenarnya narasi itu harus sejalan dengan dialog, bahkan seharusnya lagi narasi
dapat membangun tokoh. Dari mulai menggambarkan tingkah tokoh, lingkungan di sekitar
tokoh, pemikiran si tokoh, gestur yang digunakan tokoh. Wah! Bagi saya narasi tuh penting
sekali.

Pernah juga membaca cerita yang setelah dialog penggunaan katanya itu-itu saja. Hanya
sekadar ; ucap, tanya, jawab, kata (Ini yang paling umum) Sejauh ini, selama saya sudah
mengedit beberapa naskah, kesalahan sederhana dari penulis pemula adalah kekurangan diksi
setelah dialog. Padahal banyak banget …

- kata

- ucap

- ujar

- tukas

- sergah

- sela

- potong

- ulang

- ralat

- bujuk

- rayu

- gerutu

- omel

- teriak

- jerit

- desak

- bentak

- celetuk

- cecar
- ledek

- olok2

- goda

- gagap

- maki

- rutuk

- sambung

- tambah

- koreksi

- kotbah

- pidato

- repet

- sahut

- lanjut

- gumam

- sangkal

- elak

- tandas

- cuap2

- protes

- panggil

- tuntut
- pinta

- mohon

- pekik

- desah

Tinggal yang menulis saja, pintar-pintar menyocokan. Mana yang pas untuk membangun
suasana ceritanya.

2. Memperkaya bahasa.

Terkait poin ke satu. Guna diksi adalah memperkaya bahasa dari penulis itu sendiri. Sejauh ini,
setiap saya membaca novel yang paling saya perhatikan adalah diksi penulis dalam
membawakna ceritanya. Jadi, baca novel bukan cuma untuk baper-baperannya doang, tapi
juga untuk belajar.

Nah biasanya, setelah bertambahnya waktu … akan terjadi perkembangan bahasa dari seorang
penulis apalagi jika dia belajar. Dari yang mulanya menggunakan kata-kata sederhana untuk
menggambarkan sesuatu, perlahan mulai lebih berkembang.

Terus gimana dong cara kayain bahasa?

Bahasa aku itu-itu aja.

Sinonim. Gunakan sinonim.

Kalau kamu mau menggambarkan hal lain dan terasa terlalu sering menggulang kata yang itu-
itu aja. Coba buka google dan cari sinonim dari kata yang ingin kamu gunakan.

Misal, kamu terlalu sering menggunakan kata “Melihat”. Cek deh sinonim melihat itu apa.

Memandang, membesuk, membuktikan, memeriksa, memperhitungkan, memperkirakan,


memprediksi, menampak, menebak, menengok, mengantisipasi, mengawasi, mengecek,
mengelih, mengestimasi, mengetahui, menilik, menjelang, menjenguk, menonton, menyaksikan,
meramalkan, merenung, pirsa,

Nah setelah dicari, wah banyak banget kan!


Jadi kalau kamu udah ngerasa, kentang banget gambarin tokoh kalau lagi melihat sesuatu
pakai kata “melihat” bisa diexplore pakek sinonim di atas. Mana nih yang paling sesuai.

Misal,

1. Aku melihat dia dari atas hingga ke bawah.

Bisa kamu otak-atik jadi.

2. Aku menilik dia dari atas hingga ke bawah.

Sama sama intinya si tokoh aku melihat, tapi lebih asyik kan gunakan kata “menilik” jadi
kelihatan, wah pinter juga nih penulis gunain kata-kata lain selain melihat. Percayalah, semakin
luas kosa kata yang kamu miliki. Kamu lebih kayak punya banyak hal untuk mengungkapkan
cerita kamu tuh seperti apa.

3. Memperkuat dialog dan narasi yang dipergunakan.

Coba bedakan, mending mana.

1. “Aku juga tidak tahu,” kata Yasmin memotong.

2. Tanpa menunggu waktu, Yasmin menyeletuk ucapan lawan bicaranya, “Aku juga tidak
tahu.”

Ditelaah baik-baik. Untuk satu dialog yang sama, digunakan penjabaran yang berbeda. Apa
sama saja artinya? Tidak. Tapi mana yang terlihat lebih kuat? Nah di sini letak penulis
mengotak-atik diksi yang mereka gunakan.

Biasanya ya, untuk memperkuat dialog dan narasi.Aku mengotak atik diksi di bagian subject,
predikat, objek yang digunain. Kadang kutuker-tuker kayak di atas. Objek di depan, predikat di
depan. Bahasa Indonesia nggak kayak Bahasa Inggris yang kalau diubah sedikit, maka predikat
akan berubah. Indonesia tetap sama.

Makanya, Bahasa Indonesia itu termasuk bahasa yang sebenarnya mudah dipelajari untuk
“percakapan” maupun “Tulisan”. Dibandingkan bahasa Arab yang pakai tulisan Arab, bahasa
Jepang (kanji), Korea(Hangul), YAP! Kita yang memakai abjad romawi, bahkan tergolong lebih
mudah daripada Bahasa Inggris.
Bahasa inggris A disebut _ei_. Kita A, ya disebutnya A. Tetap. W mereka baca _dobel
yu_, kita? Tetep w aja.

Lalu kenapa banyak dari kita yang malah pintaran bahasa Asing ketimbang bahasa sendiri?
Karena kita selalu menyepelekan sesuatu, karena kita menganggap sejak dari lahir udah pakai
Bahasa Indonesia jadi kalau ada ujian segala macem tentang Bahasa sendiri, ya udah santuy.
Tapi pas keluar nilai, lebih cakep nilai Bahasa Inggris (SERING BANGET!) Ya ini, jiwa
menyepelekan sudah mandarah daging.

Oke balik lagi.

Gimana caranya memperkuat dialog dan narasi? Sederhana, sesuaikan mana yang paling bisa
menggambarkan. Pembaca pertama dari tulisan yang kamu buat adalah diri kamu sendiri.
Tidak hanya menempatkan dirimu sebagai penulis, tapi juga tempatkan dirimu sebagai
pembaca. Saat kamu membaca tulisan kamu, apakah kamu nyaman, apakah kamu merasa
bisa tersampaikan?

Jelas. Kalau kamu aja mikir, “Duh kentang banget tulisan aku.” “Ah jelek banget sih.”

Ya udah. Nyampe ke pembaca juga bakal gitu, konsepnya seperti ini ; kalau kamu saja nggak
yakin sama tulisan kamu, gimana orang juga mau yakin untuk membacanya?

Di sini juga kamu harus nyiapin yang namanya kepercayaan diri. Jangan terlalu tinggi (sebab
kamu akan tutup telinga dan mata kalau kamu terlalu PD dan ujung-ujungnya nggak
mendengar pendapat orang lain), jangan terlalu rendah juga (karena ujung-ujungnya kamu
bakal insecure, tulisan nggak ada yang berujung tamat … sibuk nggak pede doang)

4. Membangun suasana tulisan

Diksi yang tepat akan membuat suasana yang kita ingin sampaikan menjadi terbangun. Ini
mengarah pada kata umum dan kata khusus yang beredar. Dan artian, biasanya makin luas
ruang lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya . Makin umum suatu kata, maka terbuka
kemungkinan salah paham dalam pemaknaan.
Contoh kata umum adalah “Ibu” menggambarkan seseorang wanita yang lebih tua, tapi ibu
juga bisa diartikan sebagai wanita yang telah melahirkan.

Contoh pemBeda khusus adalah “bunda”, pernah mendegar di jalan saat seseorang menyapa
wanita yang lebih tua dipanggilnya bunda? Nggak kan? Bunda terkhusus menggabarkan wanita
yang telah melahirkan.

“Ibu boleh saya bantu?” Coba telaah, kalau si tokoh ngomong itu … bisa aja kan, ibu yang dia
maksud bukan ibu kandung dia.

Bedakan dengan ini, “Bunda, boleh saya bantu?” jelas sekali bahwa ibu yang dimaksud itu
benar-benar ibu kandungnya/ atau mungkin bisa jadi, seseorang yang punya keterkaitan
khusus sehingga memperbolehkan si tokoh memanggilnya bunda.

Jadi itulah yang disebut, diksi kalau salah dapat bikin suasana yang dibangun menjadi salah
pengartian.

5. Mencegah kesalahan arti pada tulisan.

1. Peternak itu memerah sapi setiap pagi, sampai matahari membakar kulitnya hingga
memerah.

2. Saya makan apel sebelum apel pagi di lapangan.

Sama sama memerah, tapi beda maksud?

Sama-sama apel, tapi beda maksud juga?

Nah, di sinilah diperlukan, “Pemahaman akan tulisan sendiri.” Kalau sudah merasa kata-kata
yang digunakan akan mengambigukan pembaca, sebaiknya pilihlah kata lain yang dapat
menggambarkan maksud yang dituju. Sederhana saja, karena kita kadang tidak tahu kualitas
pembaca kita itu seperti apa. Ada yang diberi penjelasan ini mudah mengerti, ada yang diberi
penjelasan ini sulit mengerti. Jadi sebisa mungkin menulis yang tidak mencegah kesalahan arti
tulisan.
Untuk menghindari keambiguan dari kesamaan kata, marilah gunakan kata kata khusus
(Berkaitan di poin 4) Karena kembali lagi, kita nggak bisa menyamaratakan tingkat kepahaman
pembaca.

Gimana caranya? Banyak membaca—banyak belajar—banyak mendengar masukan. Membaca


terampuh, saya sampaikan kepada kalian bahwa kunci kalau mau menulis itu adalah membaca,
dua hal yang tidak terpisahkan. Kamu mau nulis aja, nggak pakai baca? Itu ibarat sayur tanpa
garam, bagai taman tak berbunga (Udah kan kayak nyanyi nih). Iya jadi sebisa mungkin
banyakin baca. Diperhatikan tulisan dari yang kamu baca, garisi kata kata yang menurut kamu
asing, jarang digunakan, dan keren.

Bukan mencontek, bukan memplagiat. Tapi di sini gunanya mempelajari. Karena percayalah,
sekalipun kamu memplagiat/ mencontek sama persis dengan dalih terinsipirasi. Kamu nggak
akan seratus persen menjadi dia. Tapi kalau kamu belajar, jelas kamu akan punya jati diri yang
pasti ini juga akan membuat kamu bernilai—bahkan bisa lebih dari dia yang kamu awalnya
jadikan ajaran. Nggak ada titik puas dari yang namanya belajar.

Banyak banyak membaca.

6. Tambahan, fungsi diksi yang terakhir adalah mencegah kesalahan penggunaan kata
tidak baku dan kata baku.

Haduh, ini bukan main. Sampai sekarang saya saja masih terus belajar mengenai ini. Saya
kalau merasa tidak yakin sama satu kata (bingung ini baku atau nggak). Mari gunakan KBBI.
Disediakan banyak kemudahan sekali sekarang.

Saya ambil 75 kata saja yang paling paling paling sering salah ditulis. (Ini saya copas di google
dan sudah saya cari yang paling sesuai dengan keadaan)
Kata tidak baku >> kata baku

• adzan ->> azan

• aktifitas ->> aktivitas

• analisa ->> analisis

• atlit ->> atlet

• azas ->> asas

• belagu ->> berlagu

• blanko ->> blangko

• cendikiawan ->> cendekiawan

• dekrit ->> dekret

• detil ->> detail

• diagnosa ->> diagnosis

• efektifitas ->> efektivitas

• elit ->> elite

• ex ->> eks

• extra ->> ekstra

• faksimili ->> faksimile

• formil ->> formal

• frekwensi ->> frekuensi

• gladi ->> geladi

• gledek ->> geledek

• hakekat ->> hakikat


• handal ->> andal

• hapal ->> hafal

• hembus ->> embus

• himbau ->> imbau

• himpit ->> impit

• hipotesa ->> hipotesis

• hirarki ->> hierarki

• hoax ->> hoaks

• hutang ->> utang

• ijasah ->> ijazah

• ijin ->> izin

• indera ->> indra

• insyaf ->> insaf

• isteri ->> istri

• jadual ->> jadwal

• jaman ->> zaman

• karir ->> karier

• kharisma ->> karisma

• komoditi ->> komoditas

• komplit ->> komplet

• kreatifitas ->> kreativitas

• kuatir ->> khawatir


• kwalitas ->> kualitas

• kwantitas ->> kuantitas

• lahat ->> lahad

• lembab ->> lembap

• lobang ->> lubang

• manejemen ->> manajemen

• mensinergikan ->> menyinergikan

• mensosialisasikan ->> menyosialisasikan

• mensukseskan ->> menyukseskan

• menyolok ->> mencolok

• mesjid ->> masjid

• milyar ->> miliar

• nafas ->> napas

• napsu ->> nafsu

• nasehat ->> nasihat

• obyek ->> objek

• obyektif ->> objektif

• pondasi ->> fondasi

• popular ->> populer

• praktek ->> praktik

• propinsi ->> provinsi

• rapot ->> rapor


• realita ->> realitas

• resiko ->> risiko

• respon ->> respons

• sholat/shalat ->> salat

• standarisasi ->> standardisasi

• subyek ->> subjek

• subyektif ->> subjektif

• tapi ->> tetapi

• tekat ->> tekad

• terimakasih ->> terima kasih

Kemudian setelah paham fungsi dari diksi yang akan kita gunakan. Mari kita lanjut ke dua hal
yang mendasari diksi (pilihan kata)

Mengapa ini penting, jelas ibarat bangun rumah … udah tahu tujuan bangun rumahnya apa, kita
juga perlu ada pondasi. Nah ini pondasi dari diksi tersebut.

Dua Pondasi Diksi

1. Ketepatan

Hal ini biasanya menyangkut kesamaan makna, logika, dan maksud. (Sebenarnya ini sudah
saya jelaskan di atas, tapi nggak apalah ya biar lebih paham)

Kalau kamu masih penulis pemula—usahakan gunakan kata-kata yang popular dulu. Tapi kalau
mau terabas biar kelihatan kaya diksi, nggak masalah. Balik lagi aja … kamu maunya gimana
dan kamu sukanya kayak apa.

Contohnya seperti ini;


Kata tidak umum = Kata popular

populasi = penduduk

makro = besar

abses = bisul

produk=, prestasi, keluaran = hasil

metode = cara

bermakna, signifikan fraksi = berarti

indeks = penunjuk

konsesi = izin

Konsep nulis itu sederhana; pikirkan, rasakan, dan kerjakan. Maaf keluar kontes, tapi saya
sering banget nih nerima pertanyaan, “Kak gimana cara mulai nulis?” “Kak gimana, aku ada ide
tapi nggak bisa nulis?” “Kak, aku nulis kok nggak ada feelnya?”

Jawabannya itu. Konsep nulis

1. Pikirkan apa yang pengin kamu tulis. Kalau ngerasa bakalan lupa, tulislah dulu di
coretan.

2. Rasakan apa yang pengin kamu sampaikan. Kalau kamu saja nulis adegan sedih, tapi
kamunya nggak kebawa suasana sedih. Jujur itu bakalan susah banget. Diksi biasanya bakalan
ngalir sejalan dengan suasana perasaan kamu, kadang … ngalir gitu aja kata-kata puitis, kosa
kata berlamburan kalau lagi menghayati sesuatu. Makanya, yang nulis juga harus merasakan.
Pernah dengar kutipan, “Semua yang dikerjakan pakai hati juga akan sampai ke hati.” Saya
rasa, itu ada benarnya juga.
3. Kerjakan. Kamu udah kepikiran nulis apa, udah ada feel juga tapi males melanda dan
nggak dikerjain. Ya percuma dong seyenggg … kan nulis butuh dikerjakan juga, nggak tiba-tiba
BLEK jadi! Jadi intinya, nulis aja dulu.

2. Kesesuaian

Hal ini menyangkut pada kecocokan kata yang dipilih pada konteks sosial, maksudnya apakah
sesuai bila kata tersebut digunakan kemudian apakah diterima atau tidak oleh masyarakat/
pembaca/ umum.

Pernah ketemu tulisan yang dengan lugas menyampaikan kata-kata jorok di dalamnya? Misal
menyebut alat kelamin/ kata kasar. Atau pernah ketemu tulisan yang sebenarnya
menggunakan kata-kata jorok tapi diperhalus.

Yap, di sini letak menyesuaikan tulisan yang kamu bawa. Jujur saja, saya lumayan banyak
membaca gaya bahasa penulis yang adadi bukunya. Dan biasanya ;agi dari penulis tersebut,
minimal ada 2 buku yang saya koleksi. Dari sana, biasanya kelihatan mana yang “frontal” mana
yang “bisa menutupinya”. Mana yang bisa menyesuaikan sama pikiran pembaca dan mana
yang nggak.

Ini balik lagi sih, bisa-bisanya penulis membawa tulisannya.

Selain itu, hal lain dari “kesesuaian” adalah irama tulisan. Ini biasanya pada puisi atau kutipan
sih, tapi nggak jarang penulis dan bahkan saya sendiri menggunakannya. Kenapa? Jawabnnya
satu, terlihat enak.

Meski kita hanyalah doa-doa yang tak pernah jadi nyata.

Meski kita hanyalah harapan yang berakhir sia-sia.


Meski kita hanyalah kata semoga yang tidak pernah berwujud ada

Kenang kita.

Kenang aku.

Hanya itu. Pintaku.

(Dikutip dari tulisan saya yang berjudul Pull String)

Dari puisi di atas, saya menggunakan huruf di belakang kata yang sama. A dan U, Kenapa? Biar
lebih nyaman saja saat dibaca.

Atau dari kutipan

Simpul jari yang erat, doa semakin berat, aminku paling serius untuk kata kita suatu saat di
waktu yang tepat-Wira (Dikutip dari tulisan saya berjudul Pull String)

Enak nggak sih bacanya kalau kelihatan sesuai gitu? Enakan. Nah itu juga yang sebenarnya
mendasari diksi harus seusai. Biar tulisan makin yahud. Yang nulis ngerasa sedap, yang baca
merasa mantap. HAHAH.

Udah sepertinya itu saja materi diksi yang bisa saya bawa, maaf jika menyelipkan banyak
materi di luar diksi, saya jujur saja … pengin membalut materi ini agar lebih dimengerti sekalian
memotivasi kalian untuk selalu berpikiran, “Nulis itu mudah jika kamu berniat dan kemudian
mengerjakannya.” Apapun itu, kalau sudah diniatkan dan lalu dikerjakan, pasti akan
mendapatkan hasilnya kok, Sayang. Banyak membaca jangan lupa hehe.

Tentang diksi? semua akan berkembang,kalau kamu banyak membaca dan belajar.
PERTANYAAN-PERTANYAAN

Sesi Pertama

1.Nama : Vita Khumairatun Nisa

Asal : Kuningan Jawabarat

Pertanyaan :

Apakah saat ingin mengajukan novel kepada penerbit ada peraturan pemilihan diksi yg tidak
boleh digunakan? Jika ada mohon dijelaskan terimakasih

2. Nama : Dini ismiyati

Asal Daerah : Pandeglang, Banten

Pertanyaan: Kak, gimana sih caranya mengolah diksi dalam cerita yang kita buat dapat sesuai.
Agar tidak ada pengulangan kosa kata yang bisa membuat pembaca bingung?

3. Nama: niken mega pramesty

Asal daerah: lampung

Pertanyaan:Kak izin bertanya bagaimana cara memilih diksi untuk orng yg belum terlalu
menguasai penggunaan bahasa? Siap terimakasih kak

4. Nama:amilia putri l

Asal daerah:tangerang

Pertanyaan:amilia= kak aku mau nanya, bagaimana cara menentukan diksi yang pas setelah
dialog? kadang aku suka bingung untuk nentuinnya dan berakhir memakai diksi itu itu aja.

5. Nama: Zhizi Evanthe

Asal daerah: Jakarta Timur

Pertanyaan: Kak Bella, Aku mau nanya tips atau trik penempatan diksi supaya tidak terkesan
membosankan atau malah belibet gimana ya kak? Karena terkadang penggunaan diksi itu
malah tidak tepat dan bisa disalah pahami oleh pembaca lalu membuat cerita itu kehilangan
feel-nya.

6. Nama: Salsabila Az Zahra

Asal daerah: Jakarta Selatan

Pertanyaan: Halo kakak, aku mau tanya soal diksi. Seperti yang dijelaskan di atas, diksi adalah
pilihan kata yang digunakan oleh seseorang dalam menuliskan sesuatu. Lalu bagaimana cara
kita menemukan diksi yang khas dari seorang penulis? Setau aku, diksi itu bisa menjadi
karakteristik penulis. Apakah diksi bisa berubah sesuai genre cerita?

7. Nama : NoonaAgassi

Asal Daerah : Bandung

Pertanyaan :

assalaamu'alaikum Kak Bella. Mau nanya apakah untuk suatu genre ada diksi yang tepat untuk
digunakan agar pembaca paham dengan maksud kita? Misalkan, untuk genre romance dan
genre teenfic 'kan pembacanya berbeda.

Terima kasih
8. Nama: Ita Firani

Asal daerah: Medan, Sumut

Pertanyaan: apakah diksi berupa sajak atau puisi berupa aturan bebas tanpa rima
dibelakangnya terkesan membosankan Kak? Atau perlu ditambahkan makna seperti konotatif
atau denotatif?

9. Nama: LIDIYA ISNAENI

asal daerah: Tegal, Jawa tengah

Pertanyaan : "Ka, biasanya di dalam sebuah cerita ada yang namanya quotes atau puisi,
bagaimana caranya memilih diksi dan suasana yang tepat untuk menulis seulas quotes agar
sesuai dengan cerita tadi?"

Terima kasih ka bella

10. Nama: Fatmila Nurliani

Asal daerah: KalSel

Pertanyaan: Izin bertanya kak Bella. Saya sekarang sedang garap novel. Tapi saya ngerasa
kata-kata saya itu masih kaku banget. Dan agak takut juga kalau-kalau banyak typo dengan
diksi yang minim. Saya sangat kesulitan dalam menggambarkan perasaan tokoh biar bisa
menyentuh pembaca. Misal kak. Kasusnya seorang laki-laki sedang memendam perasaan
cinta pada seorang wanita yang dulu dibencinya. Tolong kasih contoh dong kak, kalimat
dengan diksi yang pas buat susana hati seperti ini.

Terimakasih kak Bella..

Semoga bisa bertemu kembali.

Sesi Kedua

1. Nama: Etha Poetri Sinaga


Asal daerah: Sidikalang, Sumatera Utara

Pertanyaan: Halo ka Bella! Izin bertanya ka, apa sih perbedaan diksi dalam puisi sama diksi
dalam cerita(novel)? Terus, apa diksi puitis hanya bisa digunakan dalam puisi aja?

2. Nama: Putri Dewi Susanti

Asal daerah: kebumen, Jawa tengah

Pertanyaan: kak boleh minta contoh buat yang nomor 3. (Memperkuat dialog dan narasi yang
dipergunakan), soalnya masih agak bingung yang itu hehe˒

3. nama : dinar

asal : jogja

pertanyaan : saya mau nanya nih dan mungkin pertanyaan ini jg banyak ditanyaain temen2
author newbie diluar sana. gimana awalnya nulis sampe dapet readers yang banyak dan
gimana caranya nguatin diri buat tetep nulis dan gak terpaku sm readers? dan gimana biar
dibagian narasi, kalimatnya tetep enak dibaca jd gak kyk tiba2 sok puitis tp setelah itu jdi biasa
lagi? terima kasih kak bella ❤ maaf kalo pertanyaan awal agak melenceng dari materi yang
sudah dibahas (diksi)

4. Nama: wanda

asal daerah: bandung

pertanyaan:Bismillah kak pengen tanya dong gimana sih pemilihan diksi biar dilirik penerbit
dan bagaimana agar bacaan kita bisa dibaca semua kalangan dan nyaman terus dibacanya

5. Nama: Selvia Mardiantiningsih


Asal daerah: Blora, Jawa Tengah

Pertanyaan: Izin bertanya, Kak Bell. Aku mau tanya terkait penggunaan kata baku.
Pertanyaanku, kalau misal aku mau pake kata asing (tapi ada istilah itu dalam bahasa
Indonesia) dalam tulisan aku boleh nggak sih, Kak? Misal hoax kan kata bakunya hoaks, tapi
aku mau pake yang kata asing, boleh nggak sih kak? Mohon penjelasannya, Kak Bel.

Terima kasih

6. Nama: Rachelma

Asal daerah: Tangerang Selatan

Pertanyaan:

Kak, tadikan kakak bilang cara memperkaya diksi bisa dengan sinonim. Aku sering banget
coba, dan beberapa kali nemu arti dari sinonim kata yg aku cari itu kurang nyambung sama
kalimat yg mau aku rangkai.

Kakak punya tips atau cara menyesuaikannya ga?

7. Nama: Diva putri kalila

Asal daerah: Sumsel

Pertanyaan: Assalamu'alaikum kak izin bertanya

Kak, Gimana sih cara ngebedain konotatif dan denotatif, sementara keduanya termasuk dalam
kategori diksi dan makna nya, Terima kasih kak sebelumnya.

8. Nama: Tazkia Nafsah Aulia

Asal daerah: Bekasi, Jawa barat

Pertanyaan: assalamualaikum kak Bella, aku mau tanya cara membuat diksi yang baik dalam
puisi gimana ya kak? Terimakasih.

9. Nama: Fadilah

Asal daerah: Ciomas,Banten

Pertanyaan: Izin bertanya kak. Dalam sebuah karya tulis langkah apa yang dapat menentukan
jika diksi tersebut tepat untuk digunakan atau tidak?

Terimakasih.

10. Nama: nisrina nur zahira

Asal daerah: demak , jateng

Pertanyaan: kak mau nanya , kalo buat cerita yang diksinya punya cirigas itu giaman ya kak,
kan bisa di bilang diksi itu kebanyakan sebagai cirihas penulis . Makasih kak bella sebelumnya

Sesi Ketiga

1. Nama: ni kadek Yulia Trisnawati

Asal daerah: sulawesi tengah

Pertanyaan: kak aku mau bertanya, aku pernah baca gtu kalau seorang penulis itu bisa menulis
dengan kreasi dan bahasanya sendiri. Jadi maksudnya bisa membuat bahasa dan diksi juga
kak, apakah seperti itu? Soalnya aku pernah nulis gtu tpi apa yang aku tulis artinya gk sama
seperti pemikiran tmn aku gtu. Terima kasih kak
2. Nama: sukma

Askot: Jawa Tengah

Pertanyaan:

Kak bella mau tanya apakah variasi diksi yang banyak menambah nilai dimata penerbit

3. Nama : Aisyah

Asal daerah : makassar, sulsel

Pertanyaan : Sore, kak bella. Aku mau tnya, menurut kak bella sendiri, untuk membuat narasi
yang enak di baca pada tulisan yang memakai sudut pandang orang ketiga cocoknya pake
bahasa formal atau santai? Dan apakah diksi sastra/yg asing cocok di gabung dalam narasi
non formal?Makasih̘ ̘

4. Nama: Nabila Saktiana

Asal daerah: Cimahi, Bandung

Pertanyaan: ka Bella pengen tau nih maksudnya diksi yang sistematis itu seperti apa kak? Trs
aku masih bingung dalam penggunaan kata baku dan ngga baku itu maksudnya gmn kak?
Tolong penjelasannya kak:) Hehe sebelum nya makasihh kak̘

5. Nama:Nunik

Askot: cirebon

Pertanyaan||kak gimana caranya agar diksi yang kita masukkan sesuai alur dan ga membuat
pembaca bingung?

6. Nama : Junita Rosa Linda Nainggolan


Asal daerah : Bengkalis, Riau

Pertanyaan : Apakah kakak Bella sendiri mempunyai trik-trik khusus untuk mengotak-atik diksi
di bagian subjek, prediket atau objek karena yang saya pikirkan itu pasti akan sgt
memusingkan.

7. Nama: Nabila Saktiana

Asal daerah: Cimahi, Bandung

Pertanyaan: ka Bella pengen tau nih maksudnya diksi yang sistematis itu seperti apa kak? Trs
aku masih bingung dalam penggunaan kata baku dan ngga baku itu maksudnya gmn kak?
Tolong penjelasannya kak:) Hehe sebelum nya makasihh kak̘

8. Nama : prangesti

Asal daerah : Purbalingga, Jawa tengah

Pertanyaan :Assalamualaikum, Kak mau tanya

Gimana caranya agar bahasa/tulisan yang kita buat itu mudah dipahami pembaca. Terus tadi
kan kakak bilang ya dibelakang dialog itu bisa digunain untuk menceritakan apa yang sedang
tokoh lakukan, tapi gimana cara menjabarkannya misal kaya "dadah" gitu

Maaf kalo keluar dari materi.

Sebelumnya makasih banyak kak

9. Nama : Ervina Karim

Asal Daerah : Tarakan, Kaltara

Pertanyaan : Halo, kak! Izin bertanya. Bagaimana caranya agar memiliki khas seorang penulis
dengan diksi yang berkelas? Dengan kata lain, dalam setiap kutipan novelnya, diksi yang ia
gunakan teramat singkat, padat, namun begitu dalam dan menusuk hati. Terimakasih, kak!

10. Nama: Sri Ayu Monikha

Asal daerah: Medan, Sumatera Utara

Pertanyaan: kak, gimana cara membuat opening yang tidak berlebihan dalam menggunakan
diksi, kadang aku pake diksi tapi pas baca ualang kaya ga enak gitu di bacanya. Berlebihan dan
mubazir:"(

Terimaksih kak3

Sesi Keempat

1. Nama : Irna Safitri

asal daerah : Sarolangun, Jambi

pertanyaan : Halo kak

Tips biar punya gaya kepenulisan sendiri dalam cerita itu gimana kak?

2.Nama : Elsa Meisiyah

asal daerah : Banjarnegara, Jawa Tengah

pertanyaan : Menurut kak bella sendiri, diksi sepenting apa kak? Aku kan sering baca cerita
yang penulisnya gak terlalu banyak berkata-kata (diksi) di cerita dia, tapi tetap dicintai para
pembacanya karena mungkin ciri khas dalam penulisannya. Lalu bagaimana menurut kakak?

3. Nama: Latifanika

Asal daerah: Purbalingga, jateng


Pertanyaan:

Kak, gimana nentuin diksi yang pas buat alurnya jadi kelihatan hidup, nggak monoton juga
nggak nyeleweng. Terima kasih.

4. Nama : Hala'an

asal daerah : Majasem, kemangkon, Purbalingga, jateng

pertanyaan : kak mau tanya.. Apa setiap dialog itu harus merujuk ke inti obrolan atau bisa
dialognya cuma sebatas isi cerita? Mohon sarannya

5. Nama : Amanda Z

asal daerah : Jawa Tengah

pertanyaan : Kak Bella saya mau bertanya, bagaimana cara memadupadankan sebuah diksi
agar narasi terlihat lebih hidup. Terimakasih banyak kak:)

6. Nama : aisyah

asal daerah : depok

pertanyaan

ka bel ada ga saran novel atau bacaan apapun buat referensi diksi

7. Nama:salsabillah

Asal daerah:jakarta

Pertanyaan: ka bagaimana sih membedakan makna diksi dengan dua pondasi diksi?..
8. Nama : Ayu Oktavianti

Asal Daerah : Tanjungpinang, Kepulauan Riau

Pertanyaan : Sore kak Bella, izin bertanya. Gimana cara kita bisa memilih kata yang tepat.
Kadang menurut kita tepat tapi menurut pembaca kurang dengan kata yang kita pilih. Dan Cara
ngilangin kata yang berlebihan itu gimana?

Terimakasih

9. Nama : Marini Amalia Suci

Asal daerah : Gorontalo

Pertanyaan : hai kak Bella, aku mau nanya gimana caranya bikin narasi yg baik dan enak buat
dibaca? apa penggunaan diksi kayak majas juga diperlukan supaya feel nya lebih dapet? aku
tipe yang kalo nulis narasi nggak bisa pake kata2 majas atau pengganti kata yang puitis2 gitu
tapi kalo baca cerita orang kayak yang "waaw, ini gaya bahasanya keren banget" gimana
tipsnya supaya bisa nulis narasi yang mendetail dan bikin suasananya itu kayak nyata dan
seolah2 pembaca bener bener ngerasain itu?

10. Nama :Amilia

daerah asal :Tangerang

pertanyaan :kak aku mau nanya apa diksi bisa di pake di genre fantasy? apa kita harus selalu
make diksi? maaf aku nanya ini, jadi apa setiap kalimat boleh make diksi? 

Potrebbero piacerti anche