86. Kembali soal penegakan syari’at Islam di
Indonesia, hukum Islam secara_ teknis
bertentangan dengan hukum_positif,
karena dalam Islam bila bersalah dan
mengaku, ia bisa dimaafkan tanpa
dihukum, sedang dalam hukum positif,
hukuman itu tetap berlaku. Bagaimana
menurut anda ?
Penempatan sifat hukum Islam tidak sesederhana
itu. Sejumlah hukum pidana Islam yang menyangkut
hudud seperti, perzinahan, pencurian, perampokan
dan minuman keras, bila sudah sampai di meja
hijau ( pengadilan ) tidak bisa dimaafkan
( dibebaskan dari hukum ), bahkan hukuman harus
dilaksanakan.
Al-lmam An-Nasai rhm dalam kitab Sunannya, bab
Hudud, menceritakan tentang seorang Shahabat
yang bernama Shofwan ibnu Umayyah ra, ia
menangkap seorang pencuri yang mencuri
pakaiannya, kemudian dibawanya sang pencuri
tersebut ke Rasulullah SAW, si pencuri pun
mengakui perbuatannya, akhirnya Nabi SAW
memutuskan pemotongan tangannya. Kemudian
Shofwan ra trenyuh hatinya, ia pun memohon
ampunan dari Rasulullah SAW untuk si pencuri,
mengingat si pencuri sudah mengakui kesalahan
nya dan barang curian sudah dikembalikan, namun
Nabi SAW menyesalkan tindakan Shofwan ra
dengan mengingatkannya kenapa tidak dari awal dia
memaafkannya sebelum dihadapkan ke pengadilan-
nya Rasulullah SAW. Akhirnya, hukum potong
tangan sang pencuri tetap dilaksanakan.
Dan Al-lmam Abu Daud rhm dalam kitab Sunannya,
bab Hudud, meriwayatkan bahwasa nya Nabi SAW
bersabda :
tye pee ‘a esa Ped + ? <
poli log « gSit Ladd Sy dall Lyla"
a ho ae Ree RL.
Shes Jad oo oye
Artinya : “Bermaaf-maafaniah kamu sekalian di
dalam hudud, maka apa-apa yang telah
sampai kepadaku dari persoalan hudud,
wajiblah ditegakkan hukumannya “
Dan memang sejumlah hukum lainnya, ada yang
bisa dimaafkan, seperti kasus Qodzaf ( menuduh
orang baik-baik dengan zina ), karena menyangkut
pencemaran nama baik seseorang, sehingga yang
bersangkutan setelah namanya dibersihkan lewat
persidangan punya hak untuk memaafkan pelaku
atau tetap melepaskannya kepada hukum.
Adapun kasus pembunuhan, andai pun dimaafkan
dari qishos, namun ada diyat dan kifarat yang
menanti untuk dilaksanakan sang pembunuh.
Yang jelas tidak benar bahwa hukum Islam
bertentangan dengan hukum positif. Bahkan hukum
Islam memiliki daya akomodatif yang tinggi terhadap
hukum positif dengan tingkat fleksibilitas yang tidak
akan pernah ketinggalan zaman. Untuk lebih
jelasnya silakan pelajari dengan seksama Fiqhul
Jinayat ( Figih tentang hukum pidana ), sekurang-
kurangnya saya anjurkan untuk membaca kitab
“At-Tasyri Al-Jina-i_ Al-Islami”. karya —_ besar
Asy-Syahid Asy-Syeich Abdul Qodir ‘Audah.