Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
TONSILITIS KRONIS
A. Definisi
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri
kelompok A Streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh
bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus. (Hembing, 2004).
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang
sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak. (Sriyono, 2006).
Tonsilitis Kronik adalah tonsilitis akibat dari peradangan, faktor
predisposisi ; rangsangan kronik (rokok dan makanan), pengaruh cuaca,
pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygien mulut yang tidak
baik/buruk.
Tonsilitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang
berulang. Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu
serangan akut kripta mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional
tetap membesar akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan
gambaran karet busa, bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan
infeksi (Sacharin, R.M. 1993).
B. Etiologi
1
Etiologi menurut Mansjoer (2001) etiologi tonslitis adalah sebagai berikut
2
Gambar 1 anatomi tonsil
1. Tonsil palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam
fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval
dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang
meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa
tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar.
Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:
- Lateral – muskulus konstriktor faring superior
- Anterior – muskulus palatoglosus
- Posterior – muskulus palatofaringeus
- Superior – palatum mole
- Inferior – tonsil lingual
Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi
invaginasi atau kript i tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan
ikat dan tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma
jaringan ikat retikular dan jaringan limfatik difus. Limfonoduli merupakan
bagian penting mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar di seluruh tubuh
sepanjang jalur pembuluh limfatik. Noduli sering saling menyatu dan
umumnya memperlihatkan pusat germinal
Fosa Tonsil
3
Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot
palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau
dinding luarnya adalah otot konstriktor faring superior. Berlawanan dengan
dinding otot yang tipis ini, pada bagian luar dinding faring terdapat nervus ke
IX yaitu nervus glosofaringeal.
Pendarahan
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening
servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus
sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju
duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan
sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada.
Persarafan
Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus
glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.
Imunologi Tonsil
4
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit B
membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T
pada tonsil adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang (Wiatrak
BJ, 2005). Limfosit B berproliferasi di pusat germinal. Immunoglobulin (IgG,
IgA, IgM, IgD), komponen komplemen, interferon, lisozim dan sitokin
berakumulasi di jaringan tonsilar (Eibling DE, 2003). Sel limfoid yang
immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel ret ikular, area
ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat germinal pada
folikel limfoid.
2. Tonsil faringeal
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan
limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen
tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk
dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi
daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus.
Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak di dinding belakang
nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding
atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium
tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak. Pada
umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun
kemudian akan mengalami regresi.
3. Tonsil lingual
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen
sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata
5
D. Patofisiologi dan patoflow
Tonsilitis menurut Nurbaiti (2001) terjadi karena bakteri dan virus
masuk ke dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan menyebabkan
infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limpa ke
tonsil. Adanya bakteri virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya
proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat
menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan
kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna
putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit
tenggorokan, nyeri menelan, demam tinggi, bau mulut serta otalgia yaitu
nyeri yang menjalar ke telinga.
6
Pathway
Tonsilitis berulang
Cicatrik
Tonsilitis kronik
7
E. Manifestasi klinik
Menurut Megantara, Imam (2006) gejalanya berupa nyeri
tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali
dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan
yang sama). Adapun gejala lainnya :
1. Demam
2. Sakit kepala
3. Muntah
2. Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh
badan, kedinginan, sakit kepala dan sakit pada telinga.
F. Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan keperawatan
9
H. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
suku, pekerjaan, dan diagnosa medis.
b. Riwayat Kesehatan
i. Keluhan utama
sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll
- Riwayat imunisasi
- Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis
media )
- Riwayat hospitalisasi
- Riwayat alergi
c. Pemeriksaan fisik
i. Keadaan umum
usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll
10
- B5(Bowel) : Kesulitan menelan, anoreksia, membran mukosa kering dan
mual.
11
2. Analisa data
- Pre Operasi/tonsilektomi
Pelebaran kripta
Tonsil membesar
&Pengangkatan
jaringan
adenopati reginal
nyeri menelan
Pelebaran kripta
Tonsil membesar
&Pengangkatan
jaringan
12
adenopati reginal
nyeri menelan
DS – Ansietas
Tonsil membesar &
DO –
Pengangkatan jaringan
Perubahan fisik
Kurang pengetahuan
Ansieta
13
- Post operasi/ tonsilektomi
timbul lekukan
tonsilektomi
luka insisi
timbul lekukan
Tonsilektomi
14
Nyeri
- Pre operasi/tonsilektomi
a. Nyeri akut
b. Gangguan menelan
c. Ansietas
- Post operasi/tonsilektomi
a. Nyeri akut
b. Risiko perdarahan
4. Disgnosa keperawatan
- Pre operasi/tonsilektomi
- Post operasi/tonsilektomi
b. Risiko perdarahan
15
5. Nursing Care Plan ( NCP ) terdiri dari tujuan/Outcome ( NOC ) dan
intervensi ( NIC )
- Pre operasi
16
Mampu Kaji tipe dan sumber
mengenali nyeri nyeri untuk
(skala, menentukan intervensi
intensitas, Ajarkan tentang teknik
frekuensi dan non farmakologi seperti
tanda nyeri) rileksasi, tarik nafas
Menyatakan dalam.
rasa nyaman Evaluasi keefektifan
setelah nyeri kontrol nyeri
berkurang Tingkatkan istirahat
Tanda vital Kolaborasi dengan
dalam rentang doktr dalam pemberian
normal analgetik untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Analgesic Administration
17
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
18
Tampak rileks Berikan lingkungan
terbuka dimana pasien
merasa aman untuk
mendiskusikan perasaan
atau menolak untu
bicara.
- Post oprerasi/tonsilektomi
19
dengan seperti suhu ruangan,
menggunakan pencahayaan dan
manajemen nyeri kebisingan
Mampu Kurangi faktor
mengenali nyeri presipitasi nyeri
(skala, intensitas, Kaji tipe dan sumber
frekuensi dan nyeri untuk
tanda nyeri) menentukan intervensi
Menyatakan rasa Ajarkan tentang teknik
nyaman setelah non farmakologi
nyeri berkurang seperti rileksasi, tarik
Tanda vital nafas dalam.
dalam rentang Evaluasi keefektifan
normal kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan
doktr dalam pemberian
analgetik untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Analgesic Administration
20
sebelum pemberian
obat
Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
21
Daftar Pustaka
http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/12/tonsilitis.html diakses
tanggal 18 Disember 2015
22