Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
MAY
1 UNDEFINED
Radita Lestari
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembuatan keputusan dalam organisasi menempati posisi strategis. Proses dan
teknik pembuatan keputusan yang benar akan mengarahkan organisasi pada jalur
yang tepat dalam mencapai tujuannya. Oleh karenanya pembuatan keputusan juga
harus memperhatikan dimensi hubungan manusiawi. Pembuatan keputusan
berhubungan dengan masalah. Suatu masalah muncul karena keadaan sebenarnya
berbeda dengan yang diharapkan. Dalam banyak hal, masalah mungkin adalah
peluang yang tersembunyi. Proses penemuan masalah sering kali informal dan
intuitif.
1.2 Maksud dan Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah agar setiap pemimpin dalam organisasi bahkan setiap
orang dapat mengetahui bagaimana cara mengambil keputusan yang baik dan
tidak berselisih paham dengan pihak lain atau tidak merugikan pihak lain.
1.3 Ruang Lingkup
Dalam tulisan ini akan membahas tentang apa itu pengambilan keputusan dalam
organisasi, jenis-jenis keputusan organisasi, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan. Disini juga akan di jelaskan sedikit
tentang teori pengambilan keputusan, serta keuntungan dan kerugian
pengambilan keputusan dalam kelompok.
BAB 2
ISI
1
didasari atas logika dan pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, dan harus
mendekati tujuan yang telah ditetapkan.
2.2. Jenis-jenis pengambilan keputusan
Berdasarkan program dan regularitas :
1. Pengambilan keputusan terprogram atau terstruktur
Yaitu pengambilan keputusan yang sifatnya rutinitas, berulang-ulang, dan cara
menanganinya telah ditentukan.
Pengambilan keputusan terprogram ini digunakan untuk menyelesaikan masalah
terstruktur melalui :
a. Prosedur : yaitu srangkaian langkah yang berhubungan dan berurutan yang
harus diikuti oleh pengambil keputusan
b. Aturan : yaitu ketentuan yang mengatur apa yang harus dan apa yang tidak
boleh dilakukan oleh pengambil keputusan
c. Kebijakan : yaitu pedoman yang menentukan parameter untuk membuat
keputusan
2. Pengambilan keputusan tidak terprogram (tidak terstruktur)
Adalah pengambilan keputusan yang tidak rutin dan sifatnya unik sehingga
memerlukan pemecahan khusus.
Berdasarkan tingkat kepentingannya
Pada umumnya suatu organisasi memiliki hierarki manajemen. Secara klasik
hierarki ini terdapat tiga tingkatan, yaitu :
1. Manajemen puncak yang berkaitan dengan masalah perencanaan yang bersifat
strategis (strategic planning). Pada manajemen puncak keputusan yang diambil
adalah keputusan strategis.
2. Manajemen menengah, yaitu menangani permasalahan kontrol/pengawasan
yang sifat pekerjaannya lebih banyak pada masalah administrasi. Pada
manajemen menengah ini keputusan yang diambil adalah keputusan
administrasi/taktis. Keputusan ini adalah keputusan yang berkaitan dengan
pengelolaan sumber daya.
3. Manajemen operasional, yaitu berkaitan dengan kegiatan operasional
(kegiatan operasi harian). Keputusan yang diambil pada manajemen operasional
disebut keputusan operasional.
Berdasarkan tipe persoalan :
1. Keputusan internal jangka pendek, yaitu keputusan yang berkaitan dengan
kegiatan rutin/operasional, seperti pembelian bahan baku, penentuan jadwal
produksi.
2. Keputusan internal jangka panjang, yaitu keputusan yang berkaitan dengan
permasalahan organisasional, seperti perombakan struktur organisasi, perubahan
departemen.
2
3. Keputusan eksternal jangka pendek, yaitu keputusan yang berkaitan dengan
semua persoalan yang berdampak dengan lingkungan dalam rentang waktu yang
relatif pendek, seperti mencari subkontrak untuk suatu permintaan khusus.
4. Keputusan eksternal jangka panjang, yaitu keputusan yang berkaitan dengan
semua persoalan dengan linkungan dengan waktu yang relatif panjang, seperti
merger dengan perusahaan lain dan ini bersifat strategis.
Berdasarkan lingkungannya :
1. Pengambilan keputusan dalam kondisi pasti, yaitu pengambilan keputusan
dimana berlangsung hal-hal :
a. Alternatif yang harus dipilih hanya memiliki satu konsekuensi/jawaban/hasil.
Ini berarti hasil dari setiap alternatif tindakan tersebut dapat ditentukan
dengan pasti.
b. Keputusan yang diambil didukung oleh informasi/data yang lengkap, sehingga
dapat diramalkan secara akurat hasil dari setiap tindakan yang dilakukan.
c. Dalam kondisi ini, pengambil keputusan secara pasti mengetahui apa yang akan
terjadi dimasa yang akan datang.
d. Biasanya selalu dihubungkan dengan keputusan yang menyangkut masalah
rutin, karena kejadian tertentu dimasa yang akan datang dijamin terjadi.
e. Pengambilan keputusan seperti ini dapat ditemui dalam kasus/model yang
bersifat deterministik.
f. Teknik penyelesainannya/pemecahannya biasanya menggunakan antara lain :
teknik program linier, model transportasi, model penugasan, model inventori,
model antrian, model network.
2. Pengambilan keputusan dalam kondisi resiko, adalah pengambilan keputusan
dimana berlangsung hal-hal :
a. Alternatif yang dipilih mengandung lebih dari satu kemungkinan hasil.
b. Pengambilan keputusan memiliki lebih dari satu alternatif tindakan.
c. Diasumsikan bahwa pengambilan keputusan mengetahui peluang yang akan
terjadi terhadap berbagai tindakan dan hasil.
d. Resiko terjadi karena hasil pengumpulan keputusan tidak dapat diketahui
dengan pasti, walaupun diketahui nilai probabilitasnya.
e. Pada kondisi ini ada informasi/data yang akan mendukung dalam membuat
keputusan, berupa besar atau nilai peluang terjadinya bermacam-macam keadaan.
f. Teknik pemecahannya menggunakan konsep probabilitas, seperti model
keputusan probabilistik, model inventori probabilistik, model antrian probabilisti.
3. Pengambilan keputusan dalam kondisi tidak pasti, yaitu pengambilan keputusan
dimana :
a. Tidak diketahui sama sekali hal jumlah kondisi yang mungkin timbul serta
kemungkinan-kemungkinan munculnya kondisi-kondisi tersebut.
b. Pengambilan keputusan tidak dapat menentukan probabilitas terjadinya
berbagai kondisi atau hasil yang keluar.
3
c. Pengambilan keputusan tidak mempunyai pengetahuan atau informasi lengkap
mengenai peluang terjadinya bermacam-macam keadaan tersebut.
d. Hal yang diputuskan biasanya relatif belum pernah terjadi.
e. Tingkat ketidakpastian keputusan semacam ini dapat dikurangi dengan cara :
- Mencari informasi lebih banyak
- Melalui riset atau penelitian
- Penggunaan probabilitas subjektif
f. Teknik pemecahannya adalah menggunaka beberapa metode /kriteria, yaitu
metode maximin, metode maximax, metode Laplace, metode minimax regret,
metode relaisme dan dibantu dengan tabel hasil (pay off tabel).
4. Pengambilan keputusan dalam kondisi konflik adalah pengambilan keputusan
dimana :
a. Kepentingan dua atau lebih pengambil keputusan saling bertentangan dalam
situasi persaingan.
b. Pengambil keputusan saling bersaing dengan pengambil keputusan lainnya yang
rasional, tanggap dan bertujuan untuk memenangkan persaingan tersebut.
c. Pengambil keputusan bertindak sebagai pemain dalam suatu permainan.
d. Teknik pemecahannya adalah menggunakan teori permainan.
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan :
1. Posisi atau kedudukan seseorang
a. Letak posisi
b. Tingkatan posisi
2. Masalah
Masalah atau problem adalah apa yang menjadipenghalang untuk mencapai tujuan,
yang merupakan penyimpangan dari apa yang diharapkan, direncanakan atau
dikehendakidan harus diselesaikan. Masalah tidak selalu dapat dikenal dengan
segera, ada yang memerlukan analisis, ada pula yang bahkan memrlukan riset
tersendiri.
Masalah dibagi menjadi 2 jenis :
a. Masalah terstruktur
b. Masalah tidak terstruktur
Pembagian masalah yang lain :
a. Masalah rutin
b. Masalah insidentil
3. Situasi
Keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan yang berkaitan satu sama lain, dan
yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa
yang hendak kita perbuat.
Faktor-faktor tersebut dibedakan :
a. Faktor-faktor yang konstan
b. Faktor-faktor yang tidak konstan
4
4. Kondisi
Keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama menentukan daya
gerak, daya berbuat atau kemampuan kita. Sebagian besar faktor-faktor
tersebut merupakan sumber daya(resourches).
5. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit(kesatuan),
tujuan organisasi maupun tujuan usaha, pada umumnya telah tertentu/telah
ditentukan. Tujuan yang telah ditentukan dalam pengambilan keputusan
merupakan tujuan antara atau objective.
Pendapat lain yang mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan adalah :
1. Keadaan internal organisasi
a. Dana yang tersedia
b. Keadaan sumber daya manusia
c. Kemampuan karyawan
d. Kelengkapan dari peralatan organisasi
e. Struktur organisasi
2. Keadaan eksternal organisasi, meliputi :
a. Keadaan ekonomi
b. Keadaan sosial
c. Keadaan politik
d. Keadaan hukum
e. Keadaan budaya, dsb
3. Tersedianya informasi yang diperlukan
4. Kepribadian dan kecakapan pengambil keputusan, meliputi penilaiannya,
kebutuhannya, intelegensinya, keterampilannya, kapasitasnya, dan sebagainya.
2.4. Teori pengambilan keputusan
Terdapat 4 paradigma dalam teori pengambilan keputusan, yaitu model rasional,
model organisasional, model politik dan power, dan model garbage can.
a. Model rasional
Dalam model yang paling basic dalam pengambilan keputusan model rational,
dimana dalam perspektif ini diasumsikan bahwa setiap individu memiliki kesamaan
perilaku terhadap tujuan yang ingin dicapai. Dalam riset, perspektif ini digunakan
oleh March dan Simon(1958) dan Allison(1971) dalam membuat rational action.
b. Model organisasional
Model ini merupakan pengembangan dari model rasional dimana dalam
pengambilan keputusan, kognitif dari faktor pengambilan keputusan adalah
terbatas, dan aspek-aspek organisasi lah yang menutupi keterbatasan ‘kognitif
dan membentuk’ kognitif actor pengambil keputusan. Aspek-aspek itu bisa
standar operation procedure (Allison,1971), rutinitas dalam organisasi tidak
seperti model rasional, dimana tahapan pengambilan keputusan adalah sequential,
5
dalam proses perspektif ini proses pengambilan keputusan tidaklah sequential
(Mintzaberg et al., 1976). Dan linieritas dari proses pengambilan keputusan
adalah kontekstual (Nutt, 1984).
c. Model politik dan kekuasaan
Akar dari perspektif politik dalam pengambilan keputusan adalah lmu politik.
Perspektif ini melihat bahwa para pengambil keputusan memiliki tujuan yang
berbeda-beda, mereka bekerja sama melalui proses koalisi dan preferensi dari
actor yang memiliki pengaruh yang paling besar yang akan menang. Awalnya
perspektif ini digunakan untuk menjelaskan proses pengambilan keputusan di
lembaga legislative, dimana para faktor saling beradu argument dan interes,
pembentukan koalisi dan pemenang (Eisenhardt & Zbaract, 1992).
d. Model garbage can
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Cohen, Marc dan Olsen (1972), bahwa
keputusan dalam suatu organisasi terjadi dengan tidak sengaja atau kebetulan.
Teori ini merupakan reaksi dari model rasional dan model politik, yang menurut
mereka memiliki banyak kelemahan terutama dalam memahami proses
pengambilan keputusan dalam situasi yang kompleks, tidak stabil dan dalam dunia
yang ambiguous.
2.5. Keuntungan dan kelemahan pengambilan keputusan dalam kelompok
1. Keuntungan
- Kelompok menghasilkan informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap, dengan
cara mengumpulkan data dan informasi melalui sejumlah individu sebagai bahan
masukan dalam proses pengambilan keputusan.
- Peningkatan keanekaragaman pandangan, dalam rangka membuka peluang untuk
lebih banyak pendekatan dan alternative yang perlu dipertimbangkan. Hal ini
dibuktikan bahwa sebuah kelompok hampir selalu akan berkinerja baik daripada
bekerja individu.
- Menghasilkan keputusan bermutu yang lebih tinggi.
- Peluang penerimaan pemecahan masalah berdasarkan keputusan kelompok jauh
lebih efektif daripada pengambilan keputusan secara individu.
2. Kelemahan
- Proses pengambilan keputusan menyita waktu yang panjang.
- Ada peluang dan kecenderungan tekanan konformitas dalam kelompok.
- Hasrat dari anggota-anggota kelompok untuk diterima dan dianggap sebagai
suatu asset bagi kelompok itu dapat mengakibatkan dihentikannya setiap
ketidaksepakatan yang muncul.
- Keputusan kelompok dapat didominasi oleh satu atau beberapa orang. Jika
koalisi dominan ini terdiri atas anggota dengan kemampuan rendah atau sedang,
maka kefektifan seluruh kelompok akan menderita.
6
BAB 3
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
7
Teori Pengambilan Keputusan
June 19th, 2012 | Author: ratni_itp
Pendahuluan
Secara popular dapat dikatakan bahwa mengambil keputusan atau membuat keputusan berarti
memilih satu diantara banyak alternatif. Setiap orang tidak harus pimpinan dapat membuat
keputusan akan tetapi dampak keputusan yang ditimbulkan berbeda-beda, ada yang sempit dan ada
yang luas ruang lingkupnya yang terkena dampak atau pengaruh tersebut. Hampir setiap hari,
bahkan setiap saat selalu ada keputusan yang dibuat misalnya di rumah tangga, di kantor, atau di
dalam organisasi/perusahaan. Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka untuk
memecahkan permasalahan atau persoalan (problem solving). Keputusan yang dibuat pasti ada
tujuan yang akan dicapai terutama dalam kesuksesan organisasi/perusahaan pada masa yang akan
datang.
Dalam dunia bisnis modern, kehidupan menuntut banyak sekali keputusan yang harus dibuat. Hal ini
terkait dengan dengan cepatnya fluktuasi informasi yang ada terutama dalam informasi pasar global.
Kecepatan, keakuratan dan ketepatan dalam membuat keputusan sangat mempengaruhi kopetensi
organisasi/perusahaan dalam menciptakan daya saing yang unggul.
Inti dari pengambilan keputusan ialah terletak dalam organisasi/perusahaan berbagai alternatif
tindakan sesuai dan dalam pemilihan alternatif yang tepat setelah evaluasi (penilian) mengenai
efektivitasnya dalam mencapai tujuan yang dikehendaki pengambil keputusan. Pengambilan
keputusan yang efektif merupakan tolok ukur keberhasilan organisasi/perusahaan dimasa depan.
Kategori Keputusan
1. Keputusan dalam Keadaan ada Kepastian
Apabila semua informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan lengkap, maka keputusan
dikatakan dalam keadaan atau situasi ada kepastian. Dengan perkataan lain dalam keadaan ada
kepastian kita dapat meramalkan secara tepat atau eksak hasil dari setiap tindakan (action).
Pemecahan: Deterministic
Teknik: a) Linear Programming, b) Model Transportasi, c) Model penugasan, d) Model Inventory, e)
Model Antrian, f) Model Network
8
7. Perlu Pengambilan Keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
8. Keputusan hendaknya dilembagakan agar dapat diketahui apakah keputusan tersebut benar atau
salah.
9. Keputusan merupakan awal dari serangkaian kegiatan berikutnya.
8. Mengumpulkan data untuk pengukuran dan memilih alternatif mana yang dianggap paling tepat.
9. Mengadakan perbandingan antara model yang satu dan model yang lain.
9
Pengambilan Keputusan
Yang dimaksud dengan keputusan (decision) adalah berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari
dua atau lebih kemungkinan. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan pilihan, ada
perbedaan penting diantara keduanya. Mc Kenzei melihat bahwa keputusan adalah pilihan
nyata karena pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara
untuk mencapai tujuan itu, apakah pada tingkat perorangan atau kolektif. Mc Grew dan
Wilson lebih melihat pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu keputusan ialah akhir
dari suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi label pengambilan keputusan. Dipandang
sebagai proses karena terdiri atas satu seri aktifitas yang berkaitan dan tidak hanya dianggap
sebagai tindakan bijaksana.
Morgan dan Cerullo mendefinisikan keputusan sebagai sebuah kesimpulan yang dicapai
sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih sementara
yang lain dikesampingkan.
Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode
yang efisien sesuai situasi. Proses tersebut untuk menemukan dan menyelesaikan masalah
organisasi. Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali kerangka yang tepat
sudah diselesaikan, keputusan harus dibuat (Brinckloe,1977). Dengan kata lain, keputusan
mempercepat diambilnya tindakan, mendorong lahirnya gerakan dan perubahan (Hill,1979).
Pengambilan keputusan hendaknya dipahami dalam dua pengertian yaitu (1) penetapan
tujuan yang merupakan terjemahan cita-cita, aspirasi dan (2) pencapaian tujuan melalui
implementasinya (Inbar,1979). Ringkasnya keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui
pelaksanaan dan ini semua berintikan pada hubungan kemanusiaan. Untuk suksesnya
pengambilan keputusan itu maka sepuluh hukum hubungan kemanusiaan (Siagian,1988)
hendaknya menjadi acuan dari setiap pengambilan keputusan.
Ada dua pandangan dalam pencapaian proses mencapai suatu keputusan organisasi
(Brinckloe,1977) yaitu :
(1) Optimasi. Di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha menyusun alternatif-
alternatif, memperhitungkan untung rugi dari setiap alternatif itu terhadap tujuan organisasi.
Sesudah itu memperkirakan kemungkinan timbulnya bermacam-macam kejadian ke depan,
mempertimbangkan dampak dari kejadian-kejadian itu terhadap alternatif-alternatif yang
telah dirumuskan dan kemudian menyusun urut-urutannya secara sistematis sesuai dengan
prioritas lalu dibuat keputusan. Keputusan yang dibuat dianggap optimal karena setidaknya
telah memperhitungkan semua faktor yang berkaitan dengan keputusan tersebut.
(2) Satisficing. Seorang eksekutif cukup menempuh suatu penyelesaian yang berasal
memuaskan ketimbang mengejar penyelesaian yang terbaik. Model satisficing dikembangkan
oleh Simon (Simon,1982; roach, 1979) karena adanya pengakuan terhadap rasionalitas
terbatas (bounded rationality). Rasionalitas terbatas adalah batas-batas pemikiran yang
memaksa orang membatasi pandangan mereka atas masalah dan situasi. Pemikiran itu
terbatas karena pikiran manusia tidak megolakan dan memiliki kemampuan untuk
memisahkan informasi yang tertumpuk.
10
Menurut Frank Harison (Hitt, 1970), faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya rasionalitas
terbatas antara lain informasi yang datang dari luar sering sangat kompetitif atau informasi itu
tidak sempurna, kendala waktu dan biaya, serta keterbatasan seorang mengambil keputusan
yang rasional untuk mengerti dan memahami masalah dan informasi, terutama informasi dan
teknologi.
Di balik suatu keputusan ada unsur prosedur, yaitu pertama pembuatan keputusan
mengidentifikasikan masalah, mengklarifikasi tujuan-tujuan khusus yang diinginkan,
memeriksa berbagai kemungkinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
mengakhiri proses itu dengan menetapkan pilihan bertindak. Jadi suatu keputusan sebenarnya
didasarkan atas fakta dan nilai (facts and values). Keduanya sangat penting tetapi tampaknya
fakta lebih mendominasi nilai-nilai dalam menyehatkan keputusan suatu organisasi (Bridges,
1971).
Dapat dikatakan bahwa setiap keputusan bertolak dari beberapa kemungkinan atau alternatif
untuk dipilih. Setiap alternatif membawa konsekuensi-konsekuensi. Ini berarti, menurut
Simon, sejumlah alternatif itu berbeda satu sama lain mengingat perbedaan dari konsekuensi-
konsekuensi yang akan ditimbulkannya. Pilihan yang dijatuhkan pada alternatif itu harus
dapat memberikan kebahagiaan atau kepuasan karena merupakan salah satu aspek paling
penting dalam keputusan.
D. Tingkat-Tingkat Keputusan
Brinckloe (1977) menawarkan bahwa ada empat tingkat keputusan yaitu (1) automatic
decisions, (2) expected information decisions, (3) factor weighting decisions dan (4) dual
uncertainty decisions.
(1) Keputusan otomatis (outomatic decisions), keputusan yang dibuat dengan sangat
sederhana, meski sederhana informasi tetap diperlukan.
(2) Keputusan berdasar informasi yang diharapkan (Expected information decision), tingkat
informasi mulai sedikit kompleks artinya informasi yang ada sudah memberi aba-aba untuk
mengambil keputusan. Tetapi keputusan belum segera diambil karena informasi tersebut
perlu dipelajari.
11
E. Klasifikasi Keputusan
1. Keputusan Terprogram.
Menurut Siagian, S.P. (1993), Keputusan Terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan
yang berlangsung berulang kali, dan diambil secara rutin dalam organisasi. Biasanya
menyangkut pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan
pengarahan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi. Biasanya langkah-langkah dan
prosedur yang perlu ditempuh telah dituangkan dalam buku pedoman, yang biasanya terdapat
dalam organisasi yang dikelola secara rapi. Pengambilan keputusan terprogram akan
berlangsung dengan efektif apabila empat criteria dasar dipenuhi :
a. Tersedia waktu dan dana yang memadai untuk pengumpulan dan analisis data.
b. Tersedia data yang bersifat kuantitatif.
c. Kondisi lingkungan yang relatif stabil, yang didalamnya tidak dapat tekanan yang kuat
untuk secara cepat melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu terhadap kondisi yang selalu
berubah.
d. Tersedia tenaga trampil untuk merumuskan permasalahan secara tepat, termasuk tuntutan
operasional yang harus dipenuhi.
Sedangkan dalam Salusu menyebutkan bahwa keputusan terprogram yang dibuat sebagai
respon terhadap masalah-masalah organisasi yang repetitif atau yang sudah baku, mencakup
keputusan operasional dan keputusan pada tingkat menengah dari Morgan dan Cerello,
keputusan operasinal dan taktis dari Sutherland serta dari Mangkusubroto dan Trisnadi dan
keputusan terstruktur dari Mintzberg dan Brinckloe;
Sedangkan dalam Salusu menyebutkan bahwa keputusan tidak terprogram, dibuat sebagai
respon dari masalah-masalah unik, yang jarang dijumpai dan yang tidak dapat didefinisikan
secara tepat, keputusan ini biasanya dikenal dengan nama keputusan strategik, meliputi
keputusan strategik dari Morgan dan Cerello, Mangkusubroto dan Trisnadi, keputusan
strategik dan tujuan (goal) Sutherland, serta keputusan tidak terstruktur dari Mintzberg dan
Brinckloe.
Dari segi struktur keputusan tertinggi adalah yang berhubungan dengan cita-cita, tujuan,
menyusul keputusan strategik lalu keputusan taktis dan yang paling bawah adalah keputusan
operasional. Keputusan tertinggi hanya dibuat satu atau dua kali makin ke bawah tingkat
keputusan makin tinggi frekuensi pembuatannya.
12
F. Kategori Keputusan
Ditinjau dari sudut perolehan informasi dan cara memproses informasi, keputusan dibagi
empat kategori (Nutt, 1989) :
2. Keputusan Empiris, suatu keputusan yang sedikit informasi tetapi memiliki cara yang jelas
untuk memproses informasi pada saat informasi itu diperoleh.
3. Keputusan Informasi, suatu situasi yang banyak informasi tetapi meliputi kontroversi
tentang bagaimana memproses informasi tersebut.
4. Keputusan Eksplorasi, suatu situasi yang sedikit informasi dan tidak ada kata sepakat
tentang cara yang hendak dianut untuk memulai mencari informasi.
13
dan proses pengambilan keputusan dimulai. Masalah dan sasaran sering mempunyai siklus
pertumbuhan dan penyusutan, demikian juga faktor-faktor yang mempengaruhi. Hal tersebut
harus dikenali secara tepat karena akan sangat mempengaruhi keputusan untuk bertindak atau
tidak bertindak.
Pengambilan keputusan meliputi antara lain hal-hal yang berhubungan dengan pengumpulan
fakta. Teknik pengambilan keputusan dalam klasifikasi ada dua yaitu teknik tradisional dan
teknik modern. Teknik pengambil keputusan juga sering dibagi dalam teknik pengambilan
keputusan matematik atau kuantitatif (Heenan dan Addleman, 1976;Robbins, 1978) dan
teknik pengambil keputusan non-matematik atau kualitatif (Moody, 1983). Teknik matematik
biasa diberi nama multivariate analysis (analisis variabel ganda atau analisis berdimensi
ganda).
Teknik non-matematik, yang lebih sering digunakan untuk keputusan strategik antara lain
sumbang saran, consensus, Delphi, fish bowling, interaksi didaktik, tawar- menawar kolektif.
14
J. Teknik-teknik Pengambilan Keputusan. (Siagian, S.P. (25-26;1993).
1. Brainstorming
Jika sekelompok orang dalam suatu organisasi menghadapi suatu situasi problematic yang
tidak terlalu rumit, dan dapat diidentifikasikan secara spesifik mereka mengadakan diskusi
dimana setiap orang yang terlibat diharapkan turut serta memberikan pandangannya. Pada
akhir diskusi berbagai pandangan yang dikemukakan dirangkum, sehingga kelompok
mencapai suatu kesepakatan tentang cara-cara yang hendak ditempuh dalam mengatasi situasi
problematic yang dihadapi. Penting diperhatikan dalam teknik ini yaitu :
a. Gagasan yang aneh dan tidak masuk akal sekalipun dicatat secara teliti.
b. Mengemukakan sebanyak mungkin pendapat dan gagasan karena kuantitas pandanganlah
yang lebih diutamakan meskipun aspek kualitas tidak diabaikan.
c. Pemimpin diskusi diharapkan tidak melakukan penilaian atas sesuatu pendapat atau
gagasan yang dilontarkan, dan peserta lain diharapkan tidak menilai pendapat atau gagasan
anggota kelompok lainnya.
d. Para peserta diharapkan dapat memberikan sanggahan pendapat atau gagasan yang telah
dikemukakan oleh orang lain.
e. Semua pendapat atau gagasan yang dikemukakan kemudian dibahas hingga kelompok tiba
pada suatu sintesis pendapat yang kemudian dituangkan dalam bentuk keputusan.
2.Synetics
Seorang diantara anggota kelompok peserta bertindak selaku pimpinan diskusi. Diantara para
peserta ada seorang ahli dalam teori ilmiah pengambilan keputusan. Apakah ahli itu anggota
organisasi atau tidak, tidak dipersoalkan. Pimpinan mengajak para peserta untuk mempelajari
suatu situasi problematik secara menyeluruh. Kemudian masing-masing anggota kelompok
mengetengahkan daya pikir kreatifnya tentang cara yang dipandang tepat untuk ditempuh.
Selanjutnya pimpinan diskusi memilih hasil-hasil pemikiran tertentu yang dipandang
bermanfaat dalam pemecahan masalah. Dan tenaga ahli menilai melakukan penilaian atas
berbagai gagasan emosional dan tidak rasional yang telah disaring oleh pimpinan diskusi
serta kemudian menggabungkannya dengan salah satu teori ilmiah pengambilan keputusan
dan tindakan pelaksanaan yang diambil.
3. Consensus thinking
Orang-orang yang terlibat dalam pemecahan masalah harus sepakat tentang hakikat, batasan
dan dampak suatu situasi problematik yang dihadapi, sepakat pula tentang teknik dan model
yang hendak digunakan untuk mengatasinya. Teknik ini efektif bila beberapa orang memiliki
pengetahuan yang sejenis tentang permasalahan yang dihadapi dan tentang teknik pemecahan
yang seyogyanya digunakan. Orang-orang diharapkan mengikuti suatu prosedur yang telah
ditentukan sebelumnya. Kelompok biasanya melakukan uji coba terhadap langkah yang
hendak ditempuh pada skala yang lebih kecil dari situasi problematik yang sebenarnya.
4. Delphi
Umumnya digunakan untuk mengambil keputusan meramal masa depan yang diperhitungkan
akan dihadapi organisasi. Teknik ini sangat sesuai untuk kelompok pengambil keputusan
yang tidak berada di satu tempat.
Pengambil keputusan menysun serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan suatu situasi
15
peramalan dan menyampaikannya kepada sekelompok ahli. Para ahli tersebut ditugaskan
untuk meramalkan, apakah suatu peristiwa dapat atau mungkin terjadi atau tidak. Jawaban
dari anggota kelompok tadi dikumpulkan dan masing-masing anggota ahli mempelajari
ramalan yang dibuat oleh masing-masing rekannya yang tidak pernah ditemuinya. Pada
kesempatan berikutnya, rangkaian pertanyaan yang sama dikembalikan kepada para anggota
kelompok dengan melampirkan jawaban yang telah diberikan oleh para anggota kelompok
pada putaran pertama serta hal-hal yang dipandang sudah merupakan kesepakatan kelompok.
Apabila pendapat seseorang ahli berbeda maka memberikan penjelasannya secara tertulis.
Tiap-tiap jawaban diberikan kode tertentu sehingga tidak diketahui siapa yang memberikan
jawaban.
Jawaban tersebut di atas dilakukan dengan beberapa putaran. Pengedaran daftar pertanyaan
dan analisa oleh beberapa ahli dihentikan apabila telah diperoleh bahan tentang ramalan
kemungkinan terjadi sesuatu peristiwa di masa depan.
5. Fish bowling
Sekelompok pengambil keputusan duduk pada suatu lingkaran, dan di tengah lingkaran
ditaruh sebuah kursi. Seseorang duduk di kursi tersebut hanya dialah yang boleh bicara untuk
mengemukakan pendapat ide dan gagasan tentang suatu permasalahan. Para anggota lain
mengajukan pertanyaan, pandangan dan pendapat. Apabila pandangan orang yang duduk di
tengah tersebut telah dipahami oleh semua anggota kelompok dia meninggalkan kursi dan
digantikan oleh orang yang lain untuk kesempatan yang sama. Setelah itu semua pandangan
didiskusikan sampai ditemukan cara yang dipandang paling tepat.
6. Didactic interaction
Digunakan untuk suatu situasi yang memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”. Dibentuk dua
kelompok, dengan satu kelompok mengemukakan pendapat yang bermuara pada jawaban
“ya” dan kelompok lainnya pada jawaban “tidak”. Semua ide yang dikemukakan baik pro
maupun kontra dicatat dengan teliti. Kemudian kedua kelompok bertemu dan mendiskusikan
hasil catatan yang telah dibuat. Pada tahap berikutnya terjadi pertukaran tempat. Kelompok
yang tadinya mengemukakan pandangan pro beralih memainkan peranan dengan pandangan
kontra.
7. Collective bargaining
Dua pihak yang mempunyai pandangan berbeda bahkan bertolak belakang atas suatu masalah
duduk di satu meja dengan saling menghadap. Masing-masing pihak datang dengan satu
daftar keinginan atau tuntutan dengan didukung oleh berbagai data, informasi dan alasan-
alasan yang diperhitungkan dapat memperkuat posisinya dalam proses tawar-menawar yang
terjadi. Jika pada akhirnya ditemukan bahwa dukungan data dan informasi serta alasan-alasan
yang dikemukakan oleh kedua belah pihak mempunyai persamaan, maka tidak terlalu sukar
untuk mencapai kesepakatan. Tetapi sebaliknya, pertemuan berakhir tanpa hasil yang
kemudian sering diikuti dengan timbulnya masalah yang lebih besar.
16
K. Metode Pengambil Keputusan
Gortner (1987) lebih cenderung menganalisis pengambilan keputusan dari sudut metode. Ada
empat metode pengambilan keputusan yang dianggap lazim dipergunakan dalam
pengambilan keputusan organisasional.
Metode pertama adalah metode rasional yang disebut juga model rasional. Ini adalah metode
klasik yang secara implicit mencakup model birokratik dari pengambilan keputusan.
Metode ketiga yang disebut metode agregatif (aggregative methods) mencakup antara lain
teknik Delphi dan teknik-teknik pengambilan keputusan yang berkaitan. Konsensus dan
peran serta merupakan karakteristik utama dari metode agregatif.
Metode keempat adalah metode keranjang sampah (the garbage-can) atau nondecision-
making model yang dikembangkan oleh March dan Olsen (1979). Model keranjang sampah
menolak model rasional bahkan rasional-inkremental yang sederhana sekalipun. Ia lebih
tertarik pada karakter yang ditampilkan dalam keputusan, pada isu yang bermacam-macam
dari peserta pengambil keputusan dan masalah-masalah yang timbul pada saat itu. Sering kali
keputusan yang diambil tidak direncanakan sebagai akibat dari perdebatan dalam kelompok.
Sehubungan dengan pendekatan yang telah diutarakan, lahirlah berbagai aliran yang
menampilkan teori-teori pengambilan keputusan yang berbeda (Brinckloe, 1977) yaitu :
17
4. Aliran Rasionalitas Ekonomi (Economic Rasionality School)
Teori ini mengakui bahwa organisasi adalah suatu unit ekonomi yang mengkonversikan
masukan (input) menjadi keluaran (output) dan yang harus dilakukan dengan cara yang
paling efisien. Menurut aliran ini suatu langkah kebijakan akan terus berlangsung sepanjang
itu mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada biayanya.
5. Aliran Satisfacing
Aliran ini tidak mengharapkan suatu keputusan yang sempurna. Aliran ini yakin bahwa para
manajer yang selalu dipenuhi berbagai masalah mampu membuat keputusan yang rasional.
Dalam pengambilan keputusan birokratik selalu bertindak tidak memihak tetapi juga tidak
responsive bahkan soulless, tidak punya jiwa pendeknya seperti organisasi robot dalam
banyak hal. Pengaruh yang terutama memegang peranan dalam pengambilan keputusan
birokratik ialah tekanan politik dan pengaruh elit.
Sering kali orang sulit membedakan antara penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan. Bila dilihat dari sudut prosesnya sulit dibedakan karena keduanya menggunakan
langkah-langkah proses yang mirip. Perbedaan diantara keduanya terletak pada hasilnya.
Penyelesaian masalah adalah pemikiran yang akhirnya bermuara pada hasil berupa
penyelesaian kesenjangan antara performance yang diinginkan dan performance yang
menjadi kenyataan. Sering juga disebut perbedaan antara das sollen dan das sein. Dalam
istilah Downs (Nutt, 1989), perbedaan antara kenyataan yang ada dan kenyataan yang
diinginkan disebut kesenjangan kinerja (performance gap).
Lain halnya dengan pengambilan keputusan karena dalam hal ini pengambilan keputusan
adalah pemikiran yang menghasilkan pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Sebaliknya,
pilihan itu terjadi dalam proses penyelesaian masalah karena dalam menyelesaikan suatu
masalah, setiap langkah yang ditempuh mencakup aspek pengambilan keputusan.
18
O. Ciri-ciri Keputusan Strategik (Nisjar, Karhi dan Winardi ; 1997) :
6. strategi suatu organisasi bukan saja akan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan,
dan ketersediaan sumber-sumber daya, tetapi akan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan harapan-
harapan pihak yang memiliki kekuasaan dalam organisasi yang bersangkutan.
19