Sei sulla pagina 1di 19

Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

MAY
1 UNDEFINED
Radita Lestari

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembuatan keputusan dalam organisasi menempati posisi strategis. Proses dan
teknik pembuatan keputusan yang benar akan mengarahkan organisasi pada jalur
yang tepat dalam mencapai tujuannya. Oleh karenanya pembuatan keputusan juga
harus memperhatikan dimensi hubungan manusiawi. Pembuatan keputusan
berhubungan dengan masalah. Suatu masalah muncul karena keadaan sebenarnya
berbeda dengan yang diharapkan. Dalam banyak hal, masalah mungkin adalah
peluang yang tersembunyi. Proses penemuan masalah sering kali informal dan
intuitif.
1.2 Maksud dan Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah agar setiap pemimpin dalam organisasi bahkan setiap
orang dapat mengetahui bagaimana cara mengambil keputusan yang baik dan
tidak berselisih paham dengan pihak lain atau tidak merugikan pihak lain.
1.3 Ruang Lingkup
Dalam tulisan ini akan membahas tentang apa itu pengambilan keputusan dalam
organisasi, jenis-jenis keputusan organisasi, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan. Disini juga akan di jelaskan sedikit
tentang teori pengambilan keputusan, serta keuntungan dan kerugian
pengambilan keputusan dalam kelompok.

BAB 2
ISI

2.1. Definisi Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan dalam organisasi merupakan proses pemilihan antara
berbagai alternative (Shull, Delbecq, & Cummings, 1970). Pengambilan keputusan
merupakan hasil proses komunikasi dan partisipasi yang terus-menerus dari
organisasi secara keseluruhan (melibatkan sebanyak-banyaknya pihak yang
terkait). Pada dasarnya bentuk pemilihan dari berbagai alternatif yang dipilih
dimana prosesnya melalui mekanisme tertentu (dengan harapan mendapatkan
hasil yang terbaik bagi organisasi). Menurut Ralp C. Davis, Mary Follet, dan
James A.F. Stoner, pengambilan keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang

1
didasari atas logika dan pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, dan harus
mendekati tujuan yang telah ditetapkan.
2.2. Jenis-jenis pengambilan keputusan
 Berdasarkan program dan regularitas :
1. Pengambilan keputusan terprogram atau terstruktur
Yaitu pengambilan keputusan yang sifatnya rutinitas, berulang-ulang, dan cara
menanganinya telah ditentukan.
Pengambilan keputusan terprogram ini digunakan untuk menyelesaikan masalah
terstruktur melalui :
a. Prosedur : yaitu srangkaian langkah yang berhubungan dan berurutan yang
harus diikuti oleh pengambil keputusan
b. Aturan : yaitu ketentuan yang mengatur apa yang harus dan apa yang tidak
boleh dilakukan oleh pengambil keputusan
c. Kebijakan : yaitu pedoman yang menentukan parameter untuk membuat
keputusan
2. Pengambilan keputusan tidak terprogram (tidak terstruktur)
Adalah pengambilan keputusan yang tidak rutin dan sifatnya unik sehingga
memerlukan pemecahan khusus.
 Berdasarkan tingkat kepentingannya
Pada umumnya suatu organisasi memiliki hierarki manajemen. Secara klasik
hierarki ini terdapat tiga tingkatan, yaitu :
1. Manajemen puncak yang berkaitan dengan masalah perencanaan yang bersifat
strategis (strategic planning). Pada manajemen puncak keputusan yang diambil
adalah keputusan strategis.
2. Manajemen menengah, yaitu menangani permasalahan kontrol/pengawasan
yang sifat pekerjaannya lebih banyak pada masalah administrasi. Pada
manajemen menengah ini keputusan yang diambil adalah keputusan
administrasi/taktis. Keputusan ini adalah keputusan yang berkaitan dengan
pengelolaan sumber daya.
3. Manajemen operasional, yaitu berkaitan dengan kegiatan operasional
(kegiatan operasi harian). Keputusan yang diambil pada manajemen operasional
disebut keputusan operasional.
 Berdasarkan tipe persoalan :
1. Keputusan internal jangka pendek, yaitu keputusan yang berkaitan dengan
kegiatan rutin/operasional, seperti pembelian bahan baku, penentuan jadwal
produksi.
2. Keputusan internal jangka panjang, yaitu keputusan yang berkaitan dengan
permasalahan organisasional, seperti perombakan struktur organisasi, perubahan
departemen.

2
3. Keputusan eksternal jangka pendek, yaitu keputusan yang berkaitan dengan
semua persoalan yang berdampak dengan lingkungan dalam rentang waktu yang
relatif pendek, seperti mencari subkontrak untuk suatu permintaan khusus.
4. Keputusan eksternal jangka panjang, yaitu keputusan yang berkaitan dengan
semua persoalan dengan linkungan dengan waktu yang relatif panjang, seperti
merger dengan perusahaan lain dan ini bersifat strategis.
 Berdasarkan lingkungannya :
1. Pengambilan keputusan dalam kondisi pasti, yaitu pengambilan keputusan
dimana berlangsung hal-hal :
a. Alternatif yang harus dipilih hanya memiliki satu konsekuensi/jawaban/hasil.
Ini berarti hasil dari setiap alternatif tindakan tersebut dapat ditentukan
dengan pasti.
b. Keputusan yang diambil didukung oleh informasi/data yang lengkap, sehingga
dapat diramalkan secara akurat hasil dari setiap tindakan yang dilakukan.
c. Dalam kondisi ini, pengambil keputusan secara pasti mengetahui apa yang akan
terjadi dimasa yang akan datang.
d. Biasanya selalu dihubungkan dengan keputusan yang menyangkut masalah
rutin, karena kejadian tertentu dimasa yang akan datang dijamin terjadi.
e. Pengambilan keputusan seperti ini dapat ditemui dalam kasus/model yang
bersifat deterministik.
f. Teknik penyelesainannya/pemecahannya biasanya menggunakan antara lain :
teknik program linier, model transportasi, model penugasan, model inventori,
model antrian, model network.
2. Pengambilan keputusan dalam kondisi resiko, adalah pengambilan keputusan
dimana berlangsung hal-hal :
a. Alternatif yang dipilih mengandung lebih dari satu kemungkinan hasil.
b. Pengambilan keputusan memiliki lebih dari satu alternatif tindakan.
c. Diasumsikan bahwa pengambilan keputusan mengetahui peluang yang akan
terjadi terhadap berbagai tindakan dan hasil.
d. Resiko terjadi karena hasil pengumpulan keputusan tidak dapat diketahui
dengan pasti, walaupun diketahui nilai probabilitasnya.
e. Pada kondisi ini ada informasi/data yang akan mendukung dalam membuat
keputusan, berupa besar atau nilai peluang terjadinya bermacam-macam keadaan.
f. Teknik pemecahannya menggunakan konsep probabilitas, seperti model
keputusan probabilistik, model inventori probabilistik, model antrian probabilisti.
3. Pengambilan keputusan dalam kondisi tidak pasti, yaitu pengambilan keputusan
dimana :
a. Tidak diketahui sama sekali hal jumlah kondisi yang mungkin timbul serta
kemungkinan-kemungkinan munculnya kondisi-kondisi tersebut.
b. Pengambilan keputusan tidak dapat menentukan probabilitas terjadinya
berbagai kondisi atau hasil yang keluar.

3
c. Pengambilan keputusan tidak mempunyai pengetahuan atau informasi lengkap
mengenai peluang terjadinya bermacam-macam keadaan tersebut.
d. Hal yang diputuskan biasanya relatif belum pernah terjadi.
e. Tingkat ketidakpastian keputusan semacam ini dapat dikurangi dengan cara :
- Mencari informasi lebih banyak
- Melalui riset atau penelitian
- Penggunaan probabilitas subjektif
f. Teknik pemecahannya adalah menggunaka beberapa metode /kriteria, yaitu
metode maximin, metode maximax, metode Laplace, metode minimax regret,
metode relaisme dan dibantu dengan tabel hasil (pay off tabel).
4. Pengambilan keputusan dalam kondisi konflik adalah pengambilan keputusan
dimana :
a. Kepentingan dua atau lebih pengambil keputusan saling bertentangan dalam
situasi persaingan.
b. Pengambil keputusan saling bersaing dengan pengambil keputusan lainnya yang
rasional, tanggap dan bertujuan untuk memenangkan persaingan tersebut.
c. Pengambil keputusan bertindak sebagai pemain dalam suatu permainan.
d. Teknik pemecahannya adalah menggunakan teori permainan.
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan :
1. Posisi atau kedudukan seseorang
a. Letak posisi
b. Tingkatan posisi
2. Masalah
Masalah atau problem adalah apa yang menjadipenghalang untuk mencapai tujuan,
yang merupakan penyimpangan dari apa yang diharapkan, direncanakan atau
dikehendakidan harus diselesaikan. Masalah tidak selalu dapat dikenal dengan
segera, ada yang memerlukan analisis, ada pula yang bahkan memrlukan riset
tersendiri.
Masalah dibagi menjadi 2 jenis :
a. Masalah terstruktur
b. Masalah tidak terstruktur
Pembagian masalah yang lain :
a. Masalah rutin
b. Masalah insidentil
3. Situasi
Keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan yang berkaitan satu sama lain, dan
yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa
yang hendak kita perbuat.
Faktor-faktor tersebut dibedakan :
a. Faktor-faktor yang konstan
b. Faktor-faktor yang tidak konstan

4
4. Kondisi
Keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama menentukan daya
gerak, daya berbuat atau kemampuan kita. Sebagian besar faktor-faktor
tersebut merupakan sumber daya(resourches).
5. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit(kesatuan),
tujuan organisasi maupun tujuan usaha, pada umumnya telah tertentu/telah
ditentukan. Tujuan yang telah ditentukan dalam pengambilan keputusan
merupakan tujuan antara atau objective.
Pendapat lain yang mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan adalah :
1. Keadaan internal organisasi
a. Dana yang tersedia
b. Keadaan sumber daya manusia
c. Kemampuan karyawan
d. Kelengkapan dari peralatan organisasi
e. Struktur organisasi
2. Keadaan eksternal organisasi, meliputi :
a. Keadaan ekonomi
b. Keadaan sosial
c. Keadaan politik
d. Keadaan hukum
e. Keadaan budaya, dsb
3. Tersedianya informasi yang diperlukan
4. Kepribadian dan kecakapan pengambil keputusan, meliputi penilaiannya,
kebutuhannya, intelegensinya, keterampilannya, kapasitasnya, dan sebagainya.
2.4. Teori pengambilan keputusan
Terdapat 4 paradigma dalam teori pengambilan keputusan, yaitu model rasional,
model organisasional, model politik dan power, dan model garbage can.
a. Model rasional
Dalam model yang paling basic dalam pengambilan keputusan model rational,
dimana dalam perspektif ini diasumsikan bahwa setiap individu memiliki kesamaan
perilaku terhadap tujuan yang ingin dicapai. Dalam riset, perspektif ini digunakan
oleh March dan Simon(1958) dan Allison(1971) dalam membuat rational action.
b. Model organisasional
Model ini merupakan pengembangan dari model rasional dimana dalam
pengambilan keputusan, kognitif dari faktor pengambilan keputusan adalah
terbatas, dan aspek-aspek organisasi lah yang menutupi keterbatasan ‘kognitif
dan membentuk’ kognitif actor pengambil keputusan. Aspek-aspek itu bisa
standar operation procedure (Allison,1971), rutinitas dalam organisasi tidak
seperti model rasional, dimana tahapan pengambilan keputusan adalah sequential,

5
dalam proses perspektif ini proses pengambilan keputusan tidaklah sequential
(Mintzaberg et al., 1976). Dan linieritas dari proses pengambilan keputusan
adalah kontekstual (Nutt, 1984).
c. Model politik dan kekuasaan
Akar dari perspektif politik dalam pengambilan keputusan adalah lmu politik.
Perspektif ini melihat bahwa para pengambil keputusan memiliki tujuan yang
berbeda-beda, mereka bekerja sama melalui proses koalisi dan preferensi dari
actor yang memiliki pengaruh yang paling besar yang akan menang. Awalnya
perspektif ini digunakan untuk menjelaskan proses pengambilan keputusan di
lembaga legislative, dimana para faktor saling beradu argument dan interes,
pembentukan koalisi dan pemenang (Eisenhardt & Zbaract, 1992).
d. Model garbage can
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Cohen, Marc dan Olsen (1972), bahwa
keputusan dalam suatu organisasi terjadi dengan tidak sengaja atau kebetulan.
Teori ini merupakan reaksi dari model rasional dan model politik, yang menurut
mereka memiliki banyak kelemahan terutama dalam memahami proses
pengambilan keputusan dalam situasi yang kompleks, tidak stabil dan dalam dunia
yang ambiguous.
2.5. Keuntungan dan kelemahan pengambilan keputusan dalam kelompok
1. Keuntungan
- Kelompok menghasilkan informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap, dengan
cara mengumpulkan data dan informasi melalui sejumlah individu sebagai bahan
masukan dalam proses pengambilan keputusan.
- Peningkatan keanekaragaman pandangan, dalam rangka membuka peluang untuk
lebih banyak pendekatan dan alternative yang perlu dipertimbangkan. Hal ini
dibuktikan bahwa sebuah kelompok hampir selalu akan berkinerja baik daripada
bekerja individu.
- Menghasilkan keputusan bermutu yang lebih tinggi.
- Peluang penerimaan pemecahan masalah berdasarkan keputusan kelompok jauh
lebih efektif daripada pengambilan keputusan secara individu.
2. Kelemahan
- Proses pengambilan keputusan menyita waktu yang panjang.
- Ada peluang dan kecenderungan tekanan konformitas dalam kelompok.
- Hasrat dari anggota-anggota kelompok untuk diterima dan dianggap sebagai
suatu asset bagi kelompok itu dapat mengakibatkan dihentikannya setiap
ketidaksepakatan yang muncul.
- Keputusan kelompok dapat didominasi oleh satu atau beberapa orang. Jika
koalisi dominan ini terdiri atas anggota dengan kemampuan rendah atau sedang,
maka kefektifan seluruh kelompok akan menderita.

6
BAB 3
KESIMPULAN

Pengambilan keputusan dalam organisasi sangatlah penting supaya setiap masalah


yang datang dapat segera diatasi dan tidak menghambat tujuan dari organisasi
itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

1. M. Steers Richard, Efektivitas Organisasi, Erlangga, Jakarta, 1985


2. Imam Wahjono Sentot, Perilaku Organisasi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010
3. Ir. Indrawani Sinoem, Dasar-dasar Pengambilan Keputusan, www.mdp.ac.id, 30
April 2013 : 15.10
4. Ittelkom, Dasar Pengambilan
Keputusan,http://www.ittelkom.ac.id/staf/mhd/MateriKuliah/SPPK/Handout/Ba
b%202%20Dasar%20Pengambilan%20Keputusan.pdf, 1 mei 2013 :09.45

7
Teori Pengambilan Keputusan
June 19th, 2012 | Author: ratni_itp

Pendahuluan
Secara popular dapat dikatakan bahwa mengambil keputusan atau membuat keputusan berarti
memilih satu diantara banyak alternatif. Setiap orang tidak harus pimpinan dapat membuat
keputusan akan tetapi dampak keputusan yang ditimbulkan berbeda-beda, ada yang sempit dan ada
yang luas ruang lingkupnya yang terkena dampak atau pengaruh tersebut. Hampir setiap hari,
bahkan setiap saat selalu ada keputusan yang dibuat misalnya di rumah tangga, di kantor, atau di
dalam organisasi/perusahaan. Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka untuk
memecahkan permasalahan atau persoalan (problem solving). Keputusan yang dibuat pasti ada
tujuan yang akan dicapai terutama dalam kesuksesan organisasi/perusahaan pada masa yang akan
datang.
Dalam dunia bisnis modern, kehidupan menuntut banyak sekali keputusan yang harus dibuat. Hal ini
terkait dengan dengan cepatnya fluktuasi informasi yang ada terutama dalam informasi pasar global.
Kecepatan, keakuratan dan ketepatan dalam membuat keputusan sangat mempengaruhi kopetensi
organisasi/perusahaan dalam menciptakan daya saing yang unggul.
Inti dari pengambilan keputusan ialah terletak dalam organisasi/perusahaan berbagai alternatif
tindakan sesuai dan dalam pemilihan alternatif yang tepat setelah evaluasi (penilian) mengenai
efektivitasnya dalam mencapai tujuan yang dikehendaki pengambil keputusan. Pengambilan
keputusan yang efektif merupakan tolok ukur keberhasilan organisasi/perusahaan dimasa depan.
Kategori Keputusan
1. Keputusan dalam Keadaan ada Kepastian
Apabila semua informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan lengkap, maka keputusan
dikatakan dalam keadaan atau situasi ada kepastian. Dengan perkataan lain dalam keadaan ada
kepastian kita dapat meramalkan secara tepat atau eksak hasil dari setiap tindakan (action).
Pemecahan: Deterministic
Teknik: a) Linear Programming, b) Model Transportasi, c) Model penugasan, d) Model Inventory, e)
Model Antrian, f) Model Network

2. Keputusan dalam Keadaan ada resiko (risk)


Resiko terjadi kalau hasil pengambilan keputusan walaupun tidak diketahui dengan pasti akan tetapi
diketahui nilai kemungkinan (probabilitasnya).
Pemecahan: Probabilistic
Teknik: a) Model Keputusan Probabilistic, b) Model Inventory Probabilistic, c) Model antrian
Probabilistic.
3. Keputusan dalam Keadaan Ketidakpastian (uncertainty)
Ketidakpastian akan kita hadapi sebagai pengambil keputusan kalau hasil kuputusan sama sekali tidak
tahu karena hal yang akan diputuskan belum pernah terjadi sebelumnya.
Pemecahan: tambahan informasi dan menggunkan “subjective probability” yaitu nilai probabilitas
yang anda ciptakan sendiri.
Teknik: Analisis keputusan dalam keadaan ketidakpastian.
4. Keputusan dalam Keadaan ada Konflik (conflict)
Situasi konflik terjadi kalau kepentingan dua pengambil keputusan atau lebih saling bertentangan
(ada konflik) dalam situasi konpetitif. Pengambil keputusan bisa juga berarti pemain (player) dalam
suatu permainan (game).
Pemecahan: Tergantung tindakan lawan
Teknik: Teori Permainan (game theory)

Faktor yang harus diperhatikan dalam Pengambilan Keputusan:


1. Hal-hal berwujud dan tidak berwujud.
2. Keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Keputusan jangan berorientasi kepentingan pribadi.
4. Jarang ada pilihan yang memuaskan.
5. Pengambilan Keputusan merupakan tindakan mental.
6. Pengambilan Keputusan yang efektif memerlukan waktu cukup lama.

8
7. Perlu Pengambilan Keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
8. Keputusan hendaknya dilembagakan agar dapat diketahui apakah keputusan tersebut benar atau
salah.
9. Keputusan merupakan awal dari serangkaian kegiatan berikutnya.

Langkah-Langkah dalam Pengambilan Keputusan

1. Rumuskan/identifikasi persoalan keputusan

2. Kumpulkan informasi yang relevan

3. Cari alternatif tindakan

4. Analisis alternatif yang fleksibel

5. Memilih alternatif terbaik

6. Laksanakan keputusan dan evaluasi hasilnya

Langkah menangani masalah:

1. Mengusahakan keterangan dan penjelasan tentang masalah itu.

2. Identifikasi sasaran atau tujuan kegiatan yang akan dilakukan.

3. Mengatur tingkat keberhasilannya.

4. Menentukan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan.

5. Memperhatikan faktor lingkungan.

6. Meneliti alternatif pemecahan masalah sehingga diketahui masing-masing kenggulan dan


kekurangannya.

7. Merumuskan model mana yang dimungkinkan untuk pemecahan masalah.

8. Mengumpulkan data untuk pengukuran dan memilih alternatif mana yang dianggap paling tepat.

9. Mengadakan perbandingan antara model yang satu dan model yang lain.

10. Menguji hasil analisis untuk lebih meyakinkannya.

11. Mempertimbangkan apapakh terdapat segi2 ketidakefisienan yang terjadi.

12. Mengadakan ringkasan, bila perlu menyertakan juga saran2nya.

9
Pengambilan Keputusan
Yang dimaksud dengan keputusan (decision) adalah berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari
dua atau lebih kemungkinan. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan pilihan, ada
perbedaan penting diantara keduanya. Mc Kenzei melihat bahwa keputusan adalah pilihan
nyata karena pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara
untuk mencapai tujuan itu, apakah pada tingkat perorangan atau kolektif. Mc Grew dan
Wilson lebih melihat pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu keputusan ialah akhir
dari suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi label pengambilan keputusan. Dipandang
sebagai proses karena terdiri atas satu seri aktifitas yang berkaitan dan tidak hanya dianggap
sebagai tindakan bijaksana.

Morgan dan Cerullo mendefinisikan keputusan sebagai sebuah kesimpulan yang dicapai
sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih sementara
yang lain dikesampingkan.

Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode
yang efisien sesuai situasi. Proses tersebut untuk menemukan dan menyelesaikan masalah
organisasi. Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali kerangka yang tepat
sudah diselesaikan, keputusan harus dibuat (Brinckloe,1977). Dengan kata lain, keputusan
mempercepat diambilnya tindakan, mendorong lahirnya gerakan dan perubahan (Hill,1979).

Pengambilan keputusan hendaknya dipahami dalam dua pengertian yaitu (1) penetapan
tujuan yang merupakan terjemahan cita-cita, aspirasi dan (2) pencapaian tujuan melalui
implementasinya (Inbar,1979). Ringkasnya keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui
pelaksanaan dan ini semua berintikan pada hubungan kemanusiaan. Untuk suksesnya
pengambilan keputusan itu maka sepuluh hukum hubungan kemanusiaan (Siagian,1988)
hendaknya menjadi acuan dari setiap pengambilan keputusan.

A. Proses Pengambilan Keputusan

Ada dua pandangan dalam pencapaian proses mencapai suatu keputusan organisasi
(Brinckloe,1977) yaitu :

(1) Optimasi. Di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha menyusun alternatif-
alternatif, memperhitungkan untung rugi dari setiap alternatif itu terhadap tujuan organisasi.
Sesudah itu memperkirakan kemungkinan timbulnya bermacam-macam kejadian ke depan,
mempertimbangkan dampak dari kejadian-kejadian itu terhadap alternatif-alternatif yang
telah dirumuskan dan kemudian menyusun urut-urutannya secara sistematis sesuai dengan
prioritas lalu dibuat keputusan. Keputusan yang dibuat dianggap optimal karena setidaknya
telah memperhitungkan semua faktor yang berkaitan dengan keputusan tersebut.

(2) Satisficing. Seorang eksekutif cukup menempuh suatu penyelesaian yang berasal
memuaskan ketimbang mengejar penyelesaian yang terbaik. Model satisficing dikembangkan
oleh Simon (Simon,1982; roach, 1979) karena adanya pengakuan terhadap rasionalitas
terbatas (bounded rationality). Rasionalitas terbatas adalah batas-batas pemikiran yang
memaksa orang membatasi pandangan mereka atas masalah dan situasi. Pemikiran itu
terbatas karena pikiran manusia tidak megolakan dan memiliki kemampuan untuk
memisahkan informasi yang tertumpuk.

10
Menurut Frank Harison (Hitt, 1970), faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya rasionalitas
terbatas antara lain informasi yang datang dari luar sering sangat kompetitif atau informasi itu
tidak sempurna, kendala waktu dan biaya, serta keterbatasan seorang mengambil keputusan
yang rasional untuk mengerti dan memahami masalah dan informasi, terutama informasi dan
teknologi.

B. Unsur Prosedur Keputusan

Di balik suatu keputusan ada unsur prosedur, yaitu pertama pembuatan keputusan
mengidentifikasikan masalah, mengklarifikasi tujuan-tujuan khusus yang diinginkan,
memeriksa berbagai kemungkinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan
mengakhiri proses itu dengan menetapkan pilihan bertindak. Jadi suatu keputusan sebenarnya
didasarkan atas fakta dan nilai (facts and values). Keduanya sangat penting tetapi tampaknya
fakta lebih mendominasi nilai-nilai dalam menyehatkan keputusan suatu organisasi (Bridges,
1971).

C. Alternatif dan Konsekuensi Keputusan

Dapat dikatakan bahwa setiap keputusan bertolak dari beberapa kemungkinan atau alternatif
untuk dipilih. Setiap alternatif membawa konsekuensi-konsekuensi. Ini berarti, menurut
Simon, sejumlah alternatif itu berbeda satu sama lain mengingat perbedaan dari konsekuensi-
konsekuensi yang akan ditimbulkannya. Pilihan yang dijatuhkan pada alternatif itu harus
dapat memberikan kebahagiaan atau kepuasan karena merupakan salah satu aspek paling
penting dalam keputusan.

D. Tingkat-Tingkat Keputusan

Brinckloe (1977) menawarkan bahwa ada empat tingkat keputusan yaitu (1) automatic
decisions, (2) expected information decisions, (3) factor weighting decisions dan (4) dual
uncertainty decisions.

(1) Keputusan otomatis (outomatic decisions), keputusan yang dibuat dengan sangat
sederhana, meski sederhana informasi tetap diperlukan.

(2) Keputusan berdasar informasi yang diharapkan (Expected information decision), tingkat
informasi mulai sedikit kompleks artinya informasi yang ada sudah memberi aba-aba untuk
mengambil keputusan. Tetapi keputusan belum segera diambil karena informasi tersebut
perlu dipelajari.

(3) Keputusan berdasar berbagai pertimbangan (factor weighting decisions), informasi-


informasi yang telah dikumpulkan dianalisis, lalu dipertimbangkan dan diperhitungkan
sebelum keputusan diambil.
(4) Keputusan berdasar ketidakpastian ganda (Dual uncertainty decisions), dalam setiap
informasi yang ada masih diharapkan terdapat ketidakpastian artinya semakin luas ruang
lingkup dan semakin jauh dampak dari suatu keputusan, semakin banyak informasi yang
dibutuhkan semakin tinggi ketidakpastian itu.

11
E. Klasifikasi Keputusan

1. Keputusan Terprogram.
Menurut Siagian, S.P. (1993), Keputusan Terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan
yang berlangsung berulang kali, dan diambil secara rutin dalam organisasi. Biasanya
menyangkut pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan
pengarahan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi. Biasanya langkah-langkah dan
prosedur yang perlu ditempuh telah dituangkan dalam buku pedoman, yang biasanya terdapat
dalam organisasi yang dikelola secara rapi. Pengambilan keputusan terprogram akan
berlangsung dengan efektif apabila empat criteria dasar dipenuhi :

a. Tersedia waktu dan dana yang memadai untuk pengumpulan dan analisis data.
b. Tersedia data yang bersifat kuantitatif.
c. Kondisi lingkungan yang relatif stabil, yang didalamnya tidak dapat tekanan yang kuat
untuk secara cepat melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu terhadap kondisi yang selalu
berubah.
d. Tersedia tenaga trampil untuk merumuskan permasalahan secara tepat, termasuk tuntutan
operasional yang harus dipenuhi.
Sedangkan dalam Salusu menyebutkan bahwa keputusan terprogram yang dibuat sebagai
respon terhadap masalah-masalah organisasi yang repetitif atau yang sudah baku, mencakup
keputusan operasional dan keputusan pada tingkat menengah dari Morgan dan Cerello,
keputusan operasinal dan taktis dari Sutherland serta dari Mangkusubroto dan Trisnadi dan
keputusan terstruktur dari Mintzberg dan Brinckloe;

2. Keputusan yang tidak Terprogram.


Biasanya diambil dalam usaha memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah
dialami sebelumnya, tidak bersifat repetitif (berulang-ulang), tidak terstruktur, dan sukar
mengenali bentuk, hakikat dan dampaknya. Sebagai akibat keadaan demikian, para ahli
belum mampu menyajikan teknik pemecahan yang sudah terbukti efektif di masa lalu, baik
karena sifatnya yang baru itu maupun karena sukar untuk mendefinisikan hakikatnya secara
tepat. Keputusan yang tidak Terprogram tidak menyangkut hal-hal yang sifatnya operasional,
akan tetapi menyangkut kebijaksanaan organisasi dengan dampak yang strategis bagi
eksistensi organisasi. (Siagian, S.P.; 1993), Keputusan Terprogram

Sedangkan dalam Salusu menyebutkan bahwa keputusan tidak terprogram, dibuat sebagai
respon dari masalah-masalah unik, yang jarang dijumpai dan yang tidak dapat didefinisikan
secara tepat, keputusan ini biasanya dikenal dengan nama keputusan strategik, meliputi
keputusan strategik dari Morgan dan Cerello, Mangkusubroto dan Trisnadi, keputusan
strategik dan tujuan (goal) Sutherland, serta keputusan tidak terstruktur dari Mintzberg dan
Brinckloe.

Dari segi struktur keputusan tertinggi adalah yang berhubungan dengan cita-cita, tujuan,
menyusul keputusan strategik lalu keputusan taktis dan yang paling bawah adalah keputusan
operasional. Keputusan tertinggi hanya dibuat satu atau dua kali makin ke bawah tingkat
keputusan makin tinggi frekuensi pembuatannya.

12
F. Kategori Keputusan

Ditinjau dari sudut perolehan informasi dan cara memproses informasi, keputusan dibagi
empat kategori (Nutt, 1989) :

1. Keputusan Representasi, pengambilan keputusan menghadapi informasi yang cukup


banyak dan mengetahui dengan tepat bagaimana memanipulasikan data tersebut. Keputusan
ini banyak menggunakan model-model matematik seperti operation research, cost-benefit
analysis dan simulasi.

2. Keputusan Empiris, suatu keputusan yang sedikit informasi tetapi memiliki cara yang jelas
untuk memproses informasi pada saat informasi itu diperoleh.

3. Keputusan Informasi, suatu situasi yang banyak informasi tetapi meliputi kontroversi
tentang bagaimana memproses informasi tersebut.

4. Keputusan Eksplorasi, suatu situasi yang sedikit informasi dan tidak ada kata sepakat
tentang cara yang hendak dianut untuk memulai mencari informasi.

G. Proses Pengambilan Keputusan :

1. Pendekatan yang interdisipliner.


Proses pengambilan keputusan tidak bisa dilihat sebagai suatu tindakan tunggal dan tidak
sebagai suatu tindakan yang Seragam yang berlaku untuk semua keadaan serta dapat
digunakan oleh pengambil keputusan yang berbeda dengan tingkat efektifitas yang sama.
Proses pengambilan keputusan terdiri dari berbagai ragam keterampilan dan pengetahuan
yang diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan berorganisasi.

2. Proses yang sistematis.


Suatu proses logis yang melibatkan pengambilan langkah-langkah secara berturut atau
sekuensial dengan merinci proses tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
(pendekatan atomik). Pendapat lain mengatakan proses pengambilan keputusan menyangkut
dengan naluri, daya pikir, dan serangkaian metode intuitif yang keseluruhannya dirangkum
yang menjadi suatu kreatifitas (pendekatan holistik).

3. Proses berdasarkan informasi.


Pengambilan keputusan tanpa informasi berarti menghilangkan kesempatan belajar secara
adaptif. Seorang manajer harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang Informatika
untuk pengambilan keputusan yang efektif serta harus menuntut agar tersedia baginya
informasi yang memenuhi persyaratan kemutakhiran, kelengkapan, dapat dipercaya dan
disajikan dalam bentuk yang tepat.

4. Memperhitungkan faktor-faktor ketidakpastian.


Betapa pun telitinya perkiraan keadaan, dalamnya kajian terhadap berbagai alternatif, tetap
tidak ada jaminan bebas dari resiko ketidakpastian. Untuk itu pengambilan keputusan harus
dapat Memperhitungkan probabilitas (kemungkinan) keberhasilan atau kekurang-berhasilan
pelaksanaan suatu keputusan.

5. Diarahkan pada tindakan nyata.


Mengambil suatu tindakan harus dapat ditentukan secara pasti, kapan pemecahan berakhir

13
dan proses pengambilan keputusan dimulai. Masalah dan sasaran sering mempunyai siklus
pertumbuhan dan penyusutan, demikian juga faktor-faktor yang mempengaruhi. Hal tersebut
harus dikenali secara tepat karena akan sangat mempengaruhi keputusan untuk bertindak atau
tidak bertindak.

H. Teknik Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan meliputi antara lain hal-hal yang berhubungan dengan pengumpulan
fakta. Teknik pengambilan keputusan dalam klasifikasi ada dua yaitu teknik tradisional dan
teknik modern. Teknik pengambil keputusan juga sering dibagi dalam teknik pengambilan
keputusan matematik atau kuantitatif (Heenan dan Addleman, 1976;Robbins, 1978) dan
teknik pengambil keputusan non-matematik atau kualitatif (Moody, 1983). Teknik matematik
biasa diberi nama multivariate analysis (analisis variabel ganda atau analisis berdimensi
ganda).
Teknik non-matematik, yang lebih sering digunakan untuk keputusan strategik antara lain
sumbang saran, consensus, Delphi, fish bowling, interaksi didaktik, tawar- menawar kolektif.

I. Pendekatan terhadap Pengambil Keputusan

Berbagai model tentang pendekatan terhadap pengambilan keputusan telah diperkenalkan


oleh para ahli teori pengambilan keputusan, diantaranya adalah :

1. Model Brinckloe (1977)


Keputusan yang menggunakan pendekatan (i) Fakta, secara sistematis akan mengumpulkan
semua fakta mengenai masalah dan hasilnya ialah kemungkinan keputusan akan lahir dengan
sendirinya; (ii) Pengalaman, seseorang yang sudah memiliki pengalaman tentu lebih matang
dalam membuat keputusan daripada seorang yang sama sekali belum mempunyai
pengalaman apa-apa namun perlu diperhatikan bahwa peristiwa-peristiwa yang lampau tidak
akan pernah sama dengan pada saat ini;(iii) Intuisi, tidak jarang keputusan yang diambil
berdasarkan intuisi dikarenakan kurang mengadakan analisis yang terkendali maka perhatian
hanya ditujukan pada beberapa fakta; (iv) Logika, pengambilan keputusan yang berdasar
logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semua unsur pada setiap sisi dalam proses
pengambilan keputusan; (v) Analisis Sistem, kecanggihan dari komputer telah merangsang
banyak orang untuk mengambil keputusan secara kuantitatif.

2. Model McGrew (1985)


McGrew hanya melihat adanya tiga pendekatan yaitu proses pengambilan keputusan rasional,
model proses organisasional dan model tawar-menawar politik (political bargaining model)
yaitu (i) Pendekatan proses pengambilan keputusan rasional memberi perhatian utama pada
hubungan antara keputusan dengan tujuan dan sasaran dari pengambilan keputusan; (ii)
Model proses organisasional menangani masalah yang jelas tampak perbedaannya antara
pengambil keputusan individu dan organisasi; (iii) Model tawar-menawar politik melihat
kedua pendekatan itu mengatakan bahwa pengambilan keputusan kolektif sesungguhnya
dilaksanakan melalui tawar-menawar namun hasil akhir keputusan itu sesungguhnya
tergantung pada proses memberi dan menerima di antara individu dalam kelompok tersebut.

14
J. Teknik-teknik Pengambilan Keputusan. (Siagian, S.P. (25-26;1993).

1. Brainstorming

Jika sekelompok orang dalam suatu organisasi menghadapi suatu situasi problematic yang
tidak terlalu rumit, dan dapat diidentifikasikan secara spesifik mereka mengadakan diskusi
dimana setiap orang yang terlibat diharapkan turut serta memberikan pandangannya. Pada
akhir diskusi berbagai pandangan yang dikemukakan dirangkum, sehingga kelompok
mencapai suatu kesepakatan tentang cara-cara yang hendak ditempuh dalam mengatasi situasi
problematic yang dihadapi. Penting diperhatikan dalam teknik ini yaitu :

a. Gagasan yang aneh dan tidak masuk akal sekalipun dicatat secara teliti.
b. Mengemukakan sebanyak mungkin pendapat dan gagasan karena kuantitas pandanganlah
yang lebih diutamakan meskipun aspek kualitas tidak diabaikan.
c. Pemimpin diskusi diharapkan tidak melakukan penilaian atas sesuatu pendapat atau
gagasan yang dilontarkan, dan peserta lain diharapkan tidak menilai pendapat atau gagasan
anggota kelompok lainnya.
d. Para peserta diharapkan dapat memberikan sanggahan pendapat atau gagasan yang telah
dikemukakan oleh orang lain.
e. Semua pendapat atau gagasan yang dikemukakan kemudian dibahas hingga kelompok tiba
pada suatu sintesis pendapat yang kemudian dituangkan dalam bentuk keputusan.

2.Synetics

Seorang diantara anggota kelompok peserta bertindak selaku pimpinan diskusi. Diantara para
peserta ada seorang ahli dalam teori ilmiah pengambilan keputusan. Apakah ahli itu anggota
organisasi atau tidak, tidak dipersoalkan. Pimpinan mengajak para peserta untuk mempelajari
suatu situasi problematik secara menyeluruh. Kemudian masing-masing anggota kelompok
mengetengahkan daya pikir kreatifnya tentang cara yang dipandang tepat untuk ditempuh.
Selanjutnya pimpinan diskusi memilih hasil-hasil pemikiran tertentu yang dipandang
bermanfaat dalam pemecahan masalah. Dan tenaga ahli menilai melakukan penilaian atas
berbagai gagasan emosional dan tidak rasional yang telah disaring oleh pimpinan diskusi
serta kemudian menggabungkannya dengan salah satu teori ilmiah pengambilan keputusan
dan tindakan pelaksanaan yang diambil.

3. Consensus thinking

Orang-orang yang terlibat dalam pemecahan masalah harus sepakat tentang hakikat, batasan
dan dampak suatu situasi problematik yang dihadapi, sepakat pula tentang teknik dan model
yang hendak digunakan untuk mengatasinya. Teknik ini efektif bila beberapa orang memiliki
pengetahuan yang sejenis tentang permasalahan yang dihadapi dan tentang teknik pemecahan
yang seyogyanya digunakan. Orang-orang diharapkan mengikuti suatu prosedur yang telah
ditentukan sebelumnya. Kelompok biasanya melakukan uji coba terhadap langkah yang
hendak ditempuh pada skala yang lebih kecil dari situasi problematik yang sebenarnya.

4. Delphi
Umumnya digunakan untuk mengambil keputusan meramal masa depan yang diperhitungkan
akan dihadapi organisasi. Teknik ini sangat sesuai untuk kelompok pengambil keputusan
yang tidak berada di satu tempat.
Pengambil keputusan menysun serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan suatu situasi

15
peramalan dan menyampaikannya kepada sekelompok ahli. Para ahli tersebut ditugaskan
untuk meramalkan, apakah suatu peristiwa dapat atau mungkin terjadi atau tidak. Jawaban
dari anggota kelompok tadi dikumpulkan dan masing-masing anggota ahli mempelajari
ramalan yang dibuat oleh masing-masing rekannya yang tidak pernah ditemuinya. Pada
kesempatan berikutnya, rangkaian pertanyaan yang sama dikembalikan kepada para anggota
kelompok dengan melampirkan jawaban yang telah diberikan oleh para anggota kelompok
pada putaran pertama serta hal-hal yang dipandang sudah merupakan kesepakatan kelompok.
Apabila pendapat seseorang ahli berbeda maka memberikan penjelasannya secara tertulis.
Tiap-tiap jawaban diberikan kode tertentu sehingga tidak diketahui siapa yang memberikan
jawaban.
Jawaban tersebut di atas dilakukan dengan beberapa putaran. Pengedaran daftar pertanyaan
dan analisa oleh beberapa ahli dihentikan apabila telah diperoleh bahan tentang ramalan
kemungkinan terjadi sesuatu peristiwa di masa depan.

5. Fish bowling
Sekelompok pengambil keputusan duduk pada suatu lingkaran, dan di tengah lingkaran
ditaruh sebuah kursi. Seseorang duduk di kursi tersebut hanya dialah yang boleh bicara untuk
mengemukakan pendapat ide dan gagasan tentang suatu permasalahan. Para anggota lain
mengajukan pertanyaan, pandangan dan pendapat. Apabila pandangan orang yang duduk di
tengah tersebut telah dipahami oleh semua anggota kelompok dia meninggalkan kursi dan
digantikan oleh orang yang lain untuk kesempatan yang sama. Setelah itu semua pandangan
didiskusikan sampai ditemukan cara yang dipandang paling tepat.

6. Didactic interaction
Digunakan untuk suatu situasi yang memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”. Dibentuk dua
kelompok, dengan satu kelompok mengemukakan pendapat yang bermuara pada jawaban
“ya” dan kelompok lainnya pada jawaban “tidak”. Semua ide yang dikemukakan baik pro
maupun kontra dicatat dengan teliti. Kemudian kedua kelompok bertemu dan mendiskusikan
hasil catatan yang telah dibuat. Pada tahap berikutnya terjadi pertukaran tempat. Kelompok
yang tadinya mengemukakan pandangan pro beralih memainkan peranan dengan pandangan
kontra.

7. Collective bargaining
Dua pihak yang mempunyai pandangan berbeda bahkan bertolak belakang atas suatu masalah
duduk di satu meja dengan saling menghadap. Masing-masing pihak datang dengan satu
daftar keinginan atau tuntutan dengan didukung oleh berbagai data, informasi dan alasan-
alasan yang diperhitungkan dapat memperkuat posisinya dalam proses tawar-menawar yang
terjadi. Jika pada akhirnya ditemukan bahwa dukungan data dan informasi serta alasan-alasan
yang dikemukakan oleh kedua belah pihak mempunyai persamaan, maka tidak terlalu sukar
untuk mencapai kesepakatan. Tetapi sebaliknya, pertemuan berakhir tanpa hasil yang
kemudian sering diikuti dengan timbulnya masalah yang lebih besar.

16
K. Metode Pengambil Keputusan

Gortner (1987) lebih cenderung menganalisis pengambilan keputusan dari sudut metode. Ada
empat metode pengambilan keputusan yang dianggap lazim dipergunakan dalam
pengambilan keputusan organisasional.

Metode pertama adalah metode rasional yang disebut juga model rasional. Ini adalah metode
klasik yang secara implicit mencakup model birokratik dari pengambilan keputusan.

Metode kedua, adalah metode tawar-menawar incremental (incremental-bargaining) yang


dipandang sebagai model paling dasar aktifitas politik, yaitu penyelesaian konflik melalui
negosiasi. Karakteristik dari incremental ialah bahwa keputusan tentang suatu kebijakan
terjadi dalam bentuk langkah-langkah kecil karenanya tidak terlalu jauh dari status quo.

Metode ketiga yang disebut metode agregatif (aggregative methods) mencakup antara lain
teknik Delphi dan teknik-teknik pengambilan keputusan yang berkaitan. Konsensus dan
peran serta merupakan karakteristik utama dari metode agregatif.

Metode keempat adalah metode keranjang sampah (the garbage-can) atau nondecision-
making model yang dikembangkan oleh March dan Olsen (1979). Model keranjang sampah
menolak model rasional bahkan rasional-inkremental yang sederhana sekalipun. Ia lebih
tertarik pada karakter yang ditampilkan dalam keputusan, pada isu yang bermacam-macam
dari peserta pengambil keputusan dan masalah-masalah yang timbul pada saat itu. Sering kali
keputusan yang diambil tidak direncanakan sebagai akibat dari perdebatan dalam kelompok.

L. Teori-Teori Pengambilan Keputusan

Sehubungan dengan pendekatan yang telah diutarakan, lahirlah berbagai aliran yang
menampilkan teori-teori pengambilan keputusan yang berbeda (Brinckloe, 1977) yaitu :

1. Aliran Birokratik (Bureaucratic School)


Teori ini memberi tekanan yang cukup besar pada arus dan jalannya pekerjaan dalam struktur
organisasi. Tugas dari eselon bawah ialah melaporkan masalah, memberi informasi,
menyiapkan fakta dan keterangan-keterangan lain kepada atasannya. Dengan segala
pengetahuan, keterampilan dan kemampuannya, atasan membuat keputusan setelah
mempelajari semua informasi.

2.Aliran Manajemen Saintifik (Scientific Management School)


Teori ini menekankan pada pandangan bahwa tugas-tugas itu dapat dijabarkan ke dalam
elemen-elemen logis, yang dapat digambarkan secara saintifik. Sementara manajemen sendiri
memiliki kemampuan untuk menganalisis dan menyelesaikan suatu masalah.

3. Aliran Hubungan Kemanusiaan (Human Relations School)


Teori ini menganggap bahwa organisasi dapat berbuat lebih baik apabila lebih banyak
perhatian yang diberikan kepada manusia dalam organisasi, seperti yang menimbulkan
kepuasan kerja, peran serta dalam pengambilan keputusan, memberlakukan organisasi
sebagai suatu kelompok social yang mempunyai tujuan. Selain itu kebutuhan dan keinginan
anggota selalu dipertimbangkan dalam membuat keputusan.

17
4. Aliran Rasionalitas Ekonomi (Economic Rasionality School)
Teori ini mengakui bahwa organisasi adalah suatu unit ekonomi yang mengkonversikan
masukan (input) menjadi keluaran (output) dan yang harus dilakukan dengan cara yang
paling efisien. Menurut aliran ini suatu langkah kebijakan akan terus berlangsung sepanjang
itu mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada biayanya.

5. Aliran Satisfacing
Aliran ini tidak mengharapkan suatu keputusan yang sempurna. Aliran ini yakin bahwa para
manajer yang selalu dipenuhi berbagai masalah mampu membuat keputusan yang rasional.

6. Aliran Analisis Sistem


Aliran ini percaya bahwa tiap masalah berada dalam suatu system yang terdiri dari berbagai
sub sistem yang keseluruhannya merupakan satu kesatuan.

M. Pengambilan Keputusan Birokratik

Keputusan rutin adalah keputusan terprogram, keputusan repetitive, keputusan yang


berulang-ulang dibuat. Disebut keputusan repetitive karena berbagai peraturan dan prosedur
sebagai dasar untuk membuat keputusan telah dilembagakan. Peraturan dan prosedur
semacam ini banyak dijumpai dikalangan birokrasi. Ada yang mengatakan bahwa
sesungguhnya keputusan-keputusan dikalangan birokrasi telah dirutinkan sehingga dapat
dikatakan bahwa keputusan rutin sama dengan keputusan birokratik (Inbar, 1979).

Dalam pengambilan keputusan birokratik selalu bertindak tidak memihak tetapi juga tidak
responsive bahkan soulless, tidak punya jiwa pendeknya seperti organisasi robot dalam
banyak hal. Pengaruh yang terutama memegang peranan dalam pengambilan keputusan
birokratik ialah tekanan politik dan pengaruh elit.

N. Penyelesaian Masalah dan Pengambilan Keputusan

Sering kali orang sulit membedakan antara penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan. Bila dilihat dari sudut prosesnya sulit dibedakan karena keduanya menggunakan
langkah-langkah proses yang mirip. Perbedaan diantara keduanya terletak pada hasilnya.
Penyelesaian masalah adalah pemikiran yang akhirnya bermuara pada hasil berupa
penyelesaian kesenjangan antara performance yang diinginkan dan performance yang
menjadi kenyataan. Sering juga disebut perbedaan antara das sollen dan das sein. Dalam
istilah Downs (Nutt, 1989), perbedaan antara kenyataan yang ada dan kenyataan yang
diinginkan disebut kesenjangan kinerja (performance gap).

Lain halnya dengan pengambilan keputusan karena dalam hal ini pengambilan keputusan
adalah pemikiran yang menghasilkan pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Sebaliknya,
pilihan itu terjadi dalam proses penyelesaian masalah karena dalam menyelesaikan suatu
masalah, setiap langkah yang ditempuh mencakup aspek pengambilan keputusan.

18
O. Ciri-ciri Keputusan Strategik (Nisjar, Karhi dan Winardi ; 1997) :

1. Keputusan-keputusan strategik pada umumnya berkaitan dengan skope dari aktifitas


sesuatu organisasi.
Timbullah pertanyaan di sini: “Apakah kirannya organisasi yang bersangkutan memusatkan
perhatiannya pada satu bidang aktifitas saja, ataukah perlu ia memiliki aneka macam bidang
aktifitas?”

2. Strategi berkaitan dengan upaya menyesuaikan (MATCHING) aktifitas-aktifitas organisasi


dengan lingkungan di mana ia beroperasi.
Misalnya persaingan luar negeri merupakan salah satu perubahan lingkungan yang dapat
mempengaruhi sesuatu organisasi.

3. Strategi juga berhubungan dengan tindakan dan upaya menyesuaikan aktifitas-aktifitas


organisasi yang bersangkutan dengan kemampuan sumberdayanya.
Strategi bukan hanya sekedar menghadapi ancaman lingkungan dan memanfaatkan peluang
karena lingkungan, tetapi juga berkaitan dengan upaya menyesuaikan sumber-sumber daya
keorganisasian dengan ancaman dan peluang tersebut..

4. Keputusan-keputusan strategik sering kali menimbulkan implikasi-implikasi serius


terhadap sumber daya sesuatu organisasi.
Misalnya perusahaan-perusahaan mobil sudah banyak menggunakan tenaga robot agar
mereka tetap dapat bertahan dalam persaingan mobil.

5. Keputusan-keputusan strategik besar kemungkinan mempengaruhi keputusan-keputusan


operasional.

6. strategi suatu organisasi bukan saja akan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan,
dan ketersediaan sumber-sumber daya, tetapi akan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan harapan-
harapan pihak yang memiliki kekuasaan dalam organisasi yang bersangkutan.

7.Keputusan-keputusan strategik kirannya akan mempengaruhi arah jangka panjang suatu


organisasi.

8. Keputusan-keputusan strategik sering kali bersifat kompleks.


Kompleksitas itu terjadi karena adanya :

a. Keputusan-keputusan strategik biasanya mencakup ketidakpastian tingkat tinggi. Mungkin


di dalamnya termasuk keputusan tentang landasan pandangan-pandangan sehubungan dengan
masa yang akan datang yang tak mungkin diketahui secara pasti oleh manajer.
b. Keputusan-keputusan strategik, kirannya menuntut adanya suatu pendekatan yang
terintegrasi guna memanajemen organisasi yang bersangkutan.
c. Keputusan-keputusan strategik, biasanya menyebabkan timbulnya dampak berupa
perubahan besar pada organisasi-organisasi.

* isi merupakan tanggung jawab pengirim karya tulis ...


<< sebelumnya
sesudahnya >>

19

Potrebbero piacerti anche