Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Otore adalah sekret/cairan yang keluar dali liang telinga. Cairan yang
keluar dari telinga harus diperhatikan sifat-sifatnya karena dapat mendukung
diagnosis, misal jernih atau purulen, mengandung darah atau tidak, berbaukah,
pulasatil atau non-pulsasi. Gejala penyerta yang lain juga harus di perhatikan,
seperti adanya ganguan pendengaran, tinitus dan otalgia (nyeri telinga).sekret
yang keluar dapat purulen, mukoid atau mukopurulen, sekres seperti ini menandai
adanya infeksi pada telinga. sekret dapat pula jernih yang bisa disebabkan oleh
berbagai jenis dermatosis meatus akustikus externa atau mungkin sekret yang
jernih itu berasal dari cairan otak (serebrospinalis). semua tipe otore ini dapat
mengandung darah, bisa masif karena trauma dan berbagai neoplasma. sekret
dapat tidak berbau dan berbau sangat busuk (biasanya pada kolesteatoma).
Biasanya sekret ini non-pulsatil, tetapi bila berada di bawah tekanan hebat di
celah ruang telinga tengah, maka ia akan berpulsasi.
Telinga yang berair dan bau biasanya disebabkan infeksi. Infeksi liang
telinga sering disertai telinga bengkak dan sakit. Penyebab infeksi liang telinga
biasanya karena luka trauma akibat kebiasaan mengorek liang telinga.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telinga
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membrana
tympanica. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S dengan rangka tulang rawan pada dua pertiga bagian dalam
rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2½-3 cm. Pada sepertiga
bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan rambut. Pada
dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen (Soepardi et
al., 2014 ).
Membrana tympanica berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah
liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut
pars plaksida (membran shrapnell), sedangkan bagian bawah disebut pars tensa
(membran propia). Membrana tympanica dibagi dalam empat kuadran, dengan
menarik garis searah prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada
garis itu di umbo sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-
depan , serta bawah-belakang (Soepardi et al., 2014 ) .
Gambar 2.1 Membrana tympanica, sisi kanan; dilihat dari lateral ; citra
otoskopik.Sumber : (F. Paulsen & J. Waschke 2013).
2.1.3 Telinga Tengah
Cavitas auris media (rongga telinga tengah) atau cavitas tympani adalah
ruang berisi udara sempit pada pars petrosa ossis temporalis. Cavitas memiliki
dua bagian, yaitu cavitas tympani propria, ruang yang mengarah ke sebelah dalam
membran tympanica, dan recessus epitympanicus, ruang di superior membran.
Cavitas tympani dihubungkan di anteromedial dengan nasopharynx melalui tuba
auditiva dan di posterosuperior dengan sel-sel mastoid melalui antrum
mastoideum (Moore L, 2013).
Otore adalah sekret/cairan yang keluar dali liang telinga. Cairan yang
keluar dari telinga harus diperhatikan sifat-sifatnya karena dapat mendukung
diagnosis, misal jernih atau purulen, mengandung darah atau tidak, berbaukah,
pulasatil atau non-pulsasi.
2.1.7 Mekanisme patofisiologi otorrhea
Sekret yang serosa (cair) biasanya timbul karena otitis eksterna difusa dan
sering menimbulkan krusta pada orifisium liang telinga luar. Selain otitis
eksterna, keluarnya cairan jernih melalui telinga bisa jadi adalah cairan
serebrospinal yang bocor karena adanya fraktur pada tulang tengkorak.
Sekret yang mukopurulen berasal dari telinga bagian tengah yaitu otitis media
supuratif akut dan otitis media supuratif kronik yang jinak. Warnanya kuning
pucat, lengket dan tidak berbau. Proses infeksi dan inflamasi yang terjadi
pada telinga tengah berkaitan dengan inflamasi yang terjadi pada tuba eustachius.
Keadaan yang paling sering terjadi adalah infeksi saluran atas yang melibatkan
nasofaring. Manifestasi inflamasi dalam hal ini akan menjalar dari nasofaring
hingga mencapai ujung medial tuba Eustachius atau secara langsung terjadi di
tuba Eustachius, sehingga memicu stasis sehingga mengubah tekanan di dalam
telinga tengah. Di sisi lain, stasis juga akan memicu infeksi bakteri patogenik
yang berasal dari nasofaring dan masuk ke dalam telinga tengah dengan cara
refluks, aspirasi, atau insuflasi aktif. Akibatnya akan terjadi reaksi inflamasi akut
yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi, invasi leukosit, fagositosis, dan
respon imun lokal yang terjadi di telinga tengah. Eksudasi ini semakin lama akan
semakin banyak produksinya sehingga suatu saat cairan akan mendesak membran
timpani yang akhirnya akan membuat membran timpani perforasi dan pasien akan
mengeluh keluarnya cairan kental yang berwarna kuning atau hijau dengan bau
yang busuk.
2.7 Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, dan Pemeriksaan Penunjang pada
Otorrhea
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Audiometri
Jika EAC mengalami obstruksi dan pemeriksaan garpu tala
menunjukkan tuli konduksi, maka audiometric perlu dilakukan.
2) Tympanometri
Pemeriksaan ini tidak dilakukan pada suspek otorrhea LCS,
karena dapat menimbulkan pneumocephalus. Pemeriksaan ini akan
menjadi sangat menyakitkan pada penderita otitis eksterna.
3) Kultur dan Sensitivitas
a) Yang harus diperhatikan
i. Antibiotik topical harus dihentikan sebelum pengambilan
sampel kultur dan sensitivitas, karena akan mempengaruhi
hasil.
ii. Pada otorrhea infektif yang tidak kunjung sembuh, sampel
harus diambil lebih kedalam atau dari sumber perforasi.
b) Mikroorganisme
i. Mikroorganisme yang paling umum menyebabkan otitis
eksterna adalah Pseudomonas aeruginosa (OE maligna dan
nekrotik) dan Staphylococcus aureus.
ii. Actinomyces israelli. Ini merupakan bakteri gram positif
anaerob yang dapat menyebabkan OE dari infeksi primer gigi
dan parotis. OE yang tidak kunjung sembuh biasanya sudah
terjadi granulasi pada canalis auricularis eksterna dan discharge
kuning tebal dan memerlukan debridement operasi dan terapi
antibiotik jangka panjang.
4) Pemeriksaan imunodefisiensi dan alergi
5) CT Scan
CT Scan sebelum operasi sangatlah penting pada kasus stenosis
canalis auricularis eksterna dengan kolesteatoma.
6) Biopsi
Diperlukan untuk mengetahui stadium neoplasma.
c. Mastoiditis
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid
yang terletak pada tulang temporal. Gejala klinisnya berupa nyeri otot
leher, penurunan daya pengecapan/Hypoguesia, abnormalitas nervus
kranialis, pusing, paralise nervus fascialis, kelemahan otot wajah unilatral,
sakit kepala, vertigo, demam, malaise, otalgi dengan membrane timpani
normal, pembengkakan daerah mastoid, kehilangan pendengaran, mastoid
tenderness/ nyreri tekan mastoid, otorrhea/draining eardan Postauricular
Swelling Edema
d. Penyebab lain
1) Fraktur Basis Kranii
Fraktur yang terjadi sepanjang dasar tengkorak, biasanya
termasuk tulang petrous dapat ditemukan Battle's sign, cranial
neuropati, trauma, fistula sinus carotid-cavernous, serta otorrhea.
2) Kebocoran cairan serebrospinal: discharge berupa cairan jernih
3) Osteomyelitis: discharge telinga yang berbau busuk
5. Terapi pada Ottorrhea
1. Arif M., Kuspuji T., Rakhmi S., Wahyu I.W., Wiwiwk S. Kapita Selekta
Kedokteran. Jilid 1. Edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius. 2016.
2. Efiaty A.S., Nurbaiti I., Jenny B., Ratna D.R. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tengggorokan Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
4. Kim SW, Choi JH. 2012. Cerebrospinal fluid otorrhea caused by arachnoiud
granulations. Korean J audiol : 152-155.