Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
MKM
BEBAN TBC
RO
BEBAN TBC
HIV
20%
10%
0%
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
GOAL 3:
CROWDING, SILICA, HIV, NCD,
POOR INDOOR AIRTB MAL- VULNERABLE GROUPS HIV/ NCDs: RISK
incl. children, women, diabetes,
VENTILATION
TB Risk POLLUTION NUTRITIONTreatment
Screening TreatmentAIDS
migrants, prisoners, etc. Treatment
FACTORS
and Initiation Adherence smoking,
Assess Success
ment Testing alcohol…
CONDUCIVE ENVIRONMENT
IMPAIRED HOST DEFENCE/SUSCEPTIBILITY
FOR TRANSMISSION
5710,
106%
2699, 1882,
78% 51%
45000 39092
40000 37,117
35000
30000
25000
20000
15000 10,110 11643
9,298
10000 7235 5,712
5373
3577 3443 4312
3,495
5000 2,109
1378 2131
2,050 1,822 2,521
0
BANTEN : 98 %
PERKIRAAN KASUS TB :
39.092
DITEMUKAN : 38.124
ANGKA KEBERHASILAN (SUCCES RATE) BANTEN
TAHUN 2017
120
100 95 92 97
92 87 87
84 84
80
64
60
40
20
0
No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Kasus SITT Tahu Status HIV % TB-HIV Positif % ART % PPK %
70 62
60
50 46
40 40
40 34
29
30 22
20 11
10
0 Column1
25000
22094
20000
15000
165 163
158
149 150
133 131
129
116
114
110 110
103
98
94 94 9391 92 92
91 9091 90
88 87
82 80
75 75 75 74 73 76 76
72 72
67 68 6868
67 67
65 65
59 61 60 59
55 56 57 56 57 57 55
54 54 52 53
50 49 47
46 47 48 45
45 44 46 46
42 42 43 4341 42 44 42
36 37 37 38 38
33 33 33 32 35 34
32 32 31 30 30
29 27 25
26
22 22 23 21
13
0 00
1. RS As-Sobirin 106
4. RS IMC 416
8. RS RIS 28
9. RS BBH 228
2
5
GUBERNUR BANTEN
Dalam rangka menekan laju penularan penyakit
TBC (Tuberkulosis) dan menurunkan angka
kejadian Stunting (gagal tumbuh) di Provinsi
Banten, dengan ini menginstruksikan :
27
KEDUA Mengalokasikan
: anggaran daerah dan sumber anggaran lain
yang responsive terhadap upaya pengendalian TBC
(Tuberkulosis) dan cegah Stunting (gagal tumbuh)
KETIG : Khusus kepada:
A 1. Kepala Dinas Kesehatan untuk :
a. Meningkatkan advokasi, pembinaan dan pengendalian
dalam eliminasi TBC (Tuberkulosis) dan cegah
stunting (gagal tumbuh);
b. Meningkatkan kapasitas di fasilitas layanan kesehatan
dalam melaksanakan eliminasi TBC (Tuberkulosis) dan
intervensi cegah stunting (gagal tumbuh);
c. Meningkatkan upaya pencegahan dan pelaksanaan
deteksi dini penyakit TBC (Tuberkulosis) dan
intervensi cegah stunting (gagal tumbuh);
d. Menyusun Rencana Aksi Daerah pengendalian TBC
28
KEEMPAT Para
: Bupati/Walikota untuk :
a. Menyusun dan menetapkan kebijakan daerah yang diperlukan untuk
percepatan
eliminasi TBC melalui TOSS (Temukan Obati Sampai Sembuh) bersama
dan cegah stunting melalui intervensi spesifik dan sensitive di
wilayahnya.
b. Menggerakkan jajarannya untuk memastikan semua masyarakat
mendapatkan
skrinning/penapisan TBC dan tatalaksana sesuai standard dan
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar kepada remaja
putri, Ibu Hamil dan anak balita .
c. Melaksanakan kegiatan yang mendukung Gerakan Banten Eliminasi
TBC melalui
TOSS bersama dan cegah stunting dengan intervensi spesifik dan
sensitive;
d. Melakukan monitoring dan pengawasan pelaksanaan Gerakan Banten
Eliminasi TBC melalui TOSS Bersama dan cegah stunting dengan
intervensi spesifik dan sensitive serta melaporkan hasil pelaksanaan
29
kepada Gubernur.
KELIMA Ketua Asosiasi Perumah Sakitan dan Ketua Asosiasi Klinik Provinsi Banten
untuk
memastikan seluruh Fasilitas Layanan Kesehatan Swasta mampu
memberikan pengobatan TBC sesuai strategi DOTS (Directly Observed
Treatment Short-course) dan melaksanakan mandatory notification
30
(kewajiban melaporkan Penemuan kasus TBC)
PENGERTIAN, TUJUAN DAN
PENGORGANISASIAN DPPM
(District Based Public Private Mix
(DPPM)
DPPM adalah “Jejaring Dinkes Kab/Kota
kemasyarakatan,
dikoordinasikan oleh Dinas Kerja sama
2 Provinsi
. a. Mengidentifikasi mitra terkait
b. Memfasilitasi pembentukan dan berkoordinasi dengan Koalisi Organisasi Profesi (KOPITB);
c. Membangun dan memperkuat jejaring termasuk memfasilitasi kerjasama lintasbatas wilayah;
d. Melakukan pembinaan dan memastikan jejaring layanan TB dikabupaten/kota
e. Melakukan koordinasi dengan seluruh stakeholders PPM di tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota;
f. Melakukan monitoring dan evaluasi kekabupaten/kota.
3. Kabupaten/Kota (team DPPM)
a. Dinas Kesehatan
1) Mengidentifikasi fasilitas kesehatan di wilayah setempat;
2) Memfasilitasi pembentukan dan berkoordinasi dengan Koalisi
Organisasi Profesi Indonesia dalam Penanggulangan TB (KOPI
TB) bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi;
3) Membentuk tim DPPM TB;
4) Memfasilitasi pertemuan/workshop dan dukungan teknis bersama
tim DPPM terkait implementasi DPPM;
5) Membangun dan memperkuat jejaring termasuk melakukan
fasilitasi kerjasama lintas batas wilayah;
6) Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi.
b. Rumah Sakit
1) Melakukan tatalaksana pasien TB sesuai standar;
2) Membentuk Tim DOTS dan memastikan adanya manajer
kasus TB
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program
TB;
3) Membentuk kolaborasi layanan antar unit (jejaring internal)
di
rumah sakit untuk memastikan layanan TB sesuai standar;
4) Menerapkan wajib lapor kasus pasien TB yang ditemukan
dan diobati melalui sistem pelaporan TB di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota (SITT, e-TB manager);
5) Terlibat dalam jejaring layanan TB berbasis kabupaten/kota
(DPPM TB) (jejaring eksternal) dengan fasilitas kesehatan
lainnya dan Dinas Kesehatan.
c. Puskesmas
1) Mengidentifikasi DPM, klinik dan fasilitas kesehatan lain di wilayah kerja
puskesmas;
2) Melakukan pembinaan kepada FKTP di wilayah kerja puskesmas;
3) Melakukan penemuan secara pasif di puskesmas dan secara aktif bekerjasama
dengan kader/masyarakat;
4) Memberikan layanan TB mulai dari penemuan kasus sampai pengobatan
secara tuntas;
5) Memastikan pelaksanaan kegiatan terpadu program TB (TB-HIV, TB anak, TB-
DM, dan
lain-lain) di tingkat puskesmas;
6) Membentuk jejaring layanan TB dengan FKTP non puskesmas (DPM, klinik dan
klinik
Lapas/Rutan) di wilayah kerjanya;
7) Melakukan penguatan sistem surveilans TB: memantau implementasi sistem
wajib lapor pasien TB baik di puskesmas maupun di FKTP non puskesmas
(DPM, klinik dan klinik Lapas/Rutan) di wilayah kerjanya melalui sistem
informasi program TB (contohnya WIFI TB, SITT, e-TB Manager);
8) Mendorong pelaksanaan promosi kesehatan dan UKBM.
d. Organisasi Profesi
1) Melaksanakan tatalaksana TB sesuai standar di tempat praktik masing-masing
sebagai praktisi ahli dalam pelayanan langsung pada pasien dan melaporkan
kasusnya ke dalam sistem pelaporan TB di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota;
2) Mendorong terbentuknya jejaring layanan TB baik internal maupun eksternal di
rumah
sakit;
3) Berperan sebagai tenaga ahli/narasumber dan menjadi bagian dalam tim PPM
TB di
kabupaten/kota.
e. Organisasi Kemasyarakatan
1) Mengedukasi masyarakat terkait TB;
2) Melakukan penemuan terduga TB secara aktif;
3) Melakukan pendampingan pasien TB;
4) Membantu advokasi terkait penanggulangan TB kepada pemerintah daerah;
5) Mobilisasi sumber daya.
• Terdiri dari ketua,
sekretaris dan bidang
• Minimal 3 bidang :
Advokasi dan regulasi,
Peningkatan SDM dan
Perencanaan dan
Monev
• Bisa ditambah sesuai
kebutuhan.
3. Bidang Advokasi dan 1. Ketua:
Regulasi: a. Menyusun program kerjaDPPM;
a. Membantu Dinas Kesehatan Kab/Kota b. Mengkoordinasikan pelaksanaan
melakukan advokasi terkait regulasi dan kegiatan
pembiayaan baik kepada pemerintah DPPM.
daerah, pimpinan fasyankes dan c. Memastikan jejaring layanan TBdi
institusi terkait;
wilayahnya berjalan dengan
b. Membantu Dinas Kesehatan Kab/Kota
melakukan koordinasi dengan seluruh baik.
2. Sekretaris:
stakeholders PPM di tingkat
kabupaten/kota.
c. Membantu Dinas Kesehatan a. Membantu ketua dalam
Kabupaten/Kota menyusun alur jejaring pelaksanaan
layanan TB di kabupaten/kota
kegiatan
b. Memberikan dukungan
pelaksanaan
rencana kerja
c. Mendokumentasikan program
kerja dan
pelaksanaan kegiatan.
4. Bidang Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM): 5. Bidang Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi:
a. Membantu Dinas Kesehatan Kab/Kota a. Merencanakan kegiatan DPPM bersumber
mengidentifikasi fasyankes di wilayah dari pembiayaan setempat dan sumber lain
kabupaten/kota; yang tidak mengikat;
b. Membantu Dinas Kesehatan Kab/Kota b. Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
melakukan pembinaan kepada fasilitas melakukan perencanaan, analisis kebutuhan
layanan baik tingkat primer maupun rujukan dan masalah, serta menentukan rencana
dalam aspek program/kesehatan tindak lanjut Program Penanggulangan TB.
masyarakat maupun aspek profesi; c. Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
c. Bersama Koalisi Organisasi Profesi (KOPI dalam memantau pencapaian indikator PPM.
TB) membantu Dinas Kesehatan Kab/Kota
dalam menjaga kualitas pelayanan (quality
assurance/QA).
d. Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dalam peningkatan kapasitas sumber daya
manusia (antara lain pelatihan) dalam
program penanggulangan TB.
1. Analisa situasi
• Analisis kondisi DPPM di wilayahnya terkait status pembentukan tim DPPM
• Terbentuk/belum terbentuk
• Status keaktifan tim DPPM (aktif/tidakaktif).