Sei sulla pagina 1di 124

KEBIJAKAN PROGRAM

P2 KUSTA & FRAMBUSIA


10 NEGARA
PENYUMBANG KUSTA DI DUNIA DAN ASEAN 2011
No NEGARA JML KASUS No NEGARA JML KASUS
BARU BARU
1 India 127.295 1 Indonesia 20.023
2 Brasil 33.955 2 Myanmar 3.082
3 Indonesia 20.023 3 Philipina 2.936
4 Bangladesh 3.970 4 Vietnam 748
5 Congo 3.949 5 Kamboja 314
6 Nepal 3.184 6 Thailand 280
7 Myanmar 3.082 7 Malaysia 216
8 Srilangka 2.178 8 Laos 93
9 Philipina 2.936 9 Singapura 11
10 South Sudan 1.799 10 Brunei NR
Total (%) 201.293 (92 Total (%) 27.703 (12,6
%) %)
Total GLOBAL 219.075 Total GLOBAL 219.075
100000
120000
140000

0
20000
40000
60000
80000
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980

Dapsone monotherapy
1981
1982
1983
1984
1985
1986
MDT era

1987
1988

Prevalens
1989
1990
1991
1992
1970-2012

1993
1994
1995

Kasus Baru
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
PREVALENSI & KASUS BARU

2003
2004
Elimination

2005
2006
2007
STATIC

2008
2009
2010
2011
2012
Beban Penyakit Kusta di Indonesia, tahun 2012
Total penemuan kasus baru 18.510 (Rate: 7,56/100.000 penduduk)
Penduduk 2012 : 244.775.797

Aceh Sumatera Kalimantan Gorontalo North Sulawesi North Maluku West Papua Papua

565 (12,25) 720 (1.50) 490 (3.41) 220 (20.25) 428 (18,40) 535 (49.14) 432 (52.88) 1134(36.07)

High burden
(CDR>10/100000)
Or new case> 1000

Low burden DKI Jakarta West Java Central Java EastJava WestSulawesi South Sulawesi SE Sulawesi C. Sulawesi Maluku
CDR<10/100000 478 (4.84) 2.316(5.19) 1.813(5,56) 4.807 (12.65) 211 (17.29) 1084(13.20) 299(12.87) 364 (13.31) 649 (40.09)
Or new case
<1000 Banten D.I. Yogyakarta Bali NTT
NTB As per MOH Report
349 (7.16)
757 (6,75) 135 (3,83) 100 (2,47) 394 (8,56)
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00

0.00
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001

10.00
12.00
14.00

0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
2002

Proporsi MB
1990 2003
1991 2004
1992 2005
1993 2006
1994 2007
1995 2008
1996 2009
1997 2010
1998 2011
1999 2012
2000
2001
2000 - 2012

2002
10.00
15.00
20.00
25.00

0.00
5.00

2003

Proporsi cacat tk. 2


2004 1991
2005 1992
2006 1993
2007 1994
2008 1995
2009 1996
2010 1997
2011 1998
2012 1999
2000
Proporsi kasus MB, Cacat tk. 2 & anak

2001
2002
Proporsi Anak

2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
TREN KASUS BARU DG CACAT TK 2 & KUMULATIF
TH. 1990-2012
40000

35.455
35000

30000

25000

20000

15000

10000

5000

0
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Cacat Kusta Tk. 2 Kumulatif Cacat Kusta Tk. 2
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
Papua Barat
Maluku Utara
Maluku
Papua
Gorontalo
Sulawesi Utara
Sulawesi Barat
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Jawa Timur
Aceh
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Banten
Jawa Tengah

2012
Jawa Barat
Kalimantan Timur
D.K.I.Jakarta
Kalimantan Selatan
Sumatera Selatan
D.I.Yogyakarta
Babel
Kalimantan Tengah
Jambi
per Provinsi Th. 2012

Bali
Lampung
Bengkulu
Sumatera Barat
Riau
Sumatera Utara
Kalimantan Barat
Angka Penemuan Kasus Baru Kusta

Kepulauan Riau
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
30.00
35.00
40.00

25.00
Sumatera Selatan
Kepulauan Riau
Babel
Jawa Tengah
Sumatera Utara
Jawa Timur
Jawa Barat
Aceh
Banten
Bengkulu
Kalimantan Barat
D.I.Yogyakarta
Jambi
Kalimantan Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Utara

2012
D.K.I.Jakarta
Sulawesi Tengah
Lampung
Gorontalo
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Riau
Maluku
per Provinsi Th. 2012

Sulawesi Tenggara
Maluku Utara
Sulawesi Barat
Papua
Papua Barat
Proporsi Kasus Cacat tk. 2 Kusta

Nusa Tenggara Barat


Bali
Sumatera Barat
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
60.00
70.00

50.00
Kepulauan Riau
Papua Barat
Papua
Nusa Tenggara Barat
Maluku Utara
Riau
Sumatera Utara
Maluku
Banten
Sulawesi Barat
Aceh
Sulawesi Tenggara
Jawa Barat
Jawa Timur
Sulawesi Tengah
Nusa Tenggara Timur

2012
Lampung
Sulawesi Utara
Babel
Th. 2012

Jawa Tengah
D.K.I.Jakarta
Kalimantan Barat
Sulawesi Selatan
Gorontalo
Kalimantan Tengah
Sumatera Barat
Jambi
Kalimantan Timur
Sumatera Selatan
Bali
Bengkulu
Kalimantan Selatan
Proporsi Kasus Kusta Anak per Provinsi

D.I.Yogyakarta
Profil stigma kusta di masyarakat
di 5 kabupaten di Indonesia (n=959)

Penyebab masalah keluarga


Memandang rendah diri sendiri

Menolak dikunjungi

Problem dalam perkawinan

Dipandang rendah

Keprihatinan dalam mengungkapkan

Orang lain tidak boleh tahu

Akan dijauhi orng lain


Problem dari keluarga untuk menikah

Akan menyembunyikan diri /disembunyikan

Penolakan untuk membeli makanan


Sulit mendapat pekerjaan

Problem untuk menikah

Kusta memalukan

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%


Profil Diskriminasi Sosial terhadap Orang Yang
Pernah Mengalami Kusta di 5 kabupaten
di Indonesia (n=1,328)

Ditolak di pelayanan kesehatan


Dilarang ikut pemilu
Ditolak di transportasi umum
Ditolak di restoran
Dikeluarkan dari sekolah
Ditolak di tempat ibadah
Dilarang bekerja
Tidak boleh sekolah
Diejek /diolok-olok
Dikeluarkan dari pekerjaan
Tidak diterima sebagai pegawai
Dipisahkan dari pasangan/diceraikan
Tidak bisa menikah

0% 2% 4% 6% 8% 10% 12%
Tak ada stigma
Tak ada stigma
Tak ada stigma
Tak ada stigma
Enhanced Strategy  merupakan pengembangan
strategi WHO sebelumnya (2006-2010)

menawarkan kesempatan untuk:


 membangun kembali kemitraan &
 meningkatkan kerjasama global untuk
menghadapi berbagai tantangan dan
 mengurangi dampak tidak menyenangkan yang
diderita oleh orang yang menderita kusta &
keluarganya
• Tujuan strategi ini secara keseluruhan
adalah untuk menyediakan akses
pelayanan kusta bagi masyarakat dengan
berdasarkan prinsip kesetaraan &
keadilan sosial
ISU PENTING

1. Mempertahankan komitmen politis untuk menjamin


ketersediaan dana
2. Indikator kunci untuk memonitor keberhasilan program
 angka penemuan kasus baru dengan angka kecacatan
tingkat-2 di antara seluruh kasus baru / 100,000
penduduk
3.Menurunkan angka penemuan kasus baru dengan
kecacatan tingkat-2 sekurang-kurangnya 35% pada akhir
tahun 2015, dibandingkan dengan data pada akhir
tahun 2010
4. kegiatan inovatif penemuan kasus khususnya di
daerah yang sulit dijangkau

5.Prioritas keg. pemeriksaan kontak serumah


6.Meningkatkan kualitas pelayanan klinis untuk
diagnosis, komplikasi akut/kronis, cegah cacat
8.Menjamin ketersediaan MDT yang teratur bagi
semua penderita
9. Sistem surveilans yang baik untuk
mencegah terjadinya resistensi terhadap
obat MDT (Rifampisin)
10.Mengutamakan kesetaraan, keadilan sosial,
dan HAM

11. Melibatkan orang yang pernah menderita


kusta dalam pengambilan keputusan,
perencanaan, aksi sosial, dll
12. Pelaporan indikator dalam persentase dan
rate (% dan/100,000 penduduk) (contoh: cacat
tingkat-2 / 100,000 penduduk)

13. Pelayanan kusta yang berkualitas:


- berorientasi pada kebutuhan pasien,
- memperhatikan hak-hak pasien
- pengobatan yang tepat & teratur,
- menghormati privasi dan kerahasiaan
pasien
“Masyarakat sehat bebas kusta
& Frambusia yang mandiri dan
berkeadilan”.
 Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
melalui pemberdayaan masyarakat termasuk
swasta dan masyarakat madani
 Melindungi kesehatan masyarakat dengan
menjamin tersedianya upaya kesehatan yang
paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
 Menjamin ketersediaan & pemerataan sumber
daya kesehatan.
 Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik.
Strategi
•Peningkatan penemuan kasus secara dini di masyarakat.
•Pelayanan kusta berkualitas, termasuk layanan rehabilitasi,
diintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan.
•Penyebarluasan informasi tentang kusta di masyarakat.
•Eliminasi stigma terhadap orang yang pernah mengalami
kusta dan keluarganya.
•Pemberdayaan orang yang pernah mengalami kusta
•Kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan.
•Advokasi kepada pengambil kebijakan dan penyedia
layanan lainnya.
•Penerapan pendekatan yang berbeda berdasarkan
endemisitas kusta.
UPAYA YANG TERUS DILAKUKAN
1. Preventif (penemuan dini): pemeriksaan kontak,
survey anak sekolah (UKS), RVS dll.
Pilot Kemoprofilaksis bagi kontak penderita.
2. Promotif : Penyuluhan tanda dini kusta, kampanye
penurunan stigma.
Utilisasi dana BOK
2. Kuratif : Pengobatan seDINI mungkin
3. Rehabilitatif : Pencegahan cacat, Rehabilitasi
medik, Rehabilitasi sosial ekonomi, Pemberdayaan
2010
TAHUN PROMOSI KUSTA
KAMPANYE MENURUNKAN STIGMA
Komitmen Organisasi Profesi Kesehatan
didalam Pengendalian Kusta

....Kami menjamin hak dari orang yang mengalami kusta untuk


mendapat pengobatan di rumah sakit manapun. Kami menghimbau
penghentian diskriminasi terhadap mereka dan keluarganya. Kami
mendukung hak mereka untuk hidup bermartabat sebagai anggota
masyarakat dengan akses dan kesempatan yang sama sebagai wujud
pemenuhan hak mereka sebagai warga negara....
2011
TAHUN PENCEGAHAN CACAT
“POD YEAR”

Fokus
- Petugas kesehatan  Seminar
Pencanangan pada WLD 2011
- Masyarakat  Akan diatur oleh PERMATA
PENGOBATAN SEDINI MUNGKIN

Pencapaian
375.119 penderita
telah disembuhkan
dg MDT sejak tahun
1990
Prevalensi menurun
81% dari 107,271
penderita (1990)
menjadi 23.000
penderita (2011).
REHABILITASI MEDIK

1. Operasi Rekonstruksi /septik

Jml operasi sejak th


2009: > 200 operasi

(Data dr bantuan NLR)


2. Providing prostheses & assistive devices

prostheses

Stump’s check up

Bantuan protesa sejak th 2009: > 310 org


PERAWATAN DIRISelf Care
Kelompok Perawatan Diri (KPD) & SHG

Jml KPD : + 192 ( 12 SHG),


tersebar hampir diseluruh
Propinsi (sejak th 2000)
2012
“TAHUN PEMBERDAYAAN OYPMK”

PROGRAM BERBASIS MASYARAKAT


Rehabilitasi Berbasis Masyarakat
RBM adalah Strategi untuk Pemberdayaan Difabel
(mengembangkan kapasitas dan membangun karakter)
untuk meningkatan kualitas hidup difabel di semua
aspek kehidupan; dan merubah perilaku masyarakat
(yang meliputi transfer pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap); serta advokasi kebijakan untuk kesetaraan hak
dan kesempatan bagi difabel melalui mainstreaming
hak-hak difabel ke dalam agenda pembangunan
pemerintah di segala bidang (lintas sektor) dalam
rangka MENCAPAI masyarakat inklusi dan lingkungan
yang aksesibel /bebas hambatan bagi difabel.
(Sunarman, CBR Center, 2010)

CBR (Community Based Rehabilitation) MENJADI


CBID (Community Based Inclusive Development)
RBM dan UNCRPD
• Tahun 2006 telah dicanangkan the UN CRPD (United
Nations Convention on the Rights of Persons with
Disabilities)
• Indonesia diwakili oleh Kementerian Sosial ikut
menandatangani konvensi tsb.
• Tujuan:
– untuk menguatkan, mempromosikan dan melindungi hak2
defabel (differently abled people)
– Defabel mendapatkan kesempatan & akses yang sama
dalam proses pembangunan yang inklusi dan berbasis
masyarakat.
• Konvensi memberikan kebijakan & aturan
operasional RBM: Penguatan satu sama lain
By WHO (2010):
Matriks RBM

KESEHATAN PENDIDIKAN LIVELIHOOD SOSIAL PEMBERDAYAAN


(PENGHIDUPAN) MASYARAKAT

Rujukan dan Pendidikan Usia Ketrampilan & Hubungan, Komunikasi


Penyadaran Dini Pengembangan Pernikahan &
Keluarga

Pencegahan Pendidikan Wiraswasta Pendampingan Mobilisasi Sosial


Dasar Individu

Perawatan Pend. Menengah Pelayanan Seni & Budaya Peran serta


Medis dan Pendidikan Keuangan dalam Politik
Tinggi

Rehabilitasi Non formal Pegawai Upahan Hiburan, Kelompok


kesenangan Mandiri
(hobby) & olah
raga

Alat Bantu Pengalaman Perlindungan Akses Hukum Organisasi


Hidup – Sosial Penyandang Cacat
Pendidikan
sepanjang hayat
KEGIATAN Program berbasis
masyarakat
1. KIE tanda dini kusta dan STOP stigma &
diskriminasi terhadap OYPMK
2. Intensifikasi penemuan kasus
3. Pencegahan cacat dan Perawatan diri di KPD
4. Rehabilitasi Medik
1) Rekonstruksi / Operasi Septik  Rujuk
2) Menyiapkan alat bantu : Prostheses  Rujuk
5. Rehabilitasi Sosial-ekonomi  bermitra dg
stakeholder terkait.
SOCIO-ECONOMIC
REHABILITATION

Bekerjasama dengan NLR dan NGO lokal seperti:


- Lembaga Pemberdayaan Perempuan (LPP) Bone,
- Yayasan Bakti Luhur, Malang,
- Yayasan Kusta Indonesia, Surabaya,
- Rumah Zakat, Bandung
- Bazda, Serang
Kerjasama dg NGO lokal
 Capacity building (Motivasi,
Advokasi, Fasilitator SCG/SHG,
Koperasi)
 Jml OYPMK dpt bantuan modal: >
200 org.
PENGUATAN PARTISIPASI ORANG YANG PERNAH
MENGALAMI KUSTA DALAM PENGENDALIAN KUSTA
IMPLEMENTASI STRATEGI DAERAH
BEBAN RENDAH
Pengertian

Suatu kabupaten/ kota dinyatakan sebagai


daerah beban rendah kusta apabila
memenuhi semua indikator sebagai
berikut:
1. Indikator epidemiologi:
– Angka penemuan kasus baru ≤ 5/ 100.000
penduduk, atau jumlah total penemuan kasus
baru ≤ 30 kasus per tahun selama 3 tahun
berturut-turut
– Jumlah kasus baru dengan cacat tingkat 2 dalam 5
tahun terakhir sebanyak ≤ 25 kasus
2. Indikator manajerial:
– Proporsi puskesmas yang memiliki tenaga
pengelola program kusta terlatih minimal 75%
(termasuk pelatihan 1 hari bagi puskesmas tanpa
kasus kusta)
– Cakupan pemeriksaan kontak kasus baru > 60%
TUJUAN
• UMUM:
– Menurunkan beban kusta dengan
lebih efisien dan efektif
TUJUAN
• KHUSUS:
1. Meningkatkan komitmen pemerintah dalam
pengendalian kusta
2. Mengupayakan ketrampilan petugas di semua
puskesmas dalam mendeteksi dugaan kusta
3. Mempertahankan ketrampilan petugas di semua
puskesmas dalam tatalaksana pasien kusta
4. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi
masyarakat dalam upaya deteksi dini kusta
5. Mengupayakan kecukupan logistik dan dana
operasional
Kebijakan

• Kabupaten/ kota  10 – 30 kasus baru/ tahun


 ditetapkan Puskesmas Rujukan Kusta (PRK),
jumlah PRK disesuaikan dengan kondisi
setempat

Kriteria PRK:
1. Mudah dijangkau sesuai kondisi setempat
2. Mempunyai sarana dan SDM yang cukup.
• Kabupaten/ kota  < 10 kasus baru/ tahun
1. Daerah dengan transportasi mudah,
tatalaksana dilaksanakan oleh pengelola
program kusta kabupaten/ kota terlatih
2. Daerah dengan transportasi sulit,
tatalaksana kasus dilaksanakan oleh PRK.
Langkah-langkah dalam menentukan
daerah beban rendah

• Kumpulkan semua informasi yang tersedia


sesuai kriteria di dalam kebijakan
• Diskusi bersama tim kusta provinsi dan tim
kusta kabupaten/ kota mengenai situasi kusta di
kabupaten/ kota tsb.
• Membuat kesimpulan apakah kabupaten/ kota
tersebut termasuk dalam kategori beban rendah
atau beban tinggi atau masih belum pasti.
Bila masih belum pasti dilakukan
analisis lebih lanjut
1. Buat mapping berdasarkan data 5 tahun yang
tersedia dengan cara sebagai berikut:

 Gambar peta kabupaten dengan pembagian


kecamatan
 Cantumkan semua kasus 5 tahun terakhir ke dalam
peta
 Identifikasi kecamatan atau wilayah kerja
puskesmas dengan total kasus baru tertinggi dalam
5 tahun terakhir
KABUPATEN ‘X’

Dibagi dalam Kecamatan, dengan


Puskesmas, Danau, Sungai dan jalan
= Puskesmas
= Air
= Jalan
KABUPATEN ‘X’

= Puskesmas
= 1 kasus baru di tahun 2003 total: 5
KABUPATEN ‘X’

= Puskesmas
= 1 kasus baru di tahun 2003 total: 5
= 1 kasus baru di tahun 2004 total: 8
KABUPATEN ‘X’

= Puskesmas
= 1 kasus baru di tahun 2003 total: 5
= 1 kasus baru di tahun 2004 total: 8
= 1 kasus baru di tahun 2005 total: 8
KABUPATEN ‘X’

= Puskesmas
= 1 kasus baru di tahun 2003 total: 5
= 1 kasus baru di tahun 2004 total: 8
= 1 kasus baru di tahun 2005 total: 8
= 1 kasus baru di tahun 2006 total: 6
KABUPATEN ‘X’

= Puskesmas
= 1 kasus baru di tahun 2003 total: 5
= 1 kasus baru di tahun 2004 total: 8
= 1 kasus baru di tahun 2005 total: 8
= 1 kasus baru di tahun 2006 total: 6
= 1 kasus baru di tahun 2007 total: 8
KABUPATEN ‘X’

= Puskesmas
= 0 kasus dalam 5 tahun terakhir
= 1 – 3 kasus dalam 5 tahun terakhir 1–5
= 4 – 6 kasus dalam 5 tahun terakhir 6–9
= 7 – 9 kasus dalam 5 tahun terakhir 10 – 19
>= 10 kasus dalam 5 tahun terakhir >= 20
Mapping sederhana
NO KECAMATAN/P DESA TAHUN
USKESMAS JML
2007 2008 2009 2010 2011
1. A A

C
2. Pilih 2 puskesmas berdasarkan kriteria
dibawah ini:

 Terpencilnya lokasi/ kesulitan akses

 Manajemen kasus yang lemah

 Kurangnya pemeriksaan kontak

 Tingginya proporsi cacat tingkat-2


3. Lakukan RVS di desa pada puskesmas terpilih:
4. Konfirmasi diagnosis kasus baru yang
ditemukan

Informasi melalui pemetaan dan RVS, diperlukan diskusi


kembali dengan tim provinsi dan wasor kabupaten/ kota
sehingga didapat kesimpulan apakah kabupaten/ kota
termasuk beban renah atau beban tinggi.
Daerah Endemik Rendah (< 8.3)
No Provinsi CDR/ No Provinsi CDR/
100,000 100,000
1. Kepulauan Riau 1.0 12. Jambi 3.1
2. Kalimantan Barat 1.2 13. Sumatera Selatan 3.9
3. Sumatera Utara 1.3 14. Banten 4.6
4. Bengkulu 1.3 15. Jawa Barat 5.0
5. Sumatera Barat 1.5 16. Kalimantan Selatan 5.0
6. Lampung 1.9 17. Kalimantan Timur 5.0
7. Riau 2.2 18. DKI Jakarta 5.6
8. D. I. Yogyakarta 2.3 19. NTT 5.9
9. Kalimantan Tengah 2.7 20. Jawa Tengah 7.0
10. Bangka – Belitung 2.7 21. NTB 8.1
11. Bali 2.9
RTL (Rencana Tindak Lanjut)
PL Meeting 2012
• Dukungan formal dari pusat ke kadinkes propinsi &
kabupaten untuk implementasi strategi LB
• Sosialisasi strategi LB di monev prop
• Mengumpulkan data-data yang dibutuhkan.
• Tim propinsi, kabupaten dan konsultan
mengidentifikasi semua kabupaten/kota
diwilayahnya.
• Uji coba implementasi strategi (Jan 2013)
• M&E utk PL meeting 2013
FRAMBUSIA

Frambusia
Sinonim

Pian
Puru Buba

Patek Paru
Parangi
Frambusia
• daerah tropis & lembab
• terutama anak-anak (< 15 tahun)
Epidemiologi • sosial ekonomi rendah dan higiene
buruk
• Rasio jenis kelamin L:P= 1:0,73

• tidak ada kekebalan tubuh yang


Kekebalan menetap

• tidak fatal
Prognosis • cacat penampilan dan fisik,
gangguan sosialisasi, diskriminasi
Penularan

Sumber • manusia
penularan
• Berasal dari cairan eksudat /serum
• kontak langsung kulit-kulit
Cara
• kontak melalui lalat, alat rumah
penularan: tangga, keluarga
• ASI dari Ibu ke anak

• 9-90 hari
Inkubasi • rata-rata 3 minggu
Treponema Pertenue
Faktor Risiko Penularan
• Bergantian memakai pakaian yang sama dengan
pasien
• Jarang berganti pakaian
• Kebersihan perorangan dan lingkungan yang
buruk
• Tinggal di daerah yang kumuh
• Adanya Penyakit kulit lain seperti kudis (scabies),
pyoderma
• Luka yang berulang-ulang selama kegiatan diluar
rumah dan kehidupan di hutan (forest)
Faktor Resiko Penularan

Kuman:
Treponema Kontak langsung
pertenue melalui luka

Penyediaan AB,
kebersihan perorangan
Manifestasi klinis
Periode laten II
5-10 thn

Periode laten I
Lesi tersier
10-16 minggu (2-5 thn)
Lesi sekunder

Lesi primer
Lesi primer: mother Yaws, buba madre

• Papul/ nodul kecil


eritematosa, tidak nyeri,
kadang2 gatal
• Predileksi tungkai bawah,
wajah, leher, tangan,
daerah terbuka. Kadang
ditemukan di lipat ketiak,
leher, lipat paha.
• Gejala konstitusi jarang,
KGB regional dapat
membesar
Lesi Primer: krustopapilomata
Lesi primer: ulseropapiloma
• Beberapa papul bersatu
menjadi plak, dapat
menjadi ulkus disebut
sebagai chancre of yaws,
frambesioma. Kadang
ada lesi satelit berupa
papul-papul kecil
• Basah bergetah,
mengandung banyak
kuman
• Dasar ulkus: raspberry
like (frambesial),
tertutup krusta
kekuningan
Lesi primer

• Lesi dapat sembuh


spontan, masuk ke
dalam fase laten I.
• Gejala sisa berupa
sikatriks atrofi
(cigarette paper)
dengan
hipopigmentasi
sentral
Lesi sekunder
• Timbul setelah periode
laten selama 10-16
minggu, bisa sampai 2-5
tahun

• Sering disertai gejala


konstitusi: malaise,
demam, anoreksia

• Limfadenopati
generalisata

• sembuh tanpa
meninggalkan jaringan
parut
Lesi sekunder:
daughter yaws, piamomas

• Lesi kulit diseminata


• Papul tidak gatal, kemerahan, verukosa atau
vegetasi
• Terjadi erosi dan basah, tertutup eksudat fibrin
yang sangat infeksius, mengering membentuk
krusta
Lesi sekunder
wet crab/ bubul

Plak palmoplantar hiperkeratotik


(Crab Yaws)

Gambaran lain:
• Nodul frambesiformis
• Plak papuloskuamosa (pianides)
• Osteoperiostitis falangs
proksimal (ghoul hand)
Lesi tersier
• Timbul setelah periode laten kedua
(5-10 thn)
• Lesi kulit terbatas di:
– perioral
– perianal
– periaksila
• Kurang menular
Lesi tersier
• 10% kasus mengalami:
– Gumma framboesiodes: nodul gumma kutan dan
subkutan
– Gangosa, pintoid diskromia, goundou,
keratoderma
– Nodul juxta-articular
– Dapat mengenai tulang, mata, saraf, CVS
• Tidak menular
• Sembuh dengan deformitas dan kontraktur
Lesi tersier

nodul juxta-articular

doc:Subdit Kusta & Framb.


DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan melalui 3 cara:
1. Berdasarkan gejala klinis berupa:
– Papul, Papilloma, Ulkus(luka) dengan kerak (Scrab), Telapak
tangan / telapak kaki menebal( hyperkeratosis)

2. Pemeriksaan Laboratorium
• Metode mikroskop lapangan gelap, Pengecatan dengan Giemsa

3. Pemeriksaan Serologis
RPR/VDRL dan dikonfirmasi dengan TPHA (RDT)  yang diperiksa
anak < 5 th
Berguna untuk:
• Menemukan penderita pada masa laten
• Konfirmasi diagnosis untuk kasus meragukan
KLASIFIKASI
1. Menular
– Tanda – tanda stadium 1 & 2
– Gejala Dini
2. Tidak menular/Kurang menular
– Tanda – tanda stadium 3
– Gejala lanjut
Differential Diagnosis
(Diagnosa Banding)

Molluscum
Impetigo
Contagiosum
Lichen Planus Leprosy
Tinea Versicolor Scabies
Psoriasis
PENGOBATAN

Pilihan Utama:
Benzatin Penicilin
< 10 th : 600.000 IU,
Dosis tunggal,
Intra Muskuler
>10 th : 1.200.000 IU,
Dosis tunggal,
Intra Muskuler
Azitromisin
• Dosis 30 mg/kg yang diberikan oral, satu kali.
• Tidak ada perbedaan keberhasilan dengan
penisilin benzatin injeksi
• Kurangi risiko dan efek samping obat injeksi.
• Bisa untuk mengobati Chlamydia trachomatis,
Neisseria gonorrhoeae, and Haemophilus
ducreyi, Treponema pallidum .
Pengobatan alternatif:
Jika penderita alergi penicilin
Umur Nama Obat Dosis Cara Lama
< 8 th Eritromisin 30mg/kgBB Oral 15 hr
Dibagi 4 dosis
8 – 15 th Tetrasiklin/ 250 mg Oral 15 hr
Eritromisin 4 x sehari
> 15 th Tetrasiklin/ 500 mg Oral 15 hr
Eritromisin 4 x sehari
< 8 th Doxiciclin 2-5 mg/Kg BB Oral 15 hr
Dibagi 4 dosis
Dewasa 100 mg Oral 15 hr
2 x sehari
Sebelum diobati Setelah 15 hari diobati

Kasus di Jayapura, 9 October 2008


Respon untuk Inj. B. Penicillin

Sebelum Pengobatan Setelah 15 hari


pengobatan
Frambusia .....
Jika tidak diobati

Kecacatan dapat
terjadi
Reaksi Simpang
(Efek samping)
Tanda-tanda:
• Keringat keluar dalam waktu 3 jam sesudah
penyuntikan
• Timbul bentol-bentol yang terasa gatal (urticaria)
• Terasa pusing disertai kesulitan bernafas
• Denyut nadi meningkat
• Gangguan lebih berat: pucat,keringat dingin,pingsan
Tatalaksana reaksi simpang
• Baringkan penderita segera,kaki lebih tinggi dari kepala dan
bebaskan saluran nafas
• Berikan adrenalin 0,3 ml subkutan (pijat tempat suntikan)
• Monitor tekanan darah
• Bila tidak ada perbaikan (tekanan darah sistolik kurang dari 90
mmHg dan frekuensi jantung melebihi 120/menit) dalam 15
menit lakukan pemberian ulangan adrenalin 0,3 ml subkutan.
Pemberian lanjutan adrenalin 0,3 ml subkutan dapat
dilakukan bila dalam 15 menit tidak ada respon
Obat –obatan Seperti
- Adrenaline,
- Anti-histamine,
- Steroids

Harus selalu dibawa oleh tim.

Kasus dan kontak harus selalu di beritahu


tentang kemungkinan reaksi simpang dari
Penicillin
Frambusia
ERADIKASI
Frambusia
Penyakit Kelompok Marginal dan Miskin

Faktor resiko PHBS kurang


Akses terhadap air bersih kurang 
Harus ada Penyediaan air bersih

Frambusia Dimana jalan buntu, Frambusia ada


Perlu dukungan intersektoral
Framboesia
SITUASI GLOBAL
1950-1970
Kampanye besar2an WHO & Unicef di 46
Negara, 50 juta diobati, prevalensi turun 95%
1970-1990
Kegiatan menurun; Prevalensi 1990
+ 2,5 juta dgn 460.000 kasus baru
Setelah 1990
Prevalensi tak tahu karena tak ada
laporan secara global
2005: 26 ribu kasus dari Ghana; 18 ribu dari Papua Nugini
dan 5000 kasus dari Asia Tenggara khususnya RI dan TL
DISTRIBUSI KASUS FRAMBUSIA DUNIA

Ref : The Lancet, Volume 381, Issue 9868, Pages 763-773


Frambusia
Kasus di Indonesia, 2001-2012
9000

8000

7000

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Kasus Frambusia
Komitmen Global 2012
ELIMINASI  KASUS 0  2017

ERADIKASI SEROLOGI NEGATIF 2020


KRITERIA SERTIFIKASI
ERADIKASI FRAMBUSIA
1. Kasus nol 3 th berturut-turut.
2.Tidak ada penularan di
masyarakat  ditunjukkan dg
hasil serologi negatif 3 tahun
berturut-turut pada anak umur <
5 tahun
Definisi Kasus
• Kasus yang dicurigai: seseorang dengan riwayat
tinggal di daerah endemis (dulu atau sekarang) yang
muncul dengan frambusia yang aktif secara klinis .
• Kasus yang dikonfirmasi: kasus yang dicurigai
dengan uji serologis positif
RDT (Treponematosis)  Positif  RPR
• Kasus impor: seseorang dengan frambusia yang
aktif secara klinis dan terkonfirmasi secara serologis
pada area bukan endemis frambusia.
• Kasus indeks: kasus pertama frambusia yang
terdeteksi di sebuah komunitas.
• Kontak dari kasus frambusia infeksius yang
aktif: seseorang yang telah memiliki kontak
yang sering dan dekat dengan seseorang yang
terinfeksi.
• Kontak untuk tujuan eradikasi frambusia
adalah orang yang tinggal serumah, teman-
teman sekelas atau teman bermain yang dekat
seperti yang diidentifikasi oleh kontak.
• Untuk tujuan praktis dan operasional, pada
area dimana sebuah kasus frambusia
dikonfirmasi, semua orang tanpa frambusia
klinis yang tampak dapat dianggap kontak.
• Keberhasilan terapi (Sembuh): seseorang
dengan frambusia aktif secara klinis yang telah
diterapi dengan dosis tunggal oral azitromisin
(atau sebuah injeksi dari pensilin benzatin),
dan lesinya sembuh sepenuhnya 4 minggu
setelah terapi.
• Gagal terapi (Tanpa respon): seseorang
dengan frambusia aktif secara klinis yang telah
diterapi dengan Benzatin penisilin atau
Azitromisin, tidak sembuh dalam 4 minggu
setelah terapi  Minta uji serologis untuk
kofirmasi atau mengeksklusi frambusia.
Jika hasilnya positif, apusan harus diambil dari
lesi yang aktif untuk PCR untuk mendeteksi
adanya resistensi.
Jika hasilnya negatif, sebuah diagnosa
alternatif harus dipertimbangkan dan berikan
terapi yang tepat.
Kategori Area
• Area endemis: komunitas atau desa; distrik; daerah
atau negara dimana frambusia terus-menerus muncul,
atau setidaknya munculnya satu kasus dari frambusia
yang terkonfirmasi secara klinis maupun serologis.
• Unit implementasi : desa atau komunitas. Koordinat
GPS dari masing-masing desa harus tersedia untuk
pemetaan komunitas endemis.
• Deteksi kasus pasif: pasien yang datang ke layanan
kesehatan . Petugas memberitahu yang berwenang pada
level distrik.
Kategori
Negara/Propinsi/Kabupaten
• Kategori A: Daerah yang masih melaporkan adanya kasus
frambusia (2002–2012) :15 negaraKampanye Implementasi TCT
& verifikasi tidak adanya penularan
• Kategori B: Daerah yang sebelumnya pernah endemik
frambusia(1950–2001),tapi tidak melaporkan lagi adanya kasus
atau tidak ada kegiatan frambusia sejak 2002 sampai sekarang 
Assesment lagi endemisitas, Pengobatan lagi bila diperlukan.
• Kategori C: Daerah yang tidak ada sejarah adanya kasus
frambusia sejak awal Verifikasi penularan & memperhatikan
daerah tetangga yg masih endemis
Strategi
• Penemuan kasus secara aktif, pasif dan pengobatan
pasien & kontak
• Advokasi (Pemda, donor, LSM, Perdoski, FK dll)
• Integrasi dengan program lain: LF, Malaria, Kecacingan,
KIA
• Pemberdayaan masyarakat (desa siaga, PLA)
Kebijakan Baru
• Terapi komunitas total (Total Community
Treatment/ TCT) mengobati seluruh komunitas
endemis pada awalnya, tanpa berkaitan dengan jumlah
kasus klinis yang aktif;
• Terapi target total ( Total Targeted
Treatment/TTT),  mengobati seluruh kasus klinis
dan kontaknya (anggota rumah tangga, sekolah, dan
teman bermain) selama survei berulang atau terapi ulang
atau sebagai respon terhadap wabah lokal; juga dapat
diterapkan pada kasus impor.
New Strategy : Area Pemetaan
per Kabupaten

Kab/Kota Pre-Eliminasi Kab/Kota Post-Eliminasi

TCT/TTT per 6 bln Survei Serologi


sampai 0 kasus

Diantara survei:
• Penemuan Pasif Serologi negatif
Serologi -positif
• Penemuan aktif 3 tahun
(oleh kader desa)
• Pelacakan &
Pengobatan
penderita & Eradication
kontak

Kasus 0
selama 3 th
Kegiatan
• Mapping; identifikasi daerah endemis/coverage
Pemetaan per desa
• Surveillance dan RR  Laporan rutin, laporan nihil
• Pelatihan tenaga kesehatan ttg frambusia (dx, tx, RR,
manajemen program) Terintegrasi
• Mobilisasi dana untuk pemeriksaan aktif dan survei
serologis (BOK, APBD, APBN, WHO)
• IEC untuk masyarakat
• Pemeriksaan serologiKonfirmasi kasus & sertifikasi
THE MOST IMPORTANT: NETWORKING
Public Health Official and Clinician

Case Finding Referral


Diagnosis, Treatment Tx of Complication
Follow up of Treatment Medical Rehabilitation
Monitoring, Evaluation Research
Recording & Reporting Transfer of Knowledge

Comprehensive Health Service


NEGLECTED DISEASES APPROACHES
Non-medical Medical
Intervention Intervention

Approaches should be Community Based and Integrated


BERSAMA KITA BISA menyelesaikan masalah
kusta & frambusia
Thank you!

Potrebbero piacerti anche