AGONIS ADRENERGIK Sekumpulan senyawa yang dapat mengikat dan menghasilkan perubahan struktural pada molekul suatu reseptor Agonis spesifik>>menyebabkan munculnya sejumlah efek yang menyerupai efek dari aktivasi reseptor tersebut Mengacu pada efek epinefrin (EPI) Adrenergik
Substansi atau obat-obatan yang
Agonis memproduksi efeknya dengan cara Adrenergik mengikat reseptor adrenergik kemudian mengaktivasi reseptor tersebut. SARAF SIMPATIS • Mengatur sejumlah fungsi otonom yang esensial bagi tubuh (Fight or Flight Response) • 2 neurotransmiter utama: Epinefrin dan Norepinefrin (Katekolamin Endogen) NEUROTRANSMITER SARAF SIMPATIS
TRANSPORT DOPAMIN MENUJU VESIKEL
Adrenoreseptor Dibagi menjadi 2 kategori general: α dan β. Reseptor α: α1 dan α2 Reseptor β : β1, β2 dan β3. Reseptor Dopaminergik: DA1 DA2 R Aktivasi tiap reseptor>>respons fisiologis berbeda Klasifikasi Agonis Adrenergik berdasarkan Molekul Katekolamin Non-katekolamin
• Agonis adrenergik termasuk dalam golongan katekolamin tidak
dapat digunakan per-oral, sedangkan senyawa non-katekolamin dapat diberikan melalui jalur oral. • Katekolamin memiliki durasi aksi yang jauh lebih singkat dibanding senyawa non-katekolamin. • Katekolamin tidak dapat menembus sawar darah otak, sedangkan senyawa non-katekolamin memiliki kapasitas ini (Westfall TC dan Westfall DP, 2011). Klasifikasi Agonis Adrenergik berdasarkan Mode Aksi dan Selektivitasnya Agonis Adrenergik Spesifik dan Penggunaannya dalam Praktik Klinis Epinefrin: • Mekanisme Terapeutik: mengaktivasi keempat subtipe reseptor adrenergik. (α1, α2, β1 dan β2) • Respon yang dihasilkan: Peningkatan heart rate, tekanan sistol (diastol menurun), Vasokonstriksi, relaksasi otot polos GI tract dan Detrusos Vesica Urinaria, Peningkatan metabolisme • Absorbsi, Inaktivasi dan Ekskresi: Reuptake, Uptake, Metabolisme di Hepar dan Renal • Penggunaan terapeutik: Henti Jantung, Anafilaksis, Asma & Croup, Hemostasis, Ajuvan Anestesi lokal • Preparasi: Vial Injeksi dengan berbagai Konsentrasi: 0.01 mg/ml (1:100.000 atau 0.001%), 0.1 mg/ml (1:10.000 atau 0.01%), 0.5 mg/ml (1:2000 atau 0.05%), dan 1 mg/ml (1:1000 atau 0.1%). EPINEFRIN>>ADMINISTRASI & DOSIS
Henti Jantung: 0.05 – 1 mg bolus IV
Anafilaksis: 0.3 mg IM (1 ml epinefrin 1:1000). Jika reaksi sangat berat, dapat dipertimbangkan pemberian melalui jalur IV dengan dosis 0.1 mg (1 ml epinefrin 1:10.000). Protokol serupa dapat digunakan untuk serangan asma jika pasien tidak berespon terhadap β2 inhaler Croup: nebulisasi 0.5 ml/kg epinefrin 1:1000 (dosis maksimum 5 ml), dapat diulang tiap 15 menit Ajuvan anestesi spinal block: tambahkan 0.2 mg epinefrin ke larutan anestesi. Hemostasis: epinefrin konsentrasi 1:200.000 secara topikal, atau 5 µg/ml injeksi subkutan/submukosa Epinefrin: Tokisitas, Efek Samping dan Kontraindikasi
Gangguan tidur, nyeri kepala, tremor, dan palpitasi.
Reaksi yang lebih serius meliputi perdarahan intraserebral dan aritmia jantung. Angina pada pasien dengan riwayat coronary artery disease. Kontraindikasi : pada pasien yang menerima pengobatan dengan nonselective β-receptor blocking drugs Norepinefrin
dari katekolamin endogen. Menghasilkan respon seperti epinefrin kecuali yang dimediasi oleh reseptor β2. Tidak dapat diberikan per oral. Efek samping: takidisritmia, angina, dan hipertensi. Penggunaan sangat terbatas: status hipotensi dan henti jantung. Dosis umum adalah 0.1 µg/kgBB dalam infus kontinyu dengan kecepatan 2 – 20 µg/menit. Sediaan: Vial Injeksi 4 mg, volume sebanyak 4 ml (1 mg/ml) Dopamin
Selektivitas: bergantung pada dosisnya
Dosis terapeutik rendah (0.5 – 3 µg/kgBB/ menit): reseptor DA1 Dosis terapeutik moderat (3 – 10 µg/kgBB/menit): reseptor β1 + DA1 Dosis sangat tinggi (10 – 20 µg/kgBB/menit): reseptor α1, DA dan β1 Indikasi: syok (memperbaiki cardiac output, meningkatkan tekanan darah, dan mempertahankan fungsi ginjal) Dosis: infus kontinyu v: 1 – 20 µg/kgBB/menit. Sediaan: vial 5 – 10 ml, kandungan 200 – 400 mg dopamin. Dobutamin
Spesifitas Reseptor: β1 dan β2, dengan selektifitas
lebih tinggi terhadap β1. Klasifikasi Kimia: Katekolamin Dosis terapeutik: aktivasi selektif reseptor β1 adrenergik. Indikasi: gagal jantung. Efek samping: takikardia. Sediaan: vial volume 20 ml, kandungan 12.5 mg/ml, total 250 mg. Dosis: diencerkan sebelum diberikan (1, 2, atau 4 mg/ml dalam 250 ml) dengan kecepatan 2 – 20 µg/kgBB/menit Penilefrin
Senyawa nonkatekolamin yang aktivitasnya
predominan selektif terhadap reseptor α1 (dosis tinggi dapat menstimulasi reseptor α2 dan β). Efek utama: vasokonstriksi dengan kenaikan tahanan vaskular perifer dan tekanan darah secara perlahan. Indikasi: vasopresor u/ hipotensi karena anestesi spinal, sebagai dekongestan dan midriatikum. Sediaan: vial 1% (10 mg/ml) Dosis: diencerkan sebelum diberikan (konsentrasi 100 µg/mL) Agonis α2
Dexmedetomidine: turunan lipofilik α methylol
dengan sifat afinitas yang kuat terhadap reseptor α2 (>klonidin). Mempunyai efek sedasi, analgesik, dan simpatolitik yang menumpulkan banyak respon kardiovaskular selama periode perioperatif Selama periode intraoperatif: menurunkan kebutuhan anestesi intravena dan inhalasi. Indikasi lain: menghasilkan efek sedasi pada persiapan awake fiberoptic intubation, sedasi pasien post-operasi di ruang post-anestesi dan ICU Dosis mencakup 2 tahap: loading dose sebesar 1 µg/kgBB selama 10 menit diikuti infus dengan kecepatan 0.2 – 0.7 µg/kgBB/jam Efedrin
Alkaloid yang terdapat pada tumbuhan jenis efedra.
Efek kardiovaskular: sama seperti epinefrin: meningkatkan tekanan darah, laju nadi dan curah jantung. Juga memiliki efek bronkodilator. Perbedaan: efedrin mempunyai masa kerja yang lama, tidak begitu poten, memiliki properti direk dan indirek (mixed action), serta menstimulasi sistem saraf pusat. Indikasi: sebagai vasopressor selama anestesi, vasopresor pilihan pada sebagian besar kasus obstetri. Premedikasi dengan klonidin melawan efek dari efedrin Efedrin>>Sediaan dan Dosis
Pada dewasa: dosis 2,5 – 10 mg bolus iv,
Pada anak-anak 0,1 mg/kgBB blus iv. Efedrin tersedia dalam bentuk ampul dengan kandungan 25 atau 50 mg TERIMA KASIH