Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Depresi dialami oleh 80% mereka Menurut WHO pada 2010, angka
yang berupaya atau melakukan bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6
bunuh diri pada penduduk yang hingga 1,8 per 100.000 jiwa. Tentu
didiagnosis mengalami gangguan jika tidak ada upaya bersama
jiwa, bunuh diri adalah suatu pencegahan bunuh diri, angka
keadaan dimana individu tersebut bisa tumbuh dari tahun.
mengalami risiko untuk menyakiti diri WHO memperkirakan pada 2020
sendiri atau melakukan tindakan angka bunuh diri di Indonesia secara
yang dapat mengancam nyawa global menjadi 2,4 per 100.000 jiwa
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum
Mengetahui gambaran dari manajemen praktik tentang asuhan keperawatan pada kasus dengan diagnosa
Resiko Bunuh Diri di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat
Tujuan Khusus
1. Dapat melaksanakan pengkajian pada Ny. F dengan diagnosa Resiko Bunuh Diri di ruang Mawar, Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat
2. Dapat menganalisa dan mempresentasikan data dalam menentukan diagnosa Resiko Bunuh Diri di ruang
Mawar, Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat
3. Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada kasus Ny. F dengan diagnosa Resiko Bunuh
Diri di ruang Mawar, Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat
4. Dapat melaksanakan rencana tindakan asuhan keperawatan pada kasus Ny. F dengan diagnosa Resiko
Bunuh Diri di ruang Mawar, Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat
5. Dapat melaksanakan implementasi secara langsung dari rencana tindakan asuhan keperawatan yang
telah disusun pada kasus Ny. F dengan diagnosa Resiko Bunuh Diri di ruang Mawar, Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Kalimantan Barat.
6. Dapat mengevaluasi tentang efektifitas tindakan yang telah dilakukan pada kasus Ny. F dengan
diagnosa Resiko Bunuh Diri di ruang Mawar, Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat
7. Dapat mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada kasus Ny. F dengan diagnosa Resiko Bunuh
Diri di ruang Mawar, Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat.
MANFAAT
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko untuk menyakiti
diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa (Stuart dan
Sundeen, 1995).
Bunuh diri yakni suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya
untuk mati. Perilaku-perilaku bunuh diri dapat berupa isyarat-isyarat, percobaan
atau ancaman verbal yang mengakibatkan kematian, luka atau menyakiti diri
sendir
Stuart (2007) mengemukakan bunuh diri adalah setiap aktifitas yang jika tidak
dicegah dapat mengarah pada kematian
ETIOLOGI
Faktor predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (1997), 5 faktor predisposisi bunuh diri antara lain:
Diagnosis Psikiatrik
Sifat Kepribadian
Lingkungan Psikososial
Riwayat Keluarga
Faktor Biokimia
Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh individu
Respon Maladaptif
Stuart dan Sundeen (1997) dalam Jannah (2010) mengemukakan bahwa jenis
kepribadian yang paling sering melakukan bunuh diri adalah tipe agresif, bermusuhan,
putus asa,
TANDA DAN GEJALA
Mempunyai ide untuk bunuh diri
Impulsif
Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan)
Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah, dan mengasingkan diri)
Kesehatan mental (scara klinis, klien terlihat sebagai orang depresi, psikosis, dan menyalahgunakan alkohol)
Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyaki kronis atau terminal)
Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam karier)
Pekerjaan.
Konflik interpersonal.
Orientasi seksual.
Sumber-sumber personal.
Sumber-sumber sosial.
Ny. F berusia 29th didiagnosa dengan skizofrenia paranoid, klien dibawa keluarga
ke RSJ dengan keluhan sering mencederai dirinya sendiri dengan cara memukul
dada dan pipi sendiri, ingin menabrakan diri ke mobil truk, ingin lompat dari
gedung, mencekik diri sendiri. Klien mengatakan ingin mati dan telah mencoba
melakukan percobaan bunuh diri menggunakan tali. Klien melakukan semua ini
dikarenakan telah dikecewakan dan ditinggalkan oleh suaminya demi wanita lain,
tidak dinafkahi, serta dibebankan dengan harus mengurusi anaknya sendirian.
Setelah klien ditinggalkan oleh suaminya, klien mulai merasa depresi dengan
beban-beban yang ia hadapi. Klien selalu memendam perasaannya sendiri
dikarenakan tidak ada orang yang dapat membantu menyelesaikan masalahnya
sehingga klien merasa stress dan depresi. Sebelumnya klien sudah pernah masuk
rumah sakit jiwa pada bulan mei-juni 2019 dan sekarang masuk kembali pada
bulan Juli 2019 dengan diagnosa medis yang sama. Saat dikaji oleh perawat klien
tampak menutup diri dan hanya menjawab seperlunya, kontak mata kurang,
sering melamun, tampak lesu serta tampak mengatakan ingin bunuh diri berulang-
ulang kali. Dari penjelasan di atas didapatkan diagnosa keperawatan jiwa RISIKO
BUNUH DIRI.
XI. Terapi Pengobatan
1. Risperidone 2mg 2x1 via oral
2. Trihexyphenidyl 2mg 2x1 via oral
3. Elizac 10 mg 1x1 via oral
4. Clozapine 25 mg, ½ pagi dan malam 1 via oral
Analisa Data
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
HAMBATAN YANG DITEMUKAN SAAT MERAWAT KLIEN
1. DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan dokumentasi keperawatan menemui hambatan dalam
bentuk ketidaklengkapan format Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
terutama untuk ruangan dengan karakteristik khusus dan perbedaan
persepsi perawat dalam proses pendokumentasian
2. FASILITAS
Fasilitas yang tersedia di RSJ masih menjadi salah satu hambatan yang
dirasakan saat perawat akan menerapkan tindakan sesuai dengan SPO
yang ada. Seperti SPO untuk menerapkan asuhan keperawatan ADL
mandi pada pasien belum ditunjang dengan kelengkapan alat mandi
dan fasilitas kebersihan pribadi pasien. Sehingga perawat banyak
melakukan modifikasi sesuai dengan ketersediaan yang ada. Perawat
dalam melaksanakan SPO untuk merawat pasien gangguan jiwa
membutuhkan dukungan fasilitas rumah sakit. Fasilitas yang dibutuhkan
sebaiknya diidentifikasi dan direncanakan berdasarkan kebutuhan
(Depkes RI, 2008)
HAMBATAN YANG DITEMUKAN SAAT MERAWAT KLIEN
3. MANAGEMEN RUANGAN
Pelaksanaan manajemen di ruangan terutama aspek perencanaan masih
menjadi hambatan yang mempengaruhi kinerja asuhan keperawatan
pada perawat ruangan. Deskripsi tugas yang tidak jelas terutama dalam
pelaksanaan terapi modalitas seperti TAK dan PKRS menimbulkan
ketidaknyamanan di antara perawat pelaksana sehingga mempengaruhi
kineraja perawat. Selain itu keterbatasan kewenangan perawat untuk
melakukan terapi modalitas yang tidak dipayungi oleh kebijakan rumah
sakit dan ruangan membuat jenis terapi modalitas yang dapat
dilaksanakan baru sebatas TAK dan PKRS
5. KONDISI KLIEN
Perawat RSJ dalam menjalankan kompetensi sebagai perawat ruangan
juga mendapatkan hambatan akibat dari ketidakpatuhan pasien dalam
menjalani program pengobatan di rumah sakit.
KESIMPULAN
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam
nyawa. Dari tanda dan gejala yang ditemukan pada klien memiliki risiko
bunuh diri dengan masalah utama yang muncul saat pengkajian adalah
klien mengatakan bahwa ia tidak berguna dan ingin mengakhiri
hidupnya. Klien mengatakan hidupnya sia sia, mati membuat masalah
selesai dan tidak sakit lagi. Klien mengatakan pikiran mau bunuh diri
muncul setiap saat walaupun klien berusaha untuk menghilangkannya.
Klien mengatakan pernah mencekik dirinya sendiri dan ingin loncat dari
atas gedung, menabrakan diri ke mobil, memukul-mukul dada dan pipi
serta menggantung dirinya. Dari data objektif didapatkan data klien
tampak sedih, klien tampak menundukkan kepala, klien tampak lesu dan
putus asa, klien tampak mengatakan ingin bunuh diri berulang-ulang kali.
SARAN