Sei sulla pagina 1di 36

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS RISIKO BUNUH DIRI


PADA Ny. F DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT JIWA
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
SINGKAWANG

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
KELOMPOK 1

Ummy Athiyah Lubis I4051191001


Nurdella Artalia Utami I4051191002
Asti Pratiwi I4051191003
Nurul Hidayah I4051191004
Uni Hardika Rahayu I4051191005
NurHajilah I4051191006
Rika Rohani I4051191007
Modesta Ferawati I4051191008
Febby Hardianti I4051191009
Ericha Rizki Ridhowati I4051191010
Agung Nur Rasyid I4051191011
Zakiah Amar I4051191012
Aina Rahayu Dewi I4051191013
LATAR BELAKANG

Menurut dasar hukum undang-undang Nomor 18


Tahun 2014 Pasal 1 tentang Kesehatan Jiwa adalah

kesehatan jiwa adalah kondisi orang dengan gangguan jiwa


dimana seorang individu dapat yang selanjutnya disingkat ODGJ
berkembang secara fisik dan adalah orang yang mengalami
mental, spiritual, dan sosial sehingga gangguan dalam pikiran, prilaku,
individu tersebut menyadari dan perasaan yang termanifestasi
kemampuan sendiri, dapat dalam bentuk sekumpulan gejala
mengatasi tekanan, dapat bekerja dan perubahan prilaku yang
secara produktif, dan mampu bermakna, serta dapat
memberikan kontribusi untuk menimbulkan penderita dan
komunitas, hambatan dalam menjalankan
fungsi orang sebagai manusia.
LATAR BELAKANG

Berdasarkan data dari WHO


terdapat 450 juta orang di seluruh
dunia mengalami gangguan
mental, sekitar 10% orang dewasa
mengalami gangguan jiwa dan 25%
penduduk diperkirakan akan
mengalami gangguan jiwa pada
usia tertentu selama hidupnya. Usia Berdasarkan data Riset Kesehatan
ini biasanya terjadi pada dewasa Dasar (2007) menunjukkan bahwa
muda antara usia 18-21 tahun (WHO, prevalensi gangguan jiwa secara
2009). nasional mencapai 5,6% dari jumlah
penduduk, dengan kata lain
menunjukkan bahwa pada setiap
1000 orang penduduk terdapat
empat sampai lima orang menderita
gangguan jiwa. (Kemenkes RI, 2019).
LATAR BELAKANG

Depresi dialami oleh 80% mereka Menurut WHO pada 2010, angka
yang berupaya atau melakukan bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6
bunuh diri pada penduduk yang hingga 1,8 per 100.000 jiwa. Tentu
didiagnosis mengalami gangguan jika tidak ada upaya bersama
jiwa, bunuh diri adalah suatu pencegahan bunuh diri, angka
keadaan dimana individu tersebut bisa tumbuh dari tahun.
mengalami risiko untuk menyakiti diri WHO memperkirakan pada 2020
sendiri atau melakukan tindakan angka bunuh diri di Indonesia secara
yang dapat mengancam nyawa global menjadi 2,4 per 100.000 jiwa

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa penderita Risiko


Bunuh Diri dalam jumlah yang cukup banyak/besar disebabkan
oleh gangguan jiwa, hal ini penting untuk dilakukan analisa
keperawatan, sehingga dapat diketahui keselarasan antara
praktik tindakan keperawatan dengan teori dari tindakan
keperawatan.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana manajemen praktik tentang asuhan keperawatan pada Ny. F dengan
diagnosa Resiko Bunuh Diri di ruang Mawar di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan
Barat ?

TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum
Mengetahui gambaran dari manajemen praktik tentang asuhan keperawatan pada kasus dengan diagnosa
Resiko Bunuh Diri di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat
Tujuan Khusus
1. Dapat melaksanakan pengkajian pada Ny. F dengan diagnosa Resiko Bunuh Diri di ruang Mawar, Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat
2. Dapat menganalisa dan mempresentasikan data dalam menentukan diagnosa Resiko Bunuh Diri di ruang
Mawar, Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat
3. Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada kasus Ny. F dengan diagnosa Resiko Bunuh
Diri di ruang Mawar, Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat
4. Dapat melaksanakan rencana tindakan asuhan keperawatan pada kasus Ny. F dengan diagnosa Resiko
Bunuh Diri di ruang Mawar, Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat
5. Dapat melaksanakan implementasi secara langsung dari rencana tindakan asuhan keperawatan yang
telah disusun pada kasus Ny. F dengan diagnosa Resiko Bunuh Diri di ruang Mawar, Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Kalimantan Barat.
6. Dapat mengevaluasi tentang efektifitas tindakan yang telah dilakukan pada kasus Ny. F dengan
diagnosa Resiko Bunuh Diri di ruang Mawar, Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat
7. Dapat mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada kasus Ny. F dengan diagnosa Resiko Bunuh
Diri di ruang Mawar, Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat.
MANFAAT

1. Manfaat Bagi Profesi Keperawatan


Laporan seminar kasus ini diharapkan dapat meningkatkan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada kasus dengan diagnosa Risiko Bunuh Diri
2. Manfaat Bagi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat
Laporan seminar kasus ini dapat memberikan informasi tambahan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan dalam pemberian asuhan keperawatan pada kasus dengan
diagnosa Risiko Bunuh Diri
3. Manfaat Bagi Klien
Klien dan keluarga mengerti apa itu Risiko Bunuh Diri
4. Manfaat Bagi Klien
Klien dan keluarga mengerti apa itu Risiko Bunuh Diri
PENGERTIAN

 Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko untuk menyakiti
diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa (Stuart dan
Sundeen, 1995).
 Bunuh diri yakni suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya
untuk mati. Perilaku-perilaku bunuh diri dapat berupa isyarat-isyarat, percobaan
atau ancaman verbal yang mengakibatkan kematian, luka atau menyakiti diri
sendir
 Stuart (2007) mengemukakan bunuh diri adalah setiap aktifitas yang jika tidak
dicegah dapat mengarah pada kematian
ETIOLOGI

 Faktor predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (1997), 5 faktor predisposisi bunuh diri antara lain:
Diagnosis Psikiatrik
Sifat Kepribadian
Lingkungan Psikososial
Riwayat Keluarga
Faktor Biokimia
 Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh individu
 Respon Maladaptif
Stuart dan Sundeen (1997) dalam Jannah (2010) mengemukakan bahwa jenis
kepribadian yang paling sering melakukan bunuh diri adalah tipe agresif, bermusuhan,
putus asa,
TANDA DAN GEJALA
 Mempunyai ide untuk bunuh diri

 Mengungkapkan keinginan untuk mati

 Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan

 Impulsif

 Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)

 Memiliki riwayat percobaan bunuh diri

 Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan)

 Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah, dan mengasingkan diri)

 Kesehatan mental (scara klinis, klien terlihat sebagai orang depresi, psikosis, dan menyalahgunakan alkohol)

 Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyaki kronis atau terminal)

 Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam karier)

 Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.

 Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).

 Pekerjaan.

 Konflik interpersonal.

 Latar belakang keluarga.

 Orientasi seksual.

 Sumber-sumber personal.

 Sumber-sumber sosial.

 Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.


RENTANG RESPONS
PATOFISIOLOGI

Patofisiologi depresi dijelaskan dalam beberapa hipotesis. Amina biogenic


merupakan hipotesis yang menyatakan, depresi disebabkan menurunnya atau
berkurangnya jumlah neurotransmiter norefinefrin (NE), serotonin (5-HT) dan
dopamine (DA) di dalam otak (Sukandar dkk., 2008). Hipotesis sensitifitas reseptor
yaitu perubahan patologis pada reseptor yang dikarenakan terlalu kecilnya stimulasi
oleh monoamin yang dapat menyebakan depresi.
Pengkajian

Ny. F berusia 29th didiagnosa dengan skizofrenia paranoid, klien dibawa keluarga
ke RSJ dengan keluhan sering mencederai dirinya sendiri dengan cara memukul
dada dan pipi sendiri, ingin menabrakan diri ke mobil truk, ingin lompat dari
gedung, mencekik diri sendiri. Klien mengatakan ingin mati dan telah mencoba
melakukan percobaan bunuh diri menggunakan tali. Klien melakukan semua ini
dikarenakan telah dikecewakan dan ditinggalkan oleh suaminya demi wanita lain,
tidak dinafkahi, serta dibebankan dengan harus mengurusi anaknya sendirian.
Setelah klien ditinggalkan oleh suaminya, klien mulai merasa depresi dengan
beban-beban yang ia hadapi. Klien selalu memendam perasaannya sendiri
dikarenakan tidak ada orang yang dapat membantu menyelesaikan masalahnya
sehingga klien merasa stress dan depresi. Sebelumnya klien sudah pernah masuk
rumah sakit jiwa pada bulan mei-juni 2019 dan sekarang masuk kembali pada
bulan Juli 2019 dengan diagnosa medis yang sama. Saat dikaji oleh perawat klien
tampak menutup diri dan hanya menjawab seperlunya, kontak mata kurang,
sering melamun, tampak lesu serta tampak mengatakan ingin bunuh diri berulang-
ulang kali. Dari penjelasan di atas didapatkan diagnosa keperawatan jiwa RISIKO
BUNUH DIRI.
XI. Terapi Pengobatan
1. Risperidone 2mg 2x1 via oral
2. Trihexyphenidyl 2mg 2x1 via oral
3. Elizac 10 mg 1x1 via oral
4. Clozapine 25 mg, ½ pagi dan malam 1 via oral
Analisa Data
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
HAMBATAN YANG DITEMUKAN SAAT MERAWAT KLIEN

1. DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan dokumentasi keperawatan menemui hambatan dalam
bentuk ketidaklengkapan format Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
terutama untuk ruangan dengan karakteristik khusus dan perbedaan
persepsi perawat dalam proses pendokumentasian

2. FASILITAS
Fasilitas yang tersedia di RSJ masih menjadi salah satu hambatan yang
dirasakan saat perawat akan menerapkan tindakan sesuai dengan SPO
yang ada. Seperti SPO untuk menerapkan asuhan keperawatan ADL
mandi pada pasien belum ditunjang dengan kelengkapan alat mandi
dan fasilitas kebersihan pribadi pasien. Sehingga perawat banyak
melakukan modifikasi sesuai dengan ketersediaan yang ada. Perawat
dalam melaksanakan SPO untuk merawat pasien gangguan jiwa
membutuhkan dukungan fasilitas rumah sakit. Fasilitas yang dibutuhkan
sebaiknya diidentifikasi dan direncanakan berdasarkan kebutuhan
(Depkes RI, 2008)
HAMBATAN YANG DITEMUKAN SAAT MERAWAT KLIEN

3. MANAGEMEN RUANGAN
Pelaksanaan manajemen di ruangan terutama aspek perencanaan masih
menjadi hambatan yang mempengaruhi kinerja asuhan keperawatan
pada perawat ruangan. Deskripsi tugas yang tidak jelas terutama dalam
pelaksanaan terapi modalitas seperti TAK dan PKRS menimbulkan
ketidaknyamanan di antara perawat pelaksana sehingga mempengaruhi
kineraja perawat. Selain itu keterbatasan kewenangan perawat untuk
melakukan terapi modalitas yang tidak dipayungi oleh kebijakan rumah
sakit dan ruangan membuat jenis terapi modalitas yang dapat
dilaksanakan baru sebatas TAK dan PKRS

4. SUMBER DAYA MANUSIA


Pelaksanaan kompetensi perawat di RSJ dirasakan menemui hambatan
akibat dari keberagaman kondisi sumber daya manusia yang tersedia.
Tingkat pendidikan yang bervariasi dari tingkat SPK, DIII, S1 Ners, Magister
dan Spesialis mempengaruhi tingkat pengetahuan perawat dalam
menerapkan asuhan keperawatan
HAMBATAN YANG DITEMUKAN SAAT MERAWAT KLIEN

5. KONDISI KLIEN
Perawat RSJ dalam menjalankan kompetensi sebagai perawat ruangan
juga mendapatkan hambatan akibat dari ketidakpatuhan pasien dalam
menjalani program pengobatan di rumah sakit.
KESIMPULAN

Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam
nyawa. Dari tanda dan gejala yang ditemukan pada klien memiliki risiko
bunuh diri dengan masalah utama yang muncul saat pengkajian adalah
klien mengatakan bahwa ia tidak berguna dan ingin mengakhiri
hidupnya. Klien mengatakan hidupnya sia sia, mati membuat masalah
selesai dan tidak sakit lagi. Klien mengatakan pikiran mau bunuh diri
muncul setiap saat walaupun klien berusaha untuk menghilangkannya.
Klien mengatakan pernah mencekik dirinya sendiri dan ingin loncat dari
atas gedung, menabrakan diri ke mobil, memukul-mukul dada dan pipi
serta menggantung dirinya. Dari data objektif didapatkan data klien
tampak sedih, klien tampak menundukkan kepala, klien tampak lesu dan
putus asa, klien tampak mengatakan ingin bunuh diri berulang-ulang kali.
SARAN

1. Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai evidence


based bagi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat tentang analisis
lebih lanjut bagi pasien dengan risiko bunuh diri
2. Bagi perawat dapat menjadi acuan intervensi lebih lanjut tentang
intervensi bagi pasien dengan risiko bunuh diri
3. Bagi mahasiswa dapat dijadikan sebagai acuan dalam membuat
asuhan keperawatan dan dalam menangani pasien dengan risiko
bunuh diri.
4. Untuk laporan kasus selanjutnya, dapat menjadi acuan dasar dalam
mengembangkan analisa dan implementasi yang maksimal sehingga
menjadi asuhan keperawatan yang optimal.
TERIMA KASIH
Hari ini kami ners angkatan 7 sedang melakukan seminar besar, dan
ini minggu terakhir kami berada disini rasanya itu campur aduk ada
senang dan juga sedih

Potrebbero piacerti anche