Sei sulla pagina 1di 91

Ari Sudarsono, SST, M.

Fis
Lecturer & Physio
What is PNF?
 P = Proprioceptive = information of position and movement
 Proprioceptors are sensoric reseptors for deep sensation
 Give feedback to cerebellum and cortex about muscle tension,
muscle length and the position of thebody
 Proprioceptive information is attained by gravity conditions
and tactile information which may be applied to facilitate
necessary NM activity
 N = Neuromuscular = Muscle & Nerve
 NM activity is task specific & dependent on enviromental cond.
 F = Facilitation = make easier
 Facilitation of ADL is the main therapy goal
 Any necessary information may be applied to achieve this goal
History of PNF?
 Developed by: Dr. Herman Kabat and Maggie
Knott in the late 1940s and early 1950s as a means
of rehabilitation for neurological disorders such as
multiple sclerosis, cerebral palsy and poliomyelitis.
 1951 : 1st PNF course atVallejo
 1952 : Join Dorothy Voss start PNFcourse
 1956 : PNF book pub by Knott &Voss
 1985 : Int’l PNF Instructor Group
 1990 : IPNFA
INDONESIA  2011 : INTRODUCTION
 2012 : Basic Level I
 2013 : Basic Level II
 2013 : Basic Level III
PNF Definition
 Definition: A motor learning approach used in
neuromotor development training to improve motor
function and facilitate maximal muscularcontraction.

 Kabat (1951): “The basis of the PNF philosophy is the


idea that all human beings, including those with
disabilities have untapped existing potential.”

PNF in practice 2007


PNF Philosophy (5)
1. Positive approach: no pain, achievable tasks, set up
for success, direct and indirect treatment, strong
start.
2. Functional Approach : Highest functional level, ICF,
include treatment on body structure level and
activity level.
3. Mobilize Reserves: Mobilize potential byintensive
training: active participation, motor learning, self
training.

PNF in practice 2007


Philosophy cont…
4. Consider the total whole person: Total human being
with his/her environmental, personal, physical, and
emotional factors.

PNF in practice 2007


The ICF: Conceptual Model

Healthcondition

Bodyfunctions/ Activities Participation


Bodystructures

Environmental factors Personal factors


 5. Use of motor control and motorlearning principles:
repetition in a different context; respect stages of
motor control, variability ofpractice.
Motor Control (4 stages)
 Mobility
Kemampuan untuk menginisiasi gerakan atau posisi tubuh tertentu untuk
menyelesaikan tujuan yang spesifik. Dapat terjadi keterbatasan bila ada
gangguan/ patologi pada NM
 Stability
Stability terjadi sesuai dengan kebutuhan tugas. Dibutuhkan aktifitas
agonis dan anatagonis. Misal: Dibutuhkan kontrol postural bila bagian
distal harus stabil
 Mobility on Stability
Kemampuan untuk menstabilisasi satu bagian tubuh ketika bagian tubuh
yang lain bergerak/ mobile
 Skill
Kemampuan melakukan manipulasi tugas pada bagian distal dengan
bagian proksimal yang stabil (D Korteks, P  Subkorteks)
Phases of Motor Learning (Fitts & Posner)
 Cognitive Stage
 Associative Stage
 Automatic Stage
POSITIVE
APPROACH

Motor
Control & Functional
Motor Approach
Learning PNF

WHOLE MOBILIZE
PERSON RESERVE
So...
 PNF adalah pendekatan yang integratif: tiap treatmen
ditujukan pada total human being, tidak hanya sekedar
masalah atau bagian tubuh yangspesifik.
 Karena didasarkan pada potensi yang tersimpan dari
pasien, fisioterapis akan selalu fokus pada memobilisasi
potensi yang ada pada pasien. Pendekatan tindakannya
selalu positif, menekankan dan menggunkan apa yang
pasien bisa lakukan pada tingkatan fisik dan psikologis.
 Tujuan utama dari seluruh treatmen adalah untuk
menolong pasien mencapai level fungsional tertinggi
mereka. Untuk mencapainya, fisioterapis
mengintegrasikan prinsip-prinsip motor control dan motor
learning. Inin meliputi treatmen pada tingkatan body
structures, level aktifitas dan juga partisipasi (ICF,
International Classification of Functioning-WHO).
Basic Principles & Procedures
 Principle: A fundamental source or basis of PNF
 Procedure :
 An established or official way of doing something
 A series of actions conducted in certain order
 Basic Principles and procedures:
 Principle of Facilitation
 Tools to stimulate theCNS
 Basic Procedure : Provide tools for the therapist to help patient
gain EFFICIENT MOTOR FUNCTION (not depend on having
the conscious cooperation of thepx)
 Techniques: A tool for facilitation and a manner of stimulation
with a specific goal (promote functional movement through
facilitation, inhibition, strength & relaxation
BASIC PRINCIPLES (10)
 Exteroceptorstimuli
 Tactile Stimulation
 Visual Stimulation
 Auditory Stimulation
 Proprioceptor stimuli
 Resistance
 Traction & Approximation
 Stretch
 Body Position & Mechanics
 Timing
 Pattern
 Irradiation & Reinforcement
TACTILE STIMULATION
 Pegangan dari terapis menstimulasi skin receptors dan reseptor
tekan lain dari pasien. Kontak ini memberikan pasien informasi
tentang arah gerakan yang benar. Tangan terapis sebaiknya
ditempatkan berlawanan dengan arah gerakan untuk memberikan
tekanan. Sisi lengan atau tungkai dianggap permukaan yang
netral dan dapat ditahan. Untuk mengkontrol gerakan dan
menahan rotasi maka terapis menggunakan lumbricalgrip.
 Pada pegangan ini tekanan datang dari fleksi pada sendi MCP,
menyebabkan jari terapis untuk berada pada bagian yang akan
distimulasi.
 Lumbrical grip memberikan kontrol yang baik bagi terapis untuk
gerakan 3D tanpa menyebabkan nyeri yang disebabkan oleh
cengkraman berlebih pada tulang
Visual Stimulation
 Feedback (and –forward) system dapat meningkatkan
aktifitas otot jauh lebih kuat (Schmidt and Lee 1999).
 Contoh, ketika pasien melihat tangan atau kakinya
ketika kita melatihnya maka kontraksi yang lebihkuat
akan terjadi.
 Menggunakan pengelihatan/ vision membantupasien
mengkontrol dan mengkoreksi posisi dan gerakan
mereka
Auditory Stimulation/ Verbal command

 Verbal command memberitahukan kepada pasien apa


yang harus dilakukan dan kapanmelakukannya.
 Terapis harus mencamkan bahwa perintah diberikan
ke pasien bukan ke bagian tubuh yang diterapi.
 Instruksi awal sebagai persiapan harus jelas dan tepat
dan dapat digabungkan dengan gerakan pasif untuk
mengajarkan gerakan yang diinginkan.
 Waktu/ timing perintah penting untuk
mengkoordinasikan reaksi pasien dengan tangan dan
tahanan terapis, itu akan memandu permulaan gerak
dan kontraksi otot juga meberikan koreksi gerakan
atau stabilitas pasien.
Perintah dibagi menjadi 3 bagian:
1. Preparation: Persiapan pasien untuk melakukanaksi
2. Action: Beritahukan ke pasien untuk memulaiaksi
3. Correction: Beritahukan ke pasien bagaimana untuk
mengkoreksi gerakan.
Contoh: Perintah untuk hmelakukan pola tungkai
flexion-adduction-external rotation with knee
f lexion dapat berupa: [preparation] “SIAP, dan”;
[action] “sekarang tarik tungkai ke atas dan kedalam”;
[correction] “TETAP tarik jempol anda ke atas” (untuk
mengkoreksi dorsiflexion).
Tahanan/ Resistance
 Besar tahanan yang diberikan saat aktifitas harus tepat untuk
kondisi pasien dan tujuan aktifitas . Ini yang disebut
optimal resistance.
 Gellhorn menunjukkan bahwa ketika kontraksi otot itu
ditahan, respon otot tersebut terhadap stimulasi kortical
meningkat. Ketegangan otot yang dihasilkan oleh tahanan
adalah fasilitasi proprioceptif paling efektif. Kekuatan
fasilitasi tersebut berhubungan langsung terhadap besarnya
tahanan (Gellhorn 1949; Loofbourrow and Gellhorn1949).
 Tahanan pada konsentrik & eksentrikdisesuaikan
 Tahanan pada isometrik lebih besar
 Tahanan untuk stabilisasi harusdikontrol
Traction & Approximation
 Traction adalah pemanjangan trunk atauextremitas.
 Knott, Voss, dan kolega menteorikan bahwa efek
terapetik dari traction adalah karena stimulasi pada
reseptor di dalam sendi (Knott and Voss 1968; Voss et
al. 1985).
 Traction juga berlaku sebagai stretch stimulus dengan
memanjangkan otot.
 Approximation adalah kompresi trunk atau
extremitas.
 Kontraksi otot yang mengikuti approximation
diperkirakan karena stimulasi pada joint receptors
(Knott and Voss 1968; Voss et al. 1985). Kemungkinan
penyebab peningkatan respon adalah untuk
counteract perubahan (disturbance) posisi atau postur
yang disebabkan oleh approximation. Dengan
diberikan secara perlahan dan bertahap,
approximation dapat membantu dalam penanganan
sendi yang nyeri dan unstable.
Stretch
 Respon terhadap penguluran dari muscle chain yang
diberikan oleh terapis dapat membuat terjadinya
stretch reflex atau hanya untuk stimulasi otot
tersebut. Memberikan stretch pada otot sebaiknya
hanya dilakukan ketika terapis mengharapkan untuk
memfasilitasi aktifitas dinamisotot.
Receptors in Muscle
 Muscle spindle
 Detect dynamic and static changes in muscle length
 Stretch reflex
 Stretch on muscle causes reflex contraction

 Golgi tendon organ (GTO)


 Monitor tension developed in muscle
 Prevents damage during excessive forcegeneration
 Stimulation results in reflexrelaxation of muscle
 Skeletal muscle is composed of two fibertypes:
 Extrafusal: innervated by alpha-motoneurons from the
spinal cord: exert force
 Intrafusal: sensory fibers that detect stretch of the
muscle
 Afferent fibers: report length of intrafusal: when stretched, the
fibers stimulate the alpha-neuron that innervates the muscle
fiber: maintains muscle tone
 Efferent fibers: contraction adjusts sensitivity of afferent fibers.
Muscle Spindle
Golgi Tendon Organ
Body Position & Mechanics
 Johnson dan Saliba mengamati bahwa kontrol gerakan
pasien lebih efektif terjadi ketika terapis berada pada line
gerakan yang diinginkan. Saat terapis menggeser posisi,
arah tahanan berubah dan gerakan pasien ikut berubah
dengan hal itu.
 Tahanan bisa berasal dari tubuh kita untuk mencegah
kelelahan sehingga tangan rileks dan dapat lebih
merasakan respon pasien. Posisi treatmen pasien juga
penting sesuai dengan tujuan terapi yangdiharapkan dan
tergantung dengan aktifitas fungsional yang ingin dicapai,
tonus otot, kekuatan otot, rasa nyeri, danstabilitas.
Timing
 Timing adalah urutangerak.
 Gerak fungsional membutuhkan gerak terkoordinasi dan terus menerus hingga
tujuan tercapai.
 Normal timing dari sebagian besar gerak yang terkoordinasi dan efisien
adalah dari distal ke proximal.
 Evolusi: Pada saat bayi lengan menentukan kemana tangan pergi, tetapi setelah
menggenggam menjadi mature tangan mengarahkan gerakan lengan
(Halvorson 1931). Gerakan kecil yang orang dewasa gunakan untuk
mempertahankan standing balance dimulai dari distal (ankle) ke proximal (hip
dan trunk) (Nashner 1977).
 Perbaikan normal timing gerakan bisa menjadi tujuan treatment. Normalnya
timing dari aktifitas adalah dari distal ke proksimal. Menggerakkan ekstremitas
mensyaratkan bahwa bagian sentral tubuh stabil. Stabilitas sentral dibutuhkan
untuk menggerakkan extremitas. Namun bagaimanapun, studi menunjukkan
bahwa timing dapat diubah menurut perintah fungsional the functional task.
 Timing for emphasis melibatkan perubhan urutan
normal dari gerakan untuk menitikberatkan
(emphasis) otot atau aktifitastertentu.
 Kabat (1947) menulis bahwa pencegahan gerak pada
sinergis yang lebih kuat akan meredirect energi
kontraksi tersebut menuju otot yang lebih lemah.
Perubahan urutan gerak ini menstimulasi ref leks
proprioseptif di dalam otot melalui tahanan dan
stretch. Hasil terbaik akan didapatkan bila nilai otot
minimal “good” (Manual Muscle Test grade 4;
Partridge1954).
Irradiation & Reinforcement

 Irradiation. Kita mendefnisikan irradiation sebagai


penyebaran suatu respon terhadap stimulsi. Respon ini dapat
dilihat sebagai peningkatan fasilitasi (contraction) atau inhibition
(relaxation) pada otot-otot yang sinergis dan berbagai pola gerak.
Respon meningkat ketika stumulus meningkat dalam intensitas
atau durasi (Sherrington 1947). Kabat (1961) menulis tahanan pada
gerakan yang menghasilkan irradiation, dan penyebaran dari
aktifitas otot akan terjadi dalam pola yang spesifik.
 Reinforcement. Reinforce, adalah “menguatkan dengan
tambahan yang baru, membuat lebih kuat.”
 Terapis mengarahkan reinforcement dari otot yang lebih lemah
dengan besarnya tahanan yang diberikan pada otot yang kuat.
Pattern
 Pola PNF menggabungkan gerakan pada 3 (semua)
bidang gerak: Sagittal, Coronal /frontal dan Transverse
plane. Jadi PNF mempunyai gerakan yaitu “spiral and
diagonal” (Knott and Voss1968).
 Stretch dan tahanan memperkuat efektifitas pola,
sebagaimana ditunjukkan dengan aktifitas didalam otot
yang meningkat. Itu menyebar baik ke distal atau
proksimal dalam satu pola dan dari satu pola ke pola
gerak lain yang berhubungan (irradiation).
 Treatment menggunakan irradiation dari kombinasi otot-
otot yang sinergis (patterns) untuk memperkuat grup otot
yang diinginkan atau memperkuat gerak fungsional yang
diinginkan.
Diagonal pattern of scapula & pelvis
 Anterior Elevation – Posterior Depression of scapula
 Anterior Depression – Posterior Elevation of scapula
 Anterior Elevation – Posterior Depression of pelvis
 Anterior Depression – Posterior Elevation of pelvis
Diagonal pattern of scapula & pelvis
 Anterior Elevation – Posterior Depression of scapula
 Anterior Depression – Posterior Elevation of scapula
 Anterior Elevation – Posterior Depression of pelvis
 Anterior Elevation – Posterior Depression of pelvis
 Combination
 Trunk shorting & flexion (AD of scapular & AE ofpelvis)
 Trunk shorting & extension (PD of scapular & PE of pelvis)
 Trunk shorting & rotation (PD of scapular & AE of pelvis or
AD of scapular & PE of pelvis)
 Trunk elongation & Extension (PE of scapular & PD of pelvis)
 Trunk elongation & rotation (AE of scapular & PD of pelvis or
PE of scapular & AD of pelvis)
PNF UE Diagonal Patterns
1st PNF Flexion Diagonal Patterns

Taken from Prentice, Rehabilitation Techniques in Sports Medicine, 3rd ed


1st Flexion Upper Extremity
Joint Specific Movements
Shoulder Flexion
External Rotation
Adduction
Forearm Supination
Wrist Radial Deviation
Fingers Flexion
1st PNF Extension Diagonal Pattern

Taken from Prentice, Rehabilitation Techniques in Sports Medicine, 3rd ed


1st Extension UE
Joint Specific Movements
Shoulder Extension
Internal Rotation
Abduction
Forearm Pronation
Wrist Ulnar Deviation
Fingers Extension
2nd Flexion UE Diagonal Pattern

Taken from Prentice, Rehabilitation Techniques in Sports Medicine, 3rd ed


2nd Flexion Upper Extremity
Joint Specific Movements
Shoulder Flexion
External Rotation
Abduction
Forearm Supination
Wrist Radial Deviation
Fingers Extension
2nd PNF Extension UE
Diagonal Patterns

Taken from Prentice, Rehabilitation Techniques in Sports Medicine, 3rd ed


2nd Extension UE
Joint Specific Movements
Shoulder Extension
Internal Rotation
Adduction
Forearm Pronation
Wrist Ulnar Deviation
Fingers Flexion
CHOPPING
LIFTING
PNF LE Diagonal Patterns
PNF 1st Flexion LE
Diagonal Patterns

Taken from Prentice, Rehabilitation Techniques in Sports Medicine, 3rd ed


1st Flexion Lower Extremity
Joint Specific Movements
Hip Flexion
Adduction
External Rotation
Ankle Dorsiflexion
Inversion
Toes Extension
PNF 1st Extension LE
Diagonal Patterns

Taken from Prentice, Rehabilitation Techniques in Sports Medicine, 3rd ed


1st Extension LE
Joint Specific Movements
Hip Extension
Abduction
Internal Rotation
Ankle Planar Flexion
Eversion
Toes Flexion
PNF 2nd Flexion LE
Diagonal Patterns

Taken from Prentice, Rehabilitation Techniques in Sports Medicine, 3rd ed


2nd Flexion Lower Extremity
Joint Specific Movements
Hip Flexion
Abduction
Internal Rotation
Ankle Dorsiflexion
Eversion
Toes Extension
PNF 2nd Extension LE
Diagonal Patterns

Taken from Prentice, Rehabilitation Techniques in Sports Medicine, 3rd ed


2nd Extension LE
Joint Specific Movements
Hip Extension
Adduction
External Rotation
Ankle Plantar Flexion
Inversion
Toes Flexion
TECHNIQUE (10)
 Agonist Technique
 Rythmic Initiation
 Combination of Isotonics/ Agonist Reversal
 Repeated Stretch from begining of range
 Repeated Stretch through range
 Replication
 Relaxation and/ or Stretching techniques
 Contract – Relax
 Hold – Relax
 Antagonist Technique
 Dynamic Reversals
 Stabilizing Reversals
 Rythmic Stabilization
Rythmic Initiation
 Gerakan yang ritmis, satu arah dan berulang dalam ROM
yang diinginkan. Meliputi 4 tahap:
Pasif, Assited, Resisted, Independent (Hands off ) 
Optional
 DESKRIPSI: Pertama-tama lakukan gerakan yang
diinginkan secara pasif. Jelaskan (Auditorystimulation)
Suruh pasien untuk menggerakkan gerakan yang kita
lakukan secara pasif tadi dan kita bantu (assisted). Lalu kita
secara pasif menggerakkan kembali ke posisi semula, pasien
kemudian kembali menggerakkan dan jika sudah paham bisa
kita berikan tahanan.
Jika diperlukan maka kita dapat menyuruh pasien untuk
mengulang lagi gerakan tersebut sendiri tanpa kita bantu
(independen).
TUJUAN:
 Mengajarakan gerakan/ pola gerakan yangdiinginkan
 Membantu di dalam pengawalan (inisiasi) suatugerakan
 Rileksasi pasien ketika tonus otot yg abnormal muncul
 Memperbaiki kesadaran kinestetik dan koordinasi
Replication
 Teknik satu arah yang dicirikan dengan MENAHAN (Hold)
pada posisi akhir yang diinginkan (target position) diikuti
gerakan kembali ke arah berlawanan secara pasif TAPI tidak
sampai posisi awal (partial return) dan kembali lagi ke target
position dengan tahanan/ independen.
 DESKRIPSI: Tempatkan pasien pada posisi akhir yang
diinginkan (target position) dan tunjukkan ke pasien dengan
cara melakukan kontraksi isometrik melawan tahanan
kemudian rileks dan kita gerakkan kembali ke arah
berlawanan secara parsial lalu suruh pasien kembali ke target
position dengan gerakan resisted. Ulangi lagi dengan
gerakan kembali ke arah berlawanan yang semakin jauh dan
akhirnya jika sudah paham maka suruh pasien melakukan
secara independen
TUJUAN:
 Mengajarakan rute suatu gerakan fungsional/ polagerakan
menuju ke akhir gerak (Tujuan)
 Membantu kemampuan pasien mempertahankan kontraksi
pada akhir posisi gerakan fungsional yang diinginkan
 Memperbaiki koordinasi
 Memperbaiki kesadaran tubuh (bodyawareness)
Combination of Isotonics/ Agonist
Reversal
 Teknik yang mengkombinasikan kontraksi konsentrik,
eksentrik dan isometrik dari satu grup otot tanpa
rileksasi/ jeda.
 DESKRIPSI: Lakukan gerakan tertentu dengan
kontraksi konsentrik kemudian dapat dilakukan
kontraksi isometrik pada posisi yang diinginkan dan
kembali ke posisi awal dengan kontraksi eksentrik dan
dapat dilakukan kontraksi isometrik dulu sebelum
mengulang lagi dengan kontraksi konsentrik
TUJUAN:
 Meningkatkan ketahanan otot (power &endurance)
 Memperbaiki koordinasi dan kontrol gerak secaraaktif
 Memperbaiki kontrol gerakan dari sebuaaktifitas
fungsional
 Training fungsional untuk ADL
 Memperbaiki kesadaran tubuh (bodyawareness)
Antagonist Technique
Dynamic Reversals
 Gerakan aktif yang ditahan dan berubah dari satu arah
ke arah yang berlawanan tanpa jeda atau istirahat.
 DESKRIPSI: Tahan gerakan pasien pada satu arah
tertentu (biasanya yang kuat) begitu hampirmencapai
tujuan (mis: ROM fleksi bahu 600) maka kita ubah
manual contact kita dan pada saat tercapai 600 maka
segera lakukan verbal command untuk kontraksi ke
arah yang berlawanan tanpa jeda dan berikantahanan.
TUJUAN:
 Meningkatkan ketahanan otot (power &endurance)
 Meningkatkan ROM aktif
 Meningkatkan kemampuan koordinasi perubahan arah
 Mengurangi kelelahan
 Menormalkan tonus
Stabilizing Reversals
 Kontraksi isotonik minimal secara bergantian yang dilawan
dengan tahanan untuk memfasilitasi stabilitas pada posisi
yang spesifik dengan merubah manualcontact
 DESKRIPSI: Pada posisi yang sudah sesuai keinginan, tahan
gerakan pasien pada satu arah tertentu (biasanya yang kuat)
sehingga tidak ada/ sedikit gerakan. Perintah sebaiknya
HOLD. Jika dirasa sudah ada peningkatan kontraksi maka
terapis mengubah manual contact dan memberi tahanan
pada arah yang berlawanan. Jka pasien sudah memberi
respon yang tepat maka terapis memindah tangan yang lain
dan memberikan tahanan pada arah yang berbeda.
Lanjutkan perubahan arah manual contact (dan tahanan)
hingga tujuan tercapai.
TUJUAN:
 Meningkatkan stabilitas
 Memperbaiki kontrol postural
 Mempertahankan posisi
 Mengajarkan posisi/ ROM baru
 Memperbaiki koordinasi
 Meningkatkan ketahanan otot (power &endurance)
Rythmic Stabilization
 Kontraksi statis/ isometrik secara bergantian tanpa rileksasi
dan tanpa perubahan manual contact
 DESKRIPSI: Letakkan manual contact kita pada pasien
dimana kita dapat memberikan tahanan pada grup otot
agonis dan antagonis tanpa merubah manual contact kita.
Berikan tahanan awal pada sisi yang kuat dan segera berikan
pada kedua sisi secaa bersamaan. Tambahkan aproksimasi
atau traksi jika diperlukan. Perintahnya statis: “Tahan pada
posisi ini!”, “jangan sampai saya bisa menggerakkan”. Rubah
tahanan lagi untuk mencegah loss of tension. Ulangi secara
ritmis sampai dirasa tujuantercapai
TUJUAN:
 Meningkatkan stabilitas dengan aktivasi ko-kontraksi
 Memperbaiki kontrol postural dan keseimbangan
 Mempertahankan posisi
 Mengajarkan posisi/ ROM baru
 Memperbaiki koordinasi
 Meningkatkan ketahanan otot (power &endurance)
 Meningkatkan rileksasi
Contract – Relax
 Kontraksi isotonik yang ditahan, diikuti oleh rileksasi
(dan gerak tambahansampai akhir ROM yang baru)
 DESKRIPSI: Dimulai dari posisi keterbatasan sendi.
Lakukan kontraksi isotonik dengan tahanan. Setelah
mempertahankan kontraksi ini beberapa detik maka
kita minta rileks dan kita bisa tambahkan ROM secara
pasif atau aktif.
Hold – Relax
 Kontraksi isometrik yang ditahan, diikutioleh
rileksasi
 DESKRIPSI: Dimulai dari posisi keterbatasan sendi.
Lakukan kontraksi isometrik dengan tahanan. Setelah
mempertahankan kontraksi ini beberapa detik maka
kita minta rileks dan kita bisa tambahkan ROM secara
pasif atau aktif.
Asesmen
 Subyektif
 Tanyakan harapan/ keinginannya  supaya menyamakan tujuanTerapi
 Obyektif : General Impression (Arousal), global evaluation(postur/
ADL), Sensory tests, motortests
 Cek positif dan negatif untuk tiap level
Activity/ Participation level Body function and structure level
(+) (+)
(+) (+)
(+) (+)
(-) (-)
(-) (-)
Tests Tests

Ide terapi:
 Pendekatan : Direct/ Indirect
 Chain : CKC/ OKC
 Emphasis : Proximal/ distal
 Basic priciples: Resistance, Aproximation/ traction,dll
Rencana Tindakan

 Positions : Best position


 Patternss : Best patern
 Techniques : Best tehnique

Goals Position Pattern/ Techniques Remarks


Movement
ROLLING
Menggunakan kombinasi Scapula-Pelvis
Menggunakan pola tangan
 Rolling forward with trunk-  Rolling forward with trunk
extension, lateral flexion and flexion. Facilitate with neck
rotation. Facilitate with neck flexion in the direction of
extension and rotation in the the rolling motion.
direction of the rolling.
 Patterns: Extension–
 Patterns: Flexion–adduction–
adduction–internal rotation
external rotation
Supine Activity
Prone  Prone on elbow
Supine to Sit & Sitting activities
 Demo
Sit to Stand and Standing Balance
 Demo
References
 Adler, S.S., Beckers, D., & Buck, M. (2008). PNF in Practice: An Illustrated Guide (3rd ed.).
Germany: Spinger.
 Colby, L.A., Kisner, C. (2007). Therapeutic Exercise: Foundations and Techniques (5th ed.).
Philidelphia: F.A. Davis Company.
 Magee et al, (2009). Pathology and Intervention in musculoskeletal Rehabilitation,
Saunders,
 Saliba, V., Johnson, G., Wardlaw, C. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation. In:
Basmajian J., Nyberg R. (1993). Rational Manual Therapies. Baltimore, MD: Williams &
Wilkins.
 Seongsoo, H, (2012) . Manual Handbook for Proprioceptive Neuromuscular Facilitation
Basic Course (Level 1&2)
 Voss, D. E., Ionta, M. K., Myers, B. J. (Ed. 3). (1985). Proprioceptive Neuromuscular
Facilitation: Patterns and Techniques. Philadelphia, PA: Harper & Row.
 Wnuk B, Toda S ;PNF and Motor Control/ Learning Theory, diakses dari internet, 26 -08-
2018
THANK YOU

Potrebbero piacerti anche