Sei sulla pagina 1di 89

UNDANG-UNDANG TENTANG

PENCARIAN DAN PERTOLONGAN

Biro Hukum dan Kepegawaian


Desember, 2015
INDONESIA AS A PRONE DISASTER COUNTRY
Air Traffic Growth

• Global passenger figures:


• 2.9 billion people used scheduled air transport
in 2012 (up 5% from 2011).
• Forecast to reach over 6 billion by 2030.
• Number of flights should double from 30
million to 60 million per year by 2030.
• Asia/Pacific region world’s largest air transport
market; 30% of world revenue passenger
kilometres (RPKs).
Source: ICAO
Q : What you are saying is, when disaster strikes, only the certified
organizations will be allowed to go to the field ?

Again I wish to reiterate as we have seen in recent response to the


earthquakes of Padang and Haiti :

INSARAG Classified teams, also teams in the IEC queue, they have adopted
the INSARAG guidelines, and they are applying the common methodology to
ensure professional response, to ensure a well-coordinated response.

The bottom line is we encourage teams with the intent to assist affected
countries to meet these standards and stand up for classification, if not, it
would be rather time consuming during the disaster, to find out what sort of
capacities a team is bringing to the response and worse of all, if we find out
that these teams have arrived unprepared.

We hope to see professional teams on the ground, fully self sufficient, fully
aware of the high standards expected of them, in assisting the affected
country, and not become a burden instead. We have seen too many of such
teams in disasters, coming unprepared, or ill equipped, and time and effort
have to be spent to manage them instead.
PENDAHULUAN
Pengaturan mengenai pencarian dan pertolongan
(search and rescue) masih tersebar pada
beberapa peraturan perundang-undangan

UU Nomor 24
UU Nomor 1 UU Nomor 17 tahun 2007 UU Nomor 21 Perpres Nomor
Tahun 2009 Tahun 2008 tentang tahun 2013 36 Tahun 2006
tentang tentang Penanggulangan tentang tentang
Penerbangan Pelayaran (Pasal Bencana Keantariksaan Pencarian dan
(Pasal 353); 259); (Pasal 48 c dan (Pasal 70) Pertolongan.
Pasal 52);

Perlu sebuah Undang-Undang yang dikhususkan


mengatur tentang pencarian dan pertolongan agar
terdapat pengaturan yang bersifat komprehensif.
Naskah Akademis RUU
tentang Pencarian dan
Pertolongan

Telah diusulkan
Tahun 2009 dan ke BPHN
2010, Badan
untuk masuk
SAR Nasional
secara internal dalam Program
menyusun Legislasi
Nasional

Rancangan Undang-
undang tentang
Pencarian dan
Pertolongan
Setelah usulan RUU tentang
Pencarian dan Pertolongan
dimasukkan dalam Prolegnas Sebelum pengesahan
2009-2014 dan melalui dilakukan dalam Sidang
perjalanan yang panjang Paripurna, RUU tentang
dengan penuh dinamika, pada Pencarian dan Pertolongan UNDANG-UNDANG NOMOR
tanggal 16 September 2014 telah melalui proses 29 TAHUN 2014 TENTANG
dalam Rapat Paripurna yang pembahasan mulai dari PENCARIAN DAN
dilaksanakan DPR-RI, telah Penyusuan DIM, Raker, Panja, PERTOLONGAN
dinyatakan bahwa Rancangan Timmus, Timsin, Raker untuk
Undang-Undang tentang pengambilan Keputusan, dan
Pencarian dan Pertolongan Sidang Paripurna DPR-RI.
disahkan menjadi Undang-
Undang.
UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG
PENCARIAN DAN PERTOLONGAN
TERDIRI ATAS 16 BAB DAN 88 PASAL

BAB I BAB IX
KETENTUAN UMUM (Psl. 1 s/d Psl. 2) SARANA DAN PRASARANA
BAB II (Psl. 51 s/d Psl. 56)
ASAS DAN TUJUAN (Ps 3 s/d Psl. 4) BAB X
BAB III SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI
PENYELENGGARAAN PENCARIAN DAN (Psl. 57 s/d Psl. 72)
PERTOLONGAN (Psl. 5 s/d Psl. 7) BAB XI
BAB IV PENDANAAN (Psl. 73 )
POTENSI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN BAB XII
(Psl. 8 s/d Psl. 9) KERJA SAMA INTERNASIONAL
BAB V (Psl. 74 s/d Psl. 79)
RENCANA INDUK PENCARIAN DAN BAB XIII
PERTOLONGAN (Psl. 10 s/d Psl. 13) PERAN SERTA MASYARAKAT
BAB VI (Psl. 80 s/d Psl. 81)
PENYELENGGARAAN OPERASI PENCARIAN BAB XIV
DAN PERTOLONGAN (Psl. 14 s/d Psl. 41) KETENTUAN PIDANA (Psl. 82 s/d Psl. 83)
BAB VII BAB XV
SUMBER DAYA MANUSIA (Psl. 42 s/d Psl. 46) KETENTUAN PERALIHAN (Psl. 84 s/d Psl. 85)
BAB VIII BAB XVI
KELEMBAGAAN (Psl. 47 s/d Psl. 50) KETENTUAN PENUTUP (Psl, 86 s/d Psl. 88)
Undang-undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan
Pertolongan dibentuk selain alasan pengaturan yang ada masih tersebar
dalam berbagai peraturan, dan belum dapat dijadikan landasan hukum
yang kuat, menyeluruh, serta belum sesuai dengan kebutuhan hukum
masyarakat. juga dalam rangka :

• Mengimplementasikan Pasal 28A Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia yang berbunyi: ”setiap orang berhak untuk hidup
serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya" khususnya
dalam kaitannya dengan pelayanan jasa pencarian dan pertolongan
kepada masyarakat yang mengalami kecelakaan transportasi laut,
udara, darat, kereta api, bencana, dan kondisi yang membahayakan
jiwa manusia;

• Memberikan perlindungan kepada seluruh masyarakat dan bangsa


Indonesia terhadap kecelakaan transportasi laut, udara, darat, kereta
api, bencana, dan kondisi yang membahayakan jiwa manusia yang
dilakukan melalui pencarian dan pertolongan secara cepat, tepat,
aman, terpadu, dan terkoordinasi oleh semua komponen bangsa;
BAB I
KETENTUAN UMUM

• Batasan pengertian;

• Singkatan atau akronim yang dituangkan


dalam batasan pengertian atau definisi;
Dalam Bab dan/atau
ini memuat :
• Hal-hal lain yang bersifat umum yang
berlaku bagi pasal berikutnya antara lain
ketentuan yang mencerminkan asas,
maksud, dan tujuan tanpa dirumuskan
dalam pasal/bab tersendiri.
Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan kegiatan mencari,
menolong, menyelamatkan, dan mengevakuasi manusia yang menghadapi
keadaan darurat dan/atau bahaya dalam kecelakaan, bencana, atau kondisi
membahayakan manusia.

Penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan adalah serangkaian


kegiatan Pencarian dan Pertolongan meliputi Siaga Pencarian dan
Pertolongan, dan Operasi Pencarian dan Pertolongan.

Siaga Pencarian dan Pertolongan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


untuk memonitor, mengawasi, mengantisipasi, dan mengoordinasikan kegiatan
Pencarian dan Pertolongan.

Operasi Pencarian dan Pertolongan adalah serangkaian kegiatan meliputi


Pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan dan penghentian Pelaksanaan
Operasi Pencarian dan Pertolongan.

Potensi Pencarian dan Pertolongan adalah sumber daya manusia, sarana dan
prasarana, informasi dan teknologi, serta hewan, selain Badan Nasional
Pencarian dan Pertolongan yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang
kegiatan penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan.
Kecelakaan adalah peristiwa yang menimpa pesawat udara, kapal,
kereta api, kendaraan bermotor, dan alat transportasi lainnya yang
dapat membahayakan dan/atau mengancam keselamatan manusia.
Kondisi Membahayakan Manusia adalah peristiwa yang menimpa,
membahayakan, dan/atau mengancam keselamatan manusia, selain
Kecelakaan dan Bencana.

Korban adalah orang yang mengalami penderitaan, meninggal


dunia, atau hilang akibat Kecelakaan, Bencana, dan/atau Kondisi
Membahayakan Manusia.
Evakuasi adalah kegiatan memindahkan Korban dari lokasi kejadian
ke tempat yang aman sampai mendapat penanganan medis lanjutan
yang memadai.
Petugas Pencarian dan Pertolongan adalah orang perseorangan
yang mempunyai keahlian dan/atau kompetensi Pencarian dan
Pertolongan.

Setiap Orang adalah orang perseorangan dan/atau badan, baik yang


berbentuk badan hukum maupun yang tidak berbentuk badan
hukum.
Pencarian dan Operasi
Pertolongan Pencarian dan
diselenggarakan Pertolongan
dengan tidak diselenggarakan
berdasarkan batas berdasarkan
wilayah prinsip tanpa
administratif batas wilayah
pemerintahan. negara.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
1. Asas-asas yang digunakan dalam Undang-undang tentang Pencarian dan
Pertolongan :

Asas kemanusiaan, yaitu “bahwa penyelenggaraan Pencarian


1 dan Pertolongan dilakukan untuk memberikan pelindungan dan
penghormatan hak asasi manusia, harkat, dan martabat setiap
warga negara dan penduduk secara proporsional”.

Asas kebersamaan , yaitu “bahwa penyelenggaraan Pencarian


dan Pertolongan pada dasarnya menjadi tugas dan tanggung
2
jawab bersama Pemerintah dan masyarakat yang dilakukan
secara gotong royong”.

Asas kepentingan umum, yaitu “bahwa penyelenggaraan


3 Pencarian dan Pertolongan harus mengutamakan penyelamatan
manusia untuk kepentingan masyarakat luas”.
Asas keterpaduan, yaitu “bahwa penyelenggaraan Pencarian dan
Pertolongan merupakan kesatuan yang utuh, saling menunjang, dan
4 selaras antarberbagai kepentingan, baik pada tataran nasional, regional,
maupun internasional serta terkoordinasi dalam satu kendali yang
didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung”.

Asas efektivitas , yaitu “bahwa penyelenggaraan Pencarian dan


5 Pertolongan berorientasi pada tujuan yang tepat guna dan berdaya
guna”.

Asas efisiensi berkeadilan , yaitu “bahwa setiap penyelenggaraan


6 Pencarian dan Pertolongan harus mencerminkan keadilan secara
proporsional bagi setiap warga negara dan penduduk tanpa kecuali’.
Asas kedaulatan, yaitu “bahwa penyelenggaraan
Pencarian dan Pertolongan tetap mematuhi dan
7 menghormati kedaulatan suatu negara tanpa
mengurangi kewajiban untuk melakukan upaya
penyelamatan manusia”.

Asas nondiskriminatif, yaitu “bahwa


penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan tidak
8 memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis
kelamin, suku, agama, ras, politik, dan/atau status
sosial”.
2. Tujuan Penyelenggaraan Pencarian dan
Pertolongan adalah untuk:

Melakukan
pencarian serta
Menjamin Mewujudkan
memberikan Meningkatkan
penyelenggaraan sumber daya Memberikan
pertolongan, kesadaran
Mencegah dan pencarian dan manusia kepastian hukum
penyelamatan, masyarakat
mengurangi pertolongan yang pencarian dan dalam
dan evakuasi terhadap
kefatalan dalam terencana, pertolongan yang penyelenggaraan
korban secara pentingnya
Kecelakaan; terpadu, memiliki pencarian dan
cepat, tepat, pencarian dan
terkoordinasi, dan kompetensi dan pertolongan; dan
aman, terpadu, pertolongan.
menyeluruh; profesional;
dan
terkoordinasi;
Undang-Undang tentang Substansi dimaksud
Pencarian dan Pertolongan Pencarian dan dimasukan dalam salah satu
juga mengandung harapan pertolongan ini dinilai Tujuan Penyelenggaraan
agar pencarian dan penting untuk dapat Pencarian dan Pertolongan
pertolongan menjadi sebuah yaitu: “Meningkatkan
kegiatan bersama seluruh menjadi budaya (just
culture) dari semua kesadaran masyarakat
komponen masyarakat, terhadap pentingnya
dalam rangka save human lapisan masyarakat.
pencarian dan pertolongan” .
life.
BAB III
PENYELENGGARAAN PENCARIAN DAN PERTOLONGAN

Penyelenggaraan
Negara bertanggung
Pencarian dan
jawab terhadap
Pertolongan
penyelenggaraan
dimaksud
Pencarian dan
dilaksanakan oleh
Pertolongan.
Pemerintah.
Lanjutan ...

Badan Nasional Pencarian dan


Pertolongan melakukan pembinaan
terhadap Potensi Pencarian dan
Pertolongan.

Badan Nasional Pencarian dan


Pertolongan bertugas dan bertanggung
jawab dalam Penyelenggaraan Operasi
Pencarian dan Pertolongan.
Penyelenggaraan Pencarian dan
Pertolongan meliputi:
• Rencana Induk Pencarian Dan
Pertolongan;
• Potensi Pencarian Dan Pertolongan;
• Penyelenggaraan Operasi Pencarian
Dan Pertolongan;
• Sumber Daya Manusia;
• Kelembagaan;
• Sarana Dan Prasarana;
• Sistem Informasi Dan Komunikasi;
• Pendanaan;
• Kerja Sama Internasional;
• Peran Serta Masyarakat; Dan
• Ketentuan Pidana.
BAB IV
POTENSI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN

Menitik beratkan pada:

1. Potensi Pencarian dan Pertolongan yang adalah sumber daya


manusia, sarana dan prasarana, informasi dan teknologi, serta
hewan, selain yang dimiliki Badan Nasional Pencarian dan
Pertolongan, dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan
penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan, dilakukan
pembinaan yang meliputi pengaturan, pengendalian dan
pengawasannya oleh Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan.

2. Tanggung jawab pemerintah terhadap pembinaan Potensi Pencarian


dan Pertolongan yang dilaksanakan oleh Badan Nasional Pencarian
dan Pertolongan.
.
Pembinaan Potensi
Pencarian dan
Pertolongan
meliputi:

Pengawasan. Pengaturan;

Pengendalian; dan
Pengaturan dilakukan dengan:

• Membuat norma, standar, prosedur, dan kriteria


penyelenggaraan pencarian dan pertolongan;

• Membuat kebijakan dalam penyelenggaraan pencarian dan


pertolongan

Pengendalian dilakukan dengan:

• Memberi arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan norma,


standar, prosedur, kriteria, dan kebijakan yang telah
ditetapkan; dan

• Memberi bimbingan dan penyuluhan mengenai hak dan


kewajiban kepada masyarakat dalam penyelenggaraan
pencarian dan pertolongan.

Pengawasan dilakukan dengan:

• Pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan


dan penyelenggaraan pencarian dan pertolongan; dan

• Penyempurnaan terhadap pelaksanaan kebijakan yang telah


ditetapkan.
BAB V
RENCANA INDUK PENCARIAN DAN PERTOLONGAN

Ketentuan pokok yang diatur adalah:

Perlunya penyelenggaraan pencarian dan pertolongan


dilaksanakan berdasarkan perencanaan pencarian dan
pertolongan dalam satu kesatuan sistem yang efektif,
efisien, dan andal, yang disusun dalam rencana
pembangunan pencarian dan pertolongan dalam bentuk
Rencana Induk Pencarian dan Pertolongan Nasional untuk
jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau
kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun, dan dituangkan
dalam bentuk Peraturan Presiden.
BAB VI
PENYELENGGARAAN OPERASI PENCARIAN
DAN PERTOLONGAN

Penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan dilakukan terhadap:

• Kecelakaan kapal dan pesawat udara;


• Kecelakaan yang membutuhkan penanganan khusus;
• Bencana pada tahap tanggap darurat; dan/atau
• Kondisi Membahayakan Manusia,

yang dilakukan melalui :

 Siaga Pencarian dan Pertolongan;


 Operasi Pencarian dan Pertolongan; dan
 Pelibatan Potensi Pencarian dan Pertolongan”.
Kecelakaan adalah peristiwa yang menimpa pesawat udara, kapal,
kereta api, kendaraan bermotor, dan alat transportasi lainnya yang
dapat membahayakan dan/atau mengancam keselamatan manusia.

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang


mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis.

Kondisi Membahayakan Manusia adalah peristiwa yang menimpa,


membahayakan, dan/atau mengancam keselamatan manusia,
selain Kecelakaan dan Bencana.
Kecelakaan yang tidak membutuhkan penanganan khusus,
penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan
dilakukan oleh aparat yang berwajib dan/atau masyarakat.

a b c
Kecelakaan yang
sumber daya
membutuhkan
teknologi dan manusia yang
penanganan prosedur kerja
sarana kerja memiliki
merupakan tertentu.
tertentu; kompetensi
kecelakaan yang
tertentu; dan
memerlukan:
Dalam melaksanakan
penyelenggaraan operasi
pencarian dan pertolongan
terhadap bencana, Badan
Nasional Pencarian dan
Pertolongan berkoordinasi
dengan badan yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
penanggulangan bencana.
Penyelenggaraan Operasi Pencarian
dan Pertolongan terhadap Kondisi
Membahayakan Manusia yang terjadi di
kawasan perkotaan dapat dilakukan
oleh satuan kerja perangkat daerah
yang bertanggung jawab di bidang
pemadaman kebakaran atau yang
disamakan dengan itu.

Satuan kerja perangkat daerah


tersebut harus mempunyai standar
kompetensi
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan membantu Operasi
Pencarian dan Pertolongan atas permintaan :

Kepala
Instansi
Panglima Kepolisian
pemerintah
Tentara Negara
yang
Nasional Republik
menyelenggara Pejabat yang
Indonesia atau Indonesia atau
kan urusan berwenang
pejabat yang pejabat yang
pemerintahan pada kawasan
ditunjuk pada ditunjuk pada
di bidang terlarang
Kecelakaan Kecelakaan
keantariksaan lainnya.
Pesawat Udara Pesawat Udara
pada bandar
militer dan kepolisian dan
antariksa;
Kapal militer; Kapal
dan/atau
kepolisian;
Dalam hal terjadi Kecelakaan
di wilayah otoritas bandar
udara atau otoritas pelabuhan,
Badan Nasional Pencarian dan
Pertolongan dapat segera
memberikan bantuan dengan
berkoordinasi dengan otoritas
bandar udara atau otoritas
pelabuhan.
Pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan
dilakukan oleh organisasi yang bersifat ad hoc, terdiri
atas:

Koordinator
Koordinator Unit
Misi Koordinator
Pencarian Pencarian
Pencarian Lapangan;
dan dan
dan dan/atau
Pertolongan; Pertolongan.
Pertolongan;

SC SMC OSC SRU


ORGANISASI TUGAS OPERASI SAR
SAR COORDINATOR / SC
(KABASARNAS)

SAR MISSION COORDINATOR


SMC (KAKANSAR)

ON SCENE COORDINATOR
OSC

SAR UNIT SAR UNIT SAR UNIT


SRU SRU SRU
Pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan dilaksanakan dalam
jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari.

Dapat diperpanjang dan/atau dibuka kembali apabila:

Terdapat informasi Terdapat


baru dan/atau tanda- perkembangan baru
tanda mengenai Terdapat permintaan berdasarkan evaluasi
indikasi ditemukan dari perusahaan atau koordinator misi
lokasi atau korban pemilik pesawat pencarian dan
kecelakaan, bencana, udara atau kapal; pertolongan terhadap
dan/atau kondisi dan/atau pelaksanaan operasi
membahayakan pencarian dan
manusia; pertolongan.
Dalam Penyelenggaraan Operasi Pencarian dan
Pertolongan, diatur mengenai perlindungan hukum bagi
para petugas Pencarian dan Pertolongan dalam
melaksanakan tugas pencarian dan pertolongan, yang
dirumuskan :

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan dapat


“melakukan pengurangan atau perusakan sebagian atau
seluruh atas suatu benda sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan”.

Pengurangan atau perusakan tersebut hanya dapat


dilakukan dengan tujuan menolong, menyelamatkan,
dan/atau mengevakuasi Korban.

Pihak ketiga yang mengalami kerugian akibat pengurangan atau


perusakan tersebut berhak mendapatkan ganti rugi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam Pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan, Badan Nasional
Pencarian dan Pertolongan mempunyai kemudahan akses yang meliputi:

Pengerahan sumber daya manusia;


Pengerahan sarana dan prasarana;
Keimigrasian;
Kepabeanan;
Kekarantinaan;
Perizinan;
Pengadaan barang/jasa; dan
Pengerahan dan pengendalian terhadap
instansi/organisasi Potensi Pencarian dan Pertolongan.
Penghentian
Pelaksanaan
Operasi
Pencarian dan
Pertolongan
dilakukan
apabila:

Setelah jangka Setelah dinilai


waktu 7 (tujuh) tidak efektif
hari pelaksanaan berdasarkan
Seluruh korban
operasi pertimbangan
telah ditemukan,
pencarian tidak teknis dari hasil
ditolong, dan
ada tanda-tanda evaluasi
dievakuasi;
Korban akan Koordinator Misi
ditemukan; Pencarian dan
dan/atau Pertolongan.
Badan Nasional Pencarian dan
Pertolongan berwenang untuk
mengerahkan dan mengendalikan Potensi
Pencarian dan Pertolongan dalam
Pelaksanaan Operasi Pencarian dan
Pertolongan

Setiap Orang yang memiliki potensi pencarian dan pertolongan serta


memenuhi dan membantu pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan
atas permintaan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan, diberi
penggantian biaya oleh Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan.
Pertanggungjawaban biaya pelaksanaan operasi
pencarian dan pertolongan diperlakukan
secara khusus sesuai dengan kondisi
Pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan dan
dilaksanakan berdasarkan prinsip akuntabilitas dan
transparansi.
BAB VII
SUMBER DAYA MANUSIA

Pada intinya Pemerintah cq Badan Nasional Pencarian dan


Pertolongan/BNPP bertanggung jawab terhadap penyediaan
dan pengembangan sumber daya manusia di bidang
pencarian dan pertolongan, yang bertujuan untuk
mewujudkan sumber daya manusia yang profesional,
kompeten, disiplin, bertanggung jawab, dan memiliki
integritas, dan dilakukan dengan perencanaan sumber daya
manusia; pendidikan dan pelatihan; pemeliharaan
kompetensi; dan pengawasan, pemantauan, dan evaluasi”.
Pembentukan
dan peningkatan
kualitas dan
Pendidikan dan kuantitas sumber
pelatihan daya manusia
dilaksanakan oleh berkemampuan
Badan Nasional Pencarian dan
Pencarian dan Pertolongan
Pertolongan dalam
rangka Pemutakhiran dan
peningkatan peningkatan
kompetensi teknologi sarana dan
sumber daya Kurikulum dan prasarana belajar
silabus serta mengajar pada
manusia di bidang
lembaga pendidikan
Pencarian dan metode
dan pelatihan di
Pertolongan pendidikan dan bidang Pencarian dan
meliputi pelatihan sesuai Pertolongan.
dengan standar
yang ditetapkan;
dan
Selain Badan Nasional
Pencarian dan Pertolongan,
setiap orang dan
organisasi/instansi
pemerintah dapat
melaksanakan pendidikan
dan pelatihan di bidang
pencarian dan pertolongan
dengan berkoordinasi
dengan Badan Nasional
Pencarian dan Pertolongan.
Badan Nasional Pencarian dan
Pertolongan memberikan
sertifikat kompetensi kepada
peserta didik yang telah
dinyatakan lulus pendidikan
dan pelatihan
Penyedia jasa
pariwisata yang
dalam
menyelenggarakan
kegiatan dapat
menimbulkan risiko
bagi keselamatan
manusia wajib
menyediakan
sumber daya
manusia yang
memiliki sertifikat
kompetensi di
bidang pencarian
dan pertolongan.
BAB VIII
KELEMBAGAAN

Diatur mengenai penguatan tugas, tanggung jawab dan wewenang


dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pencarian
dan pertolongan.

Badan SAR Nasional diubah nomenklaturnya menjadi Badan Nasional


Pencarian dan Pertolongan (BNPP) sebagai Lembaga Pemerintah
Nonkementerian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden RI”.
Perubahan nomenklatur kelembagaan yang semula Badan SAR Nasional
menjadi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan, didasarkan pertimbangan
bahwa istilah “SAR” merupakan Istilah asing yang belum diserap secara resmi
menjadi bahasa indonesia.

Berdasarkan ketentuan:

1. Pasal 26 Undang-Pasal Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang


Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan, yang
menetapkan :
“Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam peraturan perundang-undangan”

2. Lampiran 254 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-Undangan yang berbunyi:
“Penggunaan kata, frasa, atau istilah asing hanya digunakan di dalam
penjelasan Peraturan Perundang-Undangan. Kata, frasa atau istilah bahasa
asing itu didahului oleh padanannya dalam Bahasa Indonesia, ditulis
miring, dan diletakan diantara tanda baca ( )”.
Tugas Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan:
Menyusun dan menetapkan norma, standar, prosedur, kriteria, serta persyaratan
dan prosedur perizinan dalam penyelenggaraan pencarian dan pertolongan;

Memberikan pedoman dan pengarahan dalam penyelenggaraan


pencarian dan pertolongan;

Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan pencarian dan


pertolongan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

Melakukan koordinasi dengan instansi terkait;

Menyelenggarakan sistem informasi dan komunikasi;

Menyampaikan informasi penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan


kepada masyarakat;
Menyampaikan informasi penyelenggaraan operasi pencarian dan pertolongan
secara berkala dan setiap saat pada masa penyelenggaraan operasi pencarian dan
pertolongan kepada masyarakat;

Melakukan pembinaan, pemantauan, dan evaluasi terhadap


penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan; dan

Melakukan pemasyarakatan pencarian dan pertolongan.


Selain melaksanakan tugas yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor
29 Tahun 2014 tersebut Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan
dapat melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas, Badan Nasional Pencarian dan
.
Pertolongan memiliki kewenangan untuk mengerahkan personel
dan peralatan yang dibutuhkan dari Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk melaksanakan
operasi pencarian dan pertolongan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan mendirikan


kantor/pos Pencarian dan Pertolongan sesuai dengan
kebutuhan dan wilayah tanggung jawab penyelenggaraan
Pencarian dan Pertolongan.
BAB IX
SARANA PRASARANA
Menitik beratkan pada:

1. Sarana dan prasarana untuk penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan


harus memenuhi standar teknis dan operasional;

2. Sarana yang dioperasikan di darat, laut, dan udara, harus laik operasi dan
harus diuji secara berkala.

3. Petugas Pencarian dan Pertolongan wajib mengoperasikan sarana


Pencarian dan Pertolongan yang laik operasi;

4. Setiap orang dilarang merusak dan/atau memindahkan sarana Pencarian


dan Pertolongan yang mengakibatkan terganggunya fungsi sarana
Pencarian dan Pertolongan.
Pemerintah memberikan kemudahan akses terhadap sarana yang masuk ke
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diperlukan untuk
penyelenggaraan pencarian dan pertolongan,berupa pembebasan dari:

Pengenaan bea
Kemudahan akses
masuk dan pajak
Tindakan karantina diberikan oleh
dalam rangka impor
yang dilaksanakan menteri terkait
sesuai dengan
sesuai dengan berdasarkan
ketentuan peraturan
ketentuan peraturan permohonan dari
perundang-
perundang- Kepala Badan
undangan di bidang
undangan. Nasional Pencarian
kepabeanan dan
dan Pertolongan.
perpajakan; dan
BAB X
SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Mengatur mengenai pelayanan sistem informasi pencarian dan pertolongan yang


mencakup pengumpulan, penganalisisan, penyampaian, penyajian, serta penyebaran
data dan informasi, diselenggarakan oleh Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan
dengan membangun dan mengembangkan jaringan informasi secara efektif, efisien, dan
terpadu, yang digunakan untuk :

Memberikan
informasi
Mendukung
Mendukung mengenai Melakukan
perumusan
pelaksanaan penyelenggaraan evaluasi
kebijakan
operasi dan penyelenggaraan
penyelenggaraan
pencarian dan perkembangan pencarian dan
pencarian dan
pertolongan; pencarian dan pertolongan.
pertolongan;
pertolongan;
dan
Pelayanan sistem informasi
pencarian dan pertolongan instansi pemerintah yang
tersebut dilakukan dengan menyelenggarakan urusan pihak lain yang melakukan
memanfaatkan pemerintahan di bidang kegiatan di bidang
perkembangan teknologi komunikasi dan informatika; komunikasi dan informatika.
informatika dan komunikasi, dan/atau
dengan melibatkan:
• otoritas bandar udara;
• unit penyelenggara bandar udara;
• syahbandar;
• penyelenggara perkeretaapian;
Pelayanan sistem
• pusat informasi lalu lintas dan angkutan
informasi pencarian
dan pertolongan
jalan;
tersebut harus • penyelenggara penanggulangan
terkoneksi ke bencana;
sejumlah lembaga • penyelenggara meteorologi, klimatologi,
pemerintah, paling dan geofisika;
sedikit dengan • penyelenggara vulkanologi dan mitigasi
bencana geologi;
• penyelenggara rumah sakit;
• penyelenggara informasi geospasial;
• penyelenggara kenavigasian; dan
• penyelenggara informasi keantariksaan.
Pelayanan
Informasi
sistem informasi
Pencarian dan mengenai Operasi
Pertolongan Pencarian dan
diselenggarakan oleh Pertolongan harus
Badan Nasional Pencarian disampaikan kepada
dan Pertolongan dengan
membangun dan masyarakat secara
mengembangkan jaringan cepat, tepat, dan
informasi secara efektif, akurat berdasarkan
efisien, dan terpadu. data yang terperinci.

Menteri yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
komunikasi dan informatika
menetapkan penggunaan kanal
frekuensi radio untuk
penyelenggaraan Pencarian dan
Pertolongan berdasarkan usul
Badan Nasional Pencarian dan
Pertolongan.
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan mengoperasikan sistem
komunikasi yang berfungsi sebagai deteksi dini, koordinasi,
pengendalian, dan administrasi dalam penyelenggaraan pencarian
dan pertolongan.

Sistem komunikasi merupakan pelayanan pencarian dan


pertolongan yang harus terpusat dan terintregasi dengan sistem
informasi pencarian dan pertolongan.

Sistem komunikasi dioperasikan selama 24 (dua puluh empat) jam


secara terus menerus.
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan
menyediakan layanan melalui nomor telepon
darurat yang mudah diakses oleh masyarakat

Penyediaan layanan nomor telepon darurat


tersebut wajib didukung oleh penyelenggara
telekomunikasi dan tidak berbayar
Dalam menyelenggarakan sistem komunikasi pilot wajib memberitahukan
adanya berita atau sinyal darurat Kecelakaan kepada personel pelayanan
lalu lintas Penerbangan atau Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan;
dan

Nakhoda wajib memberitahukan adanya berita atau sinyal darurat


Kecelakaan kepada syahbandar, petugas stasiun radio pantai, atau Badan
Nasional Pencarian dan Pertolongan.

Pilot, nakhoda, personel pelayanan lalu lintas Penerbangan, dan petugas stasiun
radio pantai yang tidak memberitahukan berita dan/atau sinyal darurat
kecelakaan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Alat pemancar sinyal mara bahaya
pada Pesawat Udara dan Kapal
secara otomatis teregister pada
Badan Nasional Pencarian dan
Pertolongan.

ELT Alat pemancar sinyal mara bahaya


yang dimiliki orang perseorangan
EPIRB wajib didaftarkan kepada Badan
Nasional Pencarian dan Pertolongan.

Registrasi dan pendaftaran alat


pemancar sinyal mara bahaya
tersebut dilakukan tanpa
dipungut biaya.
BAB XI
PENDANAAN
Mengatur mengenai Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung
jawab mengalokasikan dana penyelenggaraan Pencarian dan
Pertolongan, yang dapat bersumber dari: anggaran pendapatan dan
belanja negara; anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan/atau
sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat, yang dikelola sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB XII
KERJASAMA INTERNASIONAL

Dalam menyelenggarakan Pencarian dan


Pertolongan, Badan Nasional Pencarian dan
Pertolongan dapat melakukan kerja sama
internasional dengan:
pemerintah negara lain; lembaga atau organisasi
internasional di bidang Pencarian dan
Pertolongan; dan/atau warga negara atau
organisasi nonpemerintah dari negara lain.

Kerja sama dimaksud dapat berupa:


• tukar menukar informasi di bidang Pencarian dan
Pertolongan;
• komunikasi Pencarian dan Pertolongan;
• bantuan sarana dan petugas dalam Pelaksanaan Operasi
Pencarian dan Pertolongan;
• latihan bersama;
• pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia;
• penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana
Pencarian dan Pertolongan; dan/atau
• bidang-bidang lain yang disepakati bersama.
Dalam hal terjadi kecelakaan, bencana, dan/atau
kondisi membahayakan manusia terjadi di
wilayah negara lain, Badan Nasional Pencarian
Dan Pertolongan dapat melakukan pelaksanaan
operasi pencarian dan pertolongan atas
persetujuan negara yang bersangkutan
Pemerintah memberikan kemudahan
akses bagi petugas pencarian dan
pertolongan dari negara lain yang
masuk ke Indonesia dalam dalam
rangka membantu operasi pencarian
dan pertolongan, termasuk peralatan
yang dibawanya untuk masuk ke
wilayah Indonesia. Kemudahan akses
tersebut meliputi :
1. keimigrasian;
2. kepabeanan;
3. kekarantinaan;
4. persetujuan keamanan;
5. persetujuan diplomatik;
6. persetujuan terbang; dan/atau
7. persetujuan berlayar.
BAB XIII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Undang-undang tentang Pencarian dan Pertolongan juga
memberi ruang kepada peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pencarian dan pertolongan, yang dapat
dilakukan secara perseorangan, kelompok, organisasi
profesi, badan usaha, dan/atau organisasi kemasyarakatan,
dengan tetap mengikuti sistem dan prosedur pelaksanaan
operasi pencarian dan pertolongan yang telah ditetapkan
oleh Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan.
Peran serta masyarakat dapat
berupa:

Pemberian
Pemberian
masukan
masukan
Pelaporan kepada badan
kepada badan
apabila nasional
nasional
mengetahui pencarian dan Pemberian Pemberian
pencarian dan
terjadinya pertolongan bantuan dalam akses kepada
pertolongan
suatu dalam penyeleng petugas dalam
dalam rangka
kecelakaan, penyempur garaan operasi melaksanakan
pembinaan,
bencana, dan/ naan pencarian dan operasi
penyeleng
atau kondisi peraturan, pertolongan; pencarian dan
garaan, dan
memba pedoman, dan dan/atau pertolongan.
pengawasan
hayakan standar teknis
kegiatan
manusia; di bidang
pencarian dan
pencarian dan
pertolongan;
pertolongan;
BAB XIV
KETENTUAN PIDANA

Dalam Undang-Undang tentang Pencarian dan Pertolongan ini juga memuat sanksi pidana
yang dimaksudkan untuk melindungi sarana pencarian dan pertolongan, sehingga terhadap
setiap orang yang dengan sengaja merusak atau memindahkan sarana pencarian dan
pertolongan yang mengakibatkan terganggunya fungsi sarana pencarian dan pertolongan
dapat sanksi pidana berupa pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Selain itu terdapat juga ancaman pidana terhadap setiap orang yang menyalahgunakan alat
komunikasi dan alat pemancar sinyal mara bahaya yang memberikan informasi kecelakaan,
bencana, atau kondisi membahayakan manusia, yang sanksi pidananya berupa pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN
Untuk menghindari kekosongan hukum, menjamin kepastian hukum,
memberikan perlindungan hukum, dan bagi pihak yang terkena dampak
perubahan ketentuan peraturan perundang-undangan, maka pada Ketentuan
Peralihan diatur hal sebagai berikut:

1. Badan SAR Nasional yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden


Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional
tetap melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya sampai
terbentuknya Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan berdasarkan
Undang-Undang ini; dan

2. Setiap perjanjian yang telah diadakan oleh Badan SAR Nasional dengan
pihak lain masih tetap berlaku sampai berakhirnya perjanjian.
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
• Pada saat Undang-Undang tentang Pencarian dan Pertolongan
ini mulai berlaku, maka semua peraturan perundang-undangan
yang mengatur pencarian dan pertolongan masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan atau belum dikeluarkan peraturan
pelaksanaan baru berdasarkan Undang-undang ini.

• Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang tentang Pencarian


dan Pertolongan ini harus ditetapkan paling lama 1
(satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini
diundangkan.
PASAL-PASAL PADA UNDANG-UNDANG
TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN
YANG MEMERINTAHKAN
PENGATURAN LEBIH LANJUT
Pasal 9
(1) Pembinaan Potensi Pencarian dan Pertolongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)
meliputi:
a. pengaturan;
b. pengendalian; dan
c. pengawasan.

(2) Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan:
a. membuat norma, standar, prosedur, dan kriteria penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan;
dan
b. membuat kebijakan dalam penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan.

(3) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan:
a. memberi arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan norma, standar, prosedur, kriteria, dan
kebijakan yang telah ditetapkan; dan
b. memberi bimbingan dan penyuluhan mengenai hak dan kewajiban kepada masyarakat dalam
penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan.

(4) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan:
a. pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan dan penyelenggaraan Pencarian dan
Pertolongan; dan
b. penyempurnaan terhadap pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan Potensi Pencarian dan


Pertolongan diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 12

(1) Rencana pembangunan Pencarian dan Pertolongan disusun


dalam bentuk rencana induk Pencarian dan Pertolongan
Nasional.

(2) Rencana induk Pencarian dan Pertolongan Nasional


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Presiden.

RENCANA INDUK
PENCARIAN DAN
PERTOLONGAN
Pasal 18
(1) Dalam hal Kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b yang
tidak membutuhkan penanganan khusus, penyelenggaraan Operasi Pencarian
dan Pertolongan dilakukan oleh aparat yang berwajib dan/atau masyarakat.

(2) Kecelakaan yang membutuhkan penanganan khusus sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 14 huruf b merupakan kecelakaan yang memerlukan:
a. teknologi dan sarana kerja tertentu;
b. sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tertentu; dan
c. prosedur kerja tertentu.

(3) Dalam melaksanakan penanganan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan berkoordinasi dengan instansi
lain atau aparat yang berwajib.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penanganan khusus diatur
dengan Peraturan Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan.
Pasal 20

(1) Penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan terhadap Kondisi


Membahayakan Manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf
d yang terjadi di kawasan perkotaan dapat dilakukan oleh satuan kerja
perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang pemadaman
kebakaran atau yang disamakan dengan itu.

(2) Satuan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mempunyai
standar kompetensi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar kompetensi


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pasal 25
(1) Operasi Pencarian dan Pertolongan dilaksanakan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

(2) Operasi Pencarian dan Pertolongan, selain sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dapat dilaksanakan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
sesuai dengan ketentuan hukum internasional.

(3) Operasi Pencarian dan Pertolongan harus dilakukan oleh sumber daya
manusia yang mempunyai keahlian dan/atau standar kompetensi di bidang
Pencarian dan Pertolongan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai keahlian dan/atau standar


kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Pasal 26
(1) Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan membantu Operasi Pencarian dan
Pertolongan atas permintaan:
a. Panglima Tentara Nasional Indonesia atau pejabat yang ditunjuk pada
Kecelakaan Pesawat Udara militer dan Kapal militer;
b. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atau pejabat yang ditunjuk
pada Kecelakaan Pesawat Udara kepolisian dan Kapal kepolisian;
c. instansi pemerintah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang keantariksaan pada bandar antariksa; dan/atau
d. pejabat yang berwenang pada kawasan terlarang lainnya.

(2) Dalam hal terjadi Kecelakaan di wilayah otoritas bandar udara atau otoritas
pelabuhan, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan dapat segera
memberikan bantuan dengan berkoordinasi dengan otoritas bandar udara atau
otoritas pelabuhan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan prosedur bantuan Operasi
Pencarian dan Pertolongan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 28
(1) Pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27 huruf a dilakukan pada saat terjadi Kecelakaan, Bencana, dan/atau Kondisi
Membahayakan Manusia.

(2) Pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam bentuk:
a. pelaksanaan pencarian dengan pertolongan;
b. pelaksanaan pencarian tanpa pertolongan; atau
c. pelaksanaan pertolongan tanpa pencarian.

(3) Pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan didasarkan pada penyusunan rencana
yang efektif dan efisien.

(4) Penyusunan rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi:


a. identifikasi situasi lokasi;
b. perhitungan perkiraan lokasi Kecelakaan, Bencana, dan/atau Kondisi
Membahayakan Manusia, pergerakan Korban setelah kejadian, titik koordinat posisi,
lokasi pencarian, petugas dan peralatan Pencarian dan Pertolongan yang akan
dikerahkan, dan bentuk Operasi Pencarian dan Pertolongan; dan
c. kegiatan pertolongan dan Evakuasi.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pelaksanaan Operasi Pencarian dan


Pertolongan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pasal 41

(1) Setelah Pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan dihentikan dan


dinyatakan selesai, segera dilaksanakan:
a. evaluasi kegiatan Pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan;
b. pengembalian Petugas Pencarian dan Pertolongan kepada instansi atau
organisasi masing-masing;
c. pembuatan laporan hasil Pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan
oleh koordinator misi Pencarian dan Pertolongan; dan
d. penyelesaian administrasi dan pertanggungjawaban biaya Pelaksanaan
Operasi Pencarian dan Pertolongan.

(2) Pertanggungjawaban biaya Pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diperlakukan secara khusus
sesuai dengan kondisi Pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan dan
dilaksanakan berdasarkan prinsip akuntabilitas dan transparansi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penghentian Pelaksanaan Operasi


Pencarian dan Pertolongan diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 43
(1) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (3) huruf b dilaksanakan dalam
rangka peningkatan kompetensi sumber daya manusia di bidang Pencarian dan Pertolongan.

(2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Badan Nasional
Pencarian dan Pertolongan meliputi:
a. pembentukan dan peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia berkemampuan
Pencarian dan Pertolongan;
b. kurikulum dan silabus serta metode pendidikan dan pelatihan sesuai dengan standar yang
ditetapkan; dan
c. pemutakhiran dan peningkatan teknologi sarana dan prasarana belajar mengajar pada lembaga
pendidikan dan pelatihan di bidang Pencarian dan Pertolongan.

(3) Selain Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan, Setiap Orang dan organisasi/instansi pemerintah
dapat melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang Pencarian dan Pertolongan dengan
berkoordinasi dengan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan.

(4) Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan mengarahkan, membimbing, dan mengawasi
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di bidang Pencarian dan Pertolongan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendidikan dan pelatihan diatur dengan
Peraturan Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan.
Pasal 50

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, fungsi,


tugas, wewenang, struktur organisasi, dan tata kerja
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan diatur
dengan Peraturan Presiden.
Dengan telah disahkannya Undang-Undang tentang Pencarian dan
Pertolongan tersebut, maka diperlukan peran aktif dari seluruh unit kerja di
lingkungan Badan SAR Nasional dalam menyiapkan berbagai peraturan
pelaksanaan undang-undang tersebut, yaitu:
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan Potensi Pencarian dan
Pertolongan diatur dalam Peraturan Pemerintah. (Vide Pasal 9 ayat (5))

Ketentuan lebih lanjut mengenai standar kompetensi sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah. (vide Pasal 20 ayat (3))

Ketentuan lebih lanjut mengenai keahlian dan/atau standar kompetensi


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
(Vide Pasal 25 ayat (4))
PERATURAN
PEMERINTAH
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan prosedur bantuan Operasi
Pencarian dan Pertolongan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dalam Peraturan Pemerintah. (Vide Pasal 26 ayat (3))

Ketentuan lebih lanjut mengenai Pelaksanaan Operasi Pencarian dan


Pertolongan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah. (Vide Pasal 28 ayat (5))

Ketentuan lebih lanjut mengenai penghentian Pelaksanaan Operasi


Pencarian dan Pertolongan diatur dalam Peraturan Pemerintah. (Vide Pasal
41 ayat (3)).
Rencana induk Pencarian dan Pertolongan Nasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Presiden. (Vide Pasal 12 ayat
(23)).
PERATURAN
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, fungsi, tugas, wewenang,
PRESIDEN
struktur organisasi, dan tata kerja Badan Nasional Pencarian dan
Pertolongan diatur dengan Peraturan Presiden. (Vide Pasal 50)

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penanganan khusus diatur dengan
Peraturan Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan.(Vide Pasal 18
PERATURAN ayat (4)).
KEPALA BADAN
NASIONAL
PENCARIAN
Ketentuan lebih lanjut mengenai pendidikan dan pelatihan diatur dengan
DAN Peraturan Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan. (Vide Pasal 43
PERTOLONGAN AYAT (5))
Dengan memperhatikan amanah dalam Undang-Undang tentang Pencarian
dan Pertolongan tersebut, maka peraturan pelaksanaan yang diperlukan
sementara diproyeksikan berupa :

1. Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai operasi pencarian


dan pertolongan;
2. Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai pembinaan potensi
pencarian dan pertolongan dan standar kompetensi SDM;
3. Peraturan Presiden mengenai rencana induk pencarian dan
pertolongan;
4. Peraturan Presiden mengenai kelembagaan Badan Nasional Pencarian
dan Pertolongan;
5. Peraturan Kepala Badan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan
mengenai pendidikan dan pelatihan di bidang pencarian dan
pertolongan
6. Perturan Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan
mengenai tata cara penanganan kecelakaan yang membutuhkan
penanganan khusus

Potrebbero piacerti anche