Sei sulla pagina 1di 106

PERAN ETIK KEPERAWATAN

DLM PRAKTIK KEP.


PROFESIONAL

nursalam -2006
PENGANTAR &
MASALAH
SOCIETY

Professional Regulation
Legal Regulation
The Profession’s Definition of
Nature and Scope of Nursing
Practice (Scope of Practice The State’s Statutory
Statement) Statement of the Legal
Boundaries of Nursing
Professional Practice (State Nursing
Standards of Practice Acts)
Practice
State Board of Nursing
Professional Standars
and Statements of
Professional Rules and regulations
Standards, Goal,
Educational Outcomes
Policies, Procedures
for Nursing Education
and Protocols for
Programs
Nursing Service
Certification of Organizations
Individuals in Accreditation of
Accreditation of General and
Educational Organized Nursing Licensure for Practice
Specialty Practice Services
Programs

Public Protection
Quality
Assurance

Lindberg (1990: 320)


CLIENT
NURSING EDUCATION?

PENDIDIKAN AKADEMIK-PROFESI

SYARAT:
1. Kajian Ilmu dan Teknologi
2. Standar Keprofesian
3. Kesetiakwanan profesi
4. ETIK PROFESI
WHAT’S THE ETHICAL
PROBLEMS?

• lack of formal education


• lack of institutional for review
dilemmas
• perceived lack of peer support
• concern about reprisals
• lack of perceive decision making
authority
TANTANGAN
ETIK KEPERAWATAN
1. Dasar-dasar moral makin memudar
2. Dasar & sendi agama makin menipis
3. Perkembangan IPTEK yg meningkat
4. Golbalisasi yg menyebabkan persaingan bebas
(orientasi pelayanan dari sosial - bisnis)
5. Kamajuan & perkembangan masyarakat sebagai
pengguna jasa: (kesadaran hak; tk. Ekonomi yg
meningkat; kesenjangan si kaya dan si miskin;
IPTEK meningkat)
6. Perubahan dlm. Masyarakat perawat (kurangnya
kemampuan - etik; masuknya tenaga LN)
KONSEP – ETIK KEP.
ETHICs

“ …. doing good and


avoiding harm
(Bandman & Bandman, 1995:5)
==============================================

“ … good and bad,


moral duty, obligation
and values”
(Lindberg, 1990: 295)
VALUES

“ …. A belief or custom
that frequently arises
from cultural or ethical
background, family
adaptation, peer group
ideas and ………
(Lindberg, 1990: 254).
ETIK DAN HUKUM KEPERAWATAN

ETIK
“ …. doing good and avoiding harm
(Bandman & Bandman, 1995:5)
– Apa yang harus dilakukan manusia
– apa yang seharusnya dilakukan kepada
seseorang
– suatu analisa proses terhadap suatu
tindakan
– berdasarkan ilmu dan nilai / norma di
masyarakat
HUBUNGAN ETIK DGN. .

• MORAL (apa yg dinilai


baik /buruk oleh
masyarakat)
• HUKUM (legalisasi
sikap tindak etik)
Ukuran Baik dan Buruk
• Hedonisme (kenikmatan &
kepuasan rasa)
• Utilitarism (bermanfaat)
• Vitalisme (kekuatan dan kekuasaan)
• Sosialisme (masyarakat yg
menentukan)
• Religiosisme (firman tuhan)
• Humanisme (hak asasi manusia)
TEORI ETIK
1. UTILITARIANISM
“ …. Greatest happiness principles “,

2. DEONOTOLOGY
“ …. Ringhtness or wrongness of an action
depended on the inherent moral
significance of the action”
“…. To do one’s duty was right, not to do
one’s duty was wrong”
(selalu memegang janji, dan tak pernah berbohong sesuai dengan
situasi)
PERBEDAAN
“SCIENTIFIC AND ETHICAL”

SCIENTIFIC ETHICAL
• Tujuan : • Justifikasi tindakan
menjelsakan manusia
peristiwa • tidak bisa secara
• kesimpulan : benar langsung : benar-salah
dan salah • “ obligations atau
• adanya penjelasan pernyataan yang
dan penjabaran harus dikerjakan
A GOOD NURSE IS ONE
WHO...
• Personal characteristic
• Professional characteristic
• Patient centeredness
• Advocacy
• Competence
• Critical Thinking
• Patient care
ETHICAL NURSING
CARE IS……..
NILAI-NILAI ETIK
AZAS / PRINSIP ETIK
PRINSIP & AZAS ETIK KEPERAWATAN

• JUSTICE (Asas Keadilan)


• AUTONOMY
• BENEFICIENCY & NON-
MALEFICIENCY
• VERACITY
• CONFIDENTIALITY
PRINSIP & AZAS ETIK KEPERAWATAN

1. JUSTICE (Asas Keadilan)


“ …equals should be treated the same and
unequals should be treated differently”.
• Pasien harus diperlakukan sama sesuai
dengan keadaan sakitnya,
• tidak ada diskriminasi ( pasien, alat - alat,
dll)
• Models ( health care resources )
– Setiap arang sama
– berdasarkan jasa
– keberadaan peralatan
– sesuai kebutuhan
PRINSIP & AZAS ETIK KEPERAWATAN

2. AUTONOMY (Asas
menhormati otonomi)
“ Individuals have the right to determine
their own actions “
Karakteristik :
• Sesuai dengan nilai - nilai /
kepercayaan
• informasi yang cukup
• bebas dari “ coercion “
• berdasarkan alasan dan kebebasan
Lanjutan prinsip & Azas …
3. BENEFIENCE (asas manfaat)
“ Doing or promoting good “
Karakteristik :
• Nonmaleficence
• mencegah harm atau kesalahan
• mengurangi / menghilangkan “ harm or evil “
• promote “ good “

NON-MALEFICIENCY
Lanjutan prinsip & Azas …

4. VERACITY (Asas Kejujuran)


“ ….. Telling the truth “

5. CONSEQUENTIALISM (Asas konsekwensi)


“ ….. When the outcome ( consequence ) is good, the action is viewed as
appropriate”

6. RESPECT FOR PERSONS (Asas perbedaan tiap


individu)
“ Eeach person shpuld be treated as a unique individual and as a member
of the human community”

7. FIDELITY (Asas Komitmen)


“ one has a moral duty to be faithful to the commitments that one makes to
others”

8. CONFIDENTIALITY - Kerahasaiaan
KODE ETIK KEP.
DI INDONESIA
(PPNI)
CODE OF ETHICS FOR
NURSES - INDONESIA
FOUR PRINCIPLES ELEMENTS:
1. Nurse* Peolple
2. Nurses and Practice
3. Nurses of the Profession
4. Nurses and co-workers
PERAWAT DAN KLIEN

1. PPerawat dalam memberikan pelayanan keperawatan


2. mMenghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan
tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna
kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta
kedudukan sosial.
3. PPerawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,
adat-istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien.
4. 3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang
membutuhkan asuhan keperawatan.
5. 4. Perawat wajib merahsiakan segala sesuatu yang diketahui
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika
diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang

berlaku.
PERAWAT DAN PRAKTIK

1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi


dibidang keperawatan melalui belajar terus menerus.
2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan
keperawatan yang tinggi desertai kejujuran
profesional dalam menerapkan pengetahuan serta
keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
klien.
3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada
informasi yang adekuat dan mempertimbangkan
kemampuan serta kualifikasi seseorang bila
melakukan konsultasi menerima delegasi dan
memberikan delegasi kepada orang lain.
4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik
profesi keperawatan dengan selalu menunjukkan
perilaku profesional.
PERAWAT DAN MASYARAKAT

Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat


untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam
memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.

PERAWAT DAN TEMAN SEJAWAT

1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama


perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam
memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
2. Perawat bertindak melindungi klien dan tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak
etis dan illegal.
PPERAWAT DAN PROFESI

1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan


standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta
menerapkan dalam kegiatan pelayanan dan
pendidikan keperawatan.

2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan


pengembangan profesi keperawatan.

3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk


membangun dan memelihara kondisi kerja yang
kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang
bermutu tinggi.
NEGLIGENCE &
MALPRACTICE
INDICATORS
MALPRACTICE – NEGLIGENCE
• Nurse had specific professional
duty to patient
• nurse did not carry out his/her
duty
• nurse caused injury to his/her
patient
• the patient’s injury resulted from
the nurse’s negligent action
TUJUAH (7) PITFALLS
YANG UMUM TJD. PADA ASPEK
ETIK KEP. & LEGAL Kes.

1. Patient falls
2. Failure to follow up MD.’ orders/protocol
3. Medication error
4. Improper use of equipment
5. Failure to remove foreign objects
6. Failure to provide sufficient monitoring
7. Failure to communicate
HOW TO AVOID - NEGLIGENCE

PRINCIPLES
C = CHECK THE ORDER
W = WASH YOUR HANDS
I = IDENTIFY THE THE PATIENT
P = PROVIDE SAFETY & PRIVACY
A = ASSESS THE PROBLEMS
T = TEACH & TELL THE PATIENT
INFORMED CONSENT
INFORMED CONSENT
Consent: (latin: consensio, con sentio), berarti
persetujuan, ijin, menyetujui, memberi ijin kpd
seseorang utk melakukan sesuatu.

Permenkes (1989).
Informed Consent: persetujuan yg diberikan oleh
pasien atau keluarga atas dasar penjelasan
mengenai tindakan medik yg akan dilakukan thd
pasien tsb
UNSUR INFORMED CONSENT
1. CAPACITY (Kemampuan Memahami
Informasi)
Ciri: - Memiliki Nilai & Tujuan
- Kemampuan berkomunikasi &
memahami informasi
- Kemampuan membuat alasan atas
pilihannya dan keputusan
2. VOLUNTERINISM (sukarela)
ciri: - tanpa paksaan
- tanpa ancaman
3. Information …..
Lanjutan: unsur - Informed consent ………

3. UNSUR INFORMASI
• Diagnosa / masalah pasien
• tujuan dan lama tindakan
• hasil
• manfaat
• potensial resiko
• alternatif tindakan sesuai kemampuan
• prognosa jangka pendek & panjang
TUJUAN I.C

1. Perlindungan pasien utk segala


tindakan (tindakan yg tidak perlu
o/tim tanpa sepengetahuan pasien)

2. Perlindungan tenaga medis dan


perawat akibat penyakit tidak terduga
serta dianggap merugikan pihak lain
FUNGSI I.C
1. Promosi dari hak otonomi perorangan
2. Proteksi dari pasien dan subjek
3. Mencegah penipuan atau paksaan
4. Rgs. Profesi kes. Introspeksi
5. Promosi dari keputusan – rasional
6. Keterlibatan masyarakat (otonomi – nilai sosial &
pengawasan
BENTUK I.C
1. Express – lisan & tertulis
2. Tersirat (implied or tacit
consent)
- dlm keadaan biasa
- dlm keadaan gawat darurat
PEMBERI I.C
1. PAsien dewasa (sadar & sehat mental)
2. Pasien dewasa (21 th atau
sudah menikah)
3. PAsien dewasa (pengampunan)
– oleh orang tua
4. Pasien dewasa (ggn mental) –
oleh orang tua/wali
5. Pasien dibawah 21th (tidak ada
ortu) – oleh keluarga terdekat
PENGABAIAN I.C
1. Tidak ada kesempatan memintakan
2. Tidak ada waktu lagi utk menunda-
nunda tindakan
3. Untuk menyelamatkan nyawa, tidak
mempunyai penyakit sebelumnya
4. Melindungi keselamatan anak/bayi
5. Mencegah self-distruction
6. Melindungi kes. Masyarakat
7. Menjaga etik / aturan RS
(UU-Kes 23/1992, pasal 53)
KRITERIA – GAWAT (I.C)
1. Shock
2. Perdarahan
3. Patah Tulang
4. Kesakitan (Pain)
(PERMENKES 585/1989: dalam hal pasien
tidak sadar/pingsan serta tdk didampingi o/
kel. Terdekat dan sec. medik dlm keadaan
gawat dan atau darurat yg memerlukan
dindakan medik segera utk kepentingannya,
tidak diperlukan persetujuand dari siapapun)
I.C TIDAK SAH JIKA . .. .
1. Dengan paksaan (duress, dwang)
2. Krn memberikan informasi yg
salah/berlainan
3. Dari seseorang yg belum dewasa
4. Dari seseorang yg tidak berwenang
5. Dalam keadaan tdak sepenuhnya
sadar (non lucid state)
EDM
(ETHICAL
DECISION MAKING)
IN NURSING
DECISION MAKING

• End point of using critical


thinking and scientific
reasoning …… ethical in
problem reasoning.
• Even “no decision” is
decision, because, in effect,
it is supports the existing
state of affairs
ETHICAL DECISION MAKING ( EDM )
PERAWAT

PASIEN KELUARGA TENAGA KES. LAINNYA

PERBEDAAN PROSES KEPERAWATAN DAN EDMM

ETHICAL DECISION
PROSES
MAKING MODEL
KEPERAWATAN
•Klarifikasi ethical dilemma
• assess
•Mengumpulkan data
• analyse tambahan
• plan •Identifikasi pilihan
• implement •Membuat suatu keputusan
• evaluate •Act ( tindakan )
•Evaluate
CRITICAL
THINKING
THE IGNORANCE TO
SOMETHING /
SOMEONE IS THE
ROOT OF PREJUDICE
APA MASALAH PADA
KEPERAWATAN? ….
KURANG BERPIKIR KRITIS
WHAT IS CRITICAL THINKING

rational examination of
ideas, inferences,
beliefs, and actions.
THE EXAMINATIONS

The examination covers scientific


reasoning, includes nursing
process, decisions making, and
reasoning in contraversial issues.
Critical Thinking in Decision
Making
1. Recognizing and defining a
problem
2. Gathering relevant information
3. Generating possible conclusions
4. Testing possible conclusions
5. Evaluating conclusions
6. Reaching decisions
USE OF (C – T) IN EVERYDAY
NURING PRACTICE
TWO OPTIONS:
1. Determine all the possibilities
2. Recognise options so that the
choices are mutually exlusive
(free from repetition) and
exhaustive (containing all
possibilities).
Case study

Nurse Jones either chooses to teach Mr.


& Mrs. Green about colostomy care
on Tuesday or not teach because she
has the next day off. Ns Jones may
choose to demonstrate colostomy
care by doing it herself or she
instruct Mr. Green as he irrigates
himself in the presence Mrs. Green.
Or …………
OPTIONS

Mutually exlusive Exhaustive Options


1. Teach Mr.Green 1. Teach through
colostomy care
the use of AVA or
- teach by
demonstration and 2. Refer to a
by return clinical nurse
demonstration specialist, the
2. Do not teach Mr. visiting nurse
Green association,
- Discharge without home care or to
instructions the cancer
society.
FOUR TYPES OF REASONING

DEDUCTIVE
INDUCTIVE
INFORMAL OR EVERYDAY
PRACTICAL
…. ANALYSE

• Use of language
• Formulate problems
• Clarify and explicate assumptions
• Weigh evidence
• Evaluate conclusions
• Descriminate between good and bad
arguments
• Seek to justify those facts and values that
result in credible beliefs and actions
FUNCTIONS IN NURSING
1. In all daily living
2. Descrimanet … uses and misuses of langauge in nursing
3. Identify & formulate nursing problems
4. Analyze meaning of terms in terms of indication, cause or purpose and
significance
5. Analyse arguments and issues into premises and conclusions
6. Examine nursing assumptions
7. Report data and clues accurately
8. Make and check inferences based on data, making sure that the
inferences are, at least, plausible
9. Formulate and clarify beliefs
10. Verify, collaborate and justify claims, beliefs, conclusions, decisions and
actions
11. Give relevant reasons for beliefs and conclusions
12. Formulate and clarify values judgement
13. Seek reasons, certain and principles that effectively justify values
judgement
14. Evaluate the soundness of concluions
FREQUENT ARGUMENT
INDICATORS

• Because
• Hence
• Since
• So
• Therefore
• Thus
MINIMIZING & AVOIDING
FALLACIES
1. What are the graounds in the premises to
support the conclusions?
2. Are these graounds relevant to the
conclusions?
3. Are the grounds contained in the premises
evidentially adequate to justify the
conclusions?
4. Are the assumptions on which the argument
depends themselves justifiable?
5. Are the premises and conclusions of the
argument clear?
SOURCES OF DILEMMAS
(ETHICAL CONFLICT )

Personal & + Client & + Values among


Prof. values Prof. Health Behavior
Values

Janice, B. Lindberg (1990: 311)


STRATEGY
E-D-M
STRATEGIES TO COPE
ETHICAL DILEMMAS
FORMULA

THEORIES + VALUES + SITUATIONAL


Utilitarism DATA
Deontological
Janice, B. Lindberg (1990: 311)
SITUATION DATA
•Determine what health problems and individual
person strength exist
•Identify what decision need to be made
•Separate the ethical component of the decisions
from those issues
•Identify all the individual and groups who will be
affected.
ACCOUNTABILITY
• means responsibility or the obligations to
account for one’s behavior or act
• Objective:
- Assume responsibility for his or her own
actions
- Demonstrate self-discipline in meeting
commitments and obligations
(appointment)
- Prepare in advance for clinical experience
- Reposrt unsafe client-patient practice
ASSUMPTIONS
•All nursing practice involves EDM
•Person centered care demands a willingness
to confront ED
•Personal & professional values influence ED
•Persons (care givers and clients) can be
assisted to achieve higher levels of moral
reasoning
•There is no one correct ethical theory
Dasar pengambilan keputusan etik

UU KES
23/1992 dan
UU 8/1999
PPNI
SOLUSI LANGKAH
KEPUTUSAN ETIK

KODE ETIK
PROFESI

TEORI – PRINSIP Masalah Klarifikasi Identifikasi


ETIK Etik Delima etik Pulta Pilihan

NILAI-NILAI Evaluasi Pelaksanaan Keputusan


Agama, budaya,
Dll)

Institusi
nursalam -2006
MODEL ETHICAL DECISION MAKING (EDM)
Level 1

PATIENT CARE
NURSING CARE
STANDAR BY OTHER HEALTH TEAM

NURSING ETHICS Level 2


SATISFY PATIENT &
Ethical Problem
NURSES FAMILY

Six steps for EDM

SOLUTION PROB. SOLVING

ETIHIC COMMITE
SIX STEP’S IN EDM

1. CLARIFY THE ETHICAL DILEMMA


2. GATHER ADDITONAL DATA
3. IDENTIFY OPTIONS
4. MAKE DECSION
5. ACT
6. EVALUATE
APPLICATION OF EDM
(ETHICAL DECISION MAKING)
IN NURSING CARE PRACTICE

1. MENTAL HEALTH
2. MATERNITY & INFANT
3. PEDIATRICS
4. ADULT / MED.SUG
5. ELDERLY
KASUS - MATERNITAS
Kasus: Pelanggaran Etik & Legal
(Jawa Pos , Rabu 29 September 2004)
RS Evasari Jakarta
SUSTER TIDUR, BAYI TEWAS!
Pasien (Heston dan Ashdiane-suami) melaporkan ke
polisi, krn suster melarang permintaan pasien utk
dilakukan Caeser. Jam 17.00 ketuban pecah, tetapi
tetap dianggap biasa oleh suster. Jam 19.00 pasien
merasa mulas yg amat sangat. Permintaan
suaminya (Heston) agar istrinya ditolak oleh
suster. Pukul 02.00 (23/9/04) pasien merasakan ada
sesuatu yg mengalir di bagian bawah perutnya.
Diapun segera membangunkan perawat yg sedang
tidur nyenyak. 1 jam kemudian, begitu dokter
datang langsung dibawa ke ruang operasi. Namun,
bayi yg dilahirkan dlm keadaan kritis. Jam 17.00
bayi meninggal. nursalam -2006
CASE STUDY
Eleanor Gift,age 68 years, is schedule for triple
bypass surgery. Martha Blake, RN, is the nurse
doing her preoperative teaching the evening
before the procedure is scheduled. It is apparent
to Miss Bake that Mrs. Gift doesnot want to have
surgery. She express great apprehension about
procedure and generally feells quite negative
about the outcome. The surgeon, however, has
convinced Mrs. Gist and her family that she must
undergo the surgery to survive. Although far
from comfortable with situation, Mrs. Gift is
resigned to undergo the impending surgery in
the morning. What is the nurse’s responsibility in
the situation?
Case – KMB:
Ethical dilemmas
Miss Corbin, RN, work on surgiucal floor. She has just assisted
in the transfer of Mr. Hudson (patient) to his room from the
postanesthesia unit after surgery and notice that he was
resting comfortably. Miss Corbin sees a nurse colleague (X)
drawing up a pain medication. The nurse colleagues returns
to the medicine room 10 minutes later with empty syringe.
Miss Corbin asks, Who needed pain medication?” Mr.
Hudson, the colleagues (X) replies. “He was in pain after
surgery.” Confused, Miss Corbin checks Mr. Hudson’s
(Patients) room and learns from his wife that she has not
asked for or received pain medication. What should Nurse
do now?
Bandman & Bandman (1997: 410)
CASE STUDY
KRITERIA – GAWAT (I.C)
1. Shock
2. Perdarahan
3. Patah Tulang
4. Kesakitan (Pain)
(PERMENKES 585/1989: dalam hal pasien
tidak sadar/pingsan serta tdk didampingi o/
kel. Terdekat dan sec. medik dlm keadaan
gawat dan atau darurat yg memerlukan
dindakan medik segera utk kepentingannya,
tidak diperlukan persetujuand dari siapapun)
1. CONTINUE OR STOP TREATMENT
A severe asphyxia patient was in ICU for a couple days
and there was no progression. Patient's family knew that
the patient was still alive because of ventilator
assistance. The family decided to stop the ventilator.
"Let the patient die. We could not afford for the cost." It
was a dilemma for me. I believed the treatment must be
continued because I had duties to help the patient to
survive. If the patient would die, it was not our will. But, I
had to follow the patient's family. Why didn't they want to
continue the treatment? Even though the possibility of
surviving for the patient was low, I did not want to
disconnect the tube. It seemed like I killed the patient
2. Who should get the
ventilator?

There were two patients, head injury and brain tumor


patients, admitted to ICU. Head injury patient was
coma, had high level of PCO2, and RR 32 times per
minutes. Brain tumor patient was also coma, RR 26
times per minutes, and sometimes he had apnea
attack. They needed ventilator at the same time. We
just had only one ventilator. At that time, it was difficult
to decide which patient should get the ventilator.
Which patient I had to help first?
3. Want to take an action but
beyond authority
I had a situation when the patient's blood
pressure was dropped and I wanted to
take action to help the patient immediately
but I could not do it without reporting to
doctor first…I had to wait for order from
doctor because it was beyond my
responsibility
4. Tell or not to tell the truth
A patient's husband asked me not tell his wife that
their baby died during caesarian section. He was
afraid it would make his wife's condition worse. So at
that time it was difficult for me to make a decision.
Then his wife came to me and asked about her
baby. It was difficult whether or not to tell the truth to
her. Her husband asked me not to tell her. He
wanted to tell his wife at their home. If I didn't tell
her, I felt guilty because it conflicted with my values.
Meanwhile, doctor also suggested not to tell the
patient because he was worried that she would be
shock and it would affect her condition.
5. Act as patient advocate versus
maintaining relationships with the
health team
…patient was poor and could not afford
the prescribed drug. I was in a difficult
situation whether I administered the drug
or not. If I didn't administer it, it was
doctor's order and he might be angry with
me and it would produce bad relationship
with him. I needed to talk to doctor about
this and asked him to prescribe another
drug that could be afforded by the patient,
but I was afraid…
KASUS - MATERNITAS
Kasus: Pelanggaran Etik & Legal
(Jawa Pos , Rabu 29 September 2004)
RS Ev - Jakarta
SUSTER TIDUR, BAYI TEWAS!
Pasien (Heston dan Ashdiane-suami) melaporkan ke
polisi, krn suster melarang permintaan pasien utk
dilakukan Caeser. Jam 17.00 ketuban pecah, tetapi
tetap dianggap biasa oleh suster. Jam 19.00 pasien
merasa mulas yg amat sangat. Permintaan
suaminya (Heston) agar istrinya ditolak oleh
suster. Pukul 02.00 (23/9/04) pasien merasakan ada
sesuatu yg mengalir di bagian bawah perutnya.
Diapun segera membangunkan perawat yg sedang
tidur nyenyak. 1 jam kemudian, begitu dokter
datang langsung dibawa ke ruang operasi. Namun,
bayi yg dilahirkan dlm keadaan kritis. Jam 17.00
bayi meninggal.
THANK YOU !

WASSALAM WR.WB.
PRAKTIK KEPERAWATAN
TINJAUAN ASPEK ETIK DAN HUKUM KESEHATAN
PERMASALAHAN DAN SOLUSINYA
nursalam -2006
Nursalam-08
nursalam -2006
Nursalam-08
nursalam -2006
Nursalam-08
nursalam -2006
Nursalam-08
Praktik Keperawatan
Tindakan mandiri perawat melalui
kolaborasi dengan sistem klien dan
tenaga kesehatan lain dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya pada
berbagai tatanan pelayanan, termasuk
praktik keperawatan individual dan
berkelompok
Hukum Kesehatan
Semua ketentuan hukum yang
berhubungan langsung dengan
pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan
penerapannya.
ETIKA KEPERAWATAN
Merupakan kesadaran dan pedoman yang
mengatur prinsip-prinsip moral dalam
melaksanakan kegiatan profesi keperawatan,
sehingga mutu dan kualitas pelayanan profesi
keperawatan tetap terjaga dengan cara yang
terhormat dan bersusila sesuai dengan
martabat dan tradisi luhur jabatan
keperawatan.
Aspek Etik Aspek Hukum
 Sistem Etik  UU No. 23 Tahun 1992
 Azas Etik  PP No. 32 Tahun 1996
Kode Etik  KEP MENKES No. 1239
Tahun 2001
Aspek Etik Praktik Keperawatan
a. SISTEM ETIK
1. Berorientasi kewajiban (Absolutisme)
menerima kehidupan moral yang ideal,
dengan menurut apa yang diperintahkan oleh
Tuhan serta menghindari apa yang dilarang
oleh Tuhan.
2. Berorientasi Akibat (Relativisme)
Menekankan kepada akibat atau hasil dari
tindakan kita prinsipnya adalah melakukan
apa yang terbaik untuk orang banyak dalam
suatu tindakan dan dalam keadaan tertentu.
b. Asas Etik
1. Asas Keadilan
2. Asas Menghormati
3. Asas Manfaat
4. Asas Kejujuran
5. Asas Tidak Merugikan
6. Asas Kerahasiaan
c. Kode Etik Keperawatan
Pasal 1
Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman
kepada tanggung jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan akan
keperawatan individu, keluarga, dan masyarakat.
Pasal 3
Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi individu, keluarga,
dan masyarakat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai
dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.
Pasal 10
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat
dan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara keserasian
lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh.
Aspek Hukum Dalam Praktik
Keperawatan
I. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
Pasal 32 Ayat 4
Pelaksanaan pengobatan dan atau keperawatan
berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan
hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
Pasal 53 Ayat 1
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya.
Pasal 53 Ayat 2
Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban untuk memenuhi standart profesi dan
menghormati hak pasien.
II. Peraturan Pemerintah RI No. 32 tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan
Pasal 4 Ayat 1
Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan
setelah tenaga kesehatan yang bersangkutan memiliki ijin
dari menteri

III. Kepmenkes 1239 / 2001 terkait dengan praktik


perawat
Bab III Pasal 8
1. Perawat dapat melaksanakan praktik keperawatan pada
sarana pelayanan kesehatan, praktik perorangan dan atau
berkelompok.
2. Perawat yang melaksanakan praktik keperawatan pada sarana
pelayanan kesehatan harus memiliki SIK
3. Perawat yang melaksanakan praktik perorangan/berkelompok
harus memiliki SIPP
Bab IV pasal 15
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan
berwenang untuk :
a. Melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, penerapan diagnosa keperawatan,
perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
evaluasi keperawatan
b. Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir
a meliputi : Intervensi keperawatan, observasi
keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan ;
c. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana
dimaksud huruf a dan b harus sesuai dengan standart
asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi
profesi
d. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan
berdasarkan permintaan tertulis dari dokter
Bab IV Pasal 17
Perawat dalam melakukan praktik
keperawatan harus sesuai dengan
kewenangan yang diberikan, berdasarkan
pendidikan dan pengalaman serta dalam
memberikan pelayanan berkewajiban
mematuhi standar profesi
Bab IV Pasal 19
Perawat dalam melakukan praktik
keperawatan harus senantiasa meningkatkan
mutu pelayanan profesinya dengan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui pendidikan dan pelatihan
sesuai dengan bidang tugasnya, baik
diselenggarakan oleh pemerintah maupun
organisasi profesi.
Bab IV Pasal 20
(1) Dalam keadaan darurat yang
mengancam jiwa seseorang/pasien,
perawat berwenang untuk melakukan
pelayanan kesehatan diluar kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 15.
(2) Pelayanan dalam keadaan darurat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
Kewenangan Perawat

Hak dan otonomi Perawat untuk


Melaksanakan Asuhan Keperawatan berdasarkan :
- Kemampuan
- Tingkat Pendidikan
- Posisi
Disarana Kesehatan

Tujuan :
1. Memberikan kejelasan batasan hak
2. Mencegah terjadinya Malpraktik
3. Memberikan suatu kepastian hukum dan
perlindungan hukum
Kewenangan Perawat :
1. Melaksanakan pengkajian keperawatan
2. Merumuskan diagnosis keperawatan
3. Menyusun rencana tindakan keperawatan
4. Melaksanakan tindakan keperawatan (termasuk tindakan medik
yang dapat dilakukan perawat)
5. Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan
6. Mendokumentasikan hasil keperawatan
7. Melakukan kegiatan konseling kesehatan kepada sistem klien
8. Melaksanakan tindakan medis sebagai pendelegasian berdasarkan
kemampuannya
9. Melakukan tindakan diluar kewenangan dalam kondisi darurat yang
mengancam nyawa sesuai ketentuan yang berlaku (Standing
Order) di sarana kesehatan
10.Dalam kondisi tertentu, dimana tidak ada tenaga yang kompeten,
perawat berwenang melaksanakan tindakan kesehatan diluar
kewenangannya
Permasalahan
1. Praktik Keperawatan belum dipahami secara benar dan baik oleh para
perawat maupun oleh pihak-pihak lain.
2. Penataan Standar profesi dan kompetensi bagi perawat belum
sepenuhnya dilakukan.
3. SK Menkes 1239 Tahun 2001 yang mengatur tentang registrasi dan
praktek perawat dapat menimbulkan multi persepsional.
4. Kecemburuan sosial dalam praktik oleh perawat di masyarakat dapat
memunculkan masalah baru dalam bidang hukum.
5. Kedekatan perawat dalam struktur sosial masyarakat lebih
menguntungkan bagi masyarakat untuk meminta bantuan kesehatan.
6. Keterbatasan pola pikir masyarakat dalam memilih tenaga kesehatan
yang sesuai.
7. Belum tertatanya hubungan kemitraan antara PPNI dengan pihak-pihak
yang berwenang memberikan perlindungan hukum bagi perawat.
Solusi
1. Kemampuan perawat dalam meningkatkan pemahaman,
pengetahuan dan pelaksanaan praktik keperawatan harus
terus di tingkatkan.
2. Pengaturan standar profesi dan kompetensi perawat
segera diwujudkan.
3. Perlu amandemen SK Menkes 1239 pada pasal-pasal
tertentu agar didapatkan kejelasan dalam
mempersepsikan aturan yang ada, serta peningkatan
status KepMenKes menjadi UU.
4. Perawat perlu memikirkan pembelajaran kepada
masyarakat tentang bagaimana dan kemana minta
bantuan kesehatan apabila sedang mengalami gangguan
kesehatan.
5. Peningkatan kemitraan antara Organisasi Profesi PPNI
dengan StakeHolder.
6. Perawat perlu meningkatkan kesadaran hukum dan
bekerja sesuai keahlian dan kewenangan serta memiliki
SIP, SIK, SIPP.
Simpulan
1. Agar praktik keperawatan dapat dilaksanakan sesuai dengan
kaidah profesi maka pelayanan keperawatan harus diberikan
oleh perawat yang kompeten. Semakin banyak
perawat yang kompeten, tentunya semakin besar pula
konstribusi perawat terhadap penyelesaian masalah
kesehatan masyarakat.
2. Kalau perawat dan keperawatan ingin dihargai dan diakui
keberadaannya, maka pelayanan keperawatan harus
dilaksanakan dengan BENAR dan BAIK.
3. Sudah saatnya Organisasi Profesi PPNI membuka diri
membangun kemitraan dengan StakeHolder agar Organisasi
ini betul-betul dapat mengantarkan anggotanya memasuki
pintu gerbang profesi yang sebenarnya serta mampu
mewujudkan keperawatan sebagai sebuah profesi.

Potrebbero piacerti anche