Sei sulla pagina 1di 59

Analisis Kebijakan

&
Pengambilan Keputusan

Prof. Dr. Bedjo Sujanto, M.Pd

1
Pertemuan I s/d VI

2
Apakah Kebijakan itu?
 Kebijakan, menunjuk perilaku seorang aktor atau
sejumlah aktor dalam bidang kegiatan tertentu.
 Kebijakan dipahami sebagai ‘arah atau pola kegiatan
dari keputusan yang diambil’ (Richard Rose)
 Kebijakan publik: hubungan suatu unit pemerintah
dengan lingkungannya (Robert Eyestone)
 Kebijakan adl apapun yang dipilih oleh pemerintah
untuk dilakukan dan atau tidak dilakukan (Public
policy is whatever governments chose to do or not
to do) (Thomas R Dye)

3
 Kebijakan sebagai langkah tindakan
yang secara sengaja dilakukan oleh
seorang aktor atau sejumlah aktor
berkenaan dengan adanya masalah
atau persoalan tertentu yang dihadapi
(Anderson).
 Kebijakan adl suatu keputusan yg
diambil oleh seorang pimpinan
berdasarkan masukan2 dari bawahan
karena aturan yg berlaku dianggap
tidak relevan lagi
4
 Kebijakan adl tindakan nyata untuk
memecahkan suatu masalah sesuai dengan
sasaran yang akan dicapai.
 Kebijakan adl keputusan yg diambil utk
menyelesaikan suatu masalah, sesuai dengan
aturan yang berlaku.
 Kebijakan adalah suatu tindakan yang
mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh
seseorang, kelompok atau pemerintah dalam
lingkungan tertentu, sehubungan dengan
adanya hambatan2, sambil mencari peluang2
untuk mencapai tujuan atau mewujudkan
sasaran yang diinginkan (Carl Friedrich)
5
Analisis Kebijakan?
 Analisis kebijakan: adalah aktivitas
menciptakan pengetahuan ‘tentang’ dan
‘dalam’ proses pembuatan kebijakan.
 Para analis kebijakan meneliti sebab,
akibat, dan kinerja kebijakan dan program
publik, untuk menciptakan pengetahuan
tentang proses pembuatan kebijakan.

6
Rasional dari Proses Analisis
 Dalam melakukan analisis kebijakan sebisa
mungkin menggunakan cara-cara yang terbuka
dan bersih, untuk mengkritisi asumsi, asal-usul,
dan signifikansi suatu kebijakan.
 Kebijakan publik merupakan kebijakan yang
terkait dengan kepentingan publik, dan bukan
kepentingan privat. Kebijakan publik berada
pada wilayah yang menyangkut kepentingan
umum, bersama dan/atau orang banyak.
 Publik tersebut berisi aktivitas manusia yang
dipandang perlu untuk diatur atau diintervensi
oleh pemerintah atau aturan sosial.

7
Pengertian: Analisis Kebijakan
 Policy analysis is an applied social science
discipline which uses multiple methods of inquiry
and argument to produce and transform policy-
relevant information that may be utilized in
political settings to resolve policy problems
(William N. Dunn)
(Analisis kebijakan adl sebuah disiplin ilmu sosial
terapan yang menggunakan pelbagai metode
penelitian dan argumen-argumen untuk
menghasilkan dan mentransformasikan informasi
kebijakan yang relevan, sehingga dapat
dimanfaatkan dlm tatanan politik dalam rangka
memecahkan masalah-masalah kebijaksanaan)
8
 Analisis kebijakan adalah suatu proses
yang dapat menghasilkan informasi
teknis sebagai salah satu masukan
perumusan beberapa alternatif
kebijakan yang didukung oleh informasi
teknis.

– Informasi teknis merupakan suatu satuan


pernyataan kebenaran induktif yang
didukung oleh kebenaran secara empiris
sebagai hasil dari rangkaian analisis data

9
 Thomas R. Dye: Policy analysis is finding
out what Goverments do, Why they do it,
and what difference it makes.

– Pada dasarnya: policy analysis is the


description and explanation of the
causes and consequences of
government activity.

– Public policy is whatever governments chose


to do or not to do.

10
 Analisis kebijakan: Suatu deklarasi mengenai
suatu dasar pedoman bertindak, suatu arah
tindakan tertentu, suatu program mengenai
aktivitas2 tertentu atau suatu rencana (United
Nations, 1975).
 Analisis kebijakan adl suatu prosedur untuk
menghasilkan informasi mengenai masalah-
masalah kemasyarakatan dan berikut cara
pemecahannya (Dunn, 1981)
 Analisis kebijakan adalah suatu rangkaian
proses dalam menghasilkan kebijakan
(Patton, 1986)

11
 Dunn membagi analisis kebijakan menjadi 2
dimensi besar:
– Pertama, dimensi rasional, yaitu analisis yang
menghasilkan informasi teknis.
– Kedua, dimensi politik, yaitu suatu proses
penentuan kebijakan melalui suatu perjuangan
politik dari beberapa kelompok kepentingan yang
berbeda-beda.
 Prosedur yang dapat menghasilkan alternatif
kebijakan, harus merupakan proses yang
rasional.
 Terjadinya kebijakan merupakan proses
politik, yang didukung oleh suatu kekuatan
otoritas. 12
Makna analisis kebijakan
 Setiap jenis analisis, menghasilkan dan
menyajikan informasi, sehingga dapat menjadi
dasar bagi para pengambil kebijakan di dalam
menguji pendapat-pendapat mereka.
 Dalam kebijakan terdapat:
– Intuisi
– Alternatif-alternatif baru
– Komponen-komponen dalam pemecahan masalah,
yang dimungkinkan

13
Langkah-langkah dalam
melakukan Analisis Kebijakan
1. Menyusun urutan dari hasil identifikasi masalah
2. Monitoring terhadap kebijakan yang telah ada
3. Forecasting/peramalan atau perkiraan dari
keefektifan kebijakan yang akan dilakukan analisis
4. Evaluasi yang komprehensif terhadap berbagai
permasalahan yang muncul
5. Rekomendasi untuk memperbaiki atau mengubah
kebijakan bila diperlukan
6. Pelaksanaan dari rekomendasi yang dibuat oleh
para analis kebijakan

14
Pendekatan Dlm Analisis Kebijakan

1. Pendekatan deskriptif: dimaksudkn untuk


menyajikan informasi apa adanya kepada para
pengambil keputusan.

2. Pendekatan normatif: dimaksudkan untuk


membantu para pengambil keputusan dalam
bentuk pemikiran-pemikiran mengenai cara
atau prosedur yang paling efisien dalam
memecahkan suatu masalah kebijakan publik

James P Lester & Joseph Stewart,


Public Policy, 2000) 15
Cont’d
3. Pendekatan kelompok: pembuatan kebijakan
pada dasarnya hasil dari perjuangan antara
kelompok2 dlm masyarakat.

4. Pendekatan proses fungsional:


– Menganilisis masalah yg terjadi
– Rekomendasi atas pemecahan masalah
– Bgmn sebuah kebijakan dilaksanakan
– Siapa yg menilai bahwa kebijakan itu bermasalah
– Bgmn kebijakan seharusnya diberlakukan
– Evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan
– Penetapan suatu kebijakan dihentikan atau
dimodifikasi utk diberlakukan kembali

16
Cont’d
5. Pendekatan kelembagaan: berlakunya suatu
kebijakan akan sangat dekat dengan lembaga
mana yang bertanggungjawab terhadap
kebijakan tersebut.

6. Pendekatan peran serta warga negara:


kebijakan yang dibuat atas peran serta warga
negara/masy

7. Pendekatan psikologis: sebuah pendekatan


dengan menempatkan pribadi-pribadi yang
terlibat dalam pembuatan kebijakan,
mengevaluasi apakah kebijakan masih sesuai
atau tidak, karena mereka terlibat dalam
pelaksanaan kebijakan tersebut. 17
Model Analisis Kebijakan
(Thomas Dye)
1. Model elitis
– Nilai-nilai dan pilihan-pilihan ditetapkan oleh elit
yang memerintah
– Elit sebagai penentu kebijakan berdasarkan nilai2
dan pilihan2, dan bukan tuntutan2 massa dan
tindakan mereka.
– Masy terbagi menjadi dua kelompok: kelompok elit
yg mempunyai kekuasaan dan dan massa yang
menerima kebijakan2 tsb
– Para elit berasal dari kelompok ekonoi kuat atau
kaum terdidik
– Elit memberikan konsensus kpd nilai2 dasar sistem
sosial dan pemeliharaannya.
– Kebijakan cermin dari nilai-nilai elitis, tdak
merefleksikan tuntutan massa,
18
Cont’d
2. Model pluralis
– Kekuasaan adl atribut individu dlm hub dengan
individu lain dalam proses pembuatan keputusan
– Hubungan kekuasaan tercermin dari keputusan
yang disepakati untuk dijalankan
– Tidak ada pembedaan elit dan massa. Individu yang
terlibat dalam pembuatan keputusan saat itu,
mungkin tdak terlibat dalam era selanjutnya.
– Kepemimpinan bersifat cair dengan mobolitas yang
tinggi
– Kekuasaan terbagi diberbagai struktur, tidak ada
yang mendominasi
– Terjadi kompetisi diantara para pemimpin dalam
menentukan kebijakan publik.

19
Kebijakan Publik & Analisisnya
 Kebijakan publik: dikonstruksi berdasarkan
problem2 dan cara2 pemecahannya yang
menyangkut kepentingan orang banyak
(Dewey, 1927)
 Kebijakan publik: studi ttg ‘bagaimana,
mengapa, apa efek dari action dan
inaction pemerintah (Heidenheimer dalam
Wayne Parsons, 2001)

20
Beberapa teori dalam
menyusun kebijakan
pendidikan

21
TEORI FUNGSIONALISME
 Teori fungsionalisme mencurahkan
perhatian pada pendayagunaan SDM
intelektual secara efektif, sehingga
memberikan dampak besar pada
kekuatan negara (Burton Clark:
Technological Functionalism)
 Kebijakannya: perluasan terhadap
pendidikan

22
TEORI HUMAN CAPITAL
 Teori Human Capital yaitu suatu aliran pemikiran
yang menganggap bahwa manusia merupakan
suatu bentuk kapital sebagaimana bentuk kapital
lainnya yang sangat menentukan pertumbuhan
produktivitas suatu bangsa.

 Pendidikan sbg investasi SDM dapat menunjang


pertumbuhan pendapatan negara melalui
peningkatan keterampilan dan kemampuan
produksi dari tenaga kerja.
23
TEORI EMPIRISME
 Kombinasi antara metodologi dan
substansi khususnya dalam hal
pemerataan pendidikan.

 Terjadinya ketimpangan dalam


pelaksanaan pemerataan pendidikan,
mendorong dilakukan riset tentang
kesempatan pemerataan pendidikan

24
Tiga Pilar Kebijakan Diknas 2006
(Bahan dianalisis)
 Pemerataan dan perluasan akses
pendidikan
 Peningkatan daya saing dan relevansi
pendidikan
 Peningkatan kualitas tatakelola &
pencitraan publik pengelola
pendidikan

25
Kerangka Dalam Analisis Kebijakan Pendidikan

Kebijakan Umpan balik


Nasional
Alokasi Agenda
fungsi Analisis Makro Litbang

Fungsi Penemuan
inquiri Analisis Kebijakan litbang

Fungsi Info lainnya Usulan


kebijakan Kept
komunikasi
Respon masyarakat
Masyarakat
26
Ace Suryadi
Kerangka berpikir dalam operasionalisasi
isu-isu Kebijakan Pendidikan (contoh)
Masuk Sekolah
(Access)

Bertahan di
sekolah
(Survive)
Berhasil lulus
(Efisiensi internal) Dampak terhadap
kehi-dupan
(efisiensi
eksternal)
27
Hakikat Manusia Dan Proses
Pendidikan
 Pendidikan sbg transmisi kebudayaan
 Pendidikan sbg pengembangan kepribadian
 Pendidikan sbg pengembangan akhlaq mulia
serta religius
 Pendidikan sbg pengembangan warganegara
yang bertanggungjawab
 Pendidikan sbg penyiapan pekerja2 terampil dan
produktif
 Pendidikan sbg pengembangan pribadi
seutuhnya/paripurna
 Pendidikan sbg pembentukan manusia baru

28
Studi kasus: (bahan didiskusikan)
 Kebijakan tentang sekolah unggulan
 Kebijakan tentang kurikulum berbasis kompetensi
 Kebijakan tentang kelas akselerasi
 Kebijakan tentang zero growth untuk PNS
 Kebijakan tentang otonomi pendidikan, dan Manajemen
Berbasis Sekolah
 Kebijakan tentang wajib belajar, dsb
 UU Guru dan Dosen
 PP 19/2005
 UU ttg BHP
 Dsb

29
Mid-test

30
Pertemuan
VII s/d XII

31
Pembuatan
Keputusan

32
33
Pembuatan Keputusan & Beberapa pertanyaan
 ‘Apa’ menunjuk pada sesuatu hal yang diinginkan di
waktu mendatang
 ‘Mengapa’ menunjuk pada latar belakang yang
mendasari keadaan itu diinginkan terjadi
 ‘Kapan’ menunjuk pada waktu pelaksanaan
 ‘Bagaimana’ menunjuk kepada cara yang akan
digunakan untuk mencapainya
 ‘Dimana’ menunjuk pada tempat rencana akan
dilaksanakan
 ‘Siapa’ menunjuk pelaku yang akan melaksanakan
 ‘Berapa budgetnya’ menunjuk berapa anggaran
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan.
34
Beberapa pertanyaan sebelum pembuatan keputusan
dilakukan (Vroom & Yetton, 1973)
 Apakah keputusan yang dibuat memerlukan
penyelesaian yang berkualitas tinggi?
 Apa saja informasi tambahan yang
diperlukan, siapa yang memilikinya, dan
bagaimana mengumpulkannya?
 Apakah saya (pemimpin) sanggup
memecahkannya sendiri, perlu bawahan atau
konsultan?
 Apakah persetujuan bawahan sangat penting
bagi pelaksanaan dan contingency plans?
 Apakah bawahan juga berkepentingan dalam
tujuan yang ingin dicapai dalam pemecahan
masalah? 35
Fungsi Pemimpin Dalam
Pembuatan Keputusan
1. Sebagai pimpinan, tugasnya adl membuat
keputusan dan mengumumkannya
2. Sebagai pimpinan menjual keputusan tsb
kepada pihak lain
3. Sbg pimpinan menyumbangkan ide2 dan
mengundang pihak lain untuk mengajukan
pertanyaan, sebelum keputusan ditetapkan
4. Sbg pimpinan menyiapkan pokok2
keputusan tentatif dan terbuka terhadap
usulan perubahan yang diajukan pihak lain,
jika sekiranya lebih baik

36
Fungsi2……..

5. Sbg pimpinan, menjelaskan


permasalahan yang dihadapi, meminta
dukungan pihak lain untuk membuat
keputusan
6. Sbg pimpinan menetapkan batas2
materi keputusan dan meminta pihak
lain utk ikut serta membuat keputusan
7. Sbg pimpinan mendelegasikan fungsi
kpd bawahan dalam batas2 tertentu
untuk membuat keputusan sendiri
37
Pembuatan Keputusan
(Fungsi utama seorang pemimpin/manajer)

 Langkah2 pembuatan keputusan meliputi:


– Indentifikasi masalah
– Menyusun alternatif-alternatif pemecahan
masalah
– Memilih satu alternatif terbaik
– Implementasi dari keputusan
– Evaluasi dari pelaksanaan keputusan

38
Peningkatan kemampuan
membuat keputusan
 Usaha:
– Menguasai teori dan teknik dalam pembuatan
keputusan

 Dampaknya:
– Meningkatkan kualitas keputusan
– Meningkatkan efisiensi kerja manajer/
pemimpin

39
Dampak…

– Meyakinkan pihak lain ttg kemampuan


manajer
– Menambah kepercayaan bawahan/
customer
– Meminimalisir akibat negatif dari sebuah
keputusan
– Mendukung karir & kepuasan kerja
manajer
– Meningkatkan produktivitas organisasi
– Meningkatkan kecepatan dan ketepatan
manajer dalam membuat keputusan
40
Kualitas keputusan
 Keputusan dikatakan berkualitas bila memiliki
ketepatan indentifikasi, ketepatan memilih
alternatif pemecahan, fisibilitas pelaksanaan,
akseptabilitas publik, ketepatan waktu, serta
legitimasi atas keputusan tersebut.

 Bawahan biasanya kurang berani untuk


menunjukkan kesalahan akibat keputusan tersebut
yang disebabkan oleh beberapa alasan.

41
Kualitas keputusan riil, dan
Kualitas keputusan potensial

 Kualitas keputusan riil adalah kualitas


keputusan yang dapat dilakukan dan
dapat diterima oleh bawahan/klien.

 Kualitas keputusan potensial adalah


kualitas keputusan yang sebenarnya dapat
dicapai oleh seorang manajer sesuai
dengan kemampuannya, namun belum
dicapainya.
42
Aktivitas dalam pembuatan keputusan
Pembuatan keputusan

Identifikasi, Penetapan Evaluasi Pelaksanaan Monitoring,


definisi, berbagai terhadap dari pilihan review,
dan alternatif berbagai alternatif evaluasi
diagnosis pemecahan alternatif untuk terhadap
pelaksana-
terhadap masalah dan pemecahan
an
masalah pemilihan masalah
pemecaha
alternatif n masalah
terbaik

Pilihan

Pemecahan Masalah 43
Hakikat Masalah dalam Pembuatan
Keputusan
 Suatu keputusan dianggap bermasalah
jika keputusan yang diambil tidak
menyelesaikan persoalan yang dihadapi,
atau hasil yang dicapai melalui penetapan
keputusan tidak sesuai yang diharapkan
dari keputusan tersebut

 Keputusan tidak dapat mencapai sasaran


utamanya.
44
Penjajagan/identifikasi
suatu Masalah
 Identifikasi:
– Membaca laporan, mengamati situasi,
wawancara, kuesioner
 Definisi
– Memberi batasan dan penetapan masalah
yang perlu diangkat dan dipecahkan
 Diagnosis
– Survey lapangan, pencocokan rencana &
aksi
 Penetapan masalah penting (aktif)
45
3 hal yang mengganggu penjajagan masalah

 Rumusan masalah menurut penyelesaian


yang diusulkan, tanpa mempertimbangkan
alternatif lainnya
 Rumusan masalah menurut tujuan-tujuan
yang rendah atau sempit sbg tujuan akhir
 Diagnosis masalah berdasarkan gejala-
gejala yang tampak (symptons), dan
bukan pada akar permasalahannya

46
Penjajagan alternatif-alternatif pemecahan
masalah
 Brainstorming (curah pendapat)
 ‘The nominal group technique’,
merangsang anggota untuk memberi dan
mengevaluasi informasi
 ‘The Delphi technique’, menjaring
pendapat dari para expert (ahli) melalui
suatu panel

47
Pemilihan satu diantara alternatif-
alternatif yang ada (choice making)
 Situasi mendesak dengan pilihan terbatas,
untuk keputusan-keputusan ringan
 Situasi dengan sejumlah pilihan, perlu
mempertimbangkan kualitas keputusan dan
pelaksanaan yang sistematis
 Situasi mendesak dan tidak ada pilihan yang
disepakati dalam pemecahan masalah.
Lihatlah kembali kebelakang utk
mempertimbangkan pilihan sesuai
pengalaman lalu untuk memperoleh feedback

48
Implementasi dari penyelesaian yang dipilih

 Perencanaan: metode, sarana, biaya,


SDM
 Persiapan kegiatan: penjadwalan
kegiatan
 Pelaksanaan kegiatan
– Teknik, prosedur kegiatan

– Catatan: kurangnya perhatian dalam


langkah implementasi sering menyebabkan
tidak terselesaikannya masalah, seperti
yang diharapkan 49
Beberapa tendensi yang dapat mengurangi
efektifitas langkah implementasi
1. Tendensi untuk tidak memahami benar2
apa yang perlu dikerjakan
2. Tendensi untuk tidak benar2 menerima
apa yang dikerjakan, dan membangun
motivasi untuk apa sesuatu hal harus
dikerjakan
3. Tendensi untuk tidak memberi cukup
sumber daya bagi apa yang perlu
dikerjakan
50
Tolok Ukur Kualitas pembuatan keputusan
 Menelusuri sebagian besar alternatif keputusan
 Memperhitungkan tujuan2 apa saja yang akan
dicapai dan nilai2 yang melekat dengannya
 Dengan teliti menimbang biaya dan manfaat
(pengaruh positif dan negatif) dari tiap alternatif
keputusan
 Secara intensif mencari informasi baru yang
relevan utk pengevaluasian alternatif keputusan
lebih lanjut
 Memakai informasi baru/dari para pakar secara
rasional, meskipun harus berubah dari
keputusan semula

51
Tolok ukur……

 Sebelum membuat keputusan terakhir, sekali


lagi dipertimbangkan pengaruh positif dan
negatif dari semua alternatif keputusan

 Membuat persiapan terperinci untuk


pelaksanaan dari alternatif yang dipilih, dengan
tetap memperhatikan keadaan yang tidak
terduga, apabila ada kendala dalam
implementasi.

52
Catatan:….

 Kualitas pembuatan keputusan yang baik apabila


setiap item mempunyai skor yang tinggi
 Keputusan yang dibuat juga harus
mempertimbangkan keadaan tak menentu
(uncertainty) di masa depan.
 Pilihan harus mempertimbangkan hal-hal yang
ideal meskipun aspek pragmatis tidak boleh
diabaikan.

53
Sebab-sebab kurangnya perhatian terhadap pembuatan
keputusan yang lebih cermat

1. Keterbatasan kemampuan mental manusia


dalam mempersepsi dan memproses informasi
yang diperlukan dalam pembuatan keputusan
2. Karena pengaruh dan campurtangan birokrasi,
sehingga pembuat keputusan ingin membuat
puas para penguasa
3. Keterbatasan waktu dan dana yang dapat
digunakan untuk melakukan usaha membuat
keputusan yang lebih teliti

54
Strategi Pembuatan Keputusan
1. Strategi optimisasi/quasi-optimisasi: tujuan
pembuatan keputusan adl pemilihan
alternatif keputusan yang mempunyai
manfaat atau pay-off tertinggi.
2. Strategi pemuasan: lebih menekankan
kepada pemuasan (limited rationality)
daripada usaha memaksimalkan pencapaian
tujuan
3. Strategi Quasi-Satisfiying (quasi-pemuasan)
yakni pembuatan keputusan yang berusaha
memuaskan semua pihak berdasarkan satu
kriteria (decision-rule)
55
Strategi…….

4. Strategi penyortiran (the elimination by


aspects approach) adl strategi yang
menggunakan satu set kriteria (decision-rule)
dan menggunakannya satu persatu untuk
menyortir alternatif yang dievaluasi.
5.Strategi inkremental adl suatu strategi untuk
mencapai tujuan dengan cara bertahap
(sedikit demi sedikit)
6. Strategi mixed scanning merupakan
campuran dari strategi optimisasi dan strategi
kepuasan yang inkremental (setahap demi
setapap). 56
Pembuatan keputusan untuk situasi masa
depan yang tidak pasti
 Identifikasi alternatif-alternatif yang
dipertimbangkan dalam pembuatan
keputusan
 Identifikasi masa depan (state of
nature) yang mungkin terjadi.
 Menyusun berbagai kemungkinan
alternatif yang paling menguntungkan
dengan situasi masa depan (yang pasti
maupun yang tidak pasti

57
Beberapa masalah pendidikan

 Manajemen pendidikan
 Relevansi dengan dunia kerja
 Kualitas guru
 Elitisme pendidikan
 Pemerataan pendidikan (education for all)
 Pembiayaan pendidikan
 Sikap, integritas, dan komitmen

58
Daftar Buku
 William N. Dunn, Public Policy Analysis: an Introduction:,
University of Pittsburgh: Prentice Hall: 1981
 Wayne Parsons: Public Policy: Pengantar Teori dan
Praktik Analisis Kebijakan. Kencana, 2005
 Leo Agustino: Dasar-Dasar Kebijakan Publik: Alfabeta,
2006
 Edi Suharto: Analisis Kebijakan Publik: Alfabeta, 2005
 Thomas R. Dye: Policy Analysis: The University of
Alabama Press. 1976
 Eddi Wibowo: Kebijakan Publik Pro Civil Society: YPAPI,
2004
 Budi Winarno: Teori dan Proses Kebijakan Publik: Med
Press, 2002

59

Potrebbero piacerti anche