Sei sulla pagina 1di 80

TOKSIKOLOGI

dr.Devi Usdiana Rosyidah, M.Sc.


DEPARTMENT OF PHARMACOLOGY
FACULTY OF MEDICINE UMS
2017
PENDAHULUAN
DEFINISI
1. Toksikologi : ilmu yang mempelajari efek samping bahan kimia atau
bahan fisika pada organisme hidup (Cassaret&Doull, 2008).

2. Ilmu yang berkaitan dengan zat bersifat toksik dan efeknya terhadap
tubuh. Zat toksik : bahan kimia yang menyebabkan kerusakan sistem
biologi melalui gangguan atau masalah kesehatan (Ngatidjan, 2012).

3. Sintesis zat kimia toksikologi tidak hanya mempelajari sifat-sifat


racun, tetapi lebih penting mempelajari keamanan setiap zat kimia
(xenobiotik)yang bisa masuk ke dalam tubuhtermasuk obat
(Darmansyah, 2007, FKUI)
LINGKUP TOKSIKOLOGI

Ngatidjan, 2012)
SEJARAH TOKSIKOLOGI

Paracelcus (1493 -1541)


Semua zat adalah racun, tidak ada yang bukan racun. Dosis yang benar
dan indikasi yang tepat dari suatu zatlah yang membedakannya dengan
racun.
Toxicokinetics

Toxicodynamics
Toxication : biotransformation process lead
to toxic metabolite(s) formation which are
electrophyle, free radicals, nucleophyles,
redox active reactants.
Detoxication : biotransformation process that
eliminates the ultimate toxicant to prevent its
toxicity.
EFEK TOKSIK
1. Fisiologi
2. Biokimia
3. Perubahan struktur sel, jaringan,
organ,organismereversible/irreversible
ORGANS POTENTIALLY
SUFFERING FROM TOXICITY
LIVER-blood flow:
portal vein (80%) including absorbed substances from stomach and gut.
liver artery(20%)bring oxygen.
liver as a gate of toxic substances potentially having damage

KIDNEY :
renal blood flow12,5 L per 100 minutes-urin production100 mL per 100
minutes excessive water reabsorption (dramatic increase of filtrate
xenobiotic concentration)
TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

Plant Animal Drug


toxicity toxicity toxicity

Food Insektisida,
Pollutant
toxicity Herbisida
LINGKUP TOXICOLOGY
Drugs poisoning (anticoagulant-
heparin/warfarin,paracetamol/acethaminopen, NSAID, digoxin)
Animals poisoning (snake, black widow, etc)
Plants toxicity
Foods toxicity
Environmental toxicity (pollutans, insectiside,
DRUGS TOXICITY
Anti coagulant : heparin, warfarin AD : protamine
sulphate, 1% slowly intravenously
Analgesik antipiretik : Paracetamol
(acetaminophen)AD : N-acetylcysteine , Acute
ingestion of : 140 mg/kg in children and 6 g in adult
is potentially toxic
With more toxic agents e.g. Phenylbutazone and
oxyphenbutazone, mefenamic acid, piroxicam, and
massive ibuprofen overdoseacidosis, hepatic
dysfunction, hypoprothrombinaemia, convulsions,
cardiopulmonary arrest, renal failure, coma.
Digoxin, opiat, iron, calcium blocker, lithium
ANIMAL TOXICITY
Snake
Arthropods
• Insects
• Spiders
• Scorpions
• Ticks
Reptiles
• Pit Vipers
• Coral Snakes

Venomous Marine Life


FOOD TOXICITY
Bakteria
* Penyebab umum :
> Campylobacter jejunum (dpt  periodontitis dan
Guilain-Barré syndrom/febrile polyneuritis akut)
 Clostridium perfringens (kuman cafetaria)
 Salmonella spp. (S. typhimurium disebabkan
krn telur ½ matang atau patogen yang berasal
dari hewan)
> Escherichia coli O157:H7
enterohemorrhagic (EHEC)hemolytic -uremic
syndrome
FOOD TOXICITY
Bacillus cereus
> Listeria monocytogenes
> Shigella spp.
> Staphylococcus aureus
> Streptococcus
> Vibrio cholerae
> Vibrio parahaemolyticus
> Vibrio vulnificus
> Yersinia enterocolitis
> Yersinia pseudotuberculosis
POLLUTANT
Pencemar udara :
Karbonmonoksida (CO)padat lalulintasCOHb  chery red kulit dan
mukosa
Oksida belerang (SO2 atau S2O5)peleburan bijihiritasi
sal.respirasiberulangkanker
Oksida nitrogen padat lalu lintas
Ozonpeluncuran roket
Formaldehyde
Partikel
• silikat, asbestos  asbestosisindustri semen
• senyawa organis  farmer lung
PENCEMARAN TANAH DAN AIR
Pestisida insektisida

Pupuk : nitrat; nitrosaminca. hepar ; fosfatpertumbuhan ganggang hijau,

Deteregent

LogamAs (Arsenikum), Cd (cadmium)kerusakan tubulus, Hg


(hydrargirum)kerusakan tubulus, Pb (Plumbum), Ni (nickel), Be (berrylium)
TOKSIKOLOGI
EKSPERIMENTAL
TOKSIKOLOGI
EKSPERIMENTAL
1. Uji toksisitas akut : obat yg digunakan dalam waktu pendekobat
cacing

2. Uji toksisitas jangka panjang : obat yg digunakan dalam waktu


lamaantihipertensi, kontrasepsi hormonal

3. Uji toksisitas khususantihipertensi, kontrasepsi hormonal


UJI TOKSISITAS AKUT LD50

LD50 adalah parameter toksisitas dengan melihat 50 % kematian dari


hewan uji

Hewan coba
Paling tidak 1 spesies
Biasanya spesies pengerat (mencit atau tikus)
– Mencakup kedua jenis kelamin
– 4-6 kelompok
– Tiap kelompok minimal 4 ekor jantan & 4 ekor betina
Spesies bukan pengerat, tiap kelompok minimal 2 ekor (anjing, babi)
PERLAKUAN TERHADAP
HEWAN COBA
1. Dosis tunggal
2. Besar dosis bertingkat, ditingkatkan berdasarkan faktor logaritmik,
dengan ratio tertentu misalnya 1,2 ; 1,5 ; atau 2 sampai batas yang
masih memungkinkan untuk diberikan
3. Cara pemberian sesuai dengan cara penggunaan di klinik
4. Ditentukan LD50, yaitu dosis yang menyebabkan kematian (dosis
lethal) pada 50% hewan coba
5. Perlu dosis yang menyebabkan kematian >50% hewan coba
6. Bila tidak dapat ditentukan LD50, maka diberikan dosis lebih tinggi,
dan sampai dosis maksimal yang masih mungkin diberikan pada
hewan coba
PENGAMATAN
Dimulai sejak persiapan
Jangka waktu pengamatan 7-14 hari (dapat lebih lama pada pemulihan gejala
toksik) 24 jam pertama diamati terus menerus (bantuan video)
Yang diamati:
– Kematianbiasanya mulai hari ke-3, dan tingkah laku hewan
ujilihat penyebab kematian
– Gejala-gejala klinis terutama yang berkaitan dengan organ vital
(ginjal, hati, hemopoetik)
– Hewan yang mati diotopsi
– Hewan yang hidup sampai batas akhir pengamatan diotopsi
– Hewan yang menunjukkan efek toksik tetapi dikorbankan
bermanfaat untuk diamati terjadi tidaknya pemulihan
– Berat badan
– Persentase kematian
– Patologi organ (makroskopis, mikroskopis)
Analisis statistik dengan metode yang sesuai
Sholihah E. N, 2012
DOSIS DAN RESPON
UJI TOKSISITAS JANGKA
PANJANG

Mengetahui spektrum efek toksik : hubungan dosis dan toksisitas pada


pemberian berulang dengan jangka waktu lama
Obat diberikan berulang, setiap hari sepanjang waktu tertentu
– Uji subakut/subkronik (1-3 bulan)
– Kronik (3-6 bulan)
Akumulasi, toleransi, metabolisme dan kelainan khusus di organ atau
sistem organ tertentu dapat dipelajari.
 Hewan coba: tikus atau mencit Lama uji toksisitas
jangka panjang
 Perlakuan: persiapan seperti didasarkan pada lama
pada uji toksisitas akut penggunaan obat yang
akan diuji
 Cara pemberian, frekuensi,
interval, lama pemakaian perlu
dipertimbangkan hal-hal:
– Penggunaan empirik
dimasyarakat (untuk Obat
Tradisional)
– Rencana maksud
pemanfaatannya kelak
– Hasil pengamatan uji
toksisitas akut
DOSIS
1. Lazim digunakan 3 peringkat dosis (ditentukan
dengan mempertimbangkan aktivitas
farmakologik dan hasil uji toksisitas akut)
2. Dosis tertinggi diupayakan yang dapat
menimbulkan efek toksik (perubahan
hematologik, biokimia, anatomi, histologi)
namun mayoritas harus dapat bertahan hidup.
3. Dosis paling rendah harus mendekati dosis
efektif sesuai dengan spesies yang digunakan
dalam pengujian
PENGAMATAN
1. Tanda-tanda umum diamati setiap hari
2. Berat badan, makan, minum diamati secara periodik (misalnya tiap 1
minggu)
3. Berat badan: sebelum pemberian obat
4. Gejala-gejala klinis diamati pada hari ke-0 (sebelum obat diberikan)
dan selanjutnya diamati setiap hari.
5. Berat badan diukur pada saat sebelum obat diberikan dan
selanjutnya diukur tiap 1 minggu, sehingga dapat dihitung
pertambahan rerata berat badan per hari (ADG= Average Daily Gain).
6. Jumlah makanan, jumlah minum diukur sebelum obat diberikan dan
selanjutnya diukur tiap 1 minggu, sehingga dapat diukur rerata
jumlah masukan makanan dan minuman per hari.
PENGAMATAN
1. Volume urin dan berat tinja diukur sebelum obat diberikan dan
selanjutnya diukur tiap 1 minggu (dilakukan juga pengamatan
terhadap kualitas urin dan tinja)
2. Pemeriksaan darah rutin, kadar kalium, GOT, GPT, ureum,
kreatinin, albumin, globulin, protein total dilakukan pada hari
ke-0, ke-45, dan hari ke-91.
3. Pada hari ke-91 semua hewan coba dikorbankan, diperiksa
organ dalamnya secara makroskopis dan dibuat preparat untuk
selanjutnya dilakukan pemeriksaan histopatologi.
UJI TOKSISITAS KHUSUS

Mutagenik
Teratogenik
Karsinogenik
TERATOGENIC PROPERTIES (+)
aminopterine or amethopterine(folic acid antagonist) :hidrosephalus,
without fingers, etc.
diethylstilbestrol :cancer ofvagina, ugtract anomalia.
phenitoin : heartanomalia, hypoplasia of nail-thalidomide : focomilea
(shorten of limb)
warfarin : hypoplasia of nose, shorten of finger
vitamin D : aorta stenosis, mental retardation
TERATOGENIC
PROPERTIES (SUSPECT)
amphetamine: urogenital anomalia, labioschizis dsb.
aspirin : cardiovascular, pelvic bone.-klorokuin : deafness, retinopathy
kuinin : thrombocytopenia-rokok : palatoschizis
vitamin D (hypo): hypoplasia of tooth
TERATOGENICITY
Time of exposureembryogenesis (pregnant mother in early term of
pregnancy)
Amount of exposure (dose)different dose different effect
MUTAGENICITY
1. Mutasi gen
2. Perubahan kode genetik DNA
3. Tidak menyebabkan rekombinasi gen
4. Menyebabkan gangguan pada sel somatik maupun kromosom seks
PENYEBAB
KERACUNAN
PENYEBAB KERACUNAN
1. Makanan (bakteri : enterotoksin stafilokokus, virus (hepatitis A), gas
gangren,
2. Tanaman (jamur liar, aflatoksin, sianida,
3. Hewan (ular, laba-laba, kalajengking, lebah, lipan, ubur-ubur laut, dll)
4. Zat kimia lingkungan (bensin, minyak tanah, organofosfat, CO, CO2,
Sianida, logam berat, alkohol, metanol,
5. Zat kimia obat (paracetamol, warfarin, diazepam, boraks,
formaldehid
KLASIFIKASI KERACUNAN
Klasifikasi keracunan menurut cara terjadinya :
1. Self poisoningcoba2 untk cari perhatian
2. Attempted suicidebermaksud bunuh diri
3. Accidental poisoningkecelakaan/tidak sengaja
4. Homicidal poisoningtindak kriminal
Klasifikasi keracunan menurut mula waktu terjadinya :
1. Kronikkumulatif , ex : analgesiknekrosis ginjal
2. Akutmendadakex : keracunan makanan
Klasifikasi keracunan menurut organ yang terkena : SSP, jantung, hati,
ginjal, dst
Klasifikasi keracunan menurut jenis bahan kimia :alkohol, fenol, logam
berat, organoklorin, dll
PENANGANAN
KERACUNAN
GEJALA KERACUNAN
1. Kesadaran : 4 tingkat
a. Tingkat I : megantuk, tapi mudah diajak bicara
b. Tingkat II : sopor, dapat dibangunkan dengan rangsang minimal
(suara keras, gerakkan tangannya)
c. Tingkat III : soporokoma, hanya reaksi terhadap nyeri
d. Tingkat IV : koma, tidak bereaksi thd rangsang maksimal
2. Respirasi : bila volume semenit < 4 L/menit dg wright’s spirometerperlu
O2
3. Tekanan darah syok?
4. Kejang rangsangan SSP
5. Pupil dan efek ekstremitasatropin, morfin : anisokor, midriasis
6. Bising usus(-) pd derajat kesadaran III dan IV
7. Jantungbeberapa obat : digitalis, antidepresan trisiklik
8. Lain-lain : ggn as-bs, retensi urin, mual, muntah diare, kelainan kulit dll
LABORATORIUM
1. Analisis darah, urin, muntahan,
2. Bervariasiproses biotransformasi dalam tubuh
TATA LAKSANA KERACUNAN
1. Keadaan umum pasien :
a. Gagal nafas :
- bersihkan mulut dan jalan nafas
- posisi pasien tidur miring
- Evaluasi volume semenit dg respirometer, daruratberikan niketamid
1x2 mL (perangsang nafas)
- Jika apnearespiratoar mekaniktrakeotomi
b. Syok o/k barbiturat :
- Pasien berbaring dg tungkai sedikit keatas (10 cm)
- Beri metaraminol 5 mg IM dan diulangi 2-3 kali, interval 20 menit,
pertahankan tensi 100 mmHg
- Bila belum menolong : beri infus dekstran , oksigen, amati asidemia dan
payah jantung
- Hidrokortison 100 mg tiap 6 jam untuk kasus resisten
TATA LAKSANA KERACUNAN
2. Pencegahan absorbsi obat
- Keracunan melalui kulitbersihkan dengan sabun dan air
- Keracunan inhalasi beri udara segar
- Obat tertelan
a. rangsang muntahsenggol faring dg spatel/beri apomorfin 5-8 mg
SC, atau mustard 2 sendok makan dalam segelas air hangat
b. bilas lambungpasien sadar, miring kekiri, kepala lebih rendah,
gunakan air hangat, dikerjakan dalam 4 jam setelah pasien menelan
obat, kecuali salisilat dan barbiturat, bila keracunan sianida dan pemutih
pakaianpakai larutan tiosulfat, untuk opiat gunakan larutan KMnO4
c. beri pencaharkarbon aktif dalam suspensi air, masukkan lewat NGT
dosis I : 35-50 gram disusul 15-20 gram setiap 4-6 jammengurangi waktu
paruh eliminasihanya tindakan tambahanpemberian tx kausal dan
simtomatik tetap diberikan
TATA LAKSANA KERACUNAN
3. Tindakan lain
- Barbiturat atau diazepam u/ kejang
- Cairan IV untuk ggn hemodinamik
- Antibiotik u/ komplikasi radang paru
- Transfusi (exchange transfusion)kerusakan eritrosit
- dialisis peritonealalkohol, metilalkohol, amfetamin, barbiturat kerja panjang, as
borat, bromida, CCl4, sikloserin, salisilat, metil salisilat, primidon, natrium klorat,
sulfonamid
- diuresis paksamemberi cairan parenteral dalam jumlah besar(0,5-1,5 L dalam 1
jam)keracunan besar, obat larut air, BM obat kecil, tdk diakumulasi dlm
rongga/organ tbh, ekskresi tempat lain kecilalkohol, metil alkohol,
amfetamin,fenobarbital dna barbital, bromida, litium, meprobamat, salisilat,
metilsalisilat, primidon, kina, kuinidin, sulfonamid
- hemodialisisbila kadar obat bebas didarah>>, ex fenobarbital dan hemoperfusi
TATA LAKSANA
KERACUNAN
1. Alkohol (etil)
- Mek : depresi SSP, hipoglikemia,
- Dosis toksik : konsentrasi dalam darah 100 mg/dL (0,7 kg etanol
murni), peminum baru 300 mg/dL sdh sebabkan koma
- SS : muntah, delirium, depresi SSP
- Tx : simtomatikberi kopi tubruk, emetik dg mustard 1sdm dalam air
atau garam dapur
TATA LAKSANA
KERACUNAN
2. Antihistamin
- Mek : AH1 antikolinergik, stimulasi/menekan SSP
- Dosis toksik : 20-40 mg/kg, atau 3-5 kali dosis lazim harian
- SS : depresi SSP sd koma, kejang disusul depresi nafas, mulut
kering, takikardia
- Tx : simptomatik, jika kejang beri antikonvulsan3-4 mL tiopental 2-
5% IV
TATA LAKSANA
KERACUNAN
3. Asam dan basa kuat (HCl, H2SO4, KOH, NaOH)
- Mek : asa kuatnekrosis koagulasi, membatasi kerusakan lebih
lanjut, basa kuatlikuefaktif, degenerasi solid menjadi cair
kerusakan cukup luas
- Dosis toksik : tidak spesifik, indikatornya konsentrasi bahan (pH)
- SS : korosif
- Simtomatik, beri susu, TIDAK bilas lambung
TATA LAKSANA
KERACUNAN
4. Asam borat (boraks)
- Mek : organ yg paling sering terkena GIT, otak hati, ginjal
- Dosis toksik : akut --:1-3 gram pd neonatus, 5 gram pd bayi, 20 gram
pd dewasa
- SS : muntah, diare, suhu badan turun, rasa lemah, sakit kepala, tidak
tenang, rash erythematosa
- Tx : simptomatik, diuresis paksa
TATA LAKSANA
KERACUNAN
5. Asetaminofen
- Mek : metabolit acetaminofen diikat o/glutation hatipd keracunan
melebihi kapasitas glutation hatikerusakan hati dan ginjal
- Dosis toksik : > 140 mg/kgBB pd anak-anak, 6 gram pd
dewasahepatotoksik
- SS : gjl awal anoreksia, mual, muntah, setelah 24-48 jam Protrombin
time naiknekrosis hati lebih jelas
- Tx : induksi emesiskarbon aktif/katartik, antidotum spesifik : N-
asetilsistein 140 mg/kg BB per oral, tgt kecepatan pemberian terapi
TATA LAKSANA
KERACUNAN
6. Bensin
- SS : inhalasi atau oral mual, muntah, sakit kepala, penglihatan
terganggu, mabuk, koma, depresi sentral, depresi nafas
- Tx : simptomatik , epinefrin dan norepinefrin NOfibrilasi ventrikel
TATA LAKSANA
KERACUNAN
7. Formaldehid (formalin)
- Mek : presipitasi protein nekrosis koagulasi jar terpajan, bentuk
gas larut airterhirup jd iritasi, spasme, edema laring
- Dosis toksik : inhalasi100 ppm, 30 mL lar formaldehid 37%
sebabkan kematian
- SS : iritasi mata, batuk ,emgi, edema paru, menelan
formaldehidkorosif lambung dan usus, as format>>> asidosis
metabolik
- Tx : inhalasipertahankan jalan nafas+O2 dan observasi 4-6 jam,
beri infus u/ atasi syok dan koma, asidosisNa bikarbonat,
pobilas lambung, NO induksi emesis, karbon aktif OK
TATA LAKSANA
KERACUNAN
8. Insektisida organofosfat
- Mek : menghambat Asetilkolin esteraseakumulasi acetil kolin
- Dosis toksik : Setiap dosis berbahaya
- SS : muntah, diare, hipersalivasi, bronkokontriksi, keringat banyak,
miosis, bradikardi, tensi turun, kejang, paralisis, depresi nafas
- Tx : bersohkan jalan nafas, berikan 2 mg atropin sulfat IV ulang tiap
10-15 menit sd terlihat muka merah dan hipersalivasi berhenti, dan
takikardi, observasi terus, bila perlu ulangi kembali
TATA LAKSANA
KERACUNAN
9. Gol karbamat : baygon
- Mek : hambat asetilkolin esterase
- SS : = organofosfat
- Tx : beri cepat atropin sulfat 2 mg IV ulangi tiap 10-15 menit sd
atropinisasi penuh
TATA LAKSANA
KERACUNAN
10. Jengkol
- Mek : asam jengkolat bebas melewati glomerulus, dalam ultrafiltrat
mdh menjadi kristal bentuk jarum
- SS : kolik ureter dan renal, hematuria, oliguria, anuria, uremia
- Tx : Na bikarbonat 4x2 gram po sehari
TATA LAKSANA
KERACUNAN
11. CO
- Mek : Tbx ikatan CO-hb
- SS : sakit kepala, koma, depresi nafas, syok
- Tx : pernafasan buatan dengan O2 murni dibawah tekanan
TATA LAKSANA
KERACUNAN
12. Metanol
- Mek : dimetabolisme o/alkoholdehidrogenase formaldehidasam
format, met anol dan etanol berkompetitisi berik dg alkohol
dehidrogenase
- Dosis toksik : min 100 mg/kg, fatal 30-240 mL (20-150 g)
- SS : setelah 8-32 jamdepresi SSP, asidosis, retinitis, buta, sakit
kepala, sakit perut, kulit dingin, mengigau, koma,bradikardi
- Tx : diuresis paksa, perbaiki asidosis, beri etanol u hambat oksidasi,
asam nikotinat IV u dilatasi arteri
TATA LAKSANA
KERACUNAN
13. Merkuri
- Mek : reaksi dg gugus sulfhidril, berik dg proteinmenginaktivasi
enzim
- Dosis toksik : Merkuri logam28 mg/m3, merkuri organik0,03 mg
- SS : akut muntah, diare, gagal ginjal dalam 24 jam, hepatitis ;
kronik  iritabilitas, hilang ingatan, insomnia, tremor,
stomatitis,salivasi
- Tx : simptomatik, keracunan uapberi O2, oralhati2 atasi syok,
hemodialisis 1-2 minggu
TATA LAKSANA
KERACUNAN
14. Minyak tanah
- Dosis toksik : 120-150 mL, 2 sendok teh bila teraspirasi
- SS : iritasi paru, depresi SSP, dispnea, asfiksia, edema paru,
pneumonitis
- Tx : NO bilas lambung,simptomatik saja, beri O2 under pressure bils
edema paru, antibiotik
TATA LAKSANA
KERACUNAN
15. Nikotin
- Mek : nikotin berik dg reseptor kolinergik nikotinik, dosis tinggi
stimulasi parasimpatis, otakmuntah, kejang
- Dosis toksik : 60 mg=3 batang sigaret yg dilarutkan dalam kopi
- SS : sakit kepala, pusing, tremor, kejang paralisis pernafasan, koma
- Tx : tidak ada antidotum, bilas lambung, laksa, dg MgSO4 30 mg,
pernafasan buatan
TATA LAKSANA
KERACUNAN
16. Sianida (singkong)
- Mek : mecara berik ireversibel dg sitokrom oksidase seluler
menyebabkan asfiksia dg cara ik ireversibel dg sitokrom oksidase
selulerhambat penggunaan oksigen
- Dosis toksik : 200 mg (garam sianida)
- SS : mual, muntah, pernafasan cepat, delirium, sianosis, koma
- Tx : beri segera 50 mL na tiosulfat 25%IV
TATA LAKSANA
KERACUNAN
17. Tingtur Yodium pekat
- Mek : sifat korosif, tertelangastroenteritis hebat,
- Dosis toksik : 30-60 mL
- SS : bila pekat sifat korosif, hipotensi, takikardia, delirium, stupor,
nefritis
- Tx : beri air tajin, dan susu dengan segera, bilas lambung dg larutan
Na-tiosulfat 10%
TATA LAKSANA
KERACUNAN
18. Warfarin atau derivat dikumarol (racun tikus)
- Mek : tjd krn terapi jangka panjang
- Dosis toksik : dosis berbahaya 1-2 mg/kgBB untuk 6 hari
- SS : perdarahan kulit dan mukosa
- Tx : vit K 50 mg IM atau 3 kali 50 mg oral sehari, fitomenadion jauh
lebih poten dan bermanfaat
ADSORBENT
Inhibit gastrointestinal absorption.
(by form a physicochemical bound with toxin)

- Orally
* activated charcoal
* resin (cholestyramine)

* evaporated milk (weak adsorbent)


* kaolin.
- bentonite (for bipyridil intoxication)
FORCED DIURESIS
Requirement : good heart and kidney function
-Drink water : coconut ( green coconut)
-intravenous ringer / ringer dextrose :
* drops according to the needs.
* monitor the urine production.
* monitor the side effect occurred.
Harmful effect and side effect : lung and cerebral edema
Contraindication :
* shock
* cardiac or / renal insufficiency
* edema, suspect cerebral edema, convulsion.
DIALYSIS
Hemodialysis :(machine dialysis)
-Peritoneal dialysis :
* dialysis fluid 100 - 250 ml (37o C, sterile, isotonic, iso-pH), 
intraperitoneal injection
* wait 1/2 -1 hrs  aspirate again.
* do again 8 - 12 times.
DIALYSIS
Indication :
- life-threatening poisoning (caused by ethanol,
methanol, ethylene glycol, isopropanol)
- substance with small volume distribution
- substance with small MW
- substance (water soluble)
- nonprotein binding (blood and tissue)
CHEMICAL ANTIDOTE
Chelators :

EDTA and CaNa2EDTA (edatamil) for Pb, Au and Cd intoxication

BAL (dimercaprol) for As, Pb, Fe, Se, and U intoxication

deferoxamine ? (for Fe intoxication is doubfuly its effectivity  may increase

absorption)

penicilamine (for Cu, Hg and Zn intoxication)

- KMnO4 (oxidize the alkaloids  for alkaloids intoxication)

- Activated charcoal
PHYSIOLOGICAL
ANTIDOTE
•ethanol (for methanol intoxication)
• anticonvulsants (for caffeine intoxication)
• atropine (for AChE inhibitor intoxication)
• antihistamines (for histamine intoxication)
• anticonvulsants (for chlorine intoxication)
• naloxone (for morphine intoxication)
• acetylcystein (for acetaminophen intoxication)
BUKU RUJUKAN
1. Ganiswarna, S. G dkk. 2011. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. FK
UI.Gaya baru : Jakarta
2. Katzung, B. G. 2012. Farmakologi Dasar&Klinik. Edisi 10. Jakarta :
EGC
MATUR
TENGKYUUUUU……

Potrebbero piacerti anche