Sei sulla pagina 1di 27

Konstribusi Islam dalam

kedokteran Modern

Prof.Dr.Eddy Mart Salim, SpPD,K-AI

Fakultas Kedokteran Muhammadiah


Palembang
2012
Banyak opini yang berkembang tentang
keberadaan kedokteran Islam, namun kebanyakan
opini tersebut menyempit menjadi opini yang
menyederhanakan kedokteran Islam menjadi
kedokteran nabi (thibbun nabi)
Empat hal yang disebut-sebut berkaitan dengan kedokteran
Islam:

(1) kebiasaan sehat Rasulullah seperti puasa sunah, tidak


makan sebelum lapar, berhenti sebelum kenyang,
(2) mengkonsumsi madu atau habatussaudah
(3) bila sampai sakit, terapinya adalah bekam
(4) untuk penyakit karena pengaruh sihir dilakukan ruqyah
syar’iyah. [1]
Ilmu kedokteran Islam didefinisikan sebagai ilmu
pengobatan yang model dasar, konsep, nilai, dan
prosedur- prosedurnya sesuai atau tidak
berlawanan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Prosedur medis atau alat pengobatan yang
digunakan tidak spesifik pada tempat atau waktu
tertentu. Ilmu kedokteran Islam itu universal,
mencakup semua aspek, fleksibel, dan
mengizinkan pertumbuhan serta perkembangan
berbagai metode investigasi dan pengobatan
penyakit.
Dengan demikian, penyederhanaan seperti di atas
merupakan hal yang tidak mutlak dapat dibenarkan,
walaupun cara-cara pengobatan yang disebut-sebut
berkaitan dengan kedokteran Islam tersebut merupakan
bagian dari kedokteran Islam itu sendiri
Bahkan, bisa dikatakan bahwa life style dan pedoman
hidup sehat yang dicontohkan oleh Rasulullah adalah
kebenaran hakiki yang tidak diragukan manfaatnya
bahkan dalam penelitian modern lambat laun diketahui
manfaat medisnya melalui berbagai penelitian.
‫َّللاَ َو ْاليَ ْو َم ْال ِخ َر َوذَ َك َر‬
َّ ‫ان يَ ْر ُجو‬ َ ‫َّللاِ أ ُ ْس َوة ٌ َح‬
َ ‫سنَةٌ ِل َمن َك‬ َّ ‫سو ِل‬ َ ‫لَّقَ ْد َك‬
ُ ‫ان لَ ُك ْم فِي َر‬
﴾٢١﴿ ‫يرا‬ ً ‫َّللاَ َك ِث‬
َّ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al- Ahzab: 21)
Pada ayat di atas ditegaskan, bahwa segala hal yang
dicontohkan oleh Rasulullah SAW merupakan teladan yang
baik, tidak terkecuali dalam hal pengobatan dan kedokteran.
Banyak sunnah-sunnah Rasul yang setelah diteliti lebih lanjut,
ternyata terbukti memberikan manfaat. Orang yang
melakukan wudhu’ dengan baik, termasuk di dalamnya
melakukan istinsyaq (menghirup air lewat hidung)
dan istintsar (mengeluarkan air yang dihirup lewat hidung),
menurut hasil penelitian Prof. DR. Syahathah dari bagian
THT Fakultas Kedokteran Universitas Alexandria,
istinsyaq dapat membersihkan hidung dari kuman-kuman
dan istintsar dapat mengeluarkan kuman tersebut
sehingga mengurangi terjadinya infeksi hidung
Begitu pun dengan cara pengobatan misalnya dengan
menggunakan madu. Menurut hadits yang diriwayatkan
oleh Bukhari madu yang sangat dianjurkan oleh
Rasulullah telah terbukti kebenarannya. George (2007)
serta Gethin (2008), telah mendemonstrasikan bahwa
madu dari tumbuhan Leptospermum Scoparium memiliki
aktivitas antibakteri yang tinggi, bahkan tim dokter
Divisi bedah plastic RSCM meneliti lebih lanjut efek anti
bakteri tersebut mendapatkan hasil bahwa tiga jenis
bakteri yang terkenal berbahaya yaitu, Pseudomonas
sp, Stapilococus sp serta bakteri yang terkenal karena
kebal terhadap berbagai antibiotic, MRSA (methicillin-
resistant stapilococus aureus) ternyata dapat dimatikan
oleh madu
Kedokteran Islam Modern
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bahwa
Nabi SAW telah memerintahkan dokter melakukan
pembedahan perut pada seorang laki-laki yang
mempunyai penyakit kronis pada perut. . Dokter itu
berkata “Ya Rasulullah, mungkinkah seni kedokteran
membantu dalam hal ini? Nabi menjawab “Jika jenis
pengobatan ini terbukti berhasil, maka metode pengobatan
ini hendaklah dipakai di sini”.
Rasulullah tidak melarang pengobatan
modern, malahan memberikan penganjuran
yang kuat padanya, beberapa hadits lain juga
menerangkan bahwa Rasulullah pernah
memanggil dokter untuk pengobatan salah
satu sahabat Anshar yang mengalami
pendarahan internal, bahkan Rasulullah
ketika menjelang wafatnya, beberapa
dokter baik Arab maupun non Arab selalu
datang serta duduk di samping beliau dan
mengobati beliau.
Penyederhanaan kedokteran Islam menjadi
kedokteran nabi sesungguhnya juga tidak terjadi pada
masa-masa kejayaan Islam. Pada saat itu kaum
muslimin secara sadar melakukan penelitian-
penelitian ilmiah di bidang kedokteran
secara orisinal dan memberikan kontribusi yang
luar biasa di bidang kedokteran.
Era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah tokoh
kedokteran terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Zahrawi,
Ibnu-Sina, Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis, dan Ibn-
Maimon. Ibnu Sina misalnya, dokter kelahiran
Persia yang telah menghafal al Qur’an sejak usia
lima tahun ini, tidak hanya dikenal sebagai Bapak
kedokteran Islam, dunia pun menyebutnya
sebagai Bapak Kedokteran dunia (Averoos).
Tidak berlebihan, karena perkembangan dunia
kedokteran awal tidak bisa terlepas dari nama
besar Ibnu Sina. Ia juga banyak menyumbangkan
karya-karya original dalam dunia kedokteran.
• Dalam Qanun fi Thib misalnya, ia menulis
ensiklopedia dengan jumlah jutaan item
tentang pengobatan dan obat-obatan. Ia juga
adalah orang yang memperkenalkan
penyembuhan secara sistematis, dan ini
dijadikan rujukan selama tujuh abad lamanya.
Ibnu Sina pula yang mencatat dan
menggambarkan anatomi tubuh manusia
secara lengkap untuk pertama kalinya. Ia pun
adalah orang yang pertama kali merumuskan,
bahwa kesehatan fisik dan kesehatan jiwa
ada kaitan dan saling mendukung.
Falsafah Kedokteran Islam:
“Tidak ada penyakit yang Allah
ciptakan, kecuali Dia juga
menciptakan cara
penyembuhannya” (HR
Bukhari).
Falsafah ini, hendaknya memotivasi para dokter untuk
senantiasa menggali dan mengembangkan ilmu
kedokterannya serta mengambil hikmah yang terkandung
di dalamnya. Mengobarkan semangat para praktisi
kesehatan Nabi (thibbun nabawi) untuk
menggali teladan-teladan dari pola hidup Rasulullah
SAW dan mulai melakukan penelitian sehingga
kedokteran Nabi ke depannya akan menjadi kedokteran
yang terbukti keilmiahannya, diterima secara global dan
bisa jadi menjadi pintu masuk hidayah bagi dokter-dokter
barat yang memiliki kecintaan pada bidang kedokteran
ini.
Namun dikotomi yang terjadi dewasa ini,
telah membuat jarak yang jauh antara
kedokteran modern dan thibbun nabawi.
Sehingga ketika disebut kedokteran Islam
identik dengan thibbun nabawi saja. Bahkan
yang lebih mengkhawatirkan, terjadi
hubungan antagonistis antara kedokteran
modern dengan kedokteran nabi
Tidak jarang kita temukan, seorang pasien yang berobat
kepada dokter modern, dan si dokter mencela
kedokteran cara nabi begitu pun sebaliknya banyak kita
temukan orang yang mengaku sebagai praktisi
pengobatan nabi mempengaruhi pasien akan dampak
negatif kedokteran modern, yang lebih menakutkan ada
kalanya si praktisi kedokteran nabi tersebut jatuh ke dalam
tahap fitnah terhadap kedokteran modern, padahal
seharusnya para praktisi kedokteran nabi tidak hanya
mengobati pasien dengan sunnah yang diajarkan Rasul
SAW, tetapi juga mencontohkan melalui perilakunya
sendiri.
Idealnya, seorang yang melakukan praktek
kedokteran dalam kedokteran Islam, baik itu
dokter modern ataupun praktisi thibbun
nabawi hendaklah berperan deliberative ( guru
yang memberitahu pasien apa yang harus
dikerjakan dan mengapa hal itu harus dikerjakan)
[9] sehingga hubungan dokter - pasien atau
praktisi kesehatan - pasien menjadi efektif
untuk penyembuhan pasien.
Bagi seorang dokter dalam melaksanakan tugasnya
berlaku “Aegroti Salus Lex uprema” yang berarti
keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi
[10] jika pengobatan nabi merupakan pengobatan yang
dapat menyembuhkan pasien, maka tidak ada
salahnya jika seorang dokter menyarankan
melaksanakan thibbun nabawi pada pasiennya, dan
para praktisi kedokteran nabi tentu akan dapat
mencontoh Nabi SAW yang membolehkan bahkan
menyarankan kedokteran modern jika itu berguna
untuk kemaslahatan.
Penelitian kedokteran modern yang berkembang pesat,
hendaklah dimanfaatkan oleh dokter-dokter muslim
untuk menemukan pengobatan penyakit mau pun
mengambil pelajaran dan hikmah sehingga dokter-
dokter muslim dapat kembali merasakan zaman
keemasan kedokteran Islam. Di samping itu, dokter
muslim yang mendalami ilmu kedokteran modern
hendaklah menjadi agen kedokteran Islam dengan
berperilaku yang mencerminkan akhlakul karimah
Pengobatan cara nabi (thibbun nabawi) yang
terkesan berkembang lambat karena hanya sedikit
diterapkan dalam kehidupan modern. Haruslah
melakukan riset yang konseptual dan sistematis.
[11] Hal ini sesungguhnya didukung oleh hukum
kesehatan Indonesia. Dimana pada Kode Etik
Kedokteran Indonesia (KODEKI) [12] pasal 47
menyatakan bahwa pengobatan tradisional dapat
terus ditingkatkan dan dikembangkan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Sehingga dengan pengembangan dan
peningkatan mutu disertai dengan riset konseptual
dan sistematis pengobatan cara nabi (thibbun
nabawi) akan diterima secara universal
Kedokteran Islam: Integrasi Kedokteran
Modern dan Thibbun Nabawi

“Mohonlah kepada Allah kesehatan.


Sesungguhnya karunia yang paling baik
setelah keimanan adalah kesehatan” (HR
Ibnu Majah)
Mayoritas orang memiliki kecenderungan mencari
pengobatan instan, baik medis maupun alternative.
[13] Harapan terbesar orang yang sakit adalah menjadi
sehat kembali. Dokter modern maupun praktisi
kedokteran nabi (thibbun nabawi) ataupun kedua-
duanya tidaklah bisa memberi kesembuhan, karena
sesungguhnya Allah lah yang maha menyembuhkan.
ْ ‫َو ِإذَا َم ِر‬
ِ ‫ضتُ فَ ُه َو يَ ْش ِف‬
﴾٨٠﴿ ‫ين‬
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan
Aku.” (QS. Asy Syu’araa’: 80) [14]
Baik dokter modern maupun praktisi thibbun
nabawi sudah seharusnya berusaha untuk
kesembuhan pasiennya, dan berusaha
mengembalikan kejayaan kedokteran Islam dengan
cara memperkaya khazanah ilmu masing-masing,
memberikan pelayanan kesehatan yang professional
dan menunjukkan nilai-nilai keislaman serta saling
mendukung dan bekerja sama dalam
rangka ikhtiar untuk kesembuhan pasien
Terima kasih

Wassalam
Catatan Kaki:
[1] Dr. Fahmi Amhar, Kedokteran Islam Pakai Uji Klinis, dimuat di Media Umat no. 2, November
2008
[2] Professor Dr Omar Hasan Kasule Sr. MB ChB (MUK), MPH & DrPH. concept of Islamic
medicine. Int. Med J Vol 4 No 1 June 2005 akses melalui http://www.eimjm.com/Vol4-No1/Vol4-
No1-H2.ht pada 16 Maret 2012
[3] Al Qur’an al-karim
[4] Assegaf, Muhammad Ai Toha. 365 Tips sehat ala Rasulullah. 2009. Hikmah.Jakarta
[5] Sudjatmiko, Gentur. Madu untuk obat luka kronis. 2011. Yayasan khazanah kebajikan.
Tangerang
[6] As-Suyuti, Abdurrahman Jallaludin. Pengobatan cara nabi. 2006. Pustaka hidayah. Bandung
[7] As-Suyuti, Abdurrahman Jallaludin. Pengobatan cara nabi. 2006. Pustaka hidayah.bandung
[8] Ibnu Sina: Bapak Kedokteran Dunia (2). Rubrik khazanah Islam 12 Maret 2012 akses
melalui http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/03/14/m0vk2o-hujjatul-islam-
ibnu-sina-bapak-kedokteran-dunia-2 pada 17 Maret 2012
[9] Revino, Ana Rima. Peran Ilmu Kedokteran Wisata dalam Pencegahan penyebaran Avian
Influenza.2006. Pdf diunduh pada 17 Maret 2012
[10] Hanafiah, Jusuf. Amir, Amri. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. 1999. EGC. Jakarta
[11] Assegaf, Muhammad Ai Toha. 365 Tips sehat ala Rasulullah. 2009. Hikmah.Jakarta
[12] Hanafiah, Jusuf. Amir, Amri. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. 1999. EGC. Jakarta

Potrebbero piacerti anche