Sei sulla pagina 1di 34

CLINICAL SCIENCE SESSION

KUSTA

Disusun Oleh :
Rani Gusmawati
Rani Megawati

Preceptor : dr. H. Satryo Waspodo, Sp.RM

Bagian Ilmu Rehabilitasi Medik


P3D FK UNISBA-RS ALIANSI
BANDUNG
2010
DEFINISI

 Penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi


Mycobacterium leprae (M. leprae) yang
pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya
dapat menyerang kulit, mukosa mulut,
saluran napas bagian atas, sistem retikulo
endotelial, mata, otot, tulang, dan testis.
Mycobacterium leprae
Cara Penularan

 Dapat ditularkan secara langsung  cara


penularan yang pasti belum diketahui.
 Kusta dapat ditularkan melalui saluran
pernafasan dan kulit
 Timbulnya penyakit kusta bergantung pada:
 Faktor sumber penularan
 Faktor kuman kusta
 Faktor daya tahan tubuh
Klasifikasi

Internasional
• Indeterminate (I)
• Tuberkuloid (T)
• Boderline (B)
• Lepromatosa (L)

Ridley-Jopling
• Tipe TT (tuberkuloid)
• BT (borderline tuberculoid)
• BB (mid borderline)
• BL (borderline lepromatous)
• LL (lepromatosa)
Tipe LL
Predileksi
 Lesi Kulit  tubuh yang relatif lebih dingin (muka,
hidung, telinga, dll)
 Kerusakan saraf  saraf tepi yang superfisial.
 N. fasialis  lagoftalmus
 N. trigeminus  anestesi kornea
 N. aurikularis magnus
 N.radialis  drop wrist
 N.ulnaris claw hand
 N. medianus
 N. peroneus komunis  drop foot
 N. tibialis posterior  claw toes
Claw toes

Claw hand Droop wrist


Adanya lesi
kulit yang
khas dan
Penebalan kehilangan
saraf tepi sensibilitas

BTA positif

Diagnosis
PENGOBATAN PENYAKIT KUSTA
 Regimen pengobatan kusta di
Indonesia disesuaikan dengan
rekomendasi WHO (1995),
yaitu program Multi Drug
Therapy (MDT) dengan
kombinasi obat medikamentosa
utama yang telah diterapkan
sejak tahun 1981 yaitu terdiri
dari :
 Rifampisin
 Klofazimin (Lamprene)
 DDS (Dapson/4,4-diamino-
difenil-sulfon)
REAKSI KUSTA
Reaksi kusta
Menggambarkan keadaan mengenai berbagai gejala dan
tanda radang akut lesi os kusta, yang dianggap sebagai kelaziman
pada perjalanan penyakit atau bagian komplikasi penyakit kusta.

Jenis Reaksi Kusta:


Reaksi I & II

Etiologi
Episode hipersensitivitas akut terhadap antigen basil  gangguan
keseimbangan imunitas yang telah ada.
PENANGANAN REAKSI KUSTA
Tujuan penanganan reaksi kusta :
- Mengatasi neuritis untuk mencegah agar tidak berkelanjutan
- Secepatnya dilakukan tindakan agar tidak terjadi kebutaan bila
mengenai mata
- Membunuh kuman penyebab agar penyakitnya tidak meluas
- Mengatasi rasa nyeri
Prinsip pengobatan reaksi kusta :
1. Pemberian obat antireaksi
2. Istirahat / imobilisasi
3. Analgetik, sedatif untuk mengatasi nyeri
4. Obat antikusta diteruskan
KECACATAN KUSTA
 Jenis cacat kusta :
 Primer
 Akibat aktivitas penyakit,terutama respon jaringan
terhadap M.Leprae
 Macam cacat primer :
 Saraf sensorik (anastesi), s.motorik (wrist drop,foot drop,
claw hand, claw toes, lagoftalmos) & s.otonom (kulit
kering,elastisitas kulit berkurang,gang. Refleks vasodilatasi)
 Infiltrasi kuman pada kulit dan jaringan subkutan (kulit
berkerut & berlipat-lipat)
 Sekunder
 Akibat cacat primer, terutama adanya kerusakan saraf
(sensorik, motorik, otonom)
 Beberapa contoh:
 Anestesi  memudahkan terjadinya luka akibat trauma
mekanis/termis  infeksi sekunder
 Kelumpuhan motorik  kontraktur  gangguan
menggenggam/berjalan
 Lagoftalmos  kornea kering  timbul keratitis
 Derajat cacat kusta berdasarkan WHO (1988) :
 Cacat tangan dan kaki
 Tingkat 0 : tidak ada anastesi dan kelainan anatomis
 Tingkat 1 : ada anastesi, tanpa kelainan anatomis
 Tingkat 2 : terdapat kelainan anatomis
 Cacat mata
 Tingkat 0 : tidak ada kelainan pada mata (termasuk visus)
 Tingkat 1 : + kelainan mata, visus sedikit berkurang
 Tingkat 2 : + lagoftalmus dan visus sangat terganggu (6/60)
PENCEGAHAN CACAT PADA KUSTA
 Upaya pencegahan cacat primer
 Diagnostik dini
 Pengobatan secara teratur dan adekuat
 Penatalaksanaan reaksi

 Upaya pencegahan cacat sekunder


 Perawatan diri sendiri untuk mencegah luka
 Latihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan
 Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot
 Bedah septik untuk mengurangi perluasan infeksi
 Perawatan mata, tangan dan kaki yang mengalami kelumpuhan
otot.
Pencegahan & Perawatan Cacat Kusta
oleh Penderita
Perawatan mata
• Bila terjadi lagoftalmos & insensitive corne
• Berkedip secara sadar & aktif
• Tutupkan kelopak mata secara perodik & teratur
• Basuhlah bola mata dengan air agar tidak kering
• Lindungi bola dari terpaan angin, debu, sinar matahari

Perawatan tangan
• Terdapat kelemahan otot  latihan secara aktif, tetapi masih ada sisa
kekuatan otot atau hampir hilang  latihan secara pasif
• Pertahankan ROM sendi2 tangan dengan latihan aktif/pasif
• Bila ada insensitive hand:
• Rendam dalam air selama 30 menit
• Minyaki agar tetap lembab
• Haluskan bagian kulit yang kering
• Hindari benda2 tajam & panas
Perawatan kaki
• Kelemahan otot  terapi latihan
• Pertahankan ROM sendi2 kaki
• Bila ada insensitive feet:
• Rendam dalam air selama 30 menit
• Minyaki agar tetap lembab
• Haluskan bagian kulit yang keras
• Berjalan dengan memakai als kaki lunak
• Bila perlu pakai alat bantu jalan
• Timbul ulkus  rawat setiap hari
Rehabilitasi Medik

Kecatatan pada Kusta


Patogenesis Kecatatan

Tahap I  penebalan saraf disertai


gangguan sensorik

Tahap II  kerusakan saraf, timbul


paralisis tidak lengkap yaitu pada otot
kelopak mata, otot jari tangan & kaki

Tahap III  terjadi penghancuran saraf,


dapat terjadi infeksi yang progresif dengan
kerusakan tulang & kehilangan penglihatan
Program Terapi
• upaya rehabilitasi medis
Bila kasus lebih bersifat pencegahan
kecacatan.
dini

• upaya rehabilitasi
Bila kasus difokuskan pada
pencegahan handicap &
lanjut mempertahankan
kemampuan fungsi sisa
Beberapa hal yang harus dilakukan
pasien:
Pemeliharaan
kulit harian

Dukungan Latihan
psikososial & Fisioterapi
keluarga

Program Proteksi
okupasi terapi tangan & kaki

Ortese/Protese
Pemeliharaan kulit harian

 Cuci tangan dan kaki setiap malam sesudah


bekerja dengan sedikit sabun
 Rendam kaki sekitar 20 menit dengan air
dingin
 Jika kulit sudah lembut  gosok kaki dengan
busa agar kulit kering terlepas
 Secara teratur periksa kulit (ada kemerahan,
nyeri, luka)
Proteksi tangan & kaki

• pakai sarung tangan waktu bekerja


• Stop merokok

Tangan •

Jangan sentuh gelas/barang panas
Lapis pegangan alat-alat rumah
dengan bahan lembut

• Selalu pakai alas kaki


• Batasi jalan kaki, sedapatnya jarak

Kaki dekat dan perlahan


• Sering kali meninggikan kaki bila
berbaring
Fisoterapi
 Tujuan
 Mencegah kontaktur
 Peningkatan fungsi gerak
 Peningkatan kekuatan otot
 Peningkatan daya tahan (endurance)
 Prinsip metode
 Latihan aktif & pasif
 Masase
 Rendam lilin
 Hidroterapi
 Terapi sinar ultra merah dan ungu
 Bidai & gips
 Stimulasi dengan alat listrik
 Diatermi, ultrasonik, akupuntur
 Program latihan
 Latihan lingkup gerak sendi
 Secara pasif meluruskan jari-jari tangan yang sehat
 Pertahankan 10 detik, lakukan 5-10 kali per hari untuk
mencegah kekakuan
 Latihan aktif meluruskan jari-jari tangan
 Untuk tungkai lakukan peregangan otot
 Berdiri menghadap tembok
 Ayunkan tubuh mendekati tembok, sementara kaki dapat
berpijak
 Program latihan dapat ditingkatkan untuk
mempertahankan elastisitas otot, mobilitas, kekuatan
otot, dan daya tahan
Bidai Ortese/Protese
 Untuk jari dan pergelangan  Alas kaki  dibuat alas
tangan agar tidak terjadi kaki khusus disesuaikan
deformitas dengan deformitas 
 Dapat mengurangi rasa sandal MCR (micro cellular
nyeri dan mencegah rubber)
kerusakan saraf  Alat-alat bantu  dengan
brace, FAB (fixed ankle
brace), protese (syme, BK,
AK)
S
Y
M
E

Above
Knee

Below Knee
Program okupasi terapi
Latihan reedukasi motorik
• Latihan lingkup gerak sendi dan peregangan
• Memanfaatkan alat bantu kerja, dilakukan gerakan motorik tangan
dan jari-jari, melatih koordinasi gerak dengan bagian ekstrimitas
yang sehat
• Gerak terampil tangan dan jari  pulp pinch, lateral pinch; three jaw
chuck pinch
• Latiha posisi dan postur aktif & pasif

Latihan reedukasi sensorik


• Meningkatkan kualitas sensori dan menolong pasien untuk mencari
alternatif meningkatkan sensibilitas
• Latihan sensori bertahap, mulai dari sentuhan kasar sampai halus,
dingin, hangat.
• Latihan pengenalan bentuk berbagai benda
Lateral pinch
Palmar pinch

three jaw chuck pinch


Program okupasi terapi con’t

Latihan aktivitas menolong diri

Latihan aktivitas rumah tangga

Latihan aktivitas kerja

Latihan daya tahan kerja


PATOGE
NESIS

Potrebbero piacerti anche