Sei sulla pagina 1di 59

Infeksi Kandungan

Adib Ahmad S
Anatomi vagina
Gynecological Infection
 Divided to : - Low infection
- High infection
Marked of ostium uteri internum.
 Low Infection
Vulvitis, vaginitis dan cervisitis caused by
bacterial, parasite, viral,
mycosis.
The most common symptom is leucorrhea
(Fluor albus).
 High Infection
Endometritis, salphingitis, and adnexitis.
Gynecological Infection

 Divided to : - Low infection


- High infection
Marked of ostium uteri internum.
 Low Infection
Vulvitis, vaginitis dan cervisitis caused by
bacterial, parasite, viral,
mycosis.
The most common symptom is leucorrhea
(Fluor albus).
 High Infection
Endometritis, salphingitis, and adnexitis.
Gynecological Infection
 Divided to : - Low infection
- High infection
Marked of ostium uteri internum.
 Low Infection
Vulvitis, vaginitis dan cervisitis caused by
bacterial, parasite, viral,
mycosis.
The most common symptom is leucorrhea
(Fluor albus).
 High Infection
Endometritis, salphingitis, and adnexitis.
Gynecological Infection
 Divided to : - Low infection
- High infection
Marked of ostium uteri internum.
 Low Infection
Vulvitis, vaginitis dan cervisitis caused by
bacterial, parasite, viral,
mycosis.
The most common symptom is leucorrhea
(Fluor albus).
 High Infection
Endometritis, salphingitis, and adnexitis.
Diagnosis :

1. Sign and symptom.


2. Ph test of vaginal secretion.
3. Wet preparation ( Sodium Chloride ).
4. Swiff test ( KOH).

Complication:
Pruritic, eczema,condyloma acuminata.

Treatment :
Depends on location
Vaginosis Bacterialis
Sindroma klinik  ketidakseimbangan
flora normal vagina akibat infeksi
polimikrobial bakteri anaerob

Etiologi :
• Gardenella vaginalis
• Bacteroides SP
1. Hubungan seksual
• Mobiluncus Sp 2. Infeksi melalui jalan
• Mycoplasma hominis lahir
Faktor Resiko Patogenesis :
• Multipel sexual partner pergantian Laktobacillus
• Pemakaian antibiotik Spp
yang berlebihan dan predominan penghasil H2O2
tidak terkontrol
• Kehamilan bakteri anaerob

keadaan vagina yang


asam berubah menjadi basa

Gambaran Klinik :
• Cairan vagina encer, homogen, berwarna putih keabu-abuan
• “fishy odor“
Pemeriksaan penunjang
•Lakmus
•Whiff test/amine test
•Gram

Kriteria Diagnosis  Didasarkan 3 dari 4


tanda berikut :
• Cairan vagina homogen, putih, atau keabu-
abuan, melekat
• pH > 4,5.
• Whiff test
• clue cells
Komplikasi dalam kehamilan
Prematuritas
Abortus
KPSW
Chorioamnionitis
Endometritis puerperalis

Regimen Terapi
Status Pasien Regimen Dosis
Resiko rendah Metronidazol oral 250 mg, 3x/hari, 7 hari
prematuritas 2 gram, dosis tunggal
Klindamisin oral 300 mg, 2x/hari, 7 hari
Metronidazol vaginal gel 1x/hari, 5 hari
0,75 %
Resiko tinggi Metronidazol oral 250 mg, 3x/hari, 7 hari
prematuritas 2 gram, dosis tunggal
Klindamisin oral 300 mg, 2x/hari, 7 hari 3.
Trichomonas Vaginalis
Penyakit infeksi protozoa yang
disebabkan oleh Trichomonas vaginalis
Transmisi
• Hubungan seksual
• Handuk dan pakaian yang terkontaminasi
• Infeksi melalui jalan lahir
Gejala Klinik
Sekret vaginal yang banyak
,berbau, berwarna kehijauan,
berbusa
Gatal, pedih pada vulva & vagina
Dyspareunia
Perdarahan pasca coitus
Perdarahan intermenstrual
Disuria

Pemeriksaan fisik
Edema & eritema pada labium
terasa nyeri “Strawberry
cervix”
Sekret vagina kuning, hijau
berbusa
Vulva & paha ditemukan abses
Pemeriksaan penunjang
Sediaan langsung Komplikasi
• KPSW
Gram, Giemsa, Papanicolau, Lishman,
Acridine orange • Prematuritas
Kultur media Feinberg/Kupferberg • Kehamilan ektopik
• Infertilitas
gold standard
ELISA
PCR

Terapi
Trimester I kontraindikasi pemberian
metronidazol
Metronidazol, 2 gram per oral dosis
tunggal.
Gonorrhoeae
Infeksi penyakit yang
disebabkan oleh
Neisseria gonorrheae

Transmisi
Hubungan seksual
Penularan melalui jalan lahir
Faktor Resiko
Wanita seksual aktif
Multiple seksual partner
Gejala Klinik
• Nyeri panggul bawah
• Sekret vagina
• Perasaan terbakar BAK
• Perdarahan saat berhubungan
seksual

Pemeriksaan fisik
• Cervix tampak merah,erosi
• Sekret mukopurulen
Pemeriksaan penunjang
• Sediaan langsung
• Kultur
• Media traspor
• Media pertumbuhan
• Test Definitif
• Test beta-laktamase
Komplikasi
• Prematuritas
• KPSW
• Lahir mati
• Amnionitis
• Konjungtivitis gonorrhoeae
• Kehamilan ektopik
• Infertilitas
• Disseminata (arthrirtis,
endokarditis, perikarditis,
meningitis, dermatitis Terapi
•Ceftriaxone 250 i.m, dosis
tunggal
•kanamisin 2 gr, i.m, dosis
tunggal
•Spektinomisisn 2 gr i.m, dosis
tunggal
Dengan komplikasi infeksi
Lymphogranuloma Venerum
Penyakit menular seksual yang
mengenai sistim saluran pembuluh
limfe dan kelenjar limfe, terutama
pada daerah genital, inguinal, anus,
dan rektum

Etiologi
Chlamydia trachomatis, biovars LGV, serovars
L1, L2, dan L3

Transmisi
Hubungan seksual
Saat melalui jalan lahir yang terinfeksi
Patogenesis
Stadium dini
Lesi primer genital
Sindrom inguinal
Stadium lanjut
Sindrom ano-rektal
Elefantiasis
genital/Esthiomene

Gejala Klinik
•Gejala Sistemik
•Tukak kemerahan, tidak nyeri Benjolan
•Nyeri pinggang
•BAB berdarah, nyeri, tidak puas, disertai lendir
& nanah, sulit BAB, dan diare
•Tonjolan genital yang berbentuk pipih
Pemeriksaan fisik
Suhu 
Erosi/ulkus dangkal
Perlekatan antar kelenjar paket, dengan kulit diatasnya
Terbentuk, abses multipel, sinus, fistel multipel
ëlefantiasis genital
Tumor pipih genital

Pemeriksaan penunjang
Pewarnaan Giemsa
Test Frei, Serologi
CFT
PCR
LCR
Komplikasi
Abortus .
Lahir mati
Prematuritas
Inclusion conjungtivitis
Chlamydia pneumonia
Infeksi Post partum
Infertilitas tuba
Kehamilan ektopik

Terapi
Incisi pada abscess soliter
Aspirasi abscess multipel
Businasi pada sindroma anorektal
Eritromisin, per-oral, 500 mg, 4x/hari, 21 hari
Amoksisilin, per-oral, 500 mg, 3x/hari, 7 hari
Eritromisin etilsuksinat, per-oral, 800 mg, 4x/hari, 7 hari / 400 mg,
4x/hari, 14 hari
Azthromisin, per-oral, 1 g, dosis tunggal
Herpes genitalis
Infeksi genital oleh HSV
dengan gejala khas vesikel
berkelompok dengan dasar
eritem dan rekurens

Etiologi
Herpes simplex virus tipe II

Faktor Resiko
• Multipel Sexual partner
• Pekerja Seks komersial
Patogenesis
Infeksi primer
Episode I non infeksi
primer
Infeksi rekuren

Transmisi :
Kontak seksual
Saat melalui jalan lahir yang terinfeksi
Transplasenta namun sangat jarang
Gejala Klinik
Rasa terbakar, gatal
Malaise, demam, myalgia
Bruntus-bruntus  gelembung-
gelembung berisi cairan
Nyeri dan sulit BAK
serangan 1x  penyembuhan lama
serangan 2x  penyembuhan cepat
dan ringan

Pemeriksaan fisik
lesi pada labia, klitoris, introitus vagina, cervix
Terdapat papulla, vesikel multipel
Pembesaran kelenjar getah bening regional, nyeri
Peradangan diffus cervix , ulkus multipel, ulkus
besar nekrotik
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan langsung
Tzank test
Kultur jaringan.
ELISA
Menentukan antigen HSV, antibodi terhadap
HSV

Komplikasi
Infeksi lokal
Keratokonjungtivitis
Abortus
Lahir mati
Prematuritas.
Ensefalitis
Mikroensefali
Retardasi metal
Hepatitis
Terapi
sangat dianjurkan
Analgetik & antipiretik
Antiseptik Yodium povidon topikal

Indikasi Asiklovir Valasiklovir Famsiklovir


Infeksi primer 400 mg, per-oral, 1000 mg, per-oral, 250 mg, per-oral,
3x/hari, 7-14 hari 2x/hari, 7-14 hari 3x/hari,7-14 hari

Rekuren 400 mg, per-oral, 500 mg, per-oral, 125 mg, per-oral,
3x/hari, 5 hari 2x/hri, 5 hari 2x/hari, 5 hari

Gejala sistemik 5 mg/KgBB, intra


berat vena, 3x/hari, 7 hari
Kondiloma Akuminata

Adalah penyakit menular seksual yang


disebabkan oleh HPV tipe tertentu
dengan kelainan berupa fibroepitelioma
pada kulit & mukosa

Transmisi
Hubungan seksual
Saat melewati jalan lahir yang terinfeksi
Gejala Klinik
Kutil pada kelamin, dapat bertangkai,
berbentuk seperti kembang kol
Bruntus-bruntus, banyak, tersebar.
Perubahan warna kulit pada kelamin

Pemeriksaan fisik
Vegetasi bertangkai, berjonjot seperti
jari, ,seperti kembang kol
Papulla, permukaan halus, licin,
multipel, diskret
Makula
Pemeriksaan penunjang
Test asam asetat
Kolposkopi
Histopatologi

Terapi
Asam trikloroasetat 50-80 % topikal/minggu
Tindakan bedah
Bedah skalpel
Bedah listrik/Elektrokauter
Bedah beku/Cryotherapy (N2 cair, N2O cair)
Ablasi laser (CO2 cair)

Komplikasi
Laryngeal papillomatosis pada neonatus
AIDS
Sindroma dengan gejala penyakit
infeksi opportunistik atau kanker
tertentu akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh oleh infeksi
HIV
Transmisi
IVDA
Produk terkontaminasi
Resipien Transfusi Darah
Hubungan seksual
Ibu terinfeksi  bayi
Faktor resiko Patogenesis
Hemofilia Masa inkubasi (+/- 10 hari)
Pekerja Seks Gambaran tidak spesifik
Komersial (PSK)
Wanita usia
reproduktif 25-44
tahun
Kulit hitam Peningkatan B2 mikroglobulin,
p24, dan peningkatan IgA, 
Tenaga Kesehatan CD4 < 200/ml, timbulnya
limfadenopati generalisata,
oral hairy leukoplakia,
ulcus apthosa, dan
trombocytopenia, Infeksi
opportunistik
Infeksi HIV Dalam kehamilan

Transmisi : transplasenta, persalinan, menyusui

Transmisi transplasenta terjadi pada awal kehamilan

Diakhir kehamilan umumnya penularan terjadi


melalui robeknya selaput chorio-amnion yang telah
berlangsung lebih dari 4 jam.
Klasifikasi
Menurut CDC (Center For Disease Control, USA, 1986)
menetapkan klasifikasi infeksi HIV pada orang dewasa sebagai
berikut :
Kelompok I :Infeksi akut
Kelompok II :Infeksi Asimptomatik
Kelompok III :Limfadenopati generalisata persistent (LGP)
Kelompok IV :Timbulnya penyakit-penyakit lain
IVa :Penyakit konstitusi (Panas, diare, penurunan
berat badan)
IVb :Penyakit neurologis (Ensefalitis, demensia)
IVc :Penyakit infeksi sekunder (Peumocystis
carinii, Cytomegalovirus)
IVd :Kanker sekunder (Kapossi sarcoma, Non-
Hodkin Limfoma)
IVe :Keadaan lain
Tahun 1993 CDC menyatakan keadaan yang dinyatakan sebagai
infeksi HIV
Infeksi Opportunistik
– Kandidiasis pada bronkus, trachea/paru
– Kandidiasis pada oesophageus
– Koksidiomikosis diseminata atau ekstrapulmoner
– Kriptokokosis ekstrapulmoner
– Kriptosporodiosis pada usus bersifat kronis (> 1 bulan)
– Infeksi Cytomegalovirus (selain herpes, limfa arau kelenjar limfa)
– Infeksi Cytomegalovirus retinitis (disertai kehilangan visus)
– Herpes simplek (ulkus kronis 1 bulan, bronkitis, pneumonitis atau
oesiphagitis)
– Histoplasmosis (Disseminata atau ekstrapulmoner)
– Isosporiasis pada usus bersifat kronis (lebih dari 1 bulan)
– Mycobacterium avium complex atau M. Kansasii diseminata atau
ekstrapulmoner
– Mycobacterium tuberkulosis (pada paru ekstrapulmoner)
– Pneumocystis carinii pneumonia
– Pneumonia rekuren
– Leukoensefalopati multifokal progresif
– Salmonella septikemia, rekuren
Terapi
• Konseling
• Antiretrovirus
– Antepartum :
Kombinasi analog-nukleosida inhibitor
reverse transkriptase
– Intrapartum-chemoroprofilaksis
 Telah mendapatkan terapi antiretrovirus
sebelumnya
 Belum mendapat antiretrovirus
sebelumnya
– Post partum
Jika individu maupun bayinya belum pernah
mendapatkan anti-retrovirus selama kehamilan
maupun persalinan.
• Bayi :Zivoudine selama 6 minggu
Keganasan
• Sarkoma kaposi
• Limfoma Burkitt (atau istilah lain)
• Limfoma immunoblastik (atau istilah lain)
• Limfoma primer pada otak
• Kanker leher rahim, invasif
• Ensefalopati, yang berhubungan dengan infeksi HIV
• Sindrom kelelahan karena infeksi HIV
• Penurunan imunitas yang hebat CD4<200/ml
Pencegahan

 Konseling dan edukasi


 Monogami
 Melakukan hubungan seks yang aman
Hepatitis B
Virus
Definisi
Penyakit infeksi sistemik yang mempengaruhi hepar
secara predominan yang disebabkan oleh Hepatitis
B virus (HBV)

Faktor resiko
• Multiple sexual partner
• Pengguna obat-obat terlarang intravena
• Resipien transfusi darah dan hemodialisis
• Pekerja kesehatan
Patogenesis
Masa inkubasi (4-12
minggu)

akitivasi sel T sitolitik


Individu terinfeksi HBsAg
mengenali virus hepatitis
 HBsAg sirkulasi selama
penghancuran hepatosit yang infeksi asimptomatik/ikterik
terinfeksi
aktivitas aminotransverase

gejala klinik

window
period
HBsAg menghilang anti-HBS
HBcAg 1-2 minggu setelah
munculnya HBsAg terdeteksi dalam
serum

sampai anti-HBs menghilang

Tidak dapat digunakan sebagai


pertanda replikasi virus aktif

IgM anti-HBc predominan 6 bulan


pertama infeksi akut,IgG anti-
HBc predominan setelah 6 bulan

Infeksi kronis HBeAg muncul beberapa


saat setelah HBsAg
immunokompetensi (aktivitas
T sitolitik) replikasi virus

•HBsAg terdeteksi > 6 bulan •Terdeteksi sementara


•IgG anti-HBc, anti-HBs •Anti-Hbe menunjukkan
tidak terdeteksi/kadar infektivitas yang rendah
rendah
HBV dalam kehamilan

Bayi perempuan  ibu pengidap


Bayi tersebut laki-laki  50 % akan meninggal
akibat penyakit hati diderita (sirosis hati,
karsinoma hati primer)

Transmisi:
1. Infeksi intrauterin
2. Infeksi perinatal
3. Infeksi post natal
Pemeriksaan Fisik
•  suhu
Gejala Klinik • Ikterik
• Gejala prodormal • Adenopati servikal
• Gejala ikterik • Hepatomegali
• Fase penyembuhan • Splenomegali
• Spider angioma

Pemeriksaan penunjang
• AST,  ALT, Bilirubin,alkali
fosfatase
• Transient netropenia,limfopenia
• Protrombin Time memanjang
• Hipoglikemia
Terapi
Interferon α, 5 juta unit, 16 minggu,
subcutan/10 juta unit, 3 kali seminggu,
subcutan

Komplikasi
1. Hepatitis fulminan (masive hepatic necrosis
2. Hepatitis kronik
3. Eksaserbasi akut hepatitis B
4. Prematuritas
5. Infertilitas

Pencegahan ???
Syphillis
Definisi
Penyakit infeksi disebabkan oleh Treponema
pallidum, merupakan penyakit kronis bersifat
sistemik, dapat menyerang seluruh organ tubuh,
ada masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh,
dapat ditularkan kepada janin dalam kandungan

Transmisi
• Kontak dengan lesi yang infeksius
• Hubungan seksual
• Transplacenta
• Saat melalui jalan lahir yang terinfeksi
• Transfusi
• Instrumen yang terkontaminasi
Gejala Klinik
1. Syphilis primer
2. Syphilis sekunder
3. Syphilis Laten
4. Syphilis Tersier
– Syphilis Laten Dini
– Syphilis
kardiovaskuler
– NeuroSyphilis
Syphilis dalam Kehamilan
Makin lama seorang ibu terkena infeksi makin kecil kemungkinannya
menginfeksi janinnya

Wanita menderita Syphilis dini


• 30 % bayi kemungkinan akan meninggal dalam kandungan
•30 % meninggal setelah lahir
•40 % lahir disertai gejala-gejala Syphilis lanjut

Syphilis kongenital dini muncul sebelum usia 2 tahun

Syphilis kongenital lanjut Test serologis yang reaktif


Stigmata Syphilis kongenital
Stigmata lesi dini
• saddle nose
• Gigi Hutchinson & Mulberry
molar
• Ragades
• Koroidoretinitis
Stigmata pada lesi lanjut
• Kekaburan kornea akibat ghost
vessel
• Sabre tibia
• Atrofi optik
• Ketulian saraf
Pemeriksaan penunjang
1. Mikroskop lapangan gelap dark field
2. Mikroskop fluoresensi
3. Test Non Treponemal
4. Test Treponemal
5. Test Elisa

Komplikasi
1. Abortus
2. Lahir mati
3. Syphilis congenital

Terapi
1. Siflis primer, sekunder & Syphilis laten dini
2. Syphilis laten lanjut
3. NeuroSyphilis
Terima
Kasih
Pendahuluan
Pemeriksaan fisik
Syphilis Primer
inspekulo :
• Tukak oval
• Soliter
• Papul dengan indurasi, keras,
permukaannya erosi, ulserasi 
krusta
• Papul dikelilingi bagian keras dan Syphilis sekunder
meninggi • Ruam kulit & selaput lendir
• Tidak disertai nyeri • Gejala sistemik
• Pembesaran kelenjar getah bening • Roseola syphilitica
inguinal, unilateral/bilateral • Koebners phenomenon
• Efloresensi kulit :Makula, papula, plakat,
papuloskuamosa, pustula
• Kondiloma lata
• Pembesaran kenjar limfe multipel
seluruh tubuh
• Unilateral dan asiner
• Splenomegali
• Moth-eaten alopecia
Syphilis benigna lanjut/early latent
•Gumma semua organ
•Soliter/multipel
•Berbentuk lingkaran/setengah lingkaran
•Destruktif
•Kronis
•Penyembuhan bagian sentral ke perifer

Syphilis lambat lanjut/late latent


NeuroSyphilis
• Asimptomatik
• NeuroSyphilis meningovasculer
• NeuroSyphilis parenkimatosa
Syphilis kardiovasculer
• Insuffisiensi aorta
• Aneurysma aorta
Syphilis kongenital dini muncul sebelum usia 2 tahun :

Syphilis kongenital lanjut


Test serologis yang reaktif, timbul stigmata :
• Keratitis interstitialis
• Gigi Hutchison
• Gigi Mulberry
• Ketulian
• NeuroSyphilis
• Sclerosis tulang  “sabre bone”
• Fissura rongga mulut & hidung + raghade
• Çlutton’s joint

Potrebbero piacerti anche