Sei sulla pagina 1di 75

MK.

SISTEM PERTAHANAN NEGARA

kerjasama
internasional
Disampaikan Oleh:
Mayjen TNI (Mar/Pur) Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Bus. MA.
Pada Tgl. 4 DESEMBER 2017
Di Universitas Pertahanan
LINGKUP PEMBAHASAN
1. Pengertian Umum Kerjasama Internasional
2. Perserikatan Bangsa-Bangsa
3. Kerjasama Pertahanan Indonesia
4. ASEAN Political and Security Community
5. Kerjasama Bilateral Indonesia
6. Industri Pertahanan Indonesia
REFERENCES
• Zartman, I. W., dan Saadia Touval (Eds). 2010. International Cooperation:
The Extents and Limits of Multilateralism. Cambridge University Press.
• Kemhan. Buku Putih Pertahanan Negara Indonesia.
• Amitav Acharya, 2001, Constructing a Security Community in Southeast
Asia: ASEAN and the Problem of Regional Order, Routledge, London.
• Purnomo Yusgiantoro, 2014, Ekonomi Pertahanan, Teori dan Praktik,
Gramedia, Jakarta.
• Makmur Supriyatno, 2014, Tentang Ilmu Pertahanan, Dapur Buku, Jakarta.
• Iis Gindarsah, Politics, Security and Defence in Indonesia: Interactions and
Interdependencies, National Security College Issue Brief, No 4 May 2014.
PENGERTIAN UMUM KERSIN BID HAN
DEFINITION
 Cooperation: a situation where parties agree to work together to
produce new gains for each of the participants unavailable to them
by unilateral action, at some cost.
 Elements: working together, agreement to do so (not just
coincidence), cost, and new gains for all parties.
 Webster’s: “Cooperation is an association of parties for their
common benefit; collective action in pursuit of common well-
being.”
 Gains: not only material gains, but also perception of progress
toward goals, such as improved security, status, or freedom of
action for oneself and the imposition of constraints on other actors,
and so on.
POLICY OPTIONS
MULTILATERALISM

UNILATERALISM ISOLATIONALISM
Isolationism
 Isolationism is a foreign policy role that amounts to reduced
participation in the international system. Isolationism is measured
against the degree of involvement in world politics that would normally
be associated with a state at a given level of power.
 Motivations of isolationism in world politics:
1) Tiny and vulnerable.
2) Singular focus on commerce.
3) Inward-looking because of a focus on economic or political
development.
4) Unpopularity of governing regime.
5) Convulsed (gaduh) by civil war or revolution.
6) Strategic withdrawal.
Multilateralism
• Multilateralism is the strategic propensity (kecenderungan) to rely on the
actions of multiple participants rather than on the actions of a single state.
• Decision making is shared, presumably (kalau mungkin). Because the outcome
is shaped by the decision inputs of multiple actors, the agreement may be more
broadly acceptable to the international community.
• John Ruggie: multilateralism consists of (i) the principle of collective security
that an attack on one member of a coalition is an attack on all members
(indivisibility/keutuhan); (ii) the principle that members are “equal before the
law” and will be treated equally (nondiscrimination); and (iii) the principle that
members take the long view rather than the short-term view, or that the
average is more important than the marginal decision, or that they look at all
the bargains on balance, not just separate bargains with each individual
member (diffuse/tersebar reciprocity).
Unilateralism
• It is a doctrine or agenda that supports one-sided action.
Such action may be in disregard for other parties, or as an
expression of a commitment toward a direction which
other parties may find agreeable.
• Unilateralism may be preferred in those instances when it's
assumed to be the most efficient, i.e., in issues that can be
solved without cooperation.
Values
Domestic International
Environment Environment
National
Interest

National Policy
FRAMEWORK FOR
ANALYZING DEFENCE
National
COOPERATION POLICY Strategy

National
Security System

Economic Diplomatic
Defence Policy
Policy Policy

Cooperation or
Not cooperation
ARTI DARI KERJASAMA PERTAHANAN

 Kermahan: menekankan kpd kepentingan nasional suatu


negara, menyangkut kedaulatan negara, keamanan,
stabilitas, dan kesejateraan rakyat.
 Kermahan: transaksi internasional yg dilakukan dua atau
lebih negara dg menggunakan traktat atau treaty, secara
tertulis dan formal.
TUJUAN KERMA PERTAHANAN
• Mempromosikan perdamaian dan stabilitas keamanan di regional
dan dunia;
• Mempromosikan hubungan yg ramah dan bersahabat;
• Mempererat dan meningkatkan kerma bilateral;
• Mengembangkan hubungan kerma antar kedua negara;
• Menetapkan suatu kerangka kerja guna meningkatkan hub
bilateral diantara badan pertahanan;
• Meningkatkan dan mempererat kegiatan kerma di bid han dan
kam;
• Meningkatkan saling percaya;
• Mengintegrasikan persetujuan-2 yg sudah ada; dan
• Meningkatkan kesejahteraan rakyat kedua negara.
DOKUMEN PERJANJIAN INTERNASIONAL
• Trakat (Treaty): perjanjian paling formal yang merupakan
persetujuan dari dua Negara atau lebih. Perjanjian ini khusus
mencakup bidang politik dan bidang ekonomi.
Contoh dari traktat atau treaty adalah: Treaty Banning Nuclear
Weapon Tests in the Atmosphere, in Outer Space and
Underwater of August 5, 1963.
• Persetujuan (Agreement): Adalah perjanjian yang bersifat teknis
atau administratif. Agreement tidak diartikan karena sifatnya
tidak seresmi trakat dan konvensi. (Agreement between The
Republic of Indonesia and Australia on the Framework for
Security Cooperation)
DOKUMEN PERJANJIAN (cont)
• Perikatan (Arrangement): Istilah yang digunakan untuk transaksi-
transaksi yang bersifat sementara. Perikatan ini tidak seresmi trakat dan
konvensi. Contoh: Framework Arrangement on Cooperative Activities in
the Field of Defense between the Ministry of Defense of the Republic of
Indonesia and the Department of Defense of the United States of
America.
• MOU (Memorandum of Understanding): Nota kesepakatan atau
memorandum saling pengertian, tetapi secara hukum dapat diartikan
sebagai suatu dokumen sah yang menggambarkan suatu persetujuan/-
perjanjian antara para pihak. Contoh: Memorandum of Understanding
(MoU) Between the Ministry of Defence of the Republic of Indonesia
and the Federal Ministry of Defence of the Federal Republic of Germany
Concerning Cooperatlon in the Field of Defence.
ESTABLISHMENT OF UN
 United Nations (UN), international organization established on
October 24, 1945. The United Nations was the second
multipurpose international organization established in the 20th
century that was worldwide in scope and membership.
 the UN aims: to save succeeding generations from the scourge
(penderitaan) of war,…to reaffirm faith in fundamental human
rights,…to establish conditions under which justice and respect for
the obligations arising from treaties and other sources of
international law can be maintained, and to promote social
progress and better standards of life in larger freedom.
PRINCIPLES AND MEMBERSHIP
 The UN is based on the sovereign equality of its members; disputes
are to be settled by peaceful means; members are to refrain from the
threat or use of force in contravention of the purposes of the UN; each
member must assist the organization in any enforcement actions it
takes under the Charter; and states that are not members of the
organization are required to act in accordance with these principles
insofar as it is necessary to maintain international peace and security.
 The organization shall not intervene in matters considered within the
domestic jurisdiction of any state. Although this was a major limitation
on UN action, over time the line between international and domestic
jurisdiction has become blurred.
UN PKO
 Piagam PBB memberikan tanggung jawab kpd DK PBB untuk memelihara
perdamaian dan keamanan internasional.
 Dalam memenuhi tanggung jawab ini DK dapat membentuk suatu
operasi perdamaian PBB. Operasi ini ditempatkan dengan dasar mandat
dari DK.
 Operasi perdamaian PBB didasarkan klausul-klausul yang tercantum dlm
Chapter VI, VII dan VIII.
 Pasal VI: Pacific Settlement of Disputes, atau penyelesaian permasalahan
dengan cara damai.
 Pasal VII: Action with Respect to Threats to the Peace, Breaches of the
Peace, and Acts of Aggression, atau aksi yang akan dilakukan untuk
menghadapi ancaman terhadap perdamaian, pelanggaran perdamaian,
dan agresi atau penyerangan dari suatu negara.
 Pasal VIII: Regional Arrangements, atau pengaturan regional.
List of Countries by Number of UN Peacekeepers, 31 August 2017

Rank Country Peacekeepers


1 Ethiopia 8,215
2 Bangladesh 7,636
3 India 7,049
4 Pakistan 7,009
5 Rwanda 6,351
6 Nepal 5,289
7 Senegal 3,064
8 Egypt 3,027
9 Ghana 2,744
10 Indonesia 2,713
11 China 2,654
12 Burkina Faso 2,222
13 Tanzania 2,191
14 Nigeria 1,655
15 Morocco 1,612
PERAN INDONESIA DLM PKO

 Amanat UUD 1945: ikut aktif mewujudkan perdamaian dunia yg


berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
 Wujud peran aktifnya: pengiriman psk perdamaian di bawah
bendera PBB.
 Tugas-tugas yg diemban: pengawasan perdamaian, gencatan
senjata, perlindungan keamanan dan keselamatan, serta bantuan
kemanusiaan.
 TNI telah membentuk PMPP (Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian)
utk mempersiapkan psk TNI yg akan melaksanakan operasi.
PERSONEL INDONESIA DI UN PKO
 Jumlah personel Indonesia yang tengah bertugas dalam berbagai UN
PKO (sesuai data United Nations Department of Peacekeeping
Operations per 30 November 2015): 2.840 personel, dan menempatkan
Indonesia di urutan ke-12 dari 124 Troops/Police Contributing
Countries (T/PCC).
 Bertugas di 10 (sepuluh) MPP PBB, yaitu UNIFIL (Lebanon), UNAMID
(Darfur,Sudan), MINUSCA (Repubik Afrika Tengah), MONUSCO (Republik
Demokratik Kongo), MINUSMA (Mali), MINURSO (Sahara Barat),
MINUSTAH (Haiti), UNMIL (Liberia), UNMISS (Sudan Selatan), dan
UNISFA (Abyei, Sudan).
 Indonesia adalah negara penyumbang personel pasukan terbanyak pada
misi UNIFIL (Lebanon) dengan jumlah 1,296 personel.
UPAYA YG DILAKUKAN PEMERINTAH RI
 Pembentukan Tim Koordinasi Misi Pemeliharaan Perdamaian
(TKMPP), 2011.
 PenetapanVision 4,000 Peacekeepers yang telah dibakukan dalam
suatu peta jalan (Roadmap) guna menempatkan Indonesia pada
jajaran 10 besar negara penyumbang personel pada MPP PBB
melalui kontribusi hinnga 4.000 personel di tahun 2019.
 Pendirian Pusat Misi Pemeliharaan perdamaian (PMPP) TNI sebagai
pusat pelatihan personel TNI yang akan dikirimkan ke MPP PBB.
 Penerbitan Perpres 86/2015 tentang Pengiriman Misi Pemeliharaan
Perdamaian.
INDONESIA: KERJASAMA PERTAHANAN
LAPISAN DIPLOMASI DALAM RANGKA
PERTAHANAN NEGARA
KEPENTINGAN DLM KERJASAMA PERTAHANAN
 Kerjasama meliputi bidang-bidang: capacity building,
personnel exchanges, operasi bersama, industri pertahanan,
pengadaan Alut, Litbang, Diklat.
 Forum bilateral: banyak negara spt neg-neg ASEAN, USA,
China, Australia, Perancis, Rusia, India, Pakistan, Jepang,
Korsel, UK, Canada, Brazil, Ceko, New Zealand, Belanda dsb.
 Forum multilateral: ARF, ADMM, ADMM Plus.
 UN Missions: Libanon (UNIFIL), Congo (MANUSCO)
TUJUAN KERMA PERTAHANAN
 Mempromosikan perdamaian dan stabilitas keamanan di regional dan dunia;
 Mempromosikan hubungan yg ramah dan bersahabat;
 Mempererat dan meningkatkan kerma bilateral;
 Mengembangkan hubungan kerma antar kedua negara;
 Menetapkan suatu kerangka kerja guna meningkatkan hub bilateral diantara
badan pertahanan;
 Meningkatkan dan mempererat kegiatan kerma di bid han dan kam;
 Meningkatkan saling percaya;
 Mengintegrasikan persetujuan-2 yg sudah ada; dan
 Meningkatkan kesejahteraan rakyat kedua negara.
PRINSIP-2 KERMA PERTAHANAN
 Saling menghormati kemerdekaan masing-2 pihak;
 Penghormatan penuh thdp kedaulatan dan integritas teritorial masing-2
negara;
 Tdk saling mencampuri urusan dlm negeri masing-2;
 Kesetaraan;
 Saling menguntungkan;
 Hidup berdampingan secara damai;
 Tdk saling melakukan agresi;
 Diakui dan dijalankannya norma-2 hukum internasional yg diakui secara
universal; dan
 Pacta Sun Servanda—traktat atau persetujuan yg telah diberlakukan
adalah mengikat para pihak dan harus dijalankan dg niat baik.
KERJA SAMA BID PERTAHANAN
 Sasaran:
 Membangun saling percaya (CBM)
 Mencegah konflik (PD)
 Mencari solusi terbaik (conflict solution)
 Dilaksanakan secara kenyal sesuai dg prinsip yg dianut yakni defensif
aktif.
 Perlu dipayungi perjanjian antar pemerintah yang selanjutnya
diratifikasi oleh DPR.
 Bentuk kegiatan: pembicaraan antar miiter, latihan bersama antar
angkatan bersenjata, atau antar angkatan kedua negara.
UU 24/2000 ttg PERJANJIAN INTERNASIONAL
 Pengesahan perjanjian internasional dilakukan dengan UU apabila
berkenaan dengan :
 masalah politik, perdamaian, pertahanan, dan keamanan negara;
 perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah negara Republik Indonesia;
 kedaulatan atau hak berdaulat negara;
 hak asasi manusia dan lingkungan hidup;
 pembentukan kaidah hukum baru;
 pinjaman dan/atau hibah luar negeri.
 Seseorang yang mewakili Pemerintah RI, dengan tujuan menerima atau
menandatangani naskah suatu perjanjian atau mengikatkan diri pada
perjanjian internasional, memerlukan Surat Kuasa.
BENDERA NEGARA ANGGOTA DAN ASEAN DAN
WILAYAH KAWASAN ASEAN
KOMUNITAS ASEAN DAN KETIGA PILARNYA
KOMUNITAS ASEAN DAN BADAN-
BADAN SEKTORALNYA
ASEAN DEFENCE MINISTERS’ MEETING (ADMM)
 The ASEAN Security Community (ASC) Plan of Action, adopted
at the 10th ASEAN Summit, held in Vientiane on 29 November
2004, stipulates that ASEAN shall work towards the convening
of an annual ADMM. Against this background, the Inaugural
meeting of the ADMM was held in Kuala Lumpur on 9 May
2006.
 The ASEAN Defence Ministers' Meeting (ADMM) is the highest
defence consultative and cooperative mechanism in ASEAN. The
ADMM aims to promote mutual trust and confidence through
greater understanding of defence and security challenges as
well as enhancement of transparency and openness.
THE OBJECTIVES OF THE ADMM
 To promote regional peace and stability through dialogue and
cooperation in defence and security;
 To give guidance to existing senior defence and military officials
dialogue and cooperation in the field of defence and security within
ASEAN and between ASEAN and dialogue partners;
 To promote mutual trust and confidence through greater
understanding of defence and security challenges as well as
enhancement of transparency and openness; and
 To contribute to the establishment of an ASEAN Security Community
(ASC) as stipulated in the Bali Concord II and to promote the
implementation of the Vientiane Action Programme (VAP) on ASC.
ADMM DAN ORGAN-ORGANNYA
ADMM Plus
 The Inaugural ADMM-Plus was convened in Ha Noi, Viet
Nam, on 12 October 2010.
 Members: ASEAN + 8: Australia, China, India, Japan, New
Zealand, ROK, Russian Federation, United States.
 Objectives:
 To benefit ASEAN member countries in building capacity to
address shared security challenges;
 To promote mutual trust and confidence between defence
establishments through greater dialogue and transparency;
 To enhance regional peace and stability through cooperation in
defence and security.
ADMM PLUS DAN ORGAN-ORGANNYA
ASEAN REGIONAL FORUM (ARF)
 Merupakan wadah yang terstruktur yang didirikan oleh ASEAN
untuk merangkul semua negara-negara di kawasan Asia Timur, Asia
Selatan, dan Pasifik.
 Pada Pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri se ASEAN yang ke 26
di Singapura, 993, para peserta setuju untuk membentuk forum
baru ini.
 Anggota 27 negara: Australia, Bangladesh, Brunei Darussalam,
Kamboja, Kanada, China, Korea Utara, Uni Eropa, India, Indonesia,
Jepang, Laos, Malaysia, Myanmar, Mongolia, Selandia Baru,
Pakistan, Papua Nugini, Pilipina, Korea Selatan, Rusia, Singapura, Sri
Lanka, Thailand, Timor Leste, Amerika Serikat, dan Vietnam.
ASEAN REGIONAL FORUM (CONT)
 Tujuan: (i) mendorong dialog konstruktif dan konsultasi dalam isu-
isu politik dan keamanan yang menjadi kepentingan bersama; dan
(ii) untuk membuat kontribusi yang berarti terhadap upaya-upaya
membangun saling kepercayaan dan diplomasi prevetif di kawasan
Asia Pasifik.
 ASEAN:
“The ARF could become an effective consultative Asia-Pacific Forum
for promoting open dialogue on political and security cooperation
in the region. In this context, ASEAN should work with its ARF
partners to bring about a more predictable and constructive
pattern of relations in the Asia Pacific”.
KERJASAMA LEMDIK PERTAHANAN
MALACCA STRAITS PATROL
Panglima TNI (Air Chief Marshal
Djoko Suyanto) CDF MAF(Admiral
Tan Sri Dato' Sri Mohd Anwar Bin Hj
Mohd Nor) and CDF SAF LG Ng Yat
Chung signing the Malacca Strait
Patrol Joint Coordinating Committee
Terms of Reference and Standard
Operating Procedure

Batam, 21 April 2006


EYES IN THE SKY

Subang, Malaysia, 13 September 2005


Indonesia, Malaysia and Philippines Launch Joint Sea Patrols
ASEAN POLITICAL AND SECURITY COMMUNITY
DEFINITION OF SECURITY COMMUNITY
 A security community is a group that has ‘become
integrated’, where integration is defined as the attainment
of a sense of community, accompanied by formal or
informal institutions or practices, sufficiently strong and
widespread to assure peaceful change among members of
a group with ‘reasonable’ certainty over a ‘long period of
time’.
 Such communities could either be ‘amalgamated’
(bercampur) through the formal political merger of the
participating units, or remain ‘pluralistic’, in which case the
members retain their independence and sovereignty.
Security Regime Collective Defence Collective Security Security Community
Principles, rules and Common perception The willingness of all Strict and observed norms
norms that restrain of external threat(s) parties to participate in concerning non-use of
the behaviour states among or by the the collective force; no competitive arms
on a reciprocal basis. members. punishment of acquisitions and
aggression against any contingency-planning.
member state.
Competitive arms Reciprocal No prior identification of Institutions and processes
acquisitions and obligations of enemy or threat. for the pacific settlement
contingency planning assistance during of disputes, long-term
usually continue. military prospects for war
contingencies. avoidance.

The absence of war Significant military A collective physical Significant functional


may be due to short- interoperability and capacity to punish cooperation and
term factors integration. aggression. integration, a sense of
collective identity.
INSTITUTION’S FACILITATIONS
 The development of trust, especially through norms of conduct;
 The development of a ‘regional culture’ built around common values
such as democracy, developmentalism or human rights;
 The development of regional functional projects that encourage
belief in a common destiny (examples include common currency,
industrial projects); and
 The development of social learning, involving ‘redefinition’ and
‘reinterpretation’ of reality, exchange of self-understandings,
perception of realities and normative expectations among the group
of states and their diffusion (pembauran) from country to country,
generation to generation.
NORMS
 Norms are standards of behaviour defined in terms of rights and
obligations. The chief function of norms is to prescribe
(membolehkan) and proscribe (melarang) behaviour.
 Norms help actors to distinguish between ‘normal’ and ‘abnormal’
behaviour and ‘to coordinate expectations and decrease uncertainty,
to influence decision making, and to legitimate their actions and the
actions of others’.
 Norms contribute to international order by forbidding actions which
are subversive of collective goals, by providing a framework for
dispute settlement, and by creating the basis for cooperative
schemes and action for mutual benefit.
NORMS (CONT)
 Norms not only establish expectations about how particular
actors will behave, they also ‘teach’ states, which are
exposed to norms, new interests and identities.
 The existence of a security community implies that the
norms of the given group of states have already had a
constitutive (penting) effect, by transforming the identity of
states from being that of egoistic and sovereignty-bound
actors to members of a social group sharing a common habit
of peaceful conduct.
IDENTITY
 Intersubjective factors, including ideas, culture and identities, play a
determining, rather than secondary, role in foreign policy
interactions.
 In the development of security communities, the objective
compatibility or consonance (kecocokan) of major values of the
participating populations must be supplemented by indications of
common subjective feelings of legitimacy of the integrated
community, making loyalty to it also a matter of internalized psychic
compulsion (dorongan).
 Identification as one of the instruments of integration. Identification
is the deliberate promotion of processes and sentiments of mutual
identification, loyalties, and ‘we’-feelings.
IDENTITY (cont)
 Identity is an intersubjective notion (pendapat), which refers
to the basic character of states.
 Identity formation entails developing a collective sense of
not only ‘who we are’, but also ‘how we differ from others’.
It also involves securing outside recognition of the
community’s own distinctiveness.
 The construction of identity is central to the kind of ‘we
feeling’, which is a key feature of security communities. The
development of a collective identity can ameliorate
(memperbaiki) the security dilemma among states.
NORMS, SOCIALISATION AND SECURITY COMMUNITIES

Norms Effects

Legal-rational Regulatory
Norms Effects
Security
Socialisation
Communities
Socio-cultural Constitutive
Norms Effects
ASEAN POLITICAL-SECURITY COMMUNITY (APSC)

 The APSC shall aim to ensure that countries in the region live at
peace with one another and with the world in a just, democratic
and harmonious environment.
 The members of the Community pledge to rely exclusively on
peaceful processes in the settlement of intra-regional differences
and regard their security as fundamentally linked to one another
and bound by geographic location, common vision and objectives.
 It has the following components: political development; shaping
and sharing of norms; conflict prevention; conflict resolution;
post-conflict peace building; and implementing mechanisms.
KEY CHARACTERISTICS OF APSC

 A Rules-based Community of shared values and


norms;
 A Cohesive, Peaceful, Stable and Resilient Region
with shared responsibility for comprehensive
security; and
 A Dynamic and Outward-looking Region in an
increasingly integrated and interdependent world.
INDONESIA: KERJASAMA BILATERAL
KERJASAMA BILATERAL
 Kerjasama antara negara Indonesia dan suatu negara lain
dalam bidang pertahanan.
 Pada umumnya kerjasama ini didahului dengan kesepakatan
antar Pemerintah Indonesia dengan pemerintah negara
tersebut, bahwa kedua negara setuju untuk mengembangkan
hubungan bilateral dalam beberapa bidang.
 Kesepakatan tersebut biasanya berbentuk pernyataan bersama
(joint declaration) antara kedua pemimpin pemerintahan
tersebut.
MATERI KERJASAMA BILATERAL
 Brunei Darussalam: Pertukaran personel dan informasi, industri
pertahanan, ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan dan
latihan, dan kerjasama pelatihan militer.
 China: Pertukaran informasi, pendidikan dan latihan, ilmu
pengetahuan dan teknologi, industri pertahanan, dan pelatihan
militer.
 Malaysia: Kerjasama dalam pengamanan perbatasan kedua
negara.
 Rusia: Pengadaan peralatan militer, pendidikan dan pelatihan,
dan industri pertahanan.
MATERI KERJASAMA BILATERAL (cont)
 Turki: Industri pertahanan, pendidikan dan pelatihan di
bidang peralatan, pertukaran informasi di bidang peralatan
militer.
 Amerika Serikat: Dialog dan konsultasi, pendidikan dan
latihan militer, keamanan maritim, logistik militer.
 Australia: Dialog dan konsultasi, pendidikan dan latihan
militer, keamanan maritim, logistik militer.
 Korea Selatan: Kegiatan bersama dalam produksi pesawat
tempur KF-X.
KERJASAMA PERTAHANAN SECARA BILATERAL
NO NEGARA DOKUMEN TANDA TANGAN BIDANG KERJASAMA

1 Brunei MoU Menhan, 10 April Pertukaran personel dan informasi, industri pertahanan, ilmu
Darussalam 2003 pengetahuan dan teknologi, pendidikan dan latihan, dan
kerjasama pelatihan militer.

2 Filipina Agreement Menhankam, 27 Pendidikan dan latihan, operasi pengamanan perbatasan,


Agustus 1997 logistik, komlek, dan teknologi pertahanan.

3 India Agreement Menhan, 10 Januari Produksi dan industri pertahanan, ilmu pengetahuan dan
2001 teknologi, pendidikan dan latihan, danpelatihan militer.

4 Afrika Selatan MoU Menlu, 17 Maret Pertukaran informasi, saling kunjung, petukaran data ilmiah
2008 dan teknologi, dan industri pertahanan.

5 Ceko Agreement Sekjen Kemhan, 21 Pertukaran informasi, pendidikan dan latihan, ilmu
Nopember 2006 pengetahuan dan teknologi, industri pertahanan, dan intelijen.
6 China Agreement Menhan, 7 Nopember Pertukaran informasi, pendidikan dan latihan, ilmu
2007 pengetahuan dan teknologi, industri pertahanan,
dan pelatihan militer.
7 Italia MoU Menhankam, 18 Peralatan pertahanan, logistik, industri
Februari 1997 pertahanan, dan pertukaran informasi.
8 Malaysia Security Arrangement Panglima TNI, Kerjasama dalam pengamanan perbatasan kedua
3 Desember 1984 negara.
9 Papua Nugini Agreement Menhan, 12 Maret Dialog dan konsultasi, pendidikan dan latihan,
2010 pertukaran intelijen, logistik, dan operasi militer
bersama di perbatasan.
10 Pakistan Agreement Menhan, 21 Juli 2010 Dialog dan konsultasi,pertukaran informasi, ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan pelatihan militer.

11 Polandia Agreement Menhan, 6 Juni 2006 Pertukaran informasi, SAR, pelatihan militer,
industri pertahanan, dan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
12 Rusia MoU Mensesneg, 21 April Pengadaan peralatan militer, pendidikan dan
2003 pelatihan, dan industri pertahanan.

13 Turki Agreement Menhan, 29 Juni 2010 Industri pertahanan, pendidikan dan pelatihan di
bidang peralatan, pertukaran informasi di bidang
peralatan militer.

14 Amerika Serikat Framework Dirjen Strahan Dialog dan konsultasi, pendidikan dan latihan militer,
Arrangement Kemhan, 10 Juni 2010 keamanan maritim, logistik militer.

15 Australia Agreement Menlu, 13 Nopember Dialog dan konsultasi, pendidikan dan latihan militer,
2006 keamanan maritim, logistik militer.

16 Korea Selatan MoU Sekjen Kemhan, 15 Kegiatan bersama dalam produksi pesawat tempur KF-
Juli 2010 X.
17 Vietnam MoU Menhan, 27 Oktober Saling kunjung, konsultasi, kerjasama militer,
2010 pendidikan dan latihan, pertukaran intelijen, dan
industri pertahanan.
PERALATAN UTAMA TNI HASIL PENGADAAN LN
KRI Cakra type 209

F 16 EMB-314 Super Tucano


Korvet Sigma Class Sukhoi SU 30

AH-64 Apache
Tank BMP 3 F Roket Multilaras RM 70 Grad

Tank Leopard
INDUSTRI PERTAHANAN

 Indahan yg kuat memberikan dua efek:


 Kemampuan Han: menjamin pasokan Alpal scr berkelanjutan
 Pemb. Eko dan tekno nas: pertumbuhan eko, penyerapan tenaga kerja,
transfer teknologi, peningkatan pendidikan di bid sains dan tekno.
 Kemandirian sarana Han: menghindari embargo dan
tekanan pol.
 Tidak dimaksudkan utk ikut dalam perlombaan senjata.
 Perlu kerjasama yg erat dg banyak pihak termasuk luar
negeri.
INDUSTRI PERTAHANAN INDONESIA
UU NO 16/2012 ttg INDUSTRI HAN

 Industri Pertahanan adalah industri nasional yang terdiri atas badan usaha
milik negara dan badan usaha milik swasta
 KKIP: komite yang mewakili Pemerintah untuk mengoordinasikan jak nas
dlm can, perumusan, laks, dal, sinkronisasi, dan evaluasi Indahan.
 Ketua: Presiden; Ketua Harian: Han; Wakil: BUMN; Anggota: beberapa
menteri, Pang TNI, Kapolri.
 Pemerintah memberikan perlindungan dalam perluasan usaha dan
peningkatan kapasitas produksi Industri Pertahanan.
 Perlindungan Pemerintah: insentif fiskal, termasuk pembebasan bea
masuk dan pajak, jaminan, pendanaan, dan/atau pembiayaan Indahan.
UU NO 16/2012 ttg Industri Han (Lanj)
 Pemerintah menetapkan kerangka pembiayaan jangka panjang
untuk Indahan milik negara melalui APBN.
 Pemerintah dapat menyediakan fasilitas pinjaman DN atau
memberikan jaminan pinjaman kepada pihak lain untuk penjualan
produk Indahan.
 Pemerintah memberikan jaminan kepada perbankan dan lembaga
keuangan lain yang mendukung pembiayaan pengembangan dan
pemanfaatan Indahan.
 Ketentuan pidana: membocorkan informasi rahasia, memproduksi
Alpal Hankam tanpa ijin, menjual/membeli Alpal Hankam tanpa ijin,
UU NO 16/2012 ttg INDUSTRI HAN (cont)
 Pengguna wajib menggunakan Alpal Hankam produksi dalam
negeri.
 Apabila belum dapat dipenuhi: Pengguna dan Indahan dapat
mengusulkan kepada KKIP unt
 Pengadaan Alpal Hankam LN:
 Belum atau tidak bisa dibuat di DN;
 Mengikutsertakan Indahan;
 Adanya alih teknologi;
 Jaminan tidak adanya potensi embargo dan kondisionalitas politik
 Adanya imbal dagang.
ALUTSISTA YANG INGIN DIKUASAI INDAHAN INDONESIA

 Ranpur (armor vehicle) dan Rantis ( tactical vehicle).


 Kapal perang atas air (combat vessel) dan bawah air (submarine)
serta kapal-kapal pendukungnya (support vessel).
 Pesawat mil angkut ringan dan sedang (light dan medium military air
transport, fix wing and rotary wing) serta pesawat tempur (fighter).
 Senjata ringan dan berat (pistol, assault riffle, caraben, SMR, SMB,
mortir, AGL, RPG), meriam dan munisinya (MKK dan MKB),
roket/MLRS, torpedo, Rudal.
 Network centric operation system: radio, sistem kendali/ kontrol,
komputasi, dan komando untuk penembakan senjata, radar dan
thermal optic.

Potrebbero piacerti anche