Sei sulla pagina 1di 22

PENYAMPAIAN

KUALIFIKASI LUKA PADA


KESIMPULAN VISUM
HIDUP

Disusun Oleh:
1. Jesslyn Nathasya Atma Jaya
2. Marcellus Atma Jaya
3. Eka Benhardi Atma Jaya
4. Friska Wilda W. Atma Jaya
5. Gloria Teo Atma Jaya
Background
To
examine

Non Fit note, death


Justificatoir note
Justificatoir

Visum et To diagnose To manage


repertum

To explain Medication

Surgical
Doctors Professionalism Visum et Repertum. Di dalam: Ilmu Kedokteran
Forensik. Ed ke-1. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Principles Advice Indonesia; 1997.
Injury

Sexual abuse
Live
Psychiatry
Visum et Repertum Poisoning

Physical examination
Visum et Repertum. Di dalam: Ilmu Kedokteran
Forensik. Ed ke-1. Jakarta: Bagian Kedokteran
Dead
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 1997.
Internal examination
Background
Visum et
Repertum
Trauma

As soon as Wound
Formal format
possible qualification

Determine the
sentence degree
Main Problem

How to classify trauma in live


victim ?
Goal

Main Goal: To know the trauma classification in live victims


Goal Specification:
To learn about visum et repertum
To define trauma
To be able to describe trauma
To be able to conclude trauma in live victim
To know about the law regarding trauma
Definition
Doctor's written statement made upon written
request (official) investigators about the
medical examination of the human, either live
or dead or part of the human body, based on
the scientific as well as possible, under oath,
and the interests of justice.

Visum et Repertum. Di dalam: Ilmu Kedokteran Forensik. Ed ke-1. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997.
Injury

Sexual abuse
Live
Psychiatry
Visum et Repertum Poisoning

Physical examination
Visum et Repertum. Di dalam: Ilmu Kedokteran
Forensik. Ed ke-1. Jakarta: Bagian Kedokteran
Dead
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 1997. Internal examination
Component

1. 2. 3. 4.
Pro Justitia Preface Report Conclusion
Legal Aspect
KUHAP 133
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena
peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya
KUHAP 216
Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang
tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan
guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak
sembilan ribu rupiah.
KUHAP 179
Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan
keterangan ahli demi keadilan
KUHAP 187
Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan
yang diminta secara resmi dari padanya
Visum et Repertum. Di dalam: Ilmu Kedokteran Forensik. Ed ke-1. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997.
Bernard Knight
Damage to any part of the body due the application of mechanical force

Sofwan Dahlan
Soft tissue damage with or without skin surface discontinuity, caused by trauma

Forensic traumatology:
Severity
Cause
Relation to the law
Bambang Prameng N. Trauma Tumpul, Fisik dan Kimia. Di dalam: Abraham S., Arif Rahman S., Bambang P. N., Gatot S., Hadi Bin Salim, Intarniati, et al, editor. Tanya Jawab Ilmu Kedokteran Forensik. Ed ke-2. Semarang: Bagian Penerbit
Universitas Diponegoro; 2012.
Dahlan, Sofwan. Petunjuk Praktikum Pembuat Visum et Repertum Edisi 2. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang; 2000.
Dahlan, Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang; 2000
Incised/slashed wounds
Sharp-force injuries Stab wounds
Chop injuries
Mechanical
Bruises
Blunt-force injuries Abrasions
Lacerations
Physical High temperature Burn injuries
Electrical

Barotrauma
Strong Acids
Chemical Payne-James J, McGovern C, Jones R,
Karch SB, Manlove J. Simpson's
Strong Bases Forensic Medicine. 13th Edition. UK:
Hodder Arnold; 2011.
Assesment of Injury
Example:
Quantity

Location

Shape

Size
Characteristic
Bambang Prameng N. Trauma Tumpul, Fisik dan Kimia. Di dalam: Abraham S., Arif Rahman S., Bambang P. N.,
Gatot S., Hadi Bin Salim, Intarniati, et al, editor. Tanya Jawab Ilmu Kedokteran Forensik. Ed ke-2. Semarang: Bagian
Penerbit Universitas Diponegoro; 2012.
Kualifikasi Luka
Pasal Contoh
352 Luka
KUHP
Ringan
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356,
Luka Ringan makaLuka yang dapat
penganiayaan yang tidakmenimbulkan
menimbulkan
penyakit atau halangan
penyakit atauuntuk menjalankan
halangan dalam
pekerjaan jabatan atau pencaharian, diancam
sebagaimenjalankan pekerjaan
penganiayaan ringan mata
dengan pidana
Luka Sedang pencahariaan
penjara untuk
paling lama tiga bulan
paling banyak Rp 4.500,-.
sementara
atau pidana denda
waktu
Pidana (harus dinyatakan
dapat ditambah dalam
sepertiga bagi orang yang
melakukan kejahatanhari/bulan).
itu terhadap orang yang
bekerja padanya atau menjadi bawahannya.
Luka Berat (2) Percobaan untuk melakukan perbuatan ini tidak
dipidana

Afandi Dedi. Visum et Repertum Perlukaan : Aspek Medikolegal dan Penentuan Derajat Luka.
Majalah Kedokteran Indonesia 2010;60(4):188-95
Pasal 90 KUHP
Kualifikasi Luka
Pasal 351 KUHP
1.Jatuh sakit atau mendapat luka
Luka Ringan yang
2. Tidak tidak
(1) Penganiayaan
mampu memberi
diancam harapan
dengan pidana
terus-menerus
penjara paling
lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda
3. akan
untuk
Kehilangan
palingsembuh
menjalankan
banyak empat sama
salah sekali
tugas
satu
ribu lima ratus panca
rupiah atau
jabatan
yang
atau
indera menimbulkan
(2) Jika perbuatan
pekerjaan
(penganiayaan) bahaya
mata
mengakibatkanmaut
pencaharian
luka-
4. Mendapat
luka
cacat
berat, yang bersalah
berat
diancam dengan pidana
Luka Sedang 5.
penjara paling lama lima tahun
Menderita sakit lumpuh
6. Terganggunya
(3) Jika mengakibatkan mati,daya
diancampikir
penjara paling lama tujuh tahun
selama
dengan pidana
7. Gugur
empat atau matinya
minggu
(4) Dengan lebih
Penganiayaan disamakan kandungan
sengaja merusak
seorang perempuan
kesehatan
Luka Berat (5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak
dipidana

Afandi Dedi. Visum et Repertum Perlukaan : Aspek Medikolegal dan Penentuan Derajat Luka.
Majalah Kedokteran Indonesia 2010;60(4):188-95
CONCLUSION
The Doctor write the description and the coclusion of the
qualification of the wound

Content: full description of the wound

Doctors understanding about Conclusion : consequences caused by the wound.


the wound and how to write the
medical report

the wounds degree


Appropriate penalties
Suggestions

Doctor should be more cautious in


making medical report.
Reference

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Visum et Repertum. Di dalam: Ilmu
Kedokteran Forensik. Ed ke-1. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
1997.
Bambang Prameng N. Trauma Tumpul, Fisik dan Kimia. Di dalam: Abraham S., Arif Rahman S., Bambang P. N., Gatot
S., Hadi Bin Salim, Intarniati, et al, editor. Tanya Jawab Ilmu Kedokteran Forensik. Ed ke-2. Semarang: Bagian
Penerbit Universitas Diponegoro; 2012.
Dahlan, Sofwan. Petunjuk Praktikum Pembuat Visum et Repertum Edisi 2. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang; 2000.
Dahlan, Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro Semarang; 2000.
Suharto, Gatot. Peraturan Perundangan yang Berkaitan dengan Bidang Kedokteran. Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang; 2013.
Gordon I., Shapiro H. A., dan Berson S. D. Forensic Medicine. Ed ke-3. London:Churchill Livingstone. 1988.
Gurtner Geoffrey C. Wound Healing: Normal and Abnormal. Charles H Thorne, Robert W. Beasley, Sherrell J. Aston,
Scott P. Bartlett. Geoffrey C. Gurtner, dan Scott L. Spear. Grabb and Smiths Plastic Surgery. Ed ke-6. Philadelpia:
Lippincott Williams & Wilkinss; 2007.
Reference

Idries, A. M. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997.


Kamus Besar Bahasa Indonesia
Mimi Leong dan Linda G. Philips. Wound Healing. Di dalam: Courtney M. Townsend, R. Daniel Beauchamp, B. Mark Ever,
dan Kenneth L. Mattox, editor. Sabiston Textbook of Surgery. Ed ke-19. Philelphia: Elseiver; 2012.
Neil A. Fine dan Thomas A. Mustoe. Di dalam: Mulholland Michael W. Lillemoe Keith D., Doherty Gerard M., Maier Ronald
W., dan Upchurch Gilbert R. Greenfields Surgery: Scietiic Principles and Practice. Ed ke-4. Philadhelpia: Lippincott Williams
& Wilkinss; 2006.
Sampurno B., Samsu Z. Peranan Ilmu Forensik dalam Penegakan Hukum. Jakarta. 2003.
Afandi Dedi. Visum et Repertum Perlukaan : Aspek Medikolegal dan Penentuan Derajat Luka. Majalah Kedokteran Indonesia
2010;60(4):188-95.
Hukum Pidana yang berkaitan dengan profesi dokter. Di dalam: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Editor. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1994.
Suharto, Gatot. Peraturan perundangan yang berkaitan dengan Bidang Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Semarang; 2013.
Payne-James J, McGovern C, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpson's Forensic Medicine. 13th Edition. UK: Hodder Arnold;
2011.

Potrebbero piacerti anche