Sei sulla pagina 1di 65

AIRWAY MANAGEMENT

Muhammad Hikmah Adha 1102011178


Betha Nurvia 1102010048
Dokter Pembimbing:
Dr. Hj. Hayati Usman, Sp.An
Dr. Dhadi Ginanjar Sp.An
Dr. Ferra Sp.An
BAGIAN/ SMF ANESTESI RSUD DR. SLAMET
GARUT
2016

ANATOMY OF THE RESPIRATORY SYSTEM

Consists of all structures in the body that make up the airway and
help us breathe
Diaphragm
Intercostal muscles
Accessory muscles of breathing
Nerves from the brain and spinal cord to those muscles

ANATOMI SISTEM PERNAPASAN

ANATOMI SISTEM PERNAPASAN ATAS


Pernapasan atas
Struktur anatomi diatas pita
suara

Larynx
Dibagi atas dan bawah

Pharynx
Dari hidung ke mulut
sampai ke esophagus dan
trakhea
Nasopharynx
Oropharynx
Laryngopharynx

ANATOMI SALURAN PERNAPASAN ATAS

AIRWAY MANAGEMENT

Apa ke-khusus-an penanganan pasien gawat darurat ?

TIME SAVING is LIVE SAVING


Waktu untuk bertindak : terbatas
Data dasar untuk bertindak : terbatas

Konsep berfikir yang sederhana


Tindakan yang sistematik
Ketrampilan yang memadai
7

PASIEN TRAUMA/ NON TRAUMA

LIFE SUPPORT
Resusitasi
Stabilisasi

A = airway
B = breathing
C = circulation
D = disability

TERAPI DEFINITIF/
SPESIALISTIK
8

Life support

A B C D
Quick Diagnosis Quick Treatment
A= Airway, bebaskan jalan nafas, Lindungi C-spine
B= Breathing, beri bantuan nafas, tambah oksigen
C= Circulation, hentikan perdarahan, beri infus
D= Disability/SSP, cegah TIK
Pasien obstruksi (A) atau apneu (B) akan mati dalam 3-5 menit
Pasien shock berat (C) akan mati dalam 1-2 jam
Pasien coma (D) akan mati dalam 1 minggu
9

Banyak Cara Mengamankan Jalan Nafas


1. Basic/ Manual

A. Chin Lift

B.Jaw Thrust

10

C. Head tilt Chin lift


11

2. Airway (Alat Bantu Nafas) Dasar

A. Oropharyngeal Airway (OPA) / Guedel

B. Nasopharnygeal Airway (NPA)

12

3. Advanced Airway

A. Endotrakeal Tube (ETT)

B. Laryngeal Mask Airway (LMA)

13

C. Combitube

14

Airway
Menilai jalan nafas

Kesadaran ( the talking patient)


Look, Listen and Feel
Look

Agitasi (hipoksia)/ tampak bodoh (hiperkarbia)


Sianosis
Retraksi
Accessory respiratory muscle

15

Listen

Snoring
Gurgling
Stridor
Hoarness

Feel
Trachea location

16

Pasien berbicara jelas?


Management: observasi dan intubasi selektif
Dalam kondisi tertentu :
Maxillofacial injury
Soft-tissue injury of the neck
Facial or neck burns

17

Pasien bersuara serak?


Laryngeal injury
Larngeal/ tracheal burn
Management: evaluasi dan tindakan (bila perlu):
Intubation
Surgical airway

Pasien tidak merespon?


GCS < 8
Obstruksi disebabkan:
Lidah
Aspirasi
Benda asing
Maxillofacial injury
Neck Injury
sianosis
Rocking respirations

18

Penurunan atau tidak adanya pertukaran udara


Krepitasi wajah dan leher
Udem pada leher
Management :
Simple management manuevers:
Suction
Chin lift
Jaw thrust
Intubasi

Perhatian !! lindungi C-Spine saat


manajemen jalan pernapasan
19

Airway Definitive
Pipa dalam trakea dengan balon (cuff) yang dikembangkan.
3 macam:
Orotrakeal (Intubasi Oral)
Nasotrakeal (Intubasi Nasal)
Surgical airway (Krikotiroidotomi/ trakeostomi)

20

21

OBJECTIVE

Clear and protected airway


Oxygenation
Positive pressure ventilation

22

BASIC AIRWAY MANUEVER


1. Chin Lift
Tidak boleh akibatkan hiperekstensi
leher.
Aman untuk C-spine pada korban
trauma

23

2. Jaw Thrust
Pegang pada angulus
mandibulae, dorong
mandibula ke depan (ventral ).
Aman untuk C-spine pada
korban trauma

24

3. Head tilt Chin lift


Gabungan antara manuver Head tilt
dan Chin lift.
Head tilt: meletakkan telapak tangan
di dahi, kepala diekstensikan.
Pada pasien trauma: hati-hati cedera
pada C-spine.

Pada pasien multipel trauma dengan suspek cedera cervical,


manuver yang paling aman : Jaw Thrust.
Bila dengan Jaw Thrust tidak bisa buka airway: lakukan Head
Tilt Chin Lift dengan ekstensi kepala minimal.
Airway tetap merupakan prioritas, meski terdapat cedera Cspine.
25

JANGAN LAKUKAN !!

26

AIRWAY DASAR
1. Oropharyngeal Airway (OPA)
Menahan lidah tidak jatuh
ke belakang .
Fasilitas suction.
Mencegah
lidah/
ETT
tergigit
Merangsang muntah pada
pasien sadar/ setengah
sadar.
Hati hati pada anak dapat
lukai jaringan lunak.
27

Oropharyngeal Airway/Guedel

NO: 0

6
28

HOW TO MEASURE THE RIGHT SIZE OF


OROPHARYNGEAL AIRWAY
Komplikasi
Obstruksi total
Laringospasme
Muntah

29

Cara Pemasangan Oropharyngeal Airway


Dimasukkan mulut dg lengkungan menghadap palatum.
Setelah masuk separuh panjangnya, putar 180 hingga
lengkungan menempel pada lengkungan lidah.

1.
2.
3.

30

2. Nasopharyngeal Airway (NPA)

Jalan nafas buatan dengan ujung di belakang lidah.


Hati hati pada fraktur basis cranii.
Indikasi:
Pasien setengah sadar dengan nafas spontan.
Lebih dapat ditoleransi pasien daripada
kemungkinan rangsang muntah.

OPA,

kecil
31

NASOPHARYNGEAL AIRWAY

Komplikasi
Kerusakan mukosa nasal
Laryngospasme

32

CARA PEMASANGAN
NASOPHARYNGEAL AIRWAY
Cara pemasangan: beri jelly pelicin, didorong memasuki lubang hidung hingga
ujung pipa terletak di orofaring.
Arah ujungnya datar menyusur dasar rongga hidung,
arah menuju anak telinga (tragus).

1.

2.

3.

33

3. Advanced Airway
A.Endotrakeal Tube (ETT)
Keuntungan :
Menjaga jalan nafas terbuka
Mengurangi risiko aspirasi
Sebagai fasilitas suction trakea
Sebagai fasilitas pemberian oksigen konsentrasi tinggi

34

ENDOTRAKEAL TUBE (ETT)

Komplikasi
Hipoksia
Trauma
Muntah-aspirasi isi lambung
Hipertensi
Disritmia jantung
Intubasi satu paru
Intubasi esofagus
Cardiac arrest akibat vagal reflex

35

Persiapan Intubasi Endotrakeal


1. Alat:
A. Laryngoscope

Terdiri dari : Blade (bilah) dan Handle (gagang).


Pilih ukuran blade yg sesuai.
Dewasa : no 3 atau 4
Anak : no 2
Bayi
: no 1
Pasang blade dengan handle
Cek lampu harus menyala terang.

36

Laryngoscope

37

Menyiapkan Laryngoscope
1.

3.

2.

4.

38

Memegang Laryngoscope
Memegang laryngoscope
selalu dengan tangan kiri

Posisi tangan yang betul


adalah memegang pada
handle, bukan pada
pertemuan blade dan handle

39

Melepas Laryngoscope
Memasang dan melepas
laryngoscope selalu dengan
sudut 45

40

B. Endotrakeal Tube (ET)


Pilih ukuran yang sesuai: (ID: Internal Diameter)
Dewasa : ID 6.5 , 7 atau 7.5
Atau sebesar
kelingking kiri pasien
Anak
: ID = 4 + (Umur : 4)
Bayi

: Prematur : ID 2.5
Aterm : 3.0 3.5
Selalu menyiapkan satu ukuran dibawah dan diatas.
Pilih ET yang High Volume Low Pressure (ETT putih/ fortex)
Bila memakai yg re-useable, cek cuff dan patensi lubang ET.

41

ETT dissposible (Low


Pressure High Volume)

ETT re-usable (High


Pressure Low Volume)
Tidak dianjurkan.

42

C. Spuit 20 cc.
D. Stylet (bila perlu).
E. Handsgloves steril.
F. KY jelly.
G. Forcep Magill (bila perlu).
H. AMBU Bag dg kantung reservoir dihubungkan dengan
sumber oksigen.

I. Plester untuk fiksasi ETT.


J. Oropharngeal Airway.
H. Alat suction dg suction catheter .
K. Stetoscope.
43

2. Obat Emergency
- Sulfas Atropin (SA) dalam spuit
- Adrenaline dalam spuit.

3. Pasien
Informed consent mengenai tujuan dan resiko tindakan.

Ingat resiko/komplikasi intubasi bisa berakibat


fatal !!!

44

Persiapan Intubasi Endotrakeal

45

Langkah langkah Intubasi Endotrakeal


Ventilasi tekanan positif dan Oksigenasi
Harus dilakukan sebelum intubasi.
Dada harus mengembang selama ventilasi diberikan.
Oksigenasi dengan oksigen 100% (10 L/menit).
Bila intubasi gagal (waktu >30 detik), lakukan ventilasi dan
oksigenasi ulang, bahaya hipoksia !!!

46

Posisi Tangan Saat Ventilasi Tekanan Positif


Ibu jari dan jari telunjuk
menekan face mask ke bawah
sambil mempertahankan sekat
yg tidak bocor antara face
mask dan penderita.

Jari tengah, jari manis dan


kelingking pada ramus
mandibula, mendorong ke atas
sambil membuka airway.
47

INTUBASI TRAKEA

Singkirkan lidah ke kiri


Cari Epiglotis

48

POSITION OF THE TIP OF LARYNGOSCOPE BLADE

LIDAH
VALEKULA

EPIGLOTIS

Trakea

Esofagus !!!
Sniffing Position
Mambantu Visualisasi laring

49

ELEVASI LARINGOSKOP
Gunakan kekuatan tangan untuk mengangkat. Jangan diungkit
dg menggunakan gigi seri atas sebagai titik tumpu (awas
patah!!).
Arah elevasi laringoskop

Jangan diungkit !!!

50

INTUBASI TRAKEA

51

INTUBASI TRAKEA
Plica Vocalis

Epiglotis

Trakea

52

BURP MANUEVER
Menekan kartilago krikoid ke bawah, atas,
kanan (Back, Up, Right Pressure= BURP)
Membantu visualisasi plika vokalis
Dilakukan oleh asisten yg membantu
intubator
ADAMS APPLE
BURP

THYROID
CRICOID

53

INTUBASI TRAKEA
G.

H.Intubasi endobronkhial

Ujung distal cuff


Cara cegah intubasi endobronkhial:
Masukkan ETT hanya sampai ujung distal cuff lewati plica
vocalis
54

TEKNIK INTUBASI TRAKEA


Buka mulut dengan tangan kanan, gerakan jari menyilang (ibu
jari menekan mandibula, jari telunjuk menekan maksila)
Pegang laringoskop dg tangan kiri, masukkan melalui sisi
sebelah kanan mulut, singkirkan lidah ke samping kiri
Cari epiglotis. Tempatkan ujung bilah laringoskop di valekula
(pertemuan epiglotis dan pangkal lidah)
Angkat epiglotis dg elevasi laringoskop ke atas (jangan
menggunakan gigi seri atas sbg tumpuan !!!) untuk melihat
plika vokalis
Bila tidak terlihat, minta bantuan asisten utk lakukan BURP
manuver (Back, Up, Right Pressure) pada kartilago krikoid
sampai terlihat plika vokalis
Masukkan ETT, bimbing ujungnya masuk trakea sampai cuff
ETT melewati plika vokalis
Kembangkan cuff ETT secukupnya (sampai tidak ada
kebocoran udara)
Pasang OPA
Sambungkan konektor ETT dg ambu bag. Beri ventilasi
buatan. Cek suara paru kanan = kiri, Awas intubasi
endobronkial !!

55

Teknik Oral

2
56

3
4
57

58

Teknik Nasal

2
59

4
60

61

MENCEGAH KOMPLIKASI
INTUBASI TRAKEA

Dilakukan oleh tenaga terlatih


Alat-alat intubasi lengkap :
laryngoskop & pipa trakea berbagai
ukuran
Intubasi dilakukan < 30 detik
Dilakukan penekanan pada kartilago
krikoid (BURP Manuever)
Pilih pipa trakea high volume low
pressure cuff
62

RJP DENGAN PASIEN TERPASANG ETT

Pasien dengan
intubasi
trakhea,
bantuan
ventilasi tidak
perlu sinkron
dengan
kompresi dada
pada saat RJP
63

3. Advanced Airway
B. Laryngeal Mask Airway

Keuntungan :
Teknik pemasangan lebih mudah
Trauma lebih sedikit
Tidak membutuhkan laringoskop
Kerugian :Tidak melindungi terhadap aspirasi
64

Laryngeal Mask Airway

65

Potrebbero piacerti anche