Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
A. MORTALITAS
Umur harapan hidup waktu lahir penduduk Kalimantan Tengah dari tahun
ke tahun terus mengalami peningkatan yang bermakna. Umur harapan hidup
Kalimantan Tengah sedikit lebih tinggi dibanding dengan angka nasional yaitu
69,51 dan 71,98 untuk Kalimantan Tengah (BPS, Indikator Kesra Kalimantan
Tengah 2002).
B. MORBIDITAS
1. Penyakit Menular
Penyakit menular yang disajikan dalam profil ini adalah Penyakit Malaria,
TB Paru, HIV/ AIDS , Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Kusta.
Dari hasil Sero Survei HIV/AIDS yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Propinsi terlihat adanya peningkatan kasus dari 2002-2004 namun
sedikit menurun pada tahun 2005.
Profil KESEHATAN Propinsi Kalimantan Tengah 2005 8
Tabel 1
Hasil Sero Survei HIV/ AIDS 2002-2005
Propinsi Kalimantan Tengah
2.b. Campak
Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan
Kejadian Luar Biasa (KLB). Secara nasional selama tahun 2004
frekuensi KLB campak menempati urutan kedua setelah DBD. KLB
Campak 2004 terjadi sebanyak 97 kali dengan jumlah kasus sebanyak
2.818 dan 44 kematian atau CFR 1,56% (Profil Kesehatan Indonesia
2004, Depkes).
Dari kompilasi data profil kabupaten/ kota terdapat 955 kasus campak
yang terjadi di Kalimantan Tengah (Tabel SPM 35).
2.e. Hepatitis B
Sepanjang tahun 2005 di Propinsi Kalimantan Tengah kasus hepatitis B
ditemui di 2 kabupaten yaitu Kabupaten Kotawaringin Timur sebanyak
13 kasus dan Kabupaten Barito Selatan sebanyak 14 kasus (tabel SPM
35).
Gambar 3
Proporsi Kasus PD3I yang Dilaporkan
Di Propinsi Kalimantan Tengah tahun 2005
1% 3% 0%1% 2% 0%
93%
3.b. Diare
Pada tahun 2004, di Indonesia diare merupakan penyakit dengan
frekuensi KLB kelima terbanyak setelah DBD, Campak, Tetanus
Neonatorum dan keracunan makanan. Angka kesakitan diare di
Kalimantan Tengah dari tahun 2000-2004 fluktuatif dari 15,87 sampai
23,45. Pada tahun 2005 kasus diare sebanyak 38.979 dan sebanyak
14.630 adalah balita (Tabel SPM 14).
3.c. Filariasis
Program eliminasi filarisis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global
WHO tahun 2000 yaitu “ The Global Goal of Elimination of Lymphatic
Filariasis as a Public Health Problem The Year 2020”. Di Indonesia
sampai dengan tahun 2003 kasus kronis Filariasis telah menyebar ke 30
propinsi dan telah ditemukan 3 spesies cacing yaitu Wucherecia
bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Penderita filariasis di
Propinsi Kalimantan Tengah sebesar 97 kasus dan kasus terbanyak
terdapat di Kabupaten Kotawaringin Timur (Tabel SPM 33).
B. STATUS GIZI
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah
satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan
neonatal. BBLR dibedakan atas 2 kategori yaitu BBLR karena premature dan
BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir
cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak
BBLR karena IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemi, malaria dan
menderita penyakit menular seksual(PMS) sebelum konsepsi atau saat
kehamilan. Dari kompilasi data profil kesehatan kabupaten/ kota diperoleh
gambaran dari 39.353 kelahiran hidup terdapat 451 bayi dengan BBLR dan 373
bayi (83%) BBLR yang sudah tertangani (Tabel SPM 2).
Dari hasil PSG diatas bila dibandingkan antara tahun 2004 dan 2005, ada
sedikit perbedaan dimana status gizi lebih, gizi baik dan gizi buruk lebih tinggi
dibanding tahun 2004. Hasil status gizi kurang pada tahun 2004 (15,4%) lebih
tinggi dibanding tahun 2005 (11,5%) dan status gizi buruk meningkat tahun
2005 (1,7%) dibandingkan tahun 2004 (1,0%).
Dari hasil PSG yang dilakukan oleh Program Gizi setiap tahunnya angka
gizi buruk dari tahun 2003-2005 mengalami fluktuatif yang dapat dilihat pada
grafik dibawah ini:
Gambar 4
Perkembangan Kasus Gizi Buruk
Di Propinsi Kalimantan Tengah Tahun 2003-2005
20
15
10
0
2003 2004 2005