Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Disusun Oleh:
Kasma
NIM. 05.48824.00225.09
Pembimbing:
Keluhan Utama :
Nyeri dada
Nyeri dada dirasakan pasien lebih kurang satu bulan sebelum masuk RS.
Nyeri dada hilang timbul dan dirasakan semakin memberat sebelah kiri, rasa
panas seperti terbakar dan menusuk hingga tembus ke belakang. Nyeri dada
dirasakan ketika beraktivitas dan tidak mereda jika beristirahat. Pasien juga
mengeluhkan sakit kepala seperti ditekan di bagian tengkuk sampai ke leher dan
mual. Pasien tidak mengeluhkan adanya sesak. Pasien merupakan rujukan dari
1
Riwayat Penyakit Keluarga :
N: 88x/menit T: 36,3oC
Kepala dan leher : Anemis (-), Ikterik (-), sianosis (-), faring hiperemis (-),
Pe : Sonor
Pa : IC tidak teraba
2
Ekstremitas superior : Akral hangat, oedem (-)
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan EKG
3
V. Diagnosis (Assesment)
4
2. Asam asetilsalisilat (Aspilet) 1x1
5
- Fondaparinux sodium
1x2,5 mg
- Amlodipin 1x10 mg
- Bisoprolol 1x5 mg
12-02-2011 S: Nyeri dada menjalar A: PJK + Unstable Angina
Pukul 08.00 tembus ke belakang (+); P: - IVFD RL 12 tpm
sakit kepala (+); mual (-); - Clopidogrel (Plavix)
Pukul 11.00 sesak (-); nyeri ulu hati 1x1 tablet
TD 140/100 (+) - Asam asetilsalisilat
O: CM; TD 170/120 mmHg; 1x1
N 70x/’; RR 20x/’; T - ISDN 3x5 mg PO
36,5oC; S1 S2 tunggal - Lisinopril 10 mg 0-0-I
reguler; Rh (-); wh (-) (SL)
- Fondaparinux sodium
1x2,5 mg
- Amlodipin 1x10 mg
- Bisoprolol 1x5 mg
6
TINJAUAN PUSTAKA
penyebab kematian nomor satu pada orang Amerika dewasa. Setiap tahunnya,
1,5 juta orang mengalami serangan jantung, 407.000 orang mengalami operasi
dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori penyakit
ini tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat, yang banyak dilakukan
penyebab utama kematian di negara-negara Asia pada tahun 2010. Saat ini,
sedikitnya 78% kematian global akibat penyakit jantung terjadi pada kalangan
tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung koroner akan
meningkat 137 % pada laki-laki dan 120% pada wanita, sedangkan di negara
7
maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada
kematian 25 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit jantung koroner
pembuluh darah dari urutan ke-l0 tahun 1980 menjadi urutan ke-8 tahun 1986
dan menjadi penyebab kematian peringkat ke-3 pada saat itu. Kini, Indonesia
menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beragam, mulai dari infeksi
klasik dan modern, penyakit degeneratif serta penyakit psikososial. Hal ini
mengalami peningkatan. Pada tahun 1991, angka kematian akibat PJK adalah
16%. kemudian di tahun 2001 angka tersebut melonjak menjadi 26,4%. Angka
Indonesia(1,2).
lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan
hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan
8
mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran
darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius, dari Angina
Pektoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal
9
* Merokok
* Diabetes Mellitus
* Kegemukan
* Stress
Pada laporan kasus ini, pembahasan terkait Penyakit Jantung Koroner akan
lebih spesifik pada Angina Pektoris terutama Angina Pektoris Tak Stabil.
Angina pektoris adalah rasa tidak enak di dada sebagai akibat dari suatu
iskemik miokard tanpa adanya infark. Klasifikasi klinis angina pada dasarnya
patogenesa angina mengalami perubahan dari tahun ke tahun, akan tetapi pada
waktu istirahat. Akan tetapi bila kebutuhan aliran darah melebihi jumlah yang
dapat melewati obstruksi tersebut, akan timbul gejala angina. Angina pektoris
akan timbul pada setiap aktifitas yang dapat meningkatkan denyut jantung,
bertambah seperti pada aktifitas fisik, udara dingin dan makan yang banyak.
10
2. Variant angina (Angina Prinzmetal)
Bentuk ini jarang terjadi dan biasanya timbul pada saat istirahat, akibat
pada arteri yang sakit maupun yang normal. Peningkatan obstruksi koroner
yang tidak menetap ini selama terjadinya angina waktu istirahat jelas disertai
stabil atau angina pada pertama kali. Angina dapat terjadi pada saat istirahat
ATS karena ATS adalah suatu sindroma klinik yang berbahaya dan merupakan
tipe angina pektoris yang dapat berubah menjadi infark miokard ataupun
kematian.
Sindroma ATS telah lama dikenal sebagai gejala awal dari infark
11
mendadak pada riwayat penyakitnya mengalami gejala prodroma ATS.
pektoris stabil dan infark miokard, sehingga merupakan tantangan dalam upaya
Angina pektoris tak stabil adalah suatu spektrum dari sindroma iskemik
miokard akut yang berada di antara angina pektoris stabil dan infark miokard
sebagai berikut:
Angina timbul pada saat aktifitas fisik. Baru pertama kali dialami oleh
2. Angina progresif
Angina timbul saat aktifitas fisik yang berubah polanya dalam 1 bulan
terakhir, yaitu menjadi lebih sering, lebih berat, lebih lama, timbul dengan
pencetus yang lebih ringan dari biasanya dan tidak hilang dengan cara yang
12
3. Angina waktu istirahat
Angina timbul tanpa didahului aktifitas fisik ataupun hal-hal yang dapat
15 menit.
pada IMA harus disingkirkan misalnya dengan pemeriksaan enzim serial dan
pencatatan EKG.
IV. PATOFISIOLOGI
Gejala angina pektoris pada dasarnya timbul karena iskemik akut yang
miokard.
13
Penyakit paru menahun dan penyakit sistemik seperti anemi dapat
koroner yang menetap yang disebabkan oleh plak sklerotik yang lama dengan
aliran darah koroner ringan atau normal yang disebabkan oleh gangguan aliran
3. Agregasi trombosit
14
6. Spasme arteri koroner
dapat terjadi pada arteri koroner normal ataupun pada stenosis pembuluh darah
V. GAMBARAN KLINIK
1. Gejala
Didapatkan rasa tidak enak di dada yang tidak selalu sebagai rasa sakit,
tetapi dapat pula sebagai rasa penuh di dada, tertekan, nyeri, tercekik atau rasa
terbakar. Rasa tersebut dapat terjadi pada leher, tenggorokan, daerah antara
penderita dapat sesak napas atau rasa lemah yang menghilang setelah angina
mereda. Dapat pula terjadi palpitasi, berkeringat dingin, pusing ataupun hampir
pingsan.
15
2. Pemeriksaan fisik
dapat terdengar derap atrial atau ventrikel dan murmur sistolik di daerah apeks.
Frekuensi denyut jantung dapat menurun, menetap atau meningkat pada waktu
serangan angina.
3. EKG
EKG perlu dilakukan pada waktu serangan angina, bila EKG istirahat
normal, stress test harus dilakukan dengan treadmill ataupun sepeda ergometer.
- Menilai beratnya penyakit seperti bila kelainan terjadi pada pembuluh darah
Perubahan EKG pada ATS bersifat sementara dan masing-masing dapat terjadi
angina dan kembali ke gambaran normal atau awal setelah keluhan angina
hilang dalam waktu 24 jam. Bila perubahan tersebut menetap setelah 24 jam
Pada ATS kadar enzim LDH dan CPK dapat normal atau meningkat
tetapi tidak melebihi nilai 50% di atas normal. CK-MB merupakan enzim yang
16
paling sensitif untuk nekrosis otot miokard, tetapi dapat terjadi positif palsu.
Hal ini menunjukkan pentingnya pemeriksaan kadar enzim secara serial untuk
VI. PROGNOSIS
Jantung Harapan Kita meneliti 12 faktor risiko tinggi untuk terjadinya IMA
pada ATS antara lain umur 60 tahun, stress, riwayat angina, riwayat infark,
terjadinya IMA pada ATS dan kombinasi dari ketiga faktor tersebut
perawatan dari rumah sakit adalah 6,25% dengan tingkat kematian 2,08%
kematian 0%.
17
VII.PENGOBATAN
A. Terapi Nonfarmakologis
B. Terapi Farmakologis(3,4,5,6)
1. Obat Antiplatelet
menderita infark miokard, stroke iskemik atau TIA dan angina tak stabil
2. β-Bloker
jantung.
18
3. Nitrogliserin
4. Kalsium antagonis
Cara kerjanya :
miokard
menurunkan afterload.
5. Penghambat ACE
19
B. Pembedahan
ventrikel kiri
3. Laser angioplasty
20
TINJAUAN FARMAKOLOGI
per oral, muntah, dan diare atau menyebabkan seseorang berada dalam
asidosis laktat
b. Clopidogrel (Plavix)(6,7)
sering ditemukan pada sistem arteri. Obat ini merupakan derivat thienopyridine
21
yang bekerja secara selektif menghambat ikatan Adenosine Di-Phosphate
dalam siklik AMP, jadi tidak mempunyai efek vasodilatasi. Tidak seperti
Farmakokinetik
asam karboksilat yang merupakan metabolit yang tidak aktif. Metabolit aktif
atau bentuk 2-oxo-clopidogrel akan berikatan secara kuat pada reseptor ADP di
terapi. Pada hari ketiga sampai hari ketujuh, penghambatan agregasi trombosit
dipengaruhi oleh makanan sehingga dapat diminum pada saat makan atau
sebelum makan.
pemberian oral loading dose 300 mg, 80% aktivitas trombosit akan di hambat.
22
Dosis pemeliharaan clopidogrel adalah 75 mg/hari untuk mencapai inhibisi
myocardial infarction (MI) yang belum lama berselang terjadi, stroke yang
belum lama berselang terjadi, atau penyakit arterial peripheral yang sudah
terbukti; sindrom coronary akut (angina tidak stabil atau MI non-Q-wave) yang
Dosis: Oral, dewasa: myocardial infarction (MI) yang belum lama berselang
terjadi, stroke yang belum lama berselang terjadi, atau penyakit arterial
23
Sindrom koroner akut: awal loading dose 300 mg; diikuti dengan satu
pasien dengan alergi terhadap aspirin: dosis loading: 300 mg 6 jam ; dosis
Aturan pakai: Satu kali sehari satu tablet 75 mg, dapat diminum dengan atau
tanpa makanan.
(gatal).
dari suatu trauma, pembedahan atau kondisi patologik lainnya. Pasien dengan
Penyesuaian dosis pada pasien dengan gangguan ginjal dan pasien usia lanjut
tidak diperlukan.
24
c. Asam asetilsalisilat (Aspilet)(6,7,9)
Farmakokinetik
Ekskresi: -
demam, nyeri pasca vaksinasi, sakit gigi, nyeri otot dan nyeri saraf.
Dosis: pengobatan dan pencegahan angina pektoris dan infark miokard 1 tab
1x/hari.
25
d. ISDN(6,7,9)
oxide (NO) menjadi bentuk aktif dengan mengaktifkan guanilat siklase dan
Farmakokinetik
mukosa mulut dan hampir lengkap di saluran cerna. Jika diberikan SL,
menit dan lama kerja 45-120 menit. Sedangkan jika per oral onset kerja
mononitrat.
Dosis: Jika digunakan untuk mengatasi serangan akut angina, dosis ISDN SL
berkisar antara 2,5-10 mg, sedangkan untuk dosis pemeliharaan PJK 5-40 mg
26
Efek samping: edema perifer, pusing, sakit kepala, mual, muntah, mengantuk,
Interaksi Obat: ergotamin dapat melawan efek kerja dari ISDN. Sildenafil
e. Lisinopril
dan preload. Pada pasien dengan gagal jantung dapat mengurangi ukuran
Farmakokinetik
Absorbsi: secara perlahan dan tidak lengkap di saluran cerna, dan tidak
27
Dosis: Lisinopril diberikan dalam bentuk tablet 1x/hari dengan rentang dosis
10-40 mg/hari.
kongestif.
dua kali sehari dalam waktu ≤8 hari pada pasien dengan risiko tinggi angina
tidak lebih unggul daripada fondaparinux baik dari segi efikasi maupun biaya.
28
Farmakokinetik
Bioavailabilitas 100%.
metabolisme minimal.
Indikasi: telah disetujui sebagai terapi angina tak stabil atau pada NSTEMI.
terapi invasif segera dalam waktu kurang dari 2 jam seperti percutaneous
Efek samping: demam (14%), hematom pada bekas injeksi, mual, edem
perifer (1-4%).
29
g. Amlodipin(7,9)
tidak bisa masuk ke dalam sitosol. Efek terapeutik: mengurangi nyeri dada
(angina) melalui dilatasi arteri koroner, arteri perifer dan arteriol. Menurunkan
Farmakokinetik
flatulens.
30
Interaksi Obat: diltiazem dan eritromisin dapat menurunkan bersihan
h. Bisoprolol(9)
Farmakokinetik
Metabolisme: di hepar.
Indikasi: Hipertensi
mg/hari.
31
DISKUSI/PEMBAHASAN
berupa hasil laboratorium dan elektrokardiografi, maka diagnosis klinis pasien ini
adalah Angina Pektoris Tak Stabil, diagnosis etiologi yaitu Hipertensi stage II dan
Terapi yang diberikan pada pasien ini sejak masuk ke IGD sampai
1x10 mg dan Bisoprolol 1x5 mg. Untuk menetapkan rasional tidaknya terapi yang
1. Obat yang diberikan harus tepat indikasi sesuai dengan standar medis/panduan
klinis atau sesuai dengan penyakit yang dihadapinya. Contoh penggunaan obat
3. Tepat pasien, tidak ada kontra indikasi dan kemungkinan efek yang tidak
penting dan jelas mengenai kondisinya dan obat yang diberikan (Aturan
32
5. Tepat monitoring, artinya efek obat yang diketahui dan tidak diketahui
Pemakaian, Tepat Pasien dan Waspada efek samping + Efektif Aman Rasional
33
Rasional
No. Terapi Teori Kasus
Ya Tidak
1 IVFD RL Indikasi: Sebagai terapi rumatan untuk mencegah Diberikan 12 tpm yang akan habis dalam waktu
terjadinya dehidrasi. 13 jam/500 mL RL.
Kontra Indikasi: Hipernatremi, kelainan ginjal, kerusakan Tidak ada kontra indikasi pada pasien.
sel hati, laktat asidosis. Tetesan lambat diberikan untuk mencegah √
Dosis: sesuai dengan kondisi penderita. terjadinya kelebihan cairan yang dapat
meningkatkan beban kerja jantung.
2 Clopidogrel Indikasi: Mengurangi kejadian sindrom koroner akut Diagnosis pasien yaitu angina pektoris tidak
(Plavix) (angina tidak stabil atau Infark miokard non-gelombang stabiltepat indikasi
Q) Tidak ada kontra indikasi sebelumnya yang
Kontra Indikasi: Hipersensitivitas terhadap clopidogrel dialami pasientepat pasien
atau komponen lain dari formulasinya; perdarahan
patologis aktif seperti PUD atau hemoragi intrakranial; Pemberian Clopidogrel (Plavix): 4 tablet
gangguan koagulasi; tukak lambung aktif. kemudian dilanjut kan 1 tablet/hari. 1 tablet 75 mg
Dosis: Loading dose 4x75 mg, diikuti dengan satu kali tepat dosis dan pemakaian.
sehari satu tablet 75 mg (dikombinasikan dengan aspirin
75-325 mg satu kali sehari satu tablet). Perbaikan klinis: Nyeri dada berkurang dalam √
Efek samping: Perdarahan gastrointestinal (saluran masa perawatan setelah pemberian obat pada hari
pencernaan), purpura, bruising, haematoma, epistaxis, kedua.
haematuria, ocular haemorrhage, perdarahan intracranial,
nyeri abdominal (perut), gastritis, konstipasi, rash, dan Hari kedua perawatan: Pasien mengeluh nyeri ulu
pruritus (gatal). hatiefek samping obat, namun tidak ada
Interaksi Obat: Clopidogrel harus digunakan dengan hati- terapi/masukan yang diberikan untuk mengatasi
hati pada pasien yang mendapatkan obat lain yang dapat nyeri ulu hati tersebuttidak waspada efek
meningkatkan resiko perdarahan, seperti antikoagulan, samping
antiplatelet lain dan NSAID.
32
3 Asam asetilsalisilat Indikasi: pengobatan dan pencegahan angina pektoris dan Diagnosis pasien yaitu angina pektoris tidak
(Aspilet) infark miokard stabiltepat indikasi
Kontra-indikasi: Tukak peptik, kelainan perdarahan, asma
Dosis: pengobatan dan pencegahan angina pektoris dan Tidak ada kontra indikasi sebelumnya yang
infark miokard 1 tab 1x/hari. dialami pasientepat pasien
Efek samping: gangguan saluran cerna, pusing, reaksi
hipesensitif. Pemberian Asam asetilsalisilat 1x1 tablet disertai
Interaksi Obat: Efek antihipertensi ACE Inhibitor pemberian antiplatelet lain, antikoagulan dan
berkurang. antihipertensiAspirin dapat dikombinasi dengan
Clopidogrel dengan pemberian 1x1 tablettepat
penggunaan. √
Perbaikan klinis: Nyeri dada berkurang dalam
masa perawatan setelah pemberian obat pada hari
kedua.
33
sedangkan untuk dosis pemeliharaan PJK 5-40 mg pemeliharaan PJKtepat dosis dan pemakaian
mg/hari peroral, dengan frekuensi pemberian 3-4 kali/hari.
Interaksi Obat: ergotamin dapat melawan efek kerja dari Perbaikan klinis: Nyeri dada berkurang dalam
ISDN. Sildenafil dapat menimbulkan efek hipotensi berat. masa perawatan setelah pemberian obat pada hari
kedua.
34
Selain sebagai antihipertensi, lisinopril (gol ACE
Inhibitor) juga berfungsi sebagai remodelling
jantung. Karena itu, meski efek antihipertensinya
berkurang karena interaksi obat dengan Asam
asetilsalisilat, penggunaannya tetap dilanjutkan
karena efek terapeutik yang lain.
35
Dosis: Hipertensi diberikan peroral 5 mg/hari dosis Tidak ada kontra indikasi sebelumnya yang
tunggal, maksimum 10 mg/hr. Angina diberikan peroral 5- dialami pasientepat pasien
10 mg/hari dosis tunggal.
Efek samping: Edema perifer, pusing, sakit kepala, mual, Pemberian amlodipin pada hari ketiga perawatan
mengantuk, palpitasi, hipotensi, ginekomasti, konstipasi, dengan dosis 1x10 mg (dosis maksimum)
rasa tidak nyaman di perut, flatulens. Keluhan sakit kepala pasien tidak pernah
Interaksi Obat: diltiazem dan eritromisin dapat hilangefek samping obat.
menurunkan bersihan amlodipin. H2 bloker meningkatkan
konsentrasi amlodipin di plasma. Rifampin menurunkan Perbaikan klinis: tekanan darah pasien turun
konsentrasi amlodipin di plasma. menjadi 140/100 mmHg dari 170/120 mmHg
setelah kombinasi beberapa obat antihipertensi.
8 Bisoprolol Indikasi: Hipertensi Diagnosis etiologi pasien adalah hipertensi stage
Kontra-indikasi: syok kardiogenik, gagal jantung yang IItepat indikasi.
nyata, blok jantung derajat dua atau tiga.
Dosis: Hipertensi diberikan peroral 5 mg/hari, dapat Tidak ada kontra indikasi sebelumnya yang
ditingkatkan sampai 20 mg/hari. dialami pasientepat pasien
Efek samping: hipotensi yang ditandai dengan pusing,
sakit kepala, ekstremitas dingin, lemah, konstipasi atau Pemberian bisoprolol pada hari ketiga perawatan √
diare. dengan dosis 1x5 mg peroraltepat dosis dan
Interaksi Obat: NSAID mengurangi efek antihipertensi, pemakaian.
Clonidin dapat menimbulkan rebound hipertensi, kokain Keluhan sakit kepala pasien tidak pernah
dipotensiasi oleh bisoprolol sehingga menginduksi hilangefek samping obat.
vasokonstriksi koroner. Sama seperti Lisinopril, NSAID mengurangi efek
antihipertensi.
36
KESIMPULAN DAN SARAN
3. Lisinopril 1x10 mg, Amlodipin 1x10 mg dan Bisoprolol 1x5 mg, semuanya
masuk dalam golongan obat yang dapat diberikan pada pasien dengan angina
golongan NSAID.
4. Nyeri ulu hati yang dirasakan pasien perlu tindak lanjut dengan memberikan
terapi obat untuk mencegah ulkus peptikum misalnya dari golongan antagonis
37
KEPUSTAKAAN
http://himapid.blogspot.com/2008/10/penyakit-kardiovaskuler-pkv-
terutama.html
2. Medistra hospital. Penyakit jantung koroner. [Online] 2011 [cited 2011 Feb
option=com_content&view=article&id=76
3. Katzung, Bertram G., 1997, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 6, Alih
4. T. Bahri Anwar. Angina pektoris tak stabil. [Online] 2004 [cited 2011 Feb
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3518/1/gizi-bahri2.pdf
38
8. Ndadari Lestarining Wahyu. Penggunaan antiplatelet clopidogrel dalam
terapi angina pektoris. [Online] 2007 [cited 2011 Feb 14]; Available from:
http://yosefw.wordpress.com/2007/12/29/penggunaan-antiplatelet-
clopidogrel-dalam-terapi-angina-pectoris/
9. Ellsworth AJ, Witt DM, Dugdale DC, Oliver LM. Mosby’s medical drug
39