Sei sulla pagina 1di 10

Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kayu Putih sebagai Strategi

Modifikasi Konservasi dan Kepentingan Nilai Tambah Ekonomi di


Desa Cikembang, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung

Land Suitability for Eucalyptus Plants as a Conservation Modification


Strategy and Economic Value Added Interests in Cikembang Village,
Kertasari District, Bandung Regency
ANDIS PRISWANTORO1,2*, NANA SULAKSANA1,3, CIPTA ENDYANA1,3,4, ANGGORO TRI MURSITO5
1
Sekolah Pascasarjana, Program Studi Inovasi Regional, 3Fakultas Teknik Geologi, 4Pusat Riset Citarum, Universitas Padjadjaran
2
Biro Perencanaan dan Keuangan, 5Pusat Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Email: andis18002@mail.unpad.ac.id; andis.priswantoro@gmail.com

ABSTRACT
Cikembang Village, Kertasari District, Bandung Regency, is located in the Upper Citarum Sub-watershed.
Cikembang, one of the water catchment villages, is a conservation area with eucalyptus plants.
Eucalyptus plants in the category of Fast-Growing Species (FGS) can accelerate the process of
succession of critical lands, restoration of peat ecosystems, are very adaptive to cultivate with
agroforestry systems, support food security. However, the implementation of eucalyptus plants in
Cikembang Village needs to be analyzed its impact on the conservation function and the importance of
economic value-added. This study aims to form a conservation modification strategy and the importance
of added value to the economy of eucalyptus cultivation by taking into account land suitability and its
limiting factors. The soil fertility level approach is promising for eucalyptus growth in three land locations,
namely: wet soil/Tb, slope/Tk, soil near springs/Tm, with attributes of elevation, slope, rainfall,
temperature, acidity, and soil organic matter. With the storie method’s assessment, the soil is in the N1
category (currently unsuitable), and the root square is produced while the soil is in the S3 category
(slightly marginal). The strategy for obtaining land use to accommodate cropping patterns for
conservation and agricultural interests is by applying the silvicultural system techniques (integrating plant
species, environmental modification, making terraces, setting spacing, and managing fertilization
maintenance, including pest control). The study also tried to accommodate the approach to producing
eucalyptus leaves as raw material for eucalyptus oil processing becomes an economic added value by
refining eucalyptus oil.

Keywords: eucalyptus, strategy, modification, conservation, added value

ABSTRAK
Kawasan Desa Cikembang, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, terletak di Sub DAS Citarum
Hulu. Cikembang salah satu desa tangkapan air menjadi daerah konservasi dengan tanaman kayu putih.
Tanaman kayu putih kategori fast growing species (FGS) dapat mempercepat proses suksesi lahan kritis,
restorasi ekosistem gambut, sangat adaptif dibudidayakan dengan sistem agroforestri, mendukung
ketahanan pangan. Namun demikian, implementasi tanaman kayu putih di Desa Cikembang perlu
dianalisis dampaknya terhadap fungsi konservasi dan kepentingan nilai tambah ekonomi. Penelitian ini
bertujuan untuk membentuk strategi modifikasi konservasi dan kepentingan nilai tambah ekonomi
budidaya tanaman kayu putih dengan memperhatikan kesesuaian lahan dan faktor pembatasnya.
Pendekatan tingkat kesuburan tanah cukup menjanjikan untuk pertumbuhan kayu putih di tiga lokasi
lahan yaitu: tanah basah/Tb, tanah kemiringan/Tk, tanah dekat mata air/Tm, dengan atribut elevasi,
lereng, curah hujan, suhu, dan keasaman serta organik tanah. Dengan menggunakan pendekatan
metode storie, diketahui bahwa tanah Desa Cikembang termasuk ke dalam kategori N1 (saat ini tidak
sesuai), dan dengan menggunakan metode root square, dihasilkan bahwa tanah termasuk kategori S3
(sedikit marginal). Strategi yang digunakan untuk memperoleh tata guna lahan yang mengakomodasi
pola tanam untuk konservasi dan kepentingan pertanian adalah pendekatan aplikasi teknik sistem
silvikultur (pemaduan elemen spesies tanaman, modifikasi lingkungan, pembuatan teras, pengaturan
jarak tanam, pengaturan pemupukan, pemeliharaan, termasuk pengendalian hama) serta pendekatan
produksi daun tanaman kayu putih sebagai bahan baku olahan minyak kayu putih menjadi nilai tambah
ekonomi dengan penyulingan minyak kayu putih.

Kata kunci: kayu putih, strategi, modifikasi, konservasi, nilai tambah

68 Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kayu Putih … (Priswantoro, A. et al.)


1. PENDAHULUAN tumbuhan penghasil minyak atsiri/minyak kayu
putih yang dihasilkan dari daunnya, dengan
1.1 Latar Belakang
mengandung sekitar 0,97% minyak atsiri(4).
Tanah Sunda atau yang dikenal sebagai Minyak kayu putih ini dapat dihasilkan secara
Bumi Parahyangan memiliki potensi kekayaan berkelanjutan tanpa merusak hutan, sehingga
alam yang luar biasa. Di lain pihak selain minyak kayu putih merupakan hasil hutan non
potensi kekayaan alam, Bumi Parahyangan juga kayu (non timber forest product).
memiliki potensi bencana. Deretan gunung Evaluasi keberhasilan tanaman dan analisa
berapi, baik yang masih aktif maupun istirahat faktor lingkungan fisik penting dilakukan untuk
menjadi barikade atau pembatas utama dataran mengetahui karakteristik lahan agar tercapainya
tinggi Bandung yang berada dalam wilayah pengelolaan tanaman kayu putih yang lebih
Cekungan Bandung(1). Posisi tersebut membuat baik(5). Karakteristik lahan tersebut digunakan
Bandung Selatan termasuk wilayah cekungan sebagai strategi modifikasi konservasi dengan
Bandung dengan potensi sumber daya alam penambahan lokasi reboisasi di kawasan
yang melimpah, diantaranya sumber daya air, pengelolaan serta teknik pengolahan,
panas bumi, dan pertambangan. Sumber air pengolahan lahan konservasi. Selanjutnya
berderet di sepanjang lereng gunung-gunung melihat kebutuhan minyak kayu putih di dalam
Bandung Selatan tersebut, salah satunya negeri sampai saat ini diperkirakan masih
menjadi hulu sumber daya air yaitu situ Cisanti mengalami kekurangan dan masih diperlukan
yang berada di kaki Gunung Wayang yang produk komplementer berupa minyak
merupakan hulu dari Sungai Citarum yang eucalyptus impor(6). Sehingga jumlah produksi
menjadi sungai terpanjang di Jawa Barat(1). Saat untuk pemenuhan kebutuhan, terbuka peluang
ini, kondisi DAS Citarum mengalami kerusakan memproduksi minyak kayu putih di Indonesia
yang disebabkan antara lain penebangan hutan dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat
di wilayah hulu (konservasi), penggundulan petani/kelompok tani yang lebih intensif(7).
lahan tanpa perencanaan dan pengawasan, Evaluasi lahan untuk strategi modifikasi
erosi tanah di hulu yang menyebabkan tingginya konservasi dengan penambahan penanaman
sedimentasi di daerah tengah dan hilir sehingga pohon kayu putih akan dapat lestari dengan
menyebabkan air sungai meluap melebihi keterlibatan kerjasama dengan masyarakat,
kapasitas dan mengakibatkan banjir(2). Salah petani/kelompok, serta penyulingan minyak
satu arah kebijakan, strategi menurunkan kayu putih dapat menjadi nilai tambah
sedimentasi di DAS Citarum dengan ekonomi/perekonomian masyarakat serta dapat
pengurangan erosi melalui penanganan lahan mendorong motivasi menanam pohon kayu
kritis(2). putih(8). Adanya potensi mesin terpasang
Pengelolaan kawasan lindung di Desa penyulingan minyak atsiri/minyak kayu putih di
Cikembang dengan reboisasi/penghutanan Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung,
kembali dengan jenis tanaman kayu putih dapat mendukung produksi/penyulingan minyak
(Melaleuca Cajuputi sub sp. cajuputi), kayu putih (Gambar 1). Sampai saat ini, minyak
merupakan wilayah kegiatan Sektor 23 Satgas kayu putih menjadi produksi Hasil Hutan Non
Citarum Harum. Kegiatan persemaian, Kayu (HHNK) bernilai ekonomi tinggi dengan
penanaman dan pemeliharaan kayu putih potensi pasar yang cukup propektif(3).
dilaksanakan bersama dengan kelompok tani Penelitian ini memilih evaluasi kesuaian
penggarap dengan beberapa titik lokasi Satgas lahan melalui pola matching systems dengan
23, Citarum Harum. Tanaman kayu putih membandingkan suatu karakteristik lahan
merupakan salah satu tanaman sumber daya dengan prasyarat tumbuh tanaman kayu putih
alam yang tidak terbatas hanya menghasilkan serta perhitungan nilai indeks lahan metode
kayu, akan tetapi dapat menjadikan banyak storie dan root square melalui persamaan
manfaat lainnya termasuk kategori Fast- matematis(3,9). Kesesuaian lahan bagi
Growing Species (FGS) untuk dapat digunakan pengembangan tanaman kayu putih untuk
proses percepatan konservasi lahan kritis kepentingan komersial perlu dilakukan sehingga
seperti kawasan karst(3) serta restorasi produktivitas kayu putih dapat ditingkatkan
ekosistem gambut(3). Hal ini sesuai perubahan dengan pendekatan teknik silvikultur yang
paradigma dari pengelolaan sumberdaya hutan tepat(3). Pemilihan metode storie ini diperkuat
berorientasi kayu (Timber Oriented dengan prosedur evaluasi kesesuian lahan
Management) kepada pengelolaan berbasis berbasis metode root square yang
sumberdaya (Resources Based Management), menghasilkan luaran informasi lebih realistis
salah satunya bentuk pemanfaatan hasil hutan sebagai acuan untuk budidaya sektor kehutanan,
non kayu berupa kayu putih(4). Tanaman ini perkebunan, serta pertanian(3).
dapat memberikan manfaat secara ekologi, Berdasarkan latar belakang di atas lokasi
ekonomi, serta sosial(3). Kayu putih sebagai penelitian lahan di Desa Cikembang meskipun

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22, No 1, Januari 2021, 068-077 69


memliki daya adaptasi yang tinggi terhadap Laboratorium Tanah Universitas Padjadjaran
kondisi lingkungan(3), akan tetapi untuk (UNPAD) untuk mendapatkan analisa kimia
pengembangan tanaman di lahan konservasi di kandungan tanah.
Desa Cikembang sebagai daerah tangkapan air
Sub DAS Citarum Hulu seluas sekitar ± 400 Ha, 2.2 Metode
perlu dilakukan penelitian kesesuaian lahan
Waktu penelitian dilakukan pada bulan April
sebagai strategi modifikasi pengelolaan untuk
sampai dengan bulan Mei Tahun 2020. Lokasi
tanaman kayu putih sebagai fungsi konservasi
penelitian di Sub DAS Desa Cikembang,
dan nilai tambah ekonomi. Sehingga pola
merupakan Sub DAS dari DAS Citarum Hulu,
tanam dapat mengakomodasi kepentingan
secara geografis terletak pada 107º37’12” BT –
konservasi dan kepentingan pertanian.
107º44’24” BT and 07º8’31,2”LS – 07º39’12 LS.
Mengingat lahan sebagai lingkungan fisik yang
Desa Cikembang berada di wilayah Kecamatan
terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi
Kertasari, Kabupaten Bandung.
serta benda yang diatasnya sepanjang
Data Analisa kesuburan tanah 3 (tiga) lokasi
berpengaruh terhadap penggunaan lahan,
penelitian dibuat dalam tabel dengan kode
termasuk didalamnya paling besar yang
tanah diberikan sesuai dengan kondisi
disebabkan oleh kegiatan manusia di masa lalu
pengamatan fisik tanah, yaitu: (1) tanah
dan sekarang untuk kepentingan pengguna
basah/Tb, (2) tanah kemiringan/Tk, (3) tanah
lahan(10). Karakteristik lahan yang menjadi
dekat mata air/Tm. Selanjutnya evaluasi
habitat kayu putih ini dapat mendukung
kesesuaian lahan dilakukan dengan pola
produktivitas kayu putih(3).
matching systems yaitu membandingkan hasil
analisis kimia tanah dengan prasyarat tumbuh
1.2 Tujuan Penelitian
tanaman kayu putih(3).
Kesesuaian lahan digunakan untuk tujuan Evaluasi kesesuaian lahan didasarkan pada
strategi pengelolaan budidaya tanaman kayu Framework of Land Evaluation (FAO 1976)
putih dengan memperhatikan faktor dengan menggunakan kategori struktur
pembatasnya. Hasil penelitian berupa klasifikasi yaitu 4 kategori, antara lain: ordo,
arahan/rekomendasi modifikasi(11) pengelolaan kelas, sub kelas, dan unit. Kategori kesesuian
sebagai pengakomodasi kepentingan lahan diuraikan dalam Tabel 1, dengan
konservasi dan kepentingan pertanian menggunakan metode storie dan root square(3, 9).
pengembangan tanaman kayu putih untuk nilai
tambah ekonomi di lahan konservasi di Sub (a) Metode Storie:
DAS Citarum Hulu di Desa Cikembang,
I = A x (B÷100) x (C÷100)…………………(a)
Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.
(b) Metode Root Square:
2. BAHAN DAN METODE I = Rmin √ (A÷100) x (B÷100)……………..(b)
2.1 Bahan
di mana I adalah indeks dari lahan A, B, C, yang
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini mewakili skor lahan yang sesuai terhadap
adalah dengan menggunakan sampel tanah syarat tumbuh tanaman kayu putih. Kesesuaian
yang diambil dari lokasi penelitian. Pengambilan atribut lahan terhadap prasyarat tumbuh kayu
sampel dilakukan dengan menggunakan putih dengan skor minimum disebut kriteria
cangkul dan plastik sebagai wadah tanah. Rmin(12,13).
Kemudian sampel tersebut dibawa ke

Tabel 1. Klasifikasi kelas kesesuaian lahan berdasarkan nilai indeks lahan

Indeks Lahan Kelas Kesesuaian Simbol Pengertian


75-100 Sangat Sesuai (Kelas 1) S1 Tanpa atau sedikit pembatasan untuk
penggunaannya
50-75 Sesuai (Kelas 2) S2 Tingkat pembatasan sedang untuk
penggunaanya
25-50 Sesuai marginal (Kelas 3) S3 Tingkat pembatas berat untuk penggunanya
12.5-25 Tidak sesuai saat ini (Kelas 4) N1 Penggunaanya tidak memungkinkan untuk saat
ini
0-12.5 Tidak sesuai permanen (Kelas 5) N2 Penggunaannya tidak memungkinkan scara
permanen

Sumber : Sadono et.,al. 2019(3)

70 Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kayu Putih … (Priswantoro, A. et al.)


Selanjutnya sesuai dalam penilaian 20 cm serta lapisan bawah 20-50 cm mewakili
kesesuaian lahan, ada tiga faktor utama yang tingkat kesuburan tanah dengan unsur dan sifat
harus diperhatikan. Faktor tersebut (a) kimia tanah kadar pH, Fosfat, dan Kalium(13)
kebutuhan atau persyaratan tumbuh tanaman sesuai kriteria nilai analisa di Laboratorium
(crop requirements), (b) kebutuhan atau Tanah Universitas Padjadjajaran (UNPAD).
persyaratan pengelolaan (management Pengamatan karakter fisik, kimia, dan
requirements), dan (c) kebutuhan atau lingkungan(12), diperoleh sampel dari ketiga
persyaratan konservasi (conservation lokasi lahan yaitu:
requirements). Orientasi lahan untuk
(a) Media perakaran (tekstur tanah, drainase
peningkatan pertumbuhan dan produksi
serta kedalaman efekftif)
tanaman, serta ramah lingkungan (mampu
menahan erosi). Sehingga pengumpulan dan Karakter faktor pembatas syarat tumbuh
analisis berbagai data akan menghasilkan data tanaman kayu putih, tekstur tanah di lokasi
primer analisa lahan, lingkungan, serta tanaman penelitian tidak menjadi faktor pembatas
kayu putih. Pengumpulan data berasal dari pengembangannya. Tekstur tanah di lokasi
penelitian terdahulu, publikasi ilmiah yang sudah penelitian tergolong lempung berpasir untuk
dipublikasikan ditambahkan hasil penelitian lahan Tb/basah sedang), lempung berpasir di
terbaru melalui analisa laboratorium dan studio. lahan Tk/lahan kemiringan dan lahan
Tm/deket mata air. Keadaan lahan tersebut
3. HASIL DAN PEMBAHASAN tergolong sangat sesuai untuk
pengembangan kayu putih, dengan tidak
Lahan kritis (critical land) di sub DAS
dicirikan oleh adanya motling/karatan serta
Citarum Hulu di Desa Cikembang yang
ciri glei pada lahan penelitian. Hasil
terbentuk berupa hamparan lahan mengalami
pengamatan di tiga lokasi pengamatan
penurunan daya dukung sehingga tidak mampu
lapangan dengan penggalian lahan terpilih
kembali menopang pertumbuhan tanaman serta
dengan kedalaman sangat dangkal (15 cm –
rawan akan bahaya banjir dan erosi(14). Lahan
60 cm). Secara efektif sesuai syarat lahan
kritis diakibatkan adanya kegiatan yang melebihi
pengembangan kayu putih berkisar dari S2
kemampuan lahan seperti kegiatan penggunaan
(cukup sesuai) yaitu lempung berpasir, tidak
lahan yang tidak sesuai peruntukannya. Selain
ada genangan air > 60 cm.
itu terdapatnya kegiatan konversi kawasan
menjadi areal pertanian, perkebunan
(b) Kapasitas tukar kation, kejenuhan basa,
pemukiman serta kegiatan yang kurang
pH tanah, dan C-organik (kualitas lahan
terencana dengan baik juga mempercepat
retensi hara)
terbentuknya lahan kritis(14). Kondisi tersebut
menjadi penyebab lahan sub DAS Citarum Hulu Kapasitas Tukar Kation (KTK) cukup
di Desa Cikembang mengalami lahan kritis. sesuai dengan kebutuhan pengembangan
Kebiasaan masyarakat Desa Cikembang, masih tanaman kayu putih yaitu rata-rata 33,06%
melakukan pola pertanian untuk tanaman (kategori tinggi). Untuk tingkat kejenuhan
semusim seperti wortel, kubis, kacang panjang, basa relatif rendah, dan sangat rendah di
ubi, dan kentang yang bisa langsung dipanen lokasi lahan Tk/lahan kemiringan, hal ini
dalam waktu 3 hingga 6 bulan yang dapat disebabkan karena curah hujan yang cukup
bermanfaat jangka pendek. Sehingga tinggi, sebagai pencuci intensif terhadap
konservasi menjadi penting dalam upaya basa-basa lahan di lokasi penelitian.
mempertahankan atau memperbaiki daya guna Selanjutnya pH tanah untuk tanaman kayu
lahan termasuk kesuburan tanah dengan teknik putih lebih disukai jenis pH tanah yang
pola tanam (vegetatif) maupun silvikultur untuk cenderung masam, jika pH tinggi (netral)
memberikan perlindungan, perbaikan, dan untuk pertumbuhan menghambat. Kondisi pH
pemakaian sumber daya alam yang berprinsip tersebut sesuai dengan lahan ketiga lokasi
menjamin keuntungan ekonomi atau sosial dengan nilai pH relatif masam (5,84-6,35).
scara alami. Dalam penelitian ini diperoleh hasil Kandungan C-organik dalam ketiga lokasi
analisis kesesuaianlahan, tanaman kayu putih, lahan yaitu rata-rata sedang. Kondisi ini
modifikasi konservasi, serta efektifitas karena lahan relatif sering digunakan untuk
pengelolaan yang berdaya guna selain aktifitas tanaman musiman (tanaman
konservasi juga dapat menjadi nilai tambah, sayuran, tumpangsari cabai, dan kentang)
sebagai berikut: dengan penambahan kandungan organik
yang kurang. Karakter ini membuat tanah
3.1 Analisis Kesuburan Tanah peka terhadap erosi, akibat menurunnya
agregasi tanah tersebut.
Analisa tanah dengan sampel lapisan tanah
yang mewakili peta tanah yaitu lapisan atas 0-

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22, No 1, Januari 2021, 068-077 71


(c) Tingkat kualitas lahan akan ketersediaan 3.2 Analisis Prasyarat Tumbuh Kayu Putih
N-total, P2O5 tersedia, dan K2O dengan Lahan Konservasi
Lahan penelitian untuk N-total tanah Pertumbuhan yaitu suatu proses kemajuan
ketiga lokasi lahan menunjukkan nilai sedang perkembangan dengan faktor lingkungan yang
(0,37 – 0,39), kondisi ini cukup dapat menjadi dialami oleh tanaman yang dapat hidup di
penguat pertumbuhan tanaman kayu putih, lingkungan serta dukungan sifat-sifat tertentu
akan tetapi kandungan bahan organik tanah sebagai prasyarat. Hasil pengamatan lapangan
dan aktifitas penghambat penguapan unsur dan analisis laboratorium dilakukan interprestasi
N dari tanah perlu dilakukan. Selanjutnya berdasarkan kondisi tanah di lapangan, yaitu
untuk ketersediaan lahan akan ketersediaan dengan evaluasi kesesuaian lahan dilakukan
fosfat termasuk sangat tingi untuk ketiga dengan pola matching systems yaitu
lahan (13,41 – 54,33 ppm), sehingga dapat membandingkan hasil analisa kimia tanah
mendukung pengembangan tanaman kayu dengan prasyarat tumbuh tanaman kayu putih(3).
putih. Kalium yang terkandung dalam ketiga Keadaan fisik tanah dan lingkungan
lahan memiliki kandungan yang sangat tinggi, dilakukan pendataan untuk keperluan evaluasi,
dan tinggi (42,25 – 62,25 mg/100g), kondisi interprestasi lahan untuk komoditas tertentu(15).
tersebut bersifat dapat mendukung Sesuai dengan klasifikasi geomorfologi yang
pertumbuhan tanaman kayu putih, akan dibakukan(16), diperoleh hasil perbandingan
tetapi keseimbangan pemupukan, baik pada lahan konservasi di Desa Cikembang,
pemupukan organik dan anorganik dengan yaitu untuk tingkat elevasi ketiga sampel
kandungan unsur K tetap diperhatikan untuk berlokasi di terletak pada kategori pegunungan
hasil pertumbuhan yang diharapkan. atau ketinggian relatif > 1.000 mdpl. Kelerengan
lahan pada ketiga lokasi sampel memiliki tingkat
(d) Potensi mekanisasi/lahan terrain (lereng, kelerengan 15 – 20%: lereng agak curam, serta
batuan, permukaan, dan singkapan lahan) lereng landai (10-15%), sebagaimana dalam
ditunjukan dalam Tabel 2. Variasi suhu dari
Kondisi lereng, batuan permukaan, dan
setiap lokasi sampel lahan memiliki rentang 18 –
singkapan lahan untuk ketiga lokasi
25 0C hampir memiliki kesamaan rentang.
menunjukkan berpotensi diolah dengan
Demikian juga untuk dengan curah hujan juga
mekanisasi yang cukup mudah. Sehingga
terdapat rentang yaitu 1.000 – 3.000 mm/tahun,
kondisi lahan tersebut memungkinkan dapat
yaitu tergolong intensitas rendah. Tingkat
menjadi faktor pertumbuhan akar tanaman
kemasaman tanah pada ketiga lokasi sampel
kayu putih, yaitu: lempung serta lempung
tergolong agak masam yaitu (a) tanah basah/Tb:
berpasir.
6,35, (b) tanah kemiringan/Tk: 5,84, (c) tanah
dekat mata air/Tm: 5,94. Tingkat kemasaman
(e) Kualitas lahan terhadap tingkat erosi
dan kandungan organik di ketiga lokasi sampel
Faktor kualitas lahan terhadap tingkat yaitu kisaran 7 – 8% dengan kategori agak
erosi ketiga lokasi menunjukkan kisaran masam, kondisi tersebut untuk ketiga lokasi
sangat tinggi. Kondisi tersebut dengan memliki lahan dengan kandungan organik yang
ditandainya fisik lahan tingkat kemiringan termasuk sangat tinggi dan sangat peka
lereng yang cukup miring dan kondisi tingkat terhadap tingkat erosi.
tanah yang peka terhadap erosi.

Tabel 2. Karakteristik lahan untuk tanaman kayu putih di Desa Cikembang

Parameter lahan Tanah basah/Tb Tanah kemiringan (Tk) Tanah dekat mata air/Tm
Elevasi (m dpl) 1.600 1.700 1.700
Kelerengan (%) 10 -15 15 – 20 15 – 20
Suhu (0C) 20 – 25 18 - 24 18 – 23
Curah hujan (mm/tahun) 1.000 - 2.000 1.000 - 2.000 1.000 - 3.000
Kemasaman tanah (pH H2O) 6,10 - 6,35 4,42- 5,84 4,01 - 5,94
C organik (%) 3,12 2,64 2,91
Sumber: Data primer diolah (2020)

Penggunaan lahan dapat mempengaruhi memiliki vegetasi dengan akar yang kuat serta
intensitas erosi. Hal tersebut dipengaruhi oleh mampu menahan laju erosi permukaan.
vegetasi yang terdapat di suatu kawasan lahan, Tutupan lahan berupa hutan memiliki daun yang
seperti hutan misalnya yang pada umumnya rimbun termasuk seresah yang mampu

72 Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kayu Putih … (Priswantoro, A. et al.)


memperlambat jatuhya laju air hujan ke dengan kadar garam tinggi maupun asam dan
permukaan tanah(17). Penggunaan lahan di toleran ditempat terbuka serta tahan terhadap
Desa Cikembang yang belum sesuai yaitu kebakaran(19). Kayu putih mampu hidup dan
antara kawasan budi daya dan kawasan lindung. tumbuh dalam 1 tahun dengan kondisi daun-
Kondisi tersebut seiring dengan peningkatan daun yang sudah dapat dipetik. Akan tetapi,
populasi penduduk, meningkat pula kebutuhan tanaman kayu putih kurang tahan terhadap
lahan budi daya. Guna pemantauan dan tanah dengan kadar keasaman 3 yang tinggi.
menjaga keseimbangan kawasan lahan dipilih Akar kayu terdiri dari akar tunggang, akar lateral,
tanaman kayu putih yang sesuai/cocok untuk serta akar sekunder. Akar tunggang lurus dan
konservasi vegetatif di lahan konservasi(14). tumbuh ke bawah, akar lateral tumbuh pada
Konservasi tanah dengan vegetasi tanaman leher akar, dan akar sekunder menyebar pada
kayu putih mempunyai prospek untuk dapat kedalaman sekitar 20 cm di bawah permukaan
diterima oleh masyarakat petani di Indonesia(18), tanah. Kayu putih dapat tumbuh menjadi pohon
di Desa Cikembang pada khususnya. Dengan tinggi mencapai 35 m dengan diameter
pemilihan vegetasi tanaman kayu putih serta mencapai 100 cm(19). Akan tetapi kayu putih
kecocokannya dengan lahan konservasi, dapat dimanipulasi untuk dapat menjadi perdu
selanjutnya digunakan untuk upaya mendukung dengan cara memetik daunnya sejak tanaman
pengembangan kayu putih di Desa Cikembang berumur masih muda. Kayu putih selain dapat
dengan strategi pengelolaan dengan teknik menahan laju air dengan curah hujan yang
silvikultur. cukup tinggi, tanaman kayu putih dapat
dimanfaatkan sebagai tanaman bahan baku
3.3 Analisis Lingkungan Pembatas dengan industri. Bahan baku tersebut yaitu daun dari
Prasyarat Tumbuh Tanaman Kayu Putih tanaman kayu putih dapat dimanfaatkan untuk
disuling menjadi minyak atsiri yang bernilai
Curah hujan harian di sub DAS Citarum
ekonomi tinggi.
Hulu di Desa Cikembang yaitu hujan maksimum
mencapai 36,0 mm, jumlah curah hujan 1.093,2
mm, dengan jumlah hari hujan 73 hari,
kemudian hujan ekstrim 360 hari. Dengan
kondisi klimatologi sub DAS Citarum Hulu di
Desa Cikembang untuk temperature udara rata-
rata: 25,3 0C, temperatur air rata-rata: 27,9 0C,
rata-rata penguapan 5,0 mm, kecepatan angin
rata-rata:53,7 km/hari serta lama penyinaran
matahari rata-rata 52%. Kondisi lingkungan
pembatas berdasarkan klasifikasi iklim
menuruttipe hujan di daerah ini termasuk tipe
iklim A (amat basah)(9,15). Suhu udara normal Gambar 1. Mesin penyulingan minyak atsiri di
bulan terdingin lebih dari 18 0C, suhu bulan Kecamatan Kertasari, Kabupaten
terpanas 25,3 0C. kondisi iklim tersebut dapat Bandung, Sumber: Dokumentasi
menjadi faktor penunjang keberhasilan budidaya Penelitian
tanaman kayu putih. Lama waktu penyinaran
matahari daerah juga cukup lama yaitu 52%, Kegiatan konservasi dengan penanaman
dengan curah hujan 1.093,2 mm, dan tanaman kayu putih dengan system MPTS
temperatur air sesuai dengan prasyarat tumbuh (Multi Purpose Tree Spesies) yaitu menanam
tanaman kayu putih di iklim tropis. Akan tetapi kayu putih sebagai tanaman konservasi selain
hujan yang cukup ekstrim dengan tanaman kayu tanaman pertanian yang dilakukan oleh Sektor
putih dapat menjadi tanaman konservasi 23 Citarum Harum sudah berjalan, akan tetapi
penahan erosi dan atau run off dengan teknik respon masyarakat/petani belum semuanya
pola tanam. dapat menerima sistem tersebut, dari 60 petani
pemilik/penggarap, hanya sekitar 10 petani
3.4 Analisis Tanaman Kayu Putih sebagai pemilik/penggarap yang menanam kayu putih.
Tanaman Konservasi Hal tersebut perlu strategi, di mana konservasi
dengan tetap memperhatikan keseimbangan
Identifikasi lapangan menunjukkan bahwa
penggunaan lahan dengan tanaman kayu putih,
tanaman kayu putih (Melaleuca cajuputi sub sp.
perlunya menguatkan sektor ekonomi kreatif
cajuputi) yang ditanam di Desa Cikembang.
dengan mengembangkan produk-produk
Jenis tanaman ini mempunyai daur biologis
inovatif(20) dari tanaman kayu putih, serta
yang Panjang, cepat tumbuh, dapat tumbuh baik
produksi tanaman kayu putih di lahan kritis yang
pada lahan-lahan marginal, mampu beradaptasi
dikembangkan di desa tersebut. Seperti halnya
pada tanah berdrainase baik maupun jelek
potensi penyulingan minyak sereh di Kecamatan

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22, No 1, Januari 2021, 068-077 73


Kertasasi dapat menjadi alternatif untuk proses informasi lebih relevan/akurat guna keperluan
penyulingan menjadi produk inovatif, pengembangan tanaman secara komersial, jika
sebagaimana dalam Gambar 1. dibandingkan dengan metode storie. Hasil
penilaian (Tabel 3) dengan metode storie
3.5 Strategi Pengelolaan untuk Kebutuhan ditunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan
Modifikasi Konservasi dengan Tanaman untuk ketiga lahan penelitian tergolong kategori
Kayu Putih N1 (tidak sesuai untuk saat ini atau
penggunaanya tidak memungkinkan untuk saat
Pendekatan tata cara evaluasi kesesuaian
ini). Nilai tersebut berbeda dengan hasil metode
lahan dengan metode root square dengan hasil
root square dengan hasil yang cukup
luaran yang realistis untuk suatu budidaya
memperlihatkan kesesuaian lahan penelitian
sektor kehutanan, pertanian serta perkebunan
dengan sesuai marginal (S3) atau dengan
sesuai dengan strategi modifikasi konservasi(3).
tingkat pembatas berat untuk penggunaanya.
Metode root square tersebut untuk sebuah hasil

Tabel 3. Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kayu putih di Desa Cikembang

Indeks Kesesuaian Lahan


Lokasi Sampel Tanah
Storie Kelas Kesesuaian Root Square Kelas Kesesuaian Faktor Pembatas
Tanah basah/Tb 25,08 N1 39.05 S3 SR
Tanah kemiringan/Tk 24.05 N1 38.41 S3 AR
Tanah deket mata air /Tm 24.68 N1 38.67 S3 A SOC
Sumber: Data primer diolah (2020)

Beberapa atribut lahan yang menjadi faktor tinggi dilakukan strategi modifikasi konservasi
pembatas lahan untuk keseuaian di lokasi dengan pola tanam seperti pada Gambar 3 pola
penelitian: (a) tanah basah/Tb yaitu tingkat tanam dengan pengaturan mengarah ke lereng
kelerengan (simbul “S”) serta tingkat curah dengan tingkat kerapatan 3 x 1 meter, sehingga
hujan (simbul “R”); (b) tanah kemiringan/Tk yaitu dapat menghambat laju aliran permukaan
tingkat elevasi (simbul “A”) dan curah hujan penyebab erosi. Implementasi pola tanam di
(simbul “R”); (c) tanah deket mata air/Tm yaitu Desa Cikembang yaitu 3 x 1 m, dalam satu
tingkat C-organik (simbul “SOC”). hektar dapat memuat tanaman kayu putih
Hasil penelitian sifat lahan digunakan sebanyak 3.333 pohon, dengan asumsi produksi
sebagai strategi pengelolaan untuk kebutuhan pangkasan bahan baku minyak kayu putih
modifikasi konservasi dengan tanaman kayu sebanyak 6 kg/pohon, sehingga dalam satu kali
putih, Gambar 2 menguraikan strategi panen akan menghasilkan 19.998 kg daun/ha(6).
pengelolaan untuk kebutuhan modifikasi Untuk rata-rata rendemen 2%, dapat
konservasi dengan tanaman kayu putih dengan menghasilkan minyak kayu putih 399,96 kg
acuan hasil kesesuaian lahan yaitu: (a) elevasi; minyak/ha(6).
(b) kelerengan suatu lahan; (c) curah hujan, Selanjutnya untuk konservasi lingkungan,
serta (d) kadar bahan organik. Yaitu variasi modifikasi konservasi dapat sejalan dengan
suhu dalam lahan lokasi penelitian tidak motivasi peningkatan ekonomi petani dengan
terdapat rentang perbedaan, meskipun terdapat pemanfaatan tanaman kayu putih, terutama
perbedaan tingkat elevasi. Kondisi ini tidak untuk bahan baku industri minyak kayu putih
dapat di modifikasi konservasi dengan tanaman dengan proses penyulingan(21). Kegiatan
kayu putih dengan aplikasi teknik silvikultur. penanaman, pemeliharaan seperti pemupukan,
Demikian juga variabel topografi tidak dapat penghijauan kembali lahan baik pada tegakan
dimodifikasi dengan menggunakan teknik monokultur maupun campuran meningkatkan
silvikultur(3). Namun, studi ini menemukan unsur hara, kadar C dan total aktivitas mikroba
adanya perbedaan variasi suhu yang dalam tanah(22). Hal tersebut dilakukan untuk
disebabkan oleh atribut yang dinamakan elevasi. menjaga ketersediaan nutrisi tanaman kayu
Potensi erosi disebabkan oleh tingkat putih sesuai dengan kondisi konsentrasi bahan
kelerengan serta curah hujan, semakin organik atas tanah. Proses pemupukan perlu
kelerengan tinggi serta curah hujan dengan dilakukan secara terkontrol untuk peningkatan
intensitas tinggi, maka tingkat erosi semakin kemasaman tanah. Hal ini untuk modifikasi
besar. Untuk mengurangi tingkat erosi dengan tanah dan upaya-upaya untuk mempertahankan
curah hujan di lokasi penelitian yang cukup serta meningkatkan kondisi lahan yang masih

74 Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kayu Putih … (Priswantoro, A. et al.)


baik produktivitasnya agar dapat berfungsi produksi pada lahan yang berfungsi optimal
secara optimal, baik sebagai unsur produksi, tersebut dapat meningkatkan tingkat produksi
media pengatur tata air, maupun sebagai unsur bahan baku minyak kayu putih.
perlindungan alam lingkungan(23). Unsur

Strategi pengelolaan untuk kebutuhan modifikasi konservasi dengan


Tanaman Kayu Putih dan kepentingan nilai tambah ekonomi
di Desa Cikembang, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung

Aplikasi Teknik Sistem


Silvikultur/Perpaduan elemen
spesies tanaman, modifikasi Tanaman Kayu Putih untuk nilai
lingkungan dan pemeliharaan tambah ekonomi
termasuk pengendalian hama
(Soekotjo, 2009)

Kelestarian lahan dengan salah satu Pengolahan Tanaman Kayu Putih


tanaman konservasi sebagai bahan baku minyak kayu
putih

Kebutuhan modifikasi konservasi Nilai tambah ekonomi


lingkungan dapat tercapai petani/gabungan kelompok tani
dapat meningkat

Gambar 2. Bagan alir strategi pengelolaan untuk kebutuhan modifikasi konservasi dengan tanaman kayu
puith dan kepentingan nilai tambah ekonomi, di Desa Kertasari, Kecamatan Kertasari,
Kabupaten Bandung, Sumber: Hasil Penelitian

Gambar 3. Tanaman kayu putih dengan pola tanam serta pengaturan jarak. Keterangan : x = titik jarak
tanam kayu putih. Sumber: Dokumentasi Penelitian

4. KESIMPULAN faktor pembatas A (elevasi) dan R (curah hujan);


RS (root square) lokasi lahan dekat mata
Indeks kesesuaian lahan di sub DAS
air/Tm :38.67, faktor pembatas A (elevasi) dan
Citarum Hulu Desa Cikembang dengan metode
SOC (kandungan C-organik). Analisis
Root Square untuk ketiga lokasi tergolong S3
kesesuaian lahan untuk kayu putih
(sesuai marginal), RS (Root Square) lokasi
menunjukkan tanaman kayu putih (Melaleuca
lahan basah/Tb: 39.05, faktor pembatasnya: S
cajuputi sub sp. cajuputi) yang ditanam di Desa
(kelerengan), dan R (curah hujan); RS (Root
Cikembang cepat tumbuh, dapat tumbuh baik
Square) lokasi lahan kemiringan/Tk: 34.41,

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22, No 1, Januari 2021, 068-077 75


pada lahan-lahan marginal. Berdasarkan hasil 3. Sadono, R., Soeprijadi, D., Wirabuana, P. Y.
analisis kesesuaian lahan tersebut, analisis A. P., (2020). Kesesuaian lahan untuk
atribut pembatas lingkungan, penggunaan lahan pengembangan tanaman kayu putih dan
untuk tanaman kayu putih tergolong baik dan implikasinya terhadap teknik silvikultur.
perlu dipertahankan penyebarannya terutama Journal of Natural Resources and
pada lahan yang mempunyai kemiringan lereng Environmental Managemen. JPSL. 10 (1):43-
curam. Selain itu, tata guna lahan dengan 51. doi:10.29244/jpsl.10.1.43-51.
mengakomodasi pola tanam untuk kepentingan
4. Dan, Y.A., Amayanti, E. L. K. D., (2012).
konservasi dan kepentingan pertanian dapat
Pemanfaatan dan Uapaya Konservasi Kayu
berpotensi mengurangi intensitas erosi yang
Putih di Taman Nasional Wasur. Media
akan terjadi di Desa Cikembang.
Konservasi. 17(2):85-93.
Desa Cikembang beberapa tahun ke depan
doi:10.29244/medkon.17.2.%p.
berpotensi dikembangkan, baik dalam hal
perubahan fungsi tata guna lahan maupun 5. Wedhana, I. B., Idris, M. H., Silamon, R. F.,
sarana dan prasarana. Kondisi tersebut akan (2018). Analisis Pertumbuhan Tanaman Kayu
berimplikasi terhadap peningkatan pemanfaatan Putih (Melaleuca cajuputi sub sp. cajuputi)
lahan untuk tanaman kayu putih. Hal ini Pada Kawasan Hutan Lindung Dusun
bertujuan agar keseimbangan antara fungsi Malimbu Dan Dusun Badung Resort Malimbu
konservasi dan kepentingan nilai tambah KPHL Rinjani Barat. Jurnal Belantara[JBL]. 1
tanaman kayu putih itu sendiri. Oleh karena itu, (1):35-44. doi:10.29303/jbl.v1i1.13.
strategi modifikasi konservasi dengan tanaman
kayu putih perlu dilakukan dengan (a) 6. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan. (2014). Budidaya Dan Prospek
pendekatan aplikasi teknik sistem silvikultur
Pengembangan Kayu Putih (Melaleuca
(pemaduan elemen spesies tanaman, modifikasi
Cajuputi). Jakarta. IPB Pess.
lingkungan, pembuatan teras, pengaturan jarak
tanam, pengaturan pemupukan, pemeliharaan, 7. Febry R.Torry, F. R., & Idrus, S. (2016).
termasuk pengendalian hama), serta (b) Pemetaan Kualitas Minyak Kayu Putih
pendekatan tanaman kayu putih sebagai (Melaleuca leucadendra) di Maluku. Majalah
penghasil bahan baku penyulingan minyak kayu BIAM. 12(01):14-19.
putih untuk nilai tambah ekonomi.
8. Lestari, J. D., Simatupang, D. O. (2018)
PERSANTUNAN Analysis of Development Strategy Eucalyptus
Oil Refinery Business. Agricola. 8 (1):42-50.
Penulis ucapkan terima kasih banyak
Kepada Bapak Prakoso Bhairawa Putera, S.IP., 9. Juniarti, Yulnafatmawiyata, Isminingsih, S.
M.A., (Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan (2007). Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
LIPI), Bapak Danang Heru Prasetyo, M.Sc., Ibu Potensi Produksi Tanaman Manggris
Rr. Widhya Yusi Samirahayu, SE, MT., Bapak (Garciana mangostana L.) Di Kab.50Kota.
Poerwanto Soeseno, SE. MM., dan tim di Jurnal Tanah. 14-22 ISSN: 1829-7994.
Fungsi Monitoring Evaluasi BPK LIPI Kawasan Published online 1976:14-22.
Bandung, pengelola program By-Research LIPI, 10.Lahan., A., K., Teknik,. J., Teknik., F. (2017).
Komandan Sektor Satgas Citarum Metode Teknik Perencanaan (Analisis
Harum/Bapak Kolonel Arh. Wahyu J, beserta Kesesuaian Lahan). Yogyakarta. Magister
jajarannya, dan Reza Nugraha (pendamping Perencanaan Kota dan Daerah, Jurusan
Gapoktan Desa Cikembang) atas dukungan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas
yang diberikan selama ini. Teknik, UGM.

DAFTAR PUSTAKA 11.Mulyani, A., & Besar, B., (2018). Modifikasi


Metode Evaluasi Kesesuaian Lahan
1. Aditya Al-Fikri Amanullah, A. A., Putra, A., Berorientasi Perubahan Iklim. Jurnal
Aprillian, A., Cahyani, A.T., Pangestu, C., Sumberdaya Lahan. 12(1):1-11.
Effendi, E., Alyandri, F. H., Putra, G.H., doi:10.2018/jsdl.v12i1.8228.
Syafrina, Khamsya, V.J., Risky Ramadhan,
R.R. (2020). Morfologi Alluvial Plain Desa 12.Dibia, I., (2015). Evaluasi Kesesuaian Lahan
Bumiwangi Kecamatan Ciparay. Jurnal Buana. Untuk Pengembangan Tanaman Kayu Putih
4 (5):451-465. (Malaleuca Leucadendra) Pada Kawasan
Hutan Produksi Bali Barat (Kecamatan
2. Satuan Tugas Pengendalian Pencemaran dan Grokgak) Kabupaten Buleleng Bali. Agrotrop
Kerusakan DAS Citarum Provinsi Jawa Barat. Journal on Agriculture Science. 5(2):196-207.
(2019). Rencana Aksi Pengencalian dan
Pencemaran Kerusakan DAS Citarum 2019- 13.Sudaryono. (2010). Evaluasi Kesesuaian
2025. Lahan Tanaman Kayu Putih Kabupaten Buru,

76 Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kayu Putih … (Priswantoro, A. et al.)


Provinsi Maluku. Jurnal Teknololgi analisis-kesesuaian-lahan-untuk-tanaman-
Lingkungan. 11(1):105. kayu-putih-melaleuca-leucadendron-di-kphp-
doi:10.29122/jtl.v11i1.1228. rote-ndao-dengan-menggunakan-sistem-
informasi-geografis/. pdf. 2014;7:219-232.
14.Wahyudi. (2014). Teknik Konservasi Tanah
serta Implementasinya pada Lahan 20.Endyana, C. (2019). Peningkatan Kualitas
Terdegradasi Dalam Kawasan Hutan (Soil Lingkungan Hidup Dengan Pengembangan
Conservation Technique and Its Ekonomi Kreatif Warga Desa Cileunyi Wetan
Implementation in the Degraded Land of Kabupaten Bandung. Kumawula: Jurnal
Forest Regions). Jurnal Sains dan Teknol Pengabdia Kepada Masyarakat. 2(3):201.
Lingkungan. 6(2):71-85. doi:10.24198/kumawula.v2i3.24551.
15.Setiawan, B., Yudono, P., Waluyo, S. (2018). 21.Behuku, W., M., Kastanya, A., & Pattimahu,
Evaluasi Tipe Pemanfaatan Lahan Pertanian D., V., (2016). Analisis Nilai Tambah Ekonomi
dalam Upaya Mitigasi Kerusakan Lahan Di ( Economy Value Added) Unutk Mengukur
Desa Giritirta, Kecamatan Pejawaran, Kinerja Keuangan Petani Minyak Kayu Putih
Kabupaten Banjarnegara. Vegetalika. 7(2):1. Desa Pela dan Batu Jungku di Wilayah Kerja
doi:10.22146/veg.35769. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
MODEL UNIT III WAE TINA. Jurnal Hutan
16.Bermana, I. (2006). Klasifikasi geomorfologi
Pulau-Pulau Kecil. 1(1):66-
untuk pemetaan geologi yang telah dibakukan.
71.doi:10.30598/jhppk.2016.1.1.66
Bulletin of Scientific Contribution. Volume
4(2):161-173. 22.De Oliveira Paulucio, V., da Silva, C., F.,
Martins, M., A., Pereira, M., G., Schiavo, J., A.,
17.Sulaksana, N., Sjafrudin, A., Sukiyah, E.,
& Rodrigues, L., A. (2017). Reforestation of a
Raditya, P., P., Abdulah, F., Setiyanto, P.
degraded area with Eucalyptus and Sesbania:
(2015). Peran Tata Guna Lahan Terhadap
Microbial activity and chemical soil properties.
Distribusi Tingkat Kerawanan Erosi Di
Revista Brasileira de Ciencia do Solo. 41:1-14.
Kawasan Ciletuh Jawa Barat. Bulletin of
doi:10.1590/18069657rbcs20160239.
Scientific Contribution. 13:160-167.
23.Wahyuningrum, N., & Basuki, T., M. (2019).
18.Subagyono, K., Marwanto, S., Kurnia, U.
Analisis kekritisan lahan untuk perencanaan
(2003). Seri Monograf 1: Teknik Konservasi
rehabilitasi lahan DAS Solo bagian hulu.
Tanah Secara Vegetatif. Bogor. Balai
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran
Penelitian Tanah Pusat Penelitian dan
Sungai. 3(1):27-44.
Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan
doi:10.20886/jppdas.2019.3.1.27-44.
Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian.
19.B Triana, N. (2018, Selasa, 6 Maret 2018).
https://nenytriana.wordpress.com/2018/03/06/

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22, No 1, Januari 2021, 068-077 77

Potrebbero piacerti anche