Sei sulla pagina 1di 13

CICIH NINAWATI

PERANAN BRIGADIR JENDERAL SOEHARTO DALAM MEMBANGUN KOMANDO CADANGAN


STRATEGIS ANGKATAN DARAT (KOSTRAD) TAHUN 1961 – 1965

PERANAN BRIGADIR JENDERAL SOEHARTO


DALAM MEMBANGUN KOMANDO CADANGAN
STRATEGIS ANGKATAN DARAT (KOSTRAD)
TAHUN 1961 – 1965

Oleh:
Cicih Ninawati, Didin Sarifudin, Achmad Iriyadi1

ABSTRACT
This research reviews about the role of a character in the formation and development
of the Indonesian Republic military organization on the 1961 – 1965. The background
why researcher taking this issue due to the interest in the condition of the development
of the Indonesia military organization in the early period of independence. Which is
in an all-round hazard and the need for a reliable unit, has forced TNI officer AD to
engender a single entity, later called the army General Reserve or CADUAD that no other
forerunner of strategic unity and also mobile that right now known as KOSTRAD. The
method that used in this research is historical research by doing a four-step research,
there are: heuristics, critique, interpretation, and historiography. The results showed
that CADUAD is the military organization which was formed and prepared to carry out
the operations for the liberation of West Irian that has been delayed since a long time.
The establishment of KOSTRAD as one unity of Indonesia’s elite military nowadays
that is inseparable from the Research Staff Letter filed by Soeharto who is at that time
had risen to become a major general. In the years 1961 – 1965, KOSTRAD has managed
to carry out major operations, including Trikora Operation, Dwikora Operation, and
operation Completion Problem G 30 S.
Keywords: Soeharto, KOSTRAD, The Strategic Unity, Military Operations

PENDAHULUAN

Permasalahan Irian Barat yang tidak 1. Gagalkan pembentukan Negara Boneka


kunjung menemui titik terang telah Papua buatan Belanda.
membawa Pemerintah Indonesia pada 2. Kibarkanlah Sang Merah Putih di Irian
keputusan untuk menyelesaikannya Barat Tanah Air Indonesia.
dengan langkah yang lebih tegas. Bukti atas
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum
hal tersebut adalah munculnya konsepsi
mempertahankan kemerdekaan
yang diucapkan oleh Presiden Soekarno
dan kesatuan Tanah Air dan Bangsa
yang kemudian dikenal dengan sebutan
(Ridhani, 2009, hlm. 73).
Trikora atau Tiga Komando Rakyat dengan
isi sebagai berikut:
1
Penulis merupakan mahasiswa Pendidikan Sejarah, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan So-
sial, Universitas Pendidikan Indonesia, dengan Didin Sarifudin sebagai Dosen Pembimbing 1 dan
Achmad Iriyadi sebagai Dosen Pembimbing 2. Untuk kepentingan akademik dapat menghubungi
penulis melalui alamat email: cwnina174@gmail.com dan nomor kontak 082315564257

190
FACTUM
Volume 6, N0.2, Oktober 2017

Berdasarkan konsepsi tersebut, jelas benar pulih. Sehingga, kesatuan-kesatuan


bahwa Presiden Soekarno menghendaki yang bersifat territorial tersebut tidak
pemerintahan Republik Indonesia dapat dilibatkan dalam urusan keamanan
berdaulat atas wilayah tersebut. Upaya yang nasional.
berusaha dilakukan untuk mencapainya, Kondisi tersebut kemudian
tersurat dari isi konsepsi nomor tiga menimbulkan keresahan Kepala Staf
yakni mengenai pengerahan mobilisasi Angkatan Darat (KASAD), Jenderal A.
umum. Dalam hal ini, mobilisasi umum H. Nasution. Beliau mengkhawatirkan
yang dimaksud adalah penyelesaian kondisi Republik Indonesia sebagai negara
melalui upaya pertahanan dan keamanan yang baru merdeka. Oleh karen itu, beliau
yang barang tentu memerlukan kesatuan mengajukan pentingnya pembentukan
militer untuk menyelesaikannya. Namun, kesatuan mobile yang selalu siap tempur
mengingat pada saat itu Indonesia tengah dalam keadaan apapun. Maka, pada
berada pada periode awal kemerdekaan, tahun 1960, beliau mengeluarkan Surat
maka segala sesuatu yang menyangkut Keputusan No. Kpts-1067/12/1960
sendi kehidupan negara berada pada mengenai pembentukan CADUAD
kondisi yang serba seadanya dan belum (Cadangan Umum Angkatan Darat)
tertata dengan baik. Begitupun dengan yang kemudian berganti nama menjadi
pengadaan kesatuan militer yang Komando Cadangan Strategis Angkatan
ditegaskan oleh Mardjiono bahwa: Darat atau lazim disebut KOSTRAD
“... sesuai ketetapan Struktur Organisasi (Mardjiono, 1993, hlm. 5). Tugas utama
dan Tugas Penetapan (TAP) 0-5 yang KOSTRAD tidak lain adalah menjawab
dikeluarkan pada tanggal 5 Agustus 1958 setiap ancaman, baik yang berasal
bahwa setiap wilayah Indonesia dibentuk dari dalam maupun luar negeri. Tugas
Komando-komando Daerah Militer tersebut berkaitan dengan pembinaan
(Kodam) yang membawahi Komando atas kesiapan operasional segenap jajaran
Resort Militer (Korem), Kesatuan-kesatuan komandonya dalam menyelenggarakan
Brigade, dan Batalyon-batalyon (1993, operasi pertahanan tingkat strategis sesuai
hlm. 2). dengan kebijaksanaan Panglima TNI (Tn,
Sehingga, diketahui bahwa kondisi 2009). Di awal pembentukkannya, tenaga
angkatan bersenjata Republik Indonesia kesatuan ini dikerahkan untuk mengatasi
masih bersifat territorial dan kedaerahan. sengketa yang terjadi antara Indonesia
Dengan demikian, tugas dan tanggung dan Belanda dalam upaya penyelesaian
jawab mereka hanyalah terhadap daerah- permasalahan Irian Barat tersebut.
daerah yang menjadi wilayah tugasnya Berangkat dari latar belakang tersebut,
masing-masing. Sedangkan untuk penulis memiliki keresahan bagaimana
permasalahan keamanan yang cakupannya kemudian kesatuan yang baru dibentuk
berskala nasional belum ada kesatuan ditugaskan untuk terlibat dalam upaya
khusus yang memegang dan bertanggung penyelesaian sengketa yang berskala
jawab atas hal tersebut. Terlebih lagi, nasional. Bahkan, pembentukannya pada
kondisi keamanan dalam negeri selepas saat itu pun dilakukan dalam kondisi dan
perang kemerdekaan pun belum benar- situasi yang serba terdesak. Oleh karena

191
CICIH NINAWATI
PERANAN BRIGADIR JENDERAL SOEHARTO DALAM MEMBANGUN KOMANDO CADANGAN
STRATEGIS ANGKATAN DARAT (KOSTRAD) TAHUN 1961 – 1965

itu, Masalah utama yang diangkat dalam Kearsipan Daerah Jawa Barat. Berdasarkan
skripsi ini adalah “Bagaimana proses pencarian ke perpustakaan-perpustakaan
pembangunan KOSTRAD sebagai kesatuan tersebut, penulis berhasil mengumpulkan
siap tempur di bawah kepemimpinan beberapa sumber utama, baik berupa
Brigadir Jenderal Soeharto pada tahun dokumen maupun buku seperti: dokumen
1961 – 1965?”. Kemudian, masalah utama Dharma Bhakti Komando Tempur II/
tersebut dijabarkan ke dalam pertanyaan KOSTRAD “Vira Cakti Yudha”, Sejarah
penelitian sebagai berikut; (1) Bagaimana Singkat Kopur II/KOSTRAD 15 Januari
proses pembentukan Komando Cadangan 1962 – 15 Januari 1970” dan “Sejarah
Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD) Satuan Divisi I dan Divisi II KOSTRAD”
sebagai kesatuan siap tempur?; (2) yang berhasil penulis dapatkan dari Dinas
Bagaimana komando-komando yang Sejarah Angkatan Darat. Dan beberapa
dikeluarkan Brigadir Jenderal Soeharto buku utama seperti, Militer dan Politik
dalam membangun Komando Cadangan di Indonesia, 32 Tahun Dharma Bakti
Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD) pada KOSTRAD Darma Putra 1961 – 1993,
kurun waktu 1961 – 1965? ; (3) Bagaimana Gelora Konfrontasi Mengganyang Malaysia
prestasi yang berhasil dicapai Komando 196, Irian Barat dari Masa ke masa, Politik
Cadangan Strategis Angkata Darat Luar Negeri, Studi Kasus Penyelesaian
(KOSTRAD) selama masa kepemimpinan Konfrontasi Indonesia – Malaysia, Sejarah
Brigadir Jenderal Soeharto? TNI – AD 1945 – 1973, dan beberapa buku
lainnya.
METODE PENELITIAN
2. Kritik Sumber. Pada tahapan
Dalam penelitian ini, peneliti ini, peneliti melakukan verifikasi untuk
menggunakan metode penelitian historis menguji validitas sumber-sumber yang
dengan langkah-langkah sebagai berikut: telah diperoleh sebagai uapaya penulisan
1. Heuristik. Heuristik merupakan sejarah berkaitan dengan Peranan Brigadir
upaya mencari dan mengumpulkan Jenderal Soeharto dalam Membangun
sumber-sumber yang berkaitan KOSTRAD. Tidak semua sumber yang
dengan permasalahan yang dikaji, baik telah diperoleh dari hasil penelusuran
berupa sumber benda, sumber lisan, relevan digunakan sebagai sumber dalam
maupun sumber tertulis. Abdurahman penelitian ini, baik itu dilihat dari segi
mengemukakan bahwa heuristik adalah otentikitas keaslian sumber ataupun isi
suatu keterampilan dalam menemukan, dari sumber tersebut. Kritik dilakukan
menangani, dan memerinci bibliografi, terhadap isi sumber atau dokumen (kritik
atau mengklarifikasi dan merawat catatan- interen) untuk menguji kredibilitas isi
catatan (2007, hlm. 64). Untuk itu, buku menjadi fakta atau yang sudah
pada pelaksanaan tahapan ini, peneliti dianggap kebenaranya. Misalnya dalam
mengunjungi beberapa perpustakaan beberapa buku terdapat penjelasan
besar yang tersebar di Provinsi Jawa Barat, berbeda mengenai Operasi Trikora dan
diantranya Perpustakaan Universitas keterlibatan KOSTRAD di dalamnya. Oleh
Pendidikan Indonesia, Perpustakaan Pusat karena itu penulis perlu untuk melakukan
Angkatan Darat, Dinas Sejarah Angkatan perbandingan sumber untuk mencari
Darat, dan Badan Perpustakaan dan sumber sejarah yang benar-benar relevan.

192
FACTUM
Volume 6, N0.2, Oktober 2017

Kritik sumber dilakukan untuk mengetahui Cadangan Strategis Angkatan Darat tahun
beberapa fakta mengenai bagaimana 1961 – 1965.
latar belakang pembentukan kesatuan
KOSTRAD, peran Brigadir Jenderal HASIL PENELITIAN DAN
Soeharto dalam upaya membangun PEMBAHASAN
KOSTRAD, dan bagaimana prestasi 1. Proses Pembentukan Komando
yang berhasil dicapai oleh KOSTRAD di Cadangan Strategis Angkatan Darat
bawah kepemimpinan Brigadir Jenderal (KOSTRAD)
Soeharto.
Pembentukan KOSTRAD sebagai
3. Interpretasi. Setelah melakukan salah satu kekuatan militer Indonesia
tahapan kritik sumber, tahapan dalam tidak terlepas dari kondisi keamanan
penelitian selanjutnya adalah interpretasi. dan stabilitas politik yang berkembang
Dimana, tahapan ini berkaitan dengan pada saat itu. Dimana, menjelang tahun
kemampuan penulis untuk menganalisis 1961 sejarah mencatat bahwa berkali-kali
informasi yang berhasil didapatkan terjadi ketegangan antara golongan militer
untuk kemudian disintesiskan agar dan golongan sipil dalam hal penyelesaian
menghasilkan suatu interpretasi yang masalah-masalah yang masih berkelanjutan
menyeluruh (Kuntowijoyo, 1995, hlm. sejak periode perang kemerdekaan.
73). Sumber-sumber yang telah diperoleh Muhaimin menyebut hal tersebut sebagai
dihubungkan anatara fakta satu sama lain perbedaan strategi dalam menghadapi
untuk mengetahui sejarah yang berkaitan kekuatan asing yakni berkaitan dengan
dengan topik kajian penelitian ini. Untuk strategi diplomasi dan strategi perang
selanjutnya dapat direkontruksi menjadi (1982, hlm. 28). Pemerintah sipil tidak
sebuah tulisan sejarah. menghendaki penyelesaian permasalahan-
4. Historiografi. Tahapan terakhir permasalahan tersebut dilakukan dengan
yang dilakukan peneliti dalam metode terburu-buru dan mengandalkan kekuatan
penelitian sejarah adalah melaporkan fisik, dalam hal ini tentu saja ditujukan
hasil penelitian atau historiografi. Seperti untuk golongan militer. Dengan kata
yang diungkapkan oleh Sjamsuddin bahwa lain, golongan sipil tidak menghendaki
historiografi ini merupakan langkah akhir penyelesaian masalah dengan cara
dari keseluruhan prosedur penulisan kekerasan karena mereka beranggapan
karya ilmiah sejarah yang merupakan bahwa hal tersebut hanya akan merugikan
kegiatan intelektual dan cara utama dalam Bangsa Indonesia. Mengingat, pada saat
memahami sejarah (2007, hlm. 156). itu kondisi organisasi militer Indonesia
Penulisan skripsi ini menggunakan sistem masih terbatas dalam segala hal termasuk
penulisan yang mengacu pada pedoman dalam bidang persenjataan.
penulisan karya tulis ilmiah Universitas Di lain pihak, pertentangan antara
Pendidikan Indonesia yang diterbitkan keduanya pun semakin memuncak ketika
tahun 2015. Hasil penelitian ini kemudian golongan sipil terlibat dalam urusan militer.
menghasilkan sebuah karya ilmiah yang Dimana, hal tersebut dilatarbelakangi oleh
berjudul Peranan Brigadir Jenderal keputusan pemerintah sipil dalam memilih
Soeharto dalam Membangun Komando Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).

193
CICIH NINAWATI
PERANAN BRIGADIR JENDERAL SOEHARTO DALAM MEMBANGUN KOMANDO CADANGAN
STRATEGIS ANGKATAN DARAT (KOSTRAD) TAHUN 1961 – 1965

Padahal, peristiwa 17 Oktober 1952 yang pembentukan “Kabinet Kaki Empat” yang
berhasil diselesaikan dengan Piagam Yogya mengandung arti bahwa empat partai
di dalamnya disepakati bahwa: besar, tidak hanya PNI, Masyumi, dan
TNI-AD akan berupaya untuk NU, melainkan juga PKI, harus turut
mempertahankan persatuan dan serta di dalamnya untuk menciptakan
profesionalisme, tidak membenarkan kegotongroyongan nasional.
campur tangan politik, dan pengangkatan 3. Pembentukan Dewan Nasional
pada sesuatu jabatan militer harus yang terdiri dari golongan fungsional dalam
didasarkan pada senioritas dan kecakapan masyarakat. Dewan Nasional ini juga tugas
(Muhaimin, 1982, hlm. 78). utamanya adalah memberi nasihat kepada
Namun, hal tersebut ternodai oleh Kabinet, baik diminta ataupun tidak
pengangkatan Kolonel Bambang Oetojo (Notosusanto, 1991, hlm. 76).
sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Berdasarkan isi konsepsi tersebut
oleh Iwa Kusumasumantri yang pada saat tersirat bahwa Presiden Soekarno
itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan. menghendaki pembentukan Kabinet
Selain itu, keterlibatannya pun dipicu Gotong Royong yang merangkul empat
oleh seringnya pergantian kabinet yang partai terkuat di Indonesia yakni PNI,
kemudian memunculkan anggapan bahwa Masyumi, NU, dan PKI. Namun, justru
golongan sipil tidak becus dalam mengurus hal tersebutlah yang membawa Indonesia
urusan negara. pada krisis keamanan karena sering kali
Pertentangan antara kedua golongan terjadi ketegangan-ketegangan yang
ini kemudian semakin meluas dampaknya tidak saja terjadi di wilayah pusat namun
manakala Presiden Soekarno mengeluarkan terjadi juga di daerah-daerah. Selain tidak
sebuah konsepsi yang dianggap dapat menghendaki konsepsi yang diajukan
menyelesaikan permasalahan tersebut. presiden, tuntutan yang mereka ajukan
Konsepsi yang dimaksud adalah konsepsi kepada pemerintah pusat pun mendesak
yang dikeluarkan pada tanggal 21 Februari agar Hatta dikembalikan ke dalam fungsi
1957 di hadapan para pemimpin partai dan pemerintahan yang dominan.
tokoh masyarakat, isi konsepsi tersebut Melihat kondisi bangsanya yang
tidak lain adalah sebagai berikut: tidak dalam keadaan baik, Nasution
1. Sistem Demokrasi Parlementer kemudian mengajukan gagasannya kepada
secara Barat tidak sesuai dengan Presiden Soekarno untuk mengumumkan
kepribadian Indonesia, oleh karena itu berlakunya keadaaan darurat perang di
harus diganti dengan Sistem Demokrasi seluruh negeri sebagai langkah pertama
Terpimpin. ke arah pemulihan persatuan nasional.
Soekarno kemudian menyetujui gagasan
2. Untuk pelaksanaan Demokrasi
ini karena beliau tidak memiliki alternatif
Terpimpin perlu dibentuk suatu Kabinet
lain kecuali kembali mengangkat Hatta
Gotong Royong yang anggota-anggotanya
sebagai wakil presiden dan beliau tidak
terdiri dari semua partai dan organisasi
menghendaki hal tersebut. Berlakunya
berdasarkan perimbangan kekuatan yang
S. O. B (Staat Oorlog van Beleg) atau
ada dalam masyarakat. Konsepsi Presiden
keadaan darurat perang ini merupakan
ini mengetengahkan pula perlunya

194
FACTUM
Volume 6, N0.2, Oktober 2017

dasar hukum yang melegitimasi militer faktor utama atas ketegangan di daerah
untuk melakukan tindakan-tindakan non- tersebut. Terlebih lagi, gelombang protes
militer. Secara resmi militer telah memiliki ini mengkritisi pembangunan ekonomi
payung hukum untuk mengambil tindakan yang terpusat di perkotaan. Dampaknya,
dan campur tangan dalam urusan politik. Wilayah Sumatra Barat memproklamasi-
Hal ini ditegaskan Sundhaussen bahwa: kan Pemerintah Revolusioner Republik
Dalam keadaan darurat perang (Staat Indonesia (PRRI) pada tanggal 15 Februari
van Beleg), “pejabat-pejabat militer, dalam 1958 oleh Achmad Husein (Notosusanto,
mengubah ketentuan-ketentuan peraturan 1991, hlm. 85). Gagasan pembentukan
umum, berwenang mengambil tindakan pemerintahan revolusioner ini berasal
yang bagaimanapun... apabila hal itu dari Mr. Syafruddin Prawiranegara yang
mereka anggap perlu mengingat situasi beranggapan bahwa pembentukan PRRI
darurat perang yang nyata (1988, hlm. berarti telah mewakili seluruh kekuatan
224). dewan-dewan daerah yang menentang
Presiden Soekarno (Djamhari, 2012, hlm.
Dengan demikian, tidak saja bertindak
313).
sebagai organisasi yang bertanggung
jawab dalam menjaga keamanan, namun Walaupun dengan tujuan dan visi –
setelah diberlakukanya S. O. B, militer misi yang mengatasnamakan Republik
menjadi bagian yang paling penting Indonesia, namun PRRI-Permesta ini
dari administrasi nasional di seluruh banyak mendapatkan tanggapan keras
Indonesia. Bahkan, Crouch menegaskan dari orang-orang yang masih setia kepada
bahwa keadaan darurat perang tidak saja Pancasila, Saptamarga, dan Sumpah
memberikan wewenang militer dalam Prajurit. Mereka adalah orang-orang
mengeluarkan keputusan berkaitan nasionalis yang menyatakan kesetiaan
dengan bidang politik, namun juga terhadap NKRI dan menolak dengan
menyangkut bidang-bidang administrasi keras setiap bentuk usaha pemisahan
umum dan pengelolaan ekonomi (1986, diri. Sehingga, tidak heran jika beberapa
hlm. 32). Keadaan darurat perang telah pihak seperti pemerintah dan TNI AD
memberikan tempat perwakilan kepada mengupayakan musyawarah sebagai
para perwira dalam lembaga-lembaga upaya penyelesaian. Namun, golongan
resmi pemerintahan. separatis menolak dengan keras hal
tersebut dan berakibat pada keputusan
Permasalahan politik yang berhasil
dari pemerintah dan KSAD untuk
diredam dan kemudian memunculkan
menyelesaikan permasalahan tersebut
dominasi golongan militer di dalamnya,
melalui operasi militer (Notosusanto,
tidak serta merta menyelesaikan pergola-
1991, hlm. 85). Operasi yang dilakukan
kan dan ketegangan yang terjadi di daerah.
merupakan operasi gabungan antara
Menjelang tahun 1961 situasi keamanan
Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
masih tidak stabil. Hal tersebut tidak lain
Angkata Udara. Dimana, operasi gabungan
disebabkan oleh ketidakmampuan pe-
ini terdiri dari Operasi Saptamarga di
merintah pusat dalam menyelesaikan per-
Sumatra Utara, Operasi Tegas di Riau,
masalahan negara secara cepat dan sering
Operasi Sadar di Sumatra Selatan, Operasi
terjadinya pergantian kabinet merupakan
Insyaf, Mena, dan Merdeka di Sulawesi

195
CICIH NINAWATI
PERANAN BRIGADIR JENDERAL SOEHARTO DALAM MEMBANGUN KOMANDO CADANGAN
STRATEGIS ANGKATAN DARAT (KOSTRAD) TAHUN 1961 – 1965

dan Maluku (Notosusanto, 1991, hlm. 86). 1. Mempercepat penyusunan CADUAD


Tujuan penyebaran operasi gabungan dan menyelesaikannya menjadi
di berbagai wilayah tersebut ditujukan kekuatan yang “siap tempur” pada
untuk mengamankan potensi-potensi yang akhir 1961.
dimiliki setiap daerah, terutama berkaitan 2. Penyusunan CADUAD mendapat
dengan potensi Sumber Daya Alam berupa prioritas tertinggi dalam perencanaan/
sumber minyak yang tidak lain merupakan pelaksanaan tahun 1961.
sumber kekayaan negara. Berdasarkan
3. Segala ketentuan, alokasi, materiil,
pada operasi-operasi yang telah
keuangan, fasilitas pendidikan dan
dilaksanakan tersebut, gerakan separatis
sebagainya yang telah digariskan/
berhasil dilumpuhkan pada pertengahan
ditetapkan untuk Kodam-kodam dan
tahun 1958. Hal tersebut ditandai dengan
badan-badan lainnya, ditinjau kembali
mundurnya pasukan PRRI ke pedalaman
untuk disesuaikan dengan prioritas
dan melakukan geriliya yang tidak begitu
penyusunan CADUAD tersebut di atas.
berarti. Sehingga, secara de facto TNI
4. Daftar satuan dan susunan CADUAD
telah berhasil memegang kekuasaan atas
serta perencanan dan pelaksanaan
Sumatra yang ditandai dengan berhasil
penyusunannya diatur sendiri.
direbutnya Padang pada 17 Apri 1958 dan
Bukittinggi pada 05 Mei 1958 (Muhaimin, 5. Surat Keputusan ini berlaku sejak 5
1982, hlm. 106). Desember 1960 (Bintal, 2010, hlm. 6).
Berkaca pada kondisi keamanan Kemudian, sebagai tindak lanjut
nasional tersebut, diketahui bahwa surat keputusan tersebut Jenderal
Republik Indonesia selalu berada pada Nasution membentuk kelompok kerja
kondisi yang tidak tentram. Atas dasar untuk menyusun personalia yang akan
kondisi tersebutlah pimpinan Angkatan mengisi kesatun ini. Maka, pada tanggal
Darat merasa perlu membentuk suatu 10 April 1961 Jenderal Nasution kembali
tenaga cadangan sebagai kekuatan militer mengeluarkan Surat Keputusan No.
yang bersifat mobile, siap tempur, dan Kpts-295/4/1961 mengenai pengesahan
mampu melaksanakan operasi-operasi organisasi dan kekuatan Korra I/CADUAD
gabungan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang didalamnya termasuk satu organisasi
nasional (Disjarahad, Tt, hlm. 27). Dengan infanteri (Disjarahad, Tt, hlm. 28). Dimana,
adanya gagasan mengenai pembentukan berdasarkan surat keputusan tersebut,
kekuataan militer tersebut dan tentu saja berikut susunan staf pejabat umum dari
setelah melewati pertimbangan yang Korra I/CADUAD:
matang, maka Kepala Staf Angkatan 1. Panglima : Brigjen TNI Soeharto
Darat (KSAD) Jenderal A. H. Nasution 2. Kepala Staf : Kolonel Inf. Akhmad
mengeluarkan Surat Keputusan No: Kpts- Wiranatakusumah
1067/12/1960 tertanggal 27 Desember 3. Ass I : Let. Kol. Inf. Joko
1960 mengenai pembentukan Cadangan Basuki
Umum Angkatan Darat (CADUAD).
4. Ass II : Let. Kol. Inf. Amir
Adapun isi dari Surat Keputusan tersebut
Machmud
adalah sebagai berikut:

196
FACTUM
Volume 6, N0.2, Oktober 2017

5. Ass III : Let. Kol. Inf. Slamet Dengan tercapainya kesepakatan antara
Soedibyo Indonesia dengan Belanda di New York pada
6. Ass IV : Let. Kol. Inf. Soenggoro tanggal 15 Agustus 1962 menunjukan bahwa
permasalahan Irian Barat telah mencapai
7. Ass V : Let. Kol. Inf. Moenadi
titik terang. Maka, secara berangsur-angsur
8. Sekretaris : Pelda Sofjan Nurdin
kesatuan yang terlibat dalam operasi ini
(Pelaksana sementara) digantikan oleh
dikembalikan ke kesatuannya masing-
Kapten Cad Soekotjo.
masing, terkecuali CADUAD. Dalam hal
Selanjutnya, Jenderal Nasution kembali ini, CADUAD ditugaskan sebagai kontingen
mengeluarkan Surat Keputusan bernomor: Indonesia (Kontindo) dalam Pasukan
Kpts-342/4/1961 tertanggal 27 April Keamanan PBB di Irian Barat (Mardjiono,
1961 yang berisi mengenai ketetapan atas 1993, hlm. 13). Masa konsolidasi tersebut
adanya Divisi II dalam Korra I CADUAD kemudian mengundang keresahan Panglima
(Disjarahad, Tt, hlm. 29). Dimana, susunan CADUAD atas keberadaan kesatuan yang
personil pertama dari Divisi I tersebut dipimpinnya. Soeharto, yang saat itu
adalah sebagai berikut: pangkatnya telah naik menjadi Mayor
1. Panglima Divisi : Kol. Inf. Umar Jenderal pertanggal 1 Januari 1962 (Roeder,
Rukmana 1969, hlm. 169), memiliki pertanyaan
2. Kepala Staf : Let. Kol. Inf. Moenadi apakah CADUAD harus dipertahankan
3. Asisten I : Mayor Inf. Ali Moertopo atau tidak, mengingat kondisi keamanan
Indonesia belum sepenuhnya pulih. Selain
4. Asisten II : Let. Kol. Inf. Amir
itu, sesuai dengan rencana pembangunan
Judowinarno
kekuatan militer Indonesia dan sebagai
5. Asisten III : Let. Kol. Inf. Soewondo upaya antisipasi atas ancaman keamanan
Darsono yang kemungkinan kembali terjadi, maka
6. Asisten IV : Mayor Inf. Soeprapto diperlukan satu kesatuan tempur yang
7. Asisten V : Mayor Inf. Moekadji mampu dilibatkan dalam berbagai situasi
8. Dan. Den. Ma : Lettu Inf. K. dan kondisi.
Soemarto Melalui pola pikir yang logis dan
9. Sekretaris : Kapten Inf. Soepomo bertolak belakang dari fakta-fakta yang
ada tersebut, Mayor Jenderal Soeharto
Selain Divisi II, kekuatan Korra I/
kemudian mengemukakan konsepsi
CADUAD pun diisi oleh I Brigade Infanteri
mengenai perlunya pembentukan
3/Pasukan Parasut atau kemudian
Komando Cadangan Strategis Angkatan
disingkat Brigif 3/Para yang memiliki
Darat dalam tatanan kekuatan Angkatan
kemampuan dan kekuatan di udara. Satuan
Darat Indonesia. Gagasan tersebut
ini dipimpin oleh Kolonel Infanteri Wiyogo
kemudian diajukan kepada Menteri
Suyono dan kepala staf yang dijabat oleh
Panglima Angkatan Darat dalam sebuah
Letnan Kolonel Sukresno (Bintal, 2010,
telaahan pada tanggal 1 Desember 1962
hlm. 11).
yang isinya sebagai berikut:
2. Komando-komando Brigadir
a. Perlunya diadakan suatu Cadangan
Jenderal Soeharto dalam Membangun
Umum Angkatan Darat dengan tugas-
KOSTRAD
tugas:

197
CICIH NINAWATI
PERANAN BRIGADIR JENDERAL SOEHARTO DALAM MEMBANGUN KOMANDO CADANGAN
STRATEGIS ANGKATAN DARAT (KOSTRAD) TAHUN 1961 – 1965

1. Penelitian dan pengembangan. 47). Begitupun dengan Brigif-3/Para yang


2. Perencanaan dan pelaksanaan sama-sama mengalami perubahan nama
latihan-latihan dan manuver. menjadi Komando Tempur Lintas Udara
atau kemudian disebut Kopur Linud.
3. Merencanakan dan membantu
Masuknya kesatuan ini menjadi bagian
operasi-operasi dalam negeri.
organik administratif dari KOSTRAD
4. Merencanakan dan melaksanakan
sesuai dengan Surat Keputusan nomor
operasi-operasi terhadap
KEP-75/1/1964. Dengan demikian,
ancaman-ancaman dari luar.
setelah selesainya operasi perebutan Irian
5. Memenuhi commitment Barat, disamping Indonesia memperoleh
internasional. kemenangan untuk hal tersebut, di sisi lain
b. Organisasi Cadangan Umum Indonesia pun memiliki kesatuan militer
Angkatan Darat perlu didasarkan baru yang siap ditempatkan dalam segala
untuk memenuhi kebutuhan konsepsi medan dan kondisi. Dimana, pada awal
strategis militer dalam bentuk pembentukannya, berikut nama-nama
kekuatan nyata, siap siaga, dan yang mengisi jabatan penting di tubuh
mudah dikendalikan. Penyusunannya organisasi militer KOSTRAD:
dilaksanakan secara bertahap dengan Panglima : Mayor Jenderal
tidak melepaskan tujuan pokoknya Soeharto
(Mardjiono, 1993, hlm. 14).
Kepala Staf : Brigadir Jenderal
Berkas telaahan staf yang diajukan Achmad Wirahadikusumah
pada tanggal 1 Desember 1962 tersebut
Wakil Kepala Staf : Kolonel Infanteri
mendapatkan respon positif dari Men/
Soenggoro
Pangad. Hal tersebut ditandai dengan
Asisten – I : Letnan Kolonel Cpm.
dikeluarkannya Surat Keputusan pada
N. Tjokropranolo
tanggal 19 Februari 1963 bernomor Kpts-
178/2/1963 mengenai penghapusan Asisten – II : Letnan Kolonel
Korra-I/CADUAD menjadi Komando Infanteri Wahono
Cadangan Strategis Angkatan Darat Asisten – III : Letnan Kolonel
(KOSTRAD). Surat keputusan tersebut Infanteri Sroehardojo
disertai dengan lampiran yang menyatakan Asisten – IV : Letnan Kolonel
pertimbangan Men/Pangad mengenai Infanteri D. Hernomo
perlunya pembentukan KOSTRAD.
Asisten – V : Letnan Kolonel
Sejalan dengan penghapusan Korra-I/ Infanteri Soedarsono Projomiseno (Bintal,
CADUAD yang kemudian berganti menjadi 2010, hlm. 18).
KOSTRAD, Divisi II pun mengalami
Dengan resminya KOSTRAD sebagai
perombakan dan perubahan nama. Dimana,
salah satu kekuatan militer Indonesia
berdasarkan pada Surat Keputusan Men/
berarti bahwa segala sesuatunya harus
Pangad No.Kpts-1427/11/1963 telah
dipersiapkan dan ditentukan sesuai dengan
ditetapkan bahwa Divisi II mengalami
ketentuan-ketentuan organisasi militer
perombakan dan perubahan nama menjadi
termasuk berkaitan dengan pengisian
Komando Tempur – II yang selanjutnya
dan pembinaan personil. Dimana,
disebut Kopur – II (Disjarahad, Tt, hlm.
pelaksanaannya dilakukan secara bertahap

198
FACTUM
Volume 6, N0.2, Oktober 2017

dan personil-personil tersebut sebagian Batalyon dan Brigif guna memperlancar


besar diambil dari lulusan-lulusan Sekolah pimpinan komando pasukan di
Calon Bintara (Secaba) dari Kodam lapangan (Disjarahad, Tt, hlm. 49).
masing-masing (Disjarahad, Tt, hlm. 31). Selain latihan tersebut, sebagai
Kemudian, berkaitan dengan pembinaan upaya untuk meningkatkan kemampuan
personil, Mayor Jenderal Soeharto tempur pasukannya, KOSTRAD kembali
mengadakan pelatihan bagi prajurit- mengadakan latihan guna melatih
prajuritnya. Hal tersebut didasarkan pada kemampuan-kemampuan pasukannya
Surat Perintah yang dikeluarkan oleh beliau dalam bentuk latihan Indoktrinasi
bernomor Print-247/7/1964 tertanggal 11 wilayah. Latihan tersebut ditujukan untuk
Juli 1964 yang kemudian latihan tersebut melatih kemampuan prajurit dalam usaha
disebut “Latihan Komando Manggala” membebaskan diri dari tangkapan musuh,
yang pelaksanaannya diadakan di sekitar kemampuan bertempur khusus di rawa-
daerah Ciater, Subang dan diikuti oleh rawa dan hutan, serta kemampuan dalam
kekuatan prajurit berikut ini (Disjarahad, menjaga kelangsungan hidup di daerah
Tt, hlm. 49): operasi militer.
1. Brigade 3/Para KOSTRAD : 28 orang Perhatian lainnya Mayjen Soeharto
2. Brigade 2/Brawijaya : 45 orang sebagai Panglima KOSTRAD adalah
3. Brigade 3/Diponegoro : 45 orang berkaitan dengan kelengkapan logistik
dan perlengkapan perang yang harus
4. Brigade 15/Siliwangi : 44 orang
dimiliki anggotanya. Dalam urusan ini,
5. Brigade Kavaleri I/KOSTRAD : 25 orang
Mayjen Soeharto membawahi Badan
6. Brigade Artileri I/KOSTRAD : 61 orang Peralatan KOSTRAD (Pal KOSTRAD)
7. Gugusan Zeni : 34 orang dan Pembekalan Angkutan KOSTRAD
Latihan yang diikuti oleh 282 orang (Bekang KOSTRAD). Keduanya
prajurit tersebut dipimpin secara langsung merupakan divisi yang bertugas dalam
oleh Panglima Kopur – II, Kolonel Inf. segala urusan kepentingan KOSTRAD
A. Kemal Idris, yang dibantu pula oleh berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
semua unsur Staf Kopur – II dan beberapa akan senjata dan keperluan-keperluan
Gus KOSTRAD dan Pusdiktif Bandung. tempur lainnya. Di luar kepentingan-
Di luar tujuan utama untuk memperbaiki kepentingan tempur, Mayjen Soeharto
persiapan KOSTRAD dalam operasi pun memberikan kontribusinya terhadap
selanjutnya, latihan ini pun ditujukan dasar ketentuan Pataka yang kemudian
untuk hal-hal berikut ini: dijadian identitas KOSTRAD hingga hari
1. Memberikan keseragaman berfikir dan ini. Dimana, secara keseluruhan Pataka
bertindak. tersebut mengandung makna yang tersirat
bahwa warga Korps Tentara KOSTRAD
2. Memberikan pengetahuan tambahan
harus selalu memperhatikan nilai-nilai
yang lebih luas terutama pengetahuan
kesatria, keberanian, dan kesucian.
lapangan.
Nilai-nilai tersebut ditanamkan agar
3. Memberikan cara membuat/ setiap prajurit yang tergabung di dalam
mengeluarkan perintah-perintah Kesatuan KOSTRAD tidak mengenal putus
secara lisan dan tulisan bagi PASI-2 asa, selalu melihat ke hari depan yang

199
CICIH NINAWATI
PERANAN BRIGADIR JENDERAL SOEHARTO DALAM MEMBANGUN KOMANDO CADANGAN
STRATEGIS ANGKATAN DARAT (KOSTRAD) TAHUN 1961 – 1965

gemilang, serta selalu mengupayakan diri keputusan Kpts-162/2/1962 tertanggal


agar mencapai titik tujuan yang lebih baik 23 Februari 1962 (Bintal, 2010, hlm. 22).
dan mendasarkannya pada keyakinan Dalam pelaksanaan operasi ini, tugas pokok
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, yang harus dijalankan KOSTRAD adalah
hal paling penting yang ingin ditanamkan sebagai komponen taktis operasional
oleh Pangkostrad terhadap prajuritnya dalam menjalankan perintah dari Pangla.
adalah senantiasa menjalin paduan Dimana, secara rinci tugas ADLA dalam
berbagai unsur kejiwaan, meliputi segi- operasi ini adalah sebagai berikut:
segi kebulatan tekad, bersetia kawan, dan a. Mengembangkan pasukan dan
bersatu padu untuk menggalang ketekunan pangkalan dalam suatu Kawasan
bakti bersendikan Pancasila, Sumpah Darat.
Prajurit, dan Sapta Marga (Bintal, 2010, b. Mempertahankan Daerah Kawasan
hlm. 130). Darat.
3. Prestasi yang Berhasil Dicapai c. Menghadapi penyerahan Irian Barat
KOSTRAD di Bawah Komando Brigadir secara damai.
Jenderal Soeharto d. Menyelenggarakan Infiltrasi
Selama kurun waktu 1961 – 1965, e. Menyelenggarakan Eksploitasi (Bintal,
sejarah mencatat bahwa kesatuan ini 2010, hlm. 25).
telah terlibat dalam operasi-operasi Selain berhasil menjalankan tugas
penting dalam rangka mempertahankan operasi pembebasan Irian Barat, sampai
kedaulatan Republik Indonesia. Telah tahun 1965 KOSTRAD pun berhasil
disebutkan di awal bahwa tujuan menjalankan dua operasi lainnya, yakni
pembentukan kesatuan ini adalah untuk Operasi Dwikora dan Penyelesaian
menjalankan misi perebutan kembali peristiwa 30 September. Dalam kedua
Irian Barat dari tangan Belanda. Maka, operasi ini, KOSTRAD kembali bertindak
berdasarkan pada tugas pertamanya sebagai satuan pokok yang kemudian
tersebut, KOSTRAD atau pada masa itu tergabung ke dalam satuan organik. Dalam
masih disebut CADUAD telah berhasil menjalankan Operasi Dwikora, Komando
menjalankan tugas sekaligus menorehkan Tempur II (Kopur-II)/KOSTRAD bertindak
prestasi pertamanya. Penunjukkan sebagai salah satu pasukan pokok dari
KOSTRAD sebagai kesatuan yang komponen Angkatan Darat yang kemudian
terlibat dalam operasi ini tertuang dalam memiliki nama samaran Komando Satuan
Surat Keputusan No. Kpts-251/2/1962 Tugas Rencong/Komando Tempur-
mengenai penunjukkan KORRA-1/ II (Kosatgas Rencong/Kopur-II) yang
CADUAD sebagai salah satu kekuatan mendapatkan daerah operasi meliputi
Angkatan Darat dalam mendukung Sumatra Utara dan Kep. Riau. Penugasan
operasi pembebasan. Sedangkan berkaitan tersebut sesuai dengan Surat Keputusan
dengan pemilihan Panglima Komando yang dikeluarkan oleh Meng/Pangad
Mandala (Pangla), Jenderal A. H. Nasution dengan nomor KEP-1030/9/1965. Sebagai
mempercayakannya kepada Mayjen kesatuan profesional, Pasukan militer
Soeharto yang juga merangkap sebagai Indonesia telah merencanakan rangkaian
Panglima Angkatan Darat Mandala operasi yang akan dijalankan dalam upaya
(Pangadla) yang dituangkan dalam surat konfrontasi ini, diantaranya Operasi

200
FACTUM
Volume 6, N0.2, Oktober 2017

Inteljen, Operasi Teritorial, Operasi RPKAD di bawah kepemimpinan Sarwo


Kantong, Psy war, dan upaya sabotase Edhie (Nurodin, 2015, hlm. 66). Untuk itu,
(Dokumen, Tt, hlm. 2). Berdasarkan langkah awal sebagai upaya penyelesaian
rencana operasi tersebut, dalam tahapan atas permasalahan ini, Mayjen Soeharto
pertama pasukan militer Indonesia telah mengambil alih sementara pimpinan atas
berhasil melakukan operasi intelejen, Angkatan Darat dan membentuk Komando
walapun memang banyak nyawa melayang Gabungan dengan RPKAD. Upaya
karena kuatnya basis pertahanan musuh. penyelesaian atas peristiwa ini dimulai
Dimana, hal tersebut disebabkan oleh dengan perebutan kembali kantor berita
kuatnya pengawasan dan telitinya bagian RRI yang sempat dikuasai oleh simaptisan
penyelidikan mereka. Sehingga, beberapa PKI. Kemudian, secara berturut-turut TNI
Pasukan Indonesia pun ditangkap dan AD di bawah komando Mayjen Soeharto
ditawan, termasuk salah satunya adalah dan Sarwo Edhie menguasai kantor
Serda M. H. Saleh, Kopda Saiman, dan Telekomunikasi, memberangus media
Praka Machmud (Dokumen, Tt, hlm. 5). cetak yang dianggap propokatif, dan
Namun, belum sampai strategi-strategi berhasil merebut kembali Pangkalan Udara
yang telah disusun dijalankan, Indonesia Halim Perdana Kusuma. Selanjutnya,
dikejutkan dengan kondisi keamanan penyelesaian atas permasalahan ini
dalam negeri yang ditandai dengan dilakukan secara berkepanjangan dengan
penculikan atas perwira tinggi Angkatan dilakukan pembersihan-pembersihan
Darat. Penculikan atas ketujuh tokoh simpatisan PKI yang dianggap sebagai
Angkatan Darat tersebut dimulai pada aktor propokatif dalam peristiwa ini.
pukul 03.00 WIB pada tanggal 1 Oktober
SIMPULAN
1965 yang kemudian menjelang pagi hari
banyak pemblokiran di jalan-jalan menuju Berdasarkan pelaksanaan penelitian,
ke arah Istana Negara (Nurodin, 2015, hlm. hasil yang didapatkan diantaranya adalah
63). Melihat kondisi Jakarta yang seperti Pertama, KOSTRAD yang didirikan pada
itu, maka seluruh kesatuan AD yang ada tahun 1961 merupakan jawaban atas kondisi
segera mengambil tindakan siaga dan keamanan Indonesia yang tengah berada
seluruh personil Kodam V/Jaya dikerahkan pada fase kritis, terlebih lagi tujuan utama
oleh Panglimanya untuk berpatroli di pembentukannya berkaitan dengan upaya
dalam kota. Sedangkan Mayor Jenderal perebutan kembali Irian Barat dari Belanda.
Soeharto sebagai Panglima KOSTRAD Kedua, berdirinya KOSTRAD sebagai salah
segera melakukan rapat bersama staf- satu kesatuan elit militer Indonesia pada
stafnya untuk menganalisa keadaan dan hari ini tidak terlepas dari Surat Telaahan
perencanaan tindakan yang harus diambil Staf yang diajukan oleh Soeharto yang saat
(Disjarahad, 1985, hlm. 148). Maka itu pangkatnya telah naik menjadi Mayor
dari itu, usai melaksanakan rapat yang Jenderal. Dimana, pada tanggal 1 Desember
dilakukan di Markas KOSTRAD, Mayjen 1962 beliau menyerahkan surat tersebut yang
Soeharto mulai mengambil tindakan berisi pertimbangan-pertimbangan untuk
dengan menggerakan pasukannya serta mempertahankanCADUADsebagaikesatuan
kesatuan-kesatuan yang tidak mendukung strategis Indonesia. Surat tersebut kemudian
G 30 S, termasuk di dalamnya bergabung mendapat tanggapan dari Men/Pangad yang

201
CICIH NINAWATI
PERANAN BRIGADIR JENDERAL SOEHARTO DALAM MEMBANGUN KOMANDO CADANGAN
STRATEGIS ANGKATAN DARAT (KOSTRAD) TAHUN 1961 – 1965

ditandai dengan penetapan CADUAD sebagai Muhaimin, Y. A. (1982). Perkembangan


kesatuan militer Indonesia yang bersifat Militer dalam Politik di Indonesia
strategis dan kemudian penamaannya 1945 – 1966. Yogykarta: Gadjah Mada
dirubah mejadi KOSTRAD. Sampai tahun University Press. (Halaman 6).
1965, perkembangan-perkembangan yang Notosusanto. dkk. (1991). Pejuang dan
dialami KOSTRAD tidak terlepas dari Prajurit, Konsepsi dan Implementasi
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya Dwifungsi ABRI. Jakarta: Pustaka
sebagai Panglima KOSTRAD. Ketiga, Selama Sinar Harapan. (Halaman 7).
empat tahun sejak 1961 sampai dengan Nurodin, A. (2015). Sepak Terjang Sarwo
1965, KOSTRAD telah berubah menjadi Edhie Wibowo dalam Menjaga Stabilitas
kesatuan yang lebih siap dan kompeten Keamanan Nasional Indonesia (1965 –
untuk menghadapi operasi-operasi militer 1989). (Skripsi). Universitas Pendidikan
dalam rangka mempertahankan kedaulatan Indonesia, Bandung. (Halaman 17).
Republik Indonesia. Tercatat, pada kurun Ridhani, R. (2009). Mayor Jenderal
waktu tersebut KOSTRAD telah terlibat Soeharto: Panglima Komando Mandala
dalam operasi-operasi besar, diantaranya Pembebasan Irian Barat. Jakarta:
Operasi Trikora, Operasi Dwikora, dan Pustaka Sinar Harapan. (Halaman 2).
Operasi Penyelesaian Permasalahan G 30 S. Roeder, O. G. (1969). Soeharto dari
Pradjurit sampai Presiden. Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA Gunung Agung. (Halaman 12).
Abdurahman, D. (2007). Metodologi Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi
Penelitian Sejarah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Sejarah. Yogyakarta: Ombak. (Halaman
Media. (Halaman 4). 6).
Bintal KOSTRAD. (2010). Sejarah Sundhaussen, U. (1988). Politik Militer
KOSTRAD Darma Putra. Jakarta: LPQ Indonesia 1945 – 1967 Menuju
Kemenag RI. (Halaman 11). Dwi Fungsi ABRI. Jakarta: LP3ES.
Crouch, H. (1999). Militer dan Politik (Halaman 8).
di Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Arsip
Harapan. (Halaman 9). Arsip Disjarahad. (Tt). Komando Antar
Djamhari, S. A. (2012). Peristiwa PRRI- Daerah Kalimantan. Departemen
Permesta. Dalam Kementerian Angkatan Darat: Tidak diterbitkan.
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, (Halaman 17).
Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid Dinas Sejarah Angkatan Darat. (TT). Darma
Pasca Revolusi (hlm. 304 - 325). Bakti Komando Tempur II / KOSTRAD
Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve. “Vira Cakti Yudha”, Sejarah Singkat
(Halaman 9). Kopur-II/KOSTRAD 15 Januari 1962 –
Kuntowijoyo. (1995). Pengantar Ilmu 15 Januari 1970. Bandung: Disjarahad.
Sejarah. Yogyakarta: Benteng Budaya. (Halaman 10).
(Halaman 6). Internet:
Mardjiono. dkk. (1993). 32 Tahun Darma Tn. (2009). PROFIL KOSTRAD. [Online].
Bakti Kostrad Darma Putra 1961 – Tersedia di: http://kostrad.mil.id/
1993. Bandung: Makostrad. (Halaman index.php/profil. Diakses pada: 07
2). September 2016. (Halaman 3).

202

Potrebbero piacerti anche