Sei sulla pagina 1di 8

STUDI KASUS TENTANG SISWA YANG KESULITAN

BERSOSIALISASI DENGAN TEMAN SEBAYA

Ahmat Husaini, Sri Lestari, Purwanti


Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak
Email: ahmathusaini17@gmail.com

Abstract
This thesis is titled "Case Study of Children with Difficulties in Socializing
with Peers in Class VII Pontianak 18 Middle School". A common problem
in this study is "How to overcome students who have difficulty socializing
with peers in class VII Pontianak 18 Public Middle School". The purpose
of this study is to help students who have difficulty socializing with peers
in class VII Pontianak 18 Public Middle School.The approach used in this
study is qualitative using descriptive methods. The form of this study is a
case study. Data collection techniques used were observation, interviews,
and home visits.The results of research subjects who have difficulty
socializing with peers are quiet children, shy, like to withdraw from the
group and have difficulty controlling emotions. The causes include
internal factors such as psychological and physiological factors, external
factors such as family, school and society. The alternative assistance
provided is by using a behavioral approach with stages: 1. Conducting
assessments, 2. Setting goals, 3. Implementing techniques, and 4.
Evaluating and ending.Based on the results of the conclusions above,
suggestions for the subject of the case in order to continue to run the
alternative assistance that has been given. Suggestions are to continue to
establish social relations with other people so that the case subject can be
someone who can be accepted by others and the environment.

Keywords: Case Studies, Difficulty Socializing

PENDAHULUAN orangtuanya dan mengarahkan dirinya


Masa remaja merupakan fase terhadap lingkungan sehingga cenderung
yang sangat potensial bagi tumbuh dan lebih senang bergabung dengan teman
berkembangnya aspek fisik maupun sebaya. Kelompok teman sebaya
psikis. Remaja menganggap dirinya memegang peranan penting dalam
sudah bukan lagi anak-anak, tetapi kehidupan remaja. Remaja sangat ingin
orang-orang disekelilingnya masih diterima dan dipandang sebagai anggota
menganggap mereka belum dewasa. kelompok teman sebaya baik di sekolah
Seringkali remaja ingin bertindak maupun di luar sekolah.
sebagaimana orang dewasa, tetapi Melihat masa remaja sangat
perilaku mereka seringkali masih potensial dan potensi itu dapat saja
bersifat impulsif dan belum berkembang kearah positif maupun
menunjukkan kedewasaan. Karena negatif, maka sudah barang tentu
dorongan yang kuat ingin menemukan intervensi edukatif dalam bentuk
dan menunjukkan jati-dirinya, remaja pendidikan, bimbingan, maupun
seringkali berusaha melepaskan diri dari pendampingan sangat diperlukan untuk

1
mengarahkan perkembangan potensi teori empirisme yang menyatakan bahwa
remaja tersebut kearah perkembangan “Perkembangan seorang individu akan
yang positif dan produktif. Intervensi ditentukan oleh empirisnya atau
edukatif ini harus sejalan dan seimbang, pengalaman-pengalamannya yang
baik dari pihak keluarga/orangtua, diperoleh selama masa perkembangan
sekolah, maupun masyarakat. Kerjasama individu itu.”Locke (dalam Ahmadi
antara ketiga komponen ini harus terjalin 2009:190).
sebaik-baiknya agar dapat mencegah Namun dalam kenyataannya,
remaja berkembang ke arah negatif dan anak kurang menyadari akan pentingnya
mendorong remaja berkembang ke arah bersosialisasi dengan teman-temannya
yang positif dan produktif. dalam proses perkembangan yang
Sigelman & Shaffer (dalam sedang di jalani. Karena itu tidak heran
Yusuf &Nurihsan, 2010:194) yang masih ada anak yang kurang
mengatakan “Bahwa pengaruh bersosialisasi dengan teman-temannya
kelompok teman sebaya terhadap remaja diakibatkan kurangnya pembinaan dan
berkaitan erat dengan iklim keluarganya. pembimbingan kepada anak tersebut.
Dalam iklim keluarga yang sehat, Pembinaan dan pembimbingan yang
remaja cenderung dapat menghindarkan baik akan membuat seorang anak
diri dari pengaruh negatif temannya, berubah menjadi yang lebih baik dan
dibandingkan dengan remaja yang mampu menjalankan tugas
hubungan dengan orangtuanya kurang perkembangannya.
baik”. Kesulitan hubungan sosial dengan Anak yang mengalami kesulitan
teman sebaya atau teman di sekolah bersosialisasi dengan teman sebaya
sangat mungkin terjadi manakala perlu mendapat perhatian dan
individu dibesarkan dalam suasana pola bimbingan, sebab jika dibiarkan begitu
asuh penuh unjuk kuasa dalam keluarga. saja dapat menimbulkan masalah yang
MenurutAsrori (2008:79), baru sehingga masalahnya menjadi
“Kesulitan berhubungan sosial dengan kompleks.Menurut McLeod (2013:7)
teman sebaya disebabkan oleh timbul menyatakan bahwa :“ Counselling is a
dan berkembangnya perasaan takut yang purposeful,private conversation arising
berlebihan pada anak sehingga tidak from the intention of one person (couple
berani mengambil keputusan, dan tidak or family) to reflect on and resolve a
berani memutuskan pilihan teman yang problem in living, and the willingness of
dipandang cocok”. Selanjutnya, another person to assist in that
“Hubungan sosial dapat diartikan endeavour”.
sebagai cara-cara individu bereaksi Usaha pemecahan masalah
terhadap orang-orang disekitarnya dan kurang bersosialisasi dengan teman
bagaimanakah pengaruh hubungan itu sebaya yang dialami oleh seorang anak
terhadap dirinya”. tidak dapat disamaratakan dengan usaha
Dalam kehidupan, bersosialisasi pemecahan masalah anak yang lain
dengan orang lain harus dilakukan dan walaupun anak tersebut memiliki
dipelajari. Awal kehidupan seorang anak permasalahan yang sama. Dengan
belajar dari orang-orang terdekatnya demikian bagi anak yang mengalami
baik orangtua maupun teman-temannya. masalah kurang bersosialisasi dengan
Selain untuk membimbing anak, orang teman sebaya dapat disebabkan oleh
tua juga mengajarkan kepada anaknya adanya faktor internal dan eksternal.
untuk dapat bersosialisasi dengan orang Berdasarkan uraian diatas, maka
lain supaya anak dapat menerima peneliti tertarik untuk mengadakan
pembelajaran mengenai kehidupan dari penelitian terhadap siswa yang kesulitan
pengalamannya. Hal ini sejalan dengan bersosialisasi dengan teman sebaya di

2
kelas VII Sekolah Menengah Pertama Guru Bimbingan dan Konseling
Negeri 18 Pontianak. memberikan gambaran keadaan dan
data-data peserta didik yang dijadikan
subjek kasus seperti catatan kasus,
raport dan laporan dari guru-guru yang
METODE bersangkutan. Setelah itu, peneliti
Subjek kasus adalah siswa yang melakukan observasi terhadap perilaku-
menjadi objek penelitian yang perilaku peserta didik ketika berada di
merupakan siswa yang mengalami dalam maupun di luar kelas serta
kesulitan bersosialisasi. Menurut Winkle menyebarkan lembar sosiometri untuk
dan Hastuti (2010:109) menagatakan melihat sejauh mana perkembangan
“Subjek kasus adalah pelayanan kesulitan bersosialisasi peserta didik
bimbingan diarahkan ke penghayatan dengan teman sebaya.
dan penafsiran peserta didik sendiri Bentuk penelitian studi kasus
terhadap dirinya sendiri serta mempunyai tujuan, dimana pada taraf
lingkungan”. Dalam penelitian ini yang studi kasus harus mampu menemukan
menjadi subjek kasus penelitian adalah cara-cara yang dapat ditempuh untuk
siswa Sekolah Menengah Pertama melakukan perbaikan terhadap aspe-
Negeri 18 Pontianak yang kurang aspek yang menunjukkan kelainan kasus
bersosialisasi dengan teman yang diteliti. Dengan demikian studi
sebayanya.Untuk menetapkan subyek kasus merupakan suatu penelitian yang
kasus di dalam penelitian ini ditetapkan dilakukan secara mendalam sesuai
karakteristik sebagai berikut : a. dengan masalah yang sedang dialami
Pendiam b. Pemalu c. Menarik diri dari oleh subyek yang akan diteliti.
kegiatan-kegiatan kelompok. Jenis data yang berkaitan dengan
Penelitian ini menggambarkan permasalahan yang di teliti, maka
data sebagaimana adanya pada saat peneliti memberikan informasi data
penelitian dilakukan, kemudian sebagai berikut : 1.Jenis data, 2. Sumber
dianalisis dan di interpresentasikan. data. Adapun teknik pengumpul data
Oleh karena itu, metode yang digunakan yang akan digunakan dalam penelitian
dalam penelitian ini adalah metode ini adalah :1) Pengamatan (observasi),2)
deskriptif. Bentuk penelitian dalam Wawancara (interview). Alat pengumpul
penelitian ini adalah studi kasus, yaitu data dalam penelitian ini adalah :1)
berusaha meneliti secara mendalam Wawancara, 2) Dokumentasi, 3)
dengan menggunakan berbagai metode Observasi.
tentang faktor-faktor penyebab kurang Pengolahan dan analisis data yang
bersosialisasi dan cara mengatasinya. akan digunakan dalam penelitian ini
Penelitian ini mulai adalah sebagai berikut:
dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober a) Identifikasi Kasus, Identifikasi kasus
2016. Wawancara dilaksanakan kepada merupakan langkah untuk menganalisis
subyek kasus dan sumber data. Dalam berbagai data yang telah terkumpul dari
melaksanakan penelitian, sebelumnya berbagai sumber untuk memahami
peneliti menemui kepala sekolah untuk kehidupan individu siswa, baik
mendapatkan izin melaksanakan mengenai bakat, minat, kesehatan
penelitian pada peserta didik di sekolah jasmani, hubungan sosial, kehidupan
tersebut. Setelah itu, peneliti emosional, latar belakang, ekonomi
berkonsultasi dengan guru bimbingan keluarga, dan karakteristik yang dapat
dan konseling mengenai kurangnya menghambat atau mendukung kegiatan
bersosialisasi dengan teman sebaya di subjek kasus. Alat yang digunakan
kelas VII Sekolah Menengah Pertama
Negeri 18 Pontianak.

3
untuk identifikasi kasus ini adalah depanrumahnya.Kehidupankeluargasubj
wawancara, dokumentasi, dan observasi. ekkasuscukupharmoniskarenatidakperna
b) Diagnosis, Dalam langkah ini hterjadiperselisihan yang
kegiatan yang dilakukan adalah seriusdantidakmenimbulkanmasalah
mengumpulkan data dengan yang besar
mengadakan studi terhadap anak, Subyek kasus termasuk anak yang
menggunakan berbagai studi terhadap suka bermain sendiri di rumah, ia tidak
anak, menggunakan berbagai teknik terbiasa bermain dengan tetangga atau
pengumpul data. teman di sekitar tempat tinggalnya.
c)Prognosis, Langkah prognosis yaitu Sedangkan di sekolah AA termasuk
langkah untuk menetapkan jenis bantuan anak yang pendiam, suka menyendiri
yang akan dilaksanakan untuk dan tidak mempunyai teman. Sehingga
membimbing anak. Langkah ini jarang sekali teman sekelasnya bermain
ditetapkan berdasarkan kesimpulan dengan AA. Menurut guru dan
dalam langkah diagnosis, yaitu setelah temannya AA sering memisahkan diri
ditetapkan masalahnya dan latar pada saat belajar kelompok dan kalau
belakangnya. ditanya alasannya malu dan takut salah.
d)Treatment, Langkah ini merupakan Berdasarkan data yang
pelaksanaan yang ditetapkan dalam terkumpulmakadapatditetapkanbahwa
langkah prognosis. Pelaksanaan ini tentu factor penyebabsubyekkasus kesulitan
akan banyak memakan waktu, proses bersosialisasi dengan teman sebaya
yang kontinu, dan sistemasis, serta adalah adanya kesulitan berteman di
memerlukan pengamatan yang cermat. lingkungan sekitar tempat tinggal
Upaya untuk melaksanakan perbaikan dikarenakan tidak terbiasa bergaul
atau penyembuhan atas masalah yang dengan teman sebayanya, adanya
dihadapi siswa, berdasarkan pada perasaan malu dan takut salah pada saat
keputusan yang diambil dalam langkah belajar kelompok, tidak adanya teman
prognosis. sekelas yang mau bermain dengan AA
e) Evaluasi dan follow up, Dalam dikarenakan AA pendiam dan bersikap
langkah follow up atau tindak lanjut, cuek.
dilihat perkembangan selanjutnya dalam Setelah beberapa kali melakukan
jangka waktu yang lebih jauh. Evaluasi wawancara dengan subjek kasus maka
dan follow up semestinya tetap menetapkan alternatif bantuan, akhirnya
dilakukan untuk melihat seberapa diambil tindakan sebagai berikut:
pengaruh treatment yang telah dilakukan a. Pertemuan pertama
terhadap pemecahan masalah yang Membangun hubungan baik
dihadapi siswa. (rapport) subjek kasus dengan cara
peneliti menampilkan diri sebagai
orang yang dapat memahami dan
HASIL DAN PEMBAHASAN menerima diri subjek kasus apa
Subyekkasusmerupakananak adanya, baik dalam bentuk verbal
kedua dari 2 bersaudara yang maupun non verbal agar subjek kasus
saatinitinggalbersamakedua orang mau terbuka dalam permasalahannya.
tuanya, Memberikan penjelasan tujuan dan
situasilingkungankeluargatidakterlalura pelaksanaan konseling terkait dengan
maikarena di rumahnyahanyaada ayah, masalah yang dialami serta
ibudanabangnya. Ayah AA melakukan perjanjian yang dilakukan
bekerjasebagai sebagai karyawan swasta peneliti dan subjek kasus agar
sedangkanIbu AA pelaksanaan treatment berdasarkan
hanyaseorangiburumahtangga yang keikhlasan subjek kasus.
mengurusrumahdanwarungsembako di

4
Pada pertemuan ini subjek d. Pertemuan keempat
kasus mengaku mengalami kesulitan Pada peremuan terakhir ini
bersosialisasi dengan teman sebaya peneliti masih bertindak dalam
di sekolah maupun di rumah tempat memberikan penguatan positif dan
tinggalnya. Hal ini disebabkan karena informasi kepada subjek kasus bahwa
subjek kasus yang pendiam dan pentingnya bersosialisasi dengan
pemalu sehingga subyek kasus teman sebaya.Pada pertemuan
merasa bahwa dirinya tidak akan terkahir ini subjek kasus juga
dapat diterima oleh teman sebayanya. dibimbing untuk memahami bahwa
Pada pertemuan pertama ini kurangnya bersosialisasi akan
subjek kasus diberikan pandangan memberikan dampak negatif bagi
dan mengamati temannya yang subyek kasus. Penulis memberikan
berhasil dalam bermain dan bergaul. pemahaman tentang pentingnya
Temannya tidak merasa malu hubungan sosial dengan orang lain
bermain dengan teman-temannya. untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
b. Pertemuan kedua dan memotivasi subyek kasus untuk
Pada pertemuan kedua, dapat menghilangkan perasaan malu
subjek kasus diajak untuk mengamati dan berkomunikasi dengan teman-
temannya yang lain dan merupakan temannya. Serta memperbanyak
teman yang terfavorit. Kemudian kegiatan kelompok agar subyek
subyek kasus diminta untuk menilai kasus terbiasa untuk berkomunikasi
perilaku temannya dan berpikir apa dan berani berpendapat agar perasaan
yang akan terjadi jika subyek kasus malu dan takut subyek kasus dapat
tetap berperilaku seperti ini. Subyek teratasi.
kasus diajak untuk bermain peran Peneliti mengobservasi subjek
yang didalamnya subyek kasus kasus setelah wawancara konseling di
mendapatkan peran utama. Contoh sekolah, terlihat subjek kasus mulai
menjadi guru, dan teman-temannya terlihat tidak menyendiri lagi dan tidak
menjadi murid. malu untuk bersosialisasi dengan
Subyek kasus mulai temannya. Subyek kasus terlihat
memahami arahan dari peneliti dan memiliki beberapa teman dan shabat di
mulai melaksanakan dan kelas, dan ia juga sudah berani
menjalankan arahan dari peneliti agar menjawab dan mengajukan pertanyaan
tidak bersikap suka menyendiri dan kepada guru serta mau diajak untuk
pendiam. bermain di dalam kelompok.
c. Pertemuan ketiga Pada saat wawancara dengan
Pada pertemuan ketiga, subjek kasus, ia menceritakan bahwa
subyek kasus mulai mencontoh sekarang ia merasa lebih baik sejak
temannya. Subyek kasus diminta bersosialisasi dengan temannya dan
merumuskan rencana-rencana untuk subyek kasus sudah tidak merasa malu
menghilangkan permasalahan yang dan takut akan tidak diterima oleh
dihadapi. Kemudian subyek kasus teman-temannya.
berlatih mengubah sikapnya dengan Hasil dari penelitian siswa yang
penulis mengajak subyek kasus untuk kesulitan bersosialisasi adalah anak yang
bermain bersama dengan teman- pendiam, pemalu dan suka menarik diri
temannya. Setelah subyek kasus dari kegiatan-kegiatan kelompok serta
melaksanakan hal tersebut, penulis sulit untuk mengontrol emosi. Perilaku
memberikan penguatan positif kesulitan bersosialisasi disebabkan oleh
kepada subyek kasus agar subyek faktor internal berupa faktor psikologis
kasus lebih percaya diri. dan faktor fisiologis menurut pendapat

5
Priyatno dan Anti (2004;61). Dan faktor subyek kasus yang merupakan siswa
eksternal berupa keluarga, sekolah, dan kelas VII SMP Negeri 18 Pontianak.
masyarakat yang sesuai dengan Pengentasan masalah siswa yang
pendapat Asrori (2008:88). Bentuk kesulitan bersosialisasi dengan teman
penanganan yang diberikan kepada anak sebaya di kelas VII SMP Negeri 18
yang kesulitan bersosialisasi Pontianak dilakukan dengan
menggunakan pendekatan behavioral. menggunakan pendekatan kualitatif
Sependapat dengan pendapat dengan metode deskriptif dalam bentuk
dari Normawati (2010:28), yang penelitian studi kasus. Karakteristik
meneliti tentang kesulitan bersosialisasi peserta didik yang kesulitan
dengan teman sebaya bahwa hasil bersosialisasi dikarenakan adanya
penelitiannya adalah anak yang perasaan malu dan takut tidak diterima
kesulitan bersosialisasi memiliki oleh temannya serta lebih senang
karakteristik antara lain :pendiam, menyendiri. Rendahnya kemampuan
pemalu, dan menarik diri dari kegiatan- berkomunikasi dan menjalin hubungan
kegiatan kelompok. Faktor yang sosial dapat di lihat ketika jam istrahat,
mempengaruhi kesulitan bersosialisasi subjek kasus lebih senang menyendiri di
dengan teman sebaya yaitu faktor dalam kelas maupun diluar kelas.
internal berupa factor psikologis Penyebab kesulitan bersosialisasi
meliputi :intelegensi, kematangan, dengan teman sebaya yaitu : kurang
minat, motivasi, dan emosi dan factor berkomunikasi dengan teman, suka
fisiologis meliputi : keadaan jasmani menyendiri, dan juga kurangnya minat
subyek kasus berupa kesehatan. dalan bergaul dengan orang lain. Hasil
Sedangkan factor eksternal yaitu (1) penelitian subyek kasus setelah diberi
keluarga berupa hubungan orang tua bantuan yaitu : subyek kasus sudah
dengan anaknya, cara mendidik anak, banyak mengalami perubhan terutama
suasana rumah, dan keadaan social dalam hubungan sosial dengan teman-
ekonomi, sekolah, dan masyarakat. (2) temannya, seperti subyek kasus sudah
sekolah berupa interaksi guru dengan membaur dan bergaul dengan teman-
murid, cara penyajian materi, hubungan temannya.
antar murid. (3) masyarakat berupa
teman sebaya di luar sekolah, Saran
lingkungan tempat tinggal. Berdasarkan kesimpulan di atas
Berdasarkan hasil penelitian bahwa upaya pengentasan subyek kasus
tersebut, maka penelitian tersebut selaras yang kesulitan bersosialisasi dengan
dengan hasil penelitian yang saya buat. teman sebaya maka diperlukan adanya
Hal dapat dilihat dari kesulitan kerja sama antara guru bimbingan dan
bersosialisasi anak yang tampak konseling di sekolah, wali kelas, guru
memliki karakteristik yang hampir sama mata pelajaran, dan orang tua subek
yaitu pendiam, pemalu dan suka kasus.Diharapkan subyek kasus dapat
menarik diri dan faktor yang memahami dan menyadari pentingnya
mempengaruhi berasal dari keluarga, bersosialisasi, mampu untuk berbaur dan
sekolah dan masyarakat. berkomunikasi dengan teman-temannya,
lebih bersifat terbuka dan menjalin
komunikasi dengan baik dengan
SIMPULAN DAN SARAN orangtua agar tetap terjaga hubungan
Simpulan antara anak dan orangtua, tetap
Berdasarkan analisis yang telah menjalankan alternatif bantuan yang
dilakukan, maka dapat ditarik sudah diberikan. Serta tetap berusaha
kesimpulan bahwa kasus siswa yang menjalin komunikasi dengan orang lain
kesulitan bersosialisasi ditemukan pada dan saling menghargai orang lain dan

6
terus mempertahankan dan
meningkatkan perubahan yang positif
yang sudah dilakukan dan menjalin
hubungan baik dengan orang lain dan
lebih bisa bersifat terbuka dengan orang
lain.

Nawawi, Hadari. (2012). Metode


DAFTAR RUJUKAN
Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:
Ahmadi, Abu. (2004). Sosiologi
Gajah Mada University Press.
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Normawati. (2010). Studi kasus tentang
Asrori. (2008). Memahami dan
murid yang kurang mampu
Membantu Perkembangan Peserta
bersosialisasi dengan teman sebaya
Didik. Pontianak: Untan Press
kelas B1 TK Hangtuah VI pontianak.
McLeod, John. (2013). An Introduction Pontianak: Untan.
to Counseling. New York: McGraw Hill
Yin, Robert K. (2014).Studi Kasus
companies
Desain dan Metode. Jakarta: Raja
Muliawan, Jasa Ungguh. (2014). Grafindo Persada.
Metodelogi Penelitian Pendidikan
dengan Studi Kasus.Yogyakarta:
Penerbit Gava Media.

7
8

Potrebbero piacerti anche