Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
ABSTRACT
Fermented soy milk is one of probiotic beverage, contain high protein and isoflavon
that ha healthy effect. However, the usage of soy milk as fermented product is not effective
because needs low temperature. To overcome this problem is by converting the fermented
soy milk into instant dried product. However, freeze drying can reduce the viability of
probiotic. The aim of this research was to determine the isolate and sucrose concentration
to obtain high viability of probiotic. This research was conducted in randomized block
design with two factors. The first factor was type of isolate that consist of L. acidophilus, L.
casei, and L. plantarum. The second factor was sucrose concentration (5% and 10%). Each
treatment was done in four replications.
The result showed significant difference of kind isolate treatment on reducing sugar,
protein, total acid, pH, and total LAB during fermentation with total LAB and sub lethal on
dried product, but no significant difference on total sugar and N-amino. Sucrose
concentration treatment showed significant difference on total LAB, sub lethal, water
content, and reserve ability water vapor, but no significant difference on solubility.
Interaction of both treatments gave significant difference on total LAB and sub lethal. The
best treatment resulted from the combination of 5% sucrose concentration and isolate L.
acidophilus.
Keywords: probiotic, cryoprotectant, freeze drying, instant fermented soy milk
40
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No.1 (April 2008) 40 - 51
41
Viabilitas dan Deteksi Subletal Bakteri Probiotik (Fithri dkk)
42
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No.1 (April 2008) 40 - 51
protein.
3.2000
3.0000
Protein 8.2000 8.4000 8.6000 8.8000 9.0000 9.2000 9.4000
Total BAL (Log CFU/ml)
Penurunan kadar protein setelah
proses fermentasi disebabkan Gambar 1. Korelasi antara kadar protein
pemecahan protein oleh BAL dan total BAL
menghasilkan asam amino dan peptida
yang digunakan sebagai sumber nitrogen Kadar N amino
untuk pertumbuhannya. Hal ini diperkuat Asam amino merupakan hasil
oleh Mitsuoka (1989), yang menyatakan pemecahan protein yang dapat
bahwa selama pertumbuhannya BAL dimanfaatkan bakteri untuk pertumbuhan,
memerlukan asam amino dan peptida sintesi protein dan enzim. Hasil analisis
sebagai sumber nitrogen. BAL harus kadar N-amino pada susu kedelai
memiliki sistem proteolitik agar dapat fermentasi dapat dilihat pada Tabel 5.
menghidrolisis protein pada susu kedelai
menjadi asam amino yang diperlukan Tabel 5. Rerata kadar N amino susu
untuk pertumbuhan (Fox et al., 2000). kedelai sebelum dan sesudah fermentasi
Jenis Isolat Rerata Kadar N amino (%)
Tabel 4. Rerata kadar protein susu Sebelum Setelah Selisih
kedelai sebelum dan sesudah fermentasi L.acidophilus 0,05606a 0,00602a0,05004
Jenis Isolat Rerata Kadar Protein (%) L. casei 0,05598a 0,00592a0,05006
L. plantarum 0,05611a 0,00522a0,05089
Sebelum Sesudah Selisih
BNT BNT
L.acidophilus 5,32 3,22 a 2,10 b (α=0,05) (α=0,05)
L. casei 5,34 3,41 a 1,93 b 0.000141 0.002
L. plantarum 5,30 3,97 b 1,33 a Keterangan : Angka yang mempunyai notasi huruf
BNT BNT BNT yang berbeda berarti berbeda nyata pada uji BNT
(α=0,01) (α=0,01) (α=0,01) (α = 0,05)
0,43 0,50 0,43
Keterangan: Angka yang mempunyai notasi huruf Peningkatan kadar N-amino
yang berbeda berarti berbeda nyata pada uji BNT menunjukkan jumlah asam amino yang
(α = 0,01)
terbentuk akibat aktivitas BAL dalam
pemecahan protein pada media
Setiap isolat memiliki kemampuan
fermentasi. Selama proses hidrolisis
yang berbeda dalam memetabolisme
43
Viabilitas dan Deteksi Subletal Bakteri Probiotik (Fithri dkk)
44
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No.1 (April 2008) 40 - 51
45
Viabilitas dan Deteksi Subletal Bakteri Probiotik (Fithri dkk)
bahwa selama proses fermentasi terjadi pengukuran pH. Hal ini diperkuat oleh
penurunan kadar gula dan diikuti dengan Charalampopoulus et al. (2002), yang
peningkatan kadar total asam. Menurut menyatakan bahwa akumulasi asam laktat
Helferich and Westhoff (1988), BAL yang dihasilkan BAL dapat menurunkan
umumnya menggunakan gula-gula pH media fermentasi. Nilai pH yang
+
sederhana sebagai sumber energi dan terhitung merupakan konsentrasi H
karbon dalam menghasilkan asam laktat. yang terbebaskan selama proses
Hasil analisis ragam menunjukkan fermentasi.
perbedaan kadar total asam yang sangat Hasil analisis ragam menunjukkan
nyata setelah fermentasi. Tiap isolat perbedaan pH medium yang nyata akibat
memiliki kemampuan yang berbeda dalam pengaruh jenis isolat setelah fermentasi
membentuk asam laktat. Jumlah dan dan penurunannya selama fermentasi.
jenis asam organik yang dihasilkan Hal ini berhubungan dengan total asam
selama fermentasi bergantung pada yang dihasilkan oleh masing-masing
spesies, komposisi media fermentasi, dan isolat selama fermentasi. Isolat yang
kondisi pertumbuhan. menghasilkan total asam tertinggi, yakni
L. acidophilus, menghasilkan pH yang
Derajat Keasaman (pH) terendah.
Nilai pH yang terukur bergantung
pada sifat-sifat asam organik yang Karakteristik Produk Kering
dihasilkan oleh BAL. Selama fermentasi, Total Bakteri Asam Laktat (BAL)
asam laktat adalah asam organik utama Pengukuran total BAL merupakan
yang dihasilkan. Hasil analisis pH pada salah satu parameter penting yang
susu kedelai fermentasi dapat dilihat berkaitan erat dengan pengaruh
pada Tabel 9. penggunaan jenis isolat dan sukrosa
Selama fermentasi terjadi penuruan sebagai krioprotektan.
pH. Lindgren dan Dobrogosz (1990) Menurut Carvalho et al. (2003),
dalam Yang (2000) menyatakan pada pengeringan beku pelindung yang
fermentasi oleh BAL ditandai dengan baik harus bersifat krioprotektif, mudah
peningkatan jumlah asam organik yang kering, dapat membentuk matriks yang
diiringi dengan penurunan pH. baik untuk menjaga stabilitas sel, dan
Asam laktat sebagai produk utama mudah direhidrasi. Sukrosa adalah salah
satu krioprotektan yang memenuhi
Tabel 9. Rerata pH susu kedelai sebelum persyaratan tersebut. Meskipun
dan sesudah fermentasi serta selisih pH mekanisme perlindungan sukrosa
Jenis Isolat Rerata pH terhadap sel selama pengeringan beku
Sebelum Setelah Selisih belum sepenuhnya diketahui, tetapi
L. acidophilus 6,60 4,08a 2,53b hipotesis yang telah dikemukakan yaitu
L. casei 6,58 4,58b 2,00a bahwa sukrosa dapat menyeimbangkan
L. plantarum 6,60 4,65b 1,95a
tekanan turgor dengan menurunkan Aw,
BNT BNT
(α=0,01) (α=0,01) menstabilkan struktur membran lipid dan
0,15 0,22 protein pada Aw rendah, serta mencegah
Keterangan : Angka yang mempunyai notasi huruf kerusakan oksidatif dengan mengikat
yang berbeda berarti berbeda nyata pada uji BNT radikal bebas.
(α = 0,01)
Total BAL pada masing-masing
isolat menurun pada konsentrasi sukrosa
fermentasi mudah terdisosiasi
+ - 10% (Gambar 2). Konsentrasi sukrosa
menghasilkan H dan CH3CHOHCOO .
+ yang terlalu tinggi pada proses
Adanya ion H sangat mempengaruhi
pengeringan justru dapat menyebabkan
nilai pH, semakin banyak asam laktat
+ Aw produk terlalu rendah. Sukrosa
yang dihasilkan maka konsentrasi ion H
mempunyai gugus hidroksil yang dapat
semakin meningkat dan terukur di
46
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No.1 (April 2008) 40 - 51
8.80
Subletal (Log CFU/g)
8.20
L. casei
pengeringan beku. Ketahanan ini 8.00
L. plantarum
berhubungan dengan komposisi dinding 7.80
7.60
sel dan sifat yang disandi oleh gen yang 7.40
tersebut.
Diperkuat oleh hasil penelitian Gambar 3. Pengaruh sukrosa terhadap
Carvalho et al. (2003), yang menyatakan jumlah BAL subletal
bahwa spesies dan strain yang berbeda
dapat menunjukkan respon yang berbeda Jumlah bakteri subletal pada
pada pengeringan beku. Hal ini dapat penambahan sukrosa 5% lebih tinggi jika
disebabkan oleh perbedaan gen diantara dibandingkan dengan penambahan
strain yang berpengaruh pada sifat sukrosa 10%. Hal ini menunjukkan bahwa
fenotip yang nampak serta dipengaruhi pada penambahan sukrosa 5% semakin
oleh ukuran sel bakteri. Menurut Fonseca banyak sel yang cedera karena proses.
et al. (2000), semakin besar ukuran sel, Dibandingkan data total BAL, pada
maka semakin besar pula luas permukaan konsentrasi sukrosa 5% didapatkan
47
Viabilitas dan Deteksi Subletal Bakteri Probiotik (Fithri dkk)
viabilitas yang tinggi namun jumlah sel probiotik. Dari hasil penelitian dapat
subletal juga tinggi dan pada konsentrasi dilihat bahwa penambahan sukrosa pada
sukrosa 10% didapatkan viabilitas yang kisaran konsentrasi yang diteliti dapat
rendah tapi memiliki jumlah subletal yang membantu mempertahankan viabilitas
rendah. probiotik.
Kondisi tersebut terjadi karena
bakteri yang mati selama proses tidak Kadar Air
diperhitungkan. Menurut Ray (1996), Kadar air produk akhir merupakan
populasi bakteri yang telah terekspos parameter yang penting dalam
oleh perlakuan subletal memiliki tiga pembuatan produk instan. Parameter ini
jenis subpopulasi yang berbeda secara berhubungan erat dengan daya simpan
fisiologis, yaitu sel normal, sel cedera, produk tersebut. Penggunaan sukrosa
dan sel mati. Jumlah sel subletal yang sebagai krioprotektan berpengaruh
rendah pada sukrosa 10% diduga karena terhadap kadar air produk yang
banyak sel yang telah mati, sehingga dihasilkan (Gambar 4).
tidak terdeteksi pada saat analisis Kadar air susu kedelai fermentasi
subletal. Hal ini diperkuat oleh Coultate pada konsentrasi sukrosa 10% lebih
(1996), yang menyatakan bahwa pada rendah dibandingkan konsentrasi sukrosa
konsentrasi tertentu sukrosa dapat 5%. Selain karena proporsi padatan yang
menghambat pertumbuhan bakteri bahkan lebih tinggi pada konsentrasi sukrosa
dapat membunuh bakteri. Menurut Ray 10%, hal ini juga dapat terjadi karena
(1989), bakteri yang mati tidak akan sukrosa mempunyai gugus hidroksil yang
terdeteksi pada analisis subletal karena dapat membentuk ikatan hidrogen dengan
sel yang mati kehilangan kemampuan molekul air.
membentuk koloni.
Isolat L. acidophilus memiliki 10.00
48
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No.1 (April 2008) 40 - 51
pada produk selama proses pengeringan produk hasil pengeringan beku bersifat
beku dan memudahkan proses rehidrasi. higroskopis. Kestabilan produk hasil
pengeringan beku bergantung pada kadar
Daya Serap Uap Air air dan oksigen.
Daya serap uap air adalah salah
satu parameter fisik yang menentukan Kelarutan
kualitas produk instan. Parameter ini juga Kelarutan suatu substansi
turut mempengaruhi daya simpan produk. mencerminkan seberapa jauh substansi
Daya serap uap air dari produk susu tersebut dapat larut dalam suatu pelarut
kedelai fermentasi instan ini dipengaruhi tertentu. Menurut Hartomo dan
oleh kadar air bahan tersebut. Pengaruh Widiatmoko (1999), produk instan harus
sukrosa terhadap daya serap uap air susu memiliki tingkat kelarutan yang tinggi,
kedelai fermentasi instan dapat dilihat sehingga penyeduhannya tidak lagi
pada Gambar 5. dengan air mendidih, tapi dengan air
Produk dengan konsentrasi sukrosa hangat atau air dingin. Pengaruh sukrosa
10% memliki daya serap uap air yang terhadap kelarutan susu kedelai
lebih tinggi dibandingkan konsentrasi 5%. fermentasi instan tersaji pada Gambar 6.
Hal ini berkaitan erat dengan hasil
analisis kadar air, yaitu kadar air yang 99.66
3.60
3.40
L. acidophillus
sukrosa mempunyai daya larut yang
3.20
3.00
L. casei tinggi, mampu menurunkan aktivitas air
L. plantarum
2.80 (Aw), dan mengikat air.
2.60
2.40
2.20
5 10 Perlakuan Terbaik
Konsentrasi Sukrosa (%)
Penentuan perlakuan terbaik
Gambar 5. Pengaruh sukrosa terhadap dilakukan dengan menggunakan metode
daya serap uap air susu kedelai de Garmo. Perlakuan terbaik yang
fermentasi Instan diinginkan adalah viabilitas (total BAL)
tinggi, jumlah sel subletal yang rendah,
Hal ini diperkuat oleh Anonymous kadar air rendah, daya serap uap air
(2004), yang menyatakan secara alami rendah, serta kelarutan yang tinggi. Hasil
49
Viabilitas dan Deteksi Subletal Bakteri Probiotik (Fithri dkk)
50
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No.1 (April 2008) 40 - 51
51