Sei sulla pagina 1di 11

vailable at http://ejournal.stkipjb.ac.id/index.

php/sastra
P-ISSN 2337-7712
E-ISSN 2598-8271

Volume xxx EKRANISASI NOVEL ASIH KARYA RISA SARASWATI KE DALAM


No.x, 20xx FILM ASIH SUTRADARA AWI SURYADI (KAJIAN SASTRA
page xxx-xxx
BANDINGAN)

Article History:
Submitted:
Paxia Virginita Rosana/Dr. Mu’minin, M.A
dd-mm-20xx Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,STKIP PGRI
Accepted:
dd-mm-20xx Jombang
Published: Jalan Pattimura Gang III Nomor 20, 61418, Indonesia
dd-mm20xx
Email : paxiavg@gmail.com

Abstract

Rosana, Paxia Virginita. 2019. Ekranisasi Asih Karya Risa Saraswati's


n o v e l i n t h e
a n d L i t e r a t
Supervisor: Dr. Mu'minin, M.A.

T h e p h e n o m e n o
Ecranization is the process of screening the novel into a film. The
transfer of the novel to the white screen inevitably results in various
changes. Therefore, it can be said, ekranisasi is a process of change. The
theory used in this research is Pamusuk Eneste's ecranization theory
and Burhan Nugiyantoro's fiction study theory.

T h e p u r p o s e o
changes that occur in the elements forming a literary work (plot,
character, and background) due to the process of ekranisasi Risa
Saraswati's Asih novel into the film Asih director Awi Suryadi.

T h i s s t u d y u
qualitative approach is a procedure used by research to produce
descriptive form of written words. This research is suitable to be used to
study Asih novels and Asih films.

T h i s r e s e a r
in the novel, sixteen of them experienced shrinkage and were not shown
at all in the film. Shrinking the plot impacts other aspects such as character
and setting. The addition was also made by the director because it was
considered important from the filmic point of view. But the additions
made are still relevant to the whole story. Changes vary also did not
escape the director's view. Precisely there are four grooves and three
figures who experience varied changes.
This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which
permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is
properly cited. ©2018 by author and STKIP PGRI Jombang
Sastranesia:Jurnal Pendidikan Bahasa Volume xx
& Sastra Indonesia No. x, 20xx

Keywords: Asih, Ekranisasi

Abstrak

Rosana, Paxia Virginita. 2019. Ekranisasi Novel Asih Karya Risa Saraswati
kedalam Film Asih Sutradara Awi Suryadi. Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Jombang. Dosen Pembimbing
: Dr. Mu'minin, M.A.

Fenomena ekranisasi di Indonesia sudah berlangsung sejak lama.


Ekranisasi merupakan proses pelayarputihan novel ke dalam film. Pemindahan
novel ke layar putih mau tidak mau mengakibatkan timbulnya pelbagai
perubahan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan, ekranisasi adalah proses perubahan.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori ekranisasi Pamusuk Eneste
dan teori pengkajian fiksi Burhan Nugiyantoro.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang penciutan,


penambahan, dan perubahan bervariasi yang terjadi pada unsur pembentuk
sebuah karya sastra (alur, tokoh, dan latar) karena proses ekranisasi novel Asih
karya Risa Saraswati ke dalam film Asih sutradara Awi Suryadi.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode ini dipilih karena


pendekatan kualitatif merupakan prosedur yang digunakan penelitian untuk
menghasilkan deskriptif berupa kata-kata tertulis. Penelitian ini sesuai digunakan
untuk mengkaji novel Asih dan film Asih.

Penelitian ini menghasilkan perubahan penciutan, dari dua puluh satu


alur yang ditemukan dalam novel, enam belas diantaranya mengalami penciutan
dan sama sekali tidak ditampilkan dalam film. Penciutan alur ini berdampak pada
aspek lainnya seperti tokoh dan latar. Penambahan juga dilakukan oleh sutradara
karena dianggap penting dari sudut filmis. Namun penambahan yang dilakukan
masih relevan dengan dengan keseluruhan cerita. Perubahan bervariasi juga
tidak luput dari pandangan sutradara. Tepatnya terdapat empat alur dan tiga
tokoh yang mengalami perubahan bervariasi.

Kata kunci: Asih, Ekranisasi

PENDAHULUAN
Damono memiliki istilah alih wahana untuk membicarakan perubahan
kesenian dari satu ke yang lain, namun (Eneste, 1991:60) menyatakan bahwa
kajian mengenai pengubahan dari novel ke layar putih disebut dengan ekranasi
(ecran dalam Bahasa Perancis berarti layar). Pemindahan novel ke layar putih
mau tidak mau mengakibatkan timbulnya pelbagai perubahan. Oleh sebab itu,

STKIP PGRI
ISSN 2337-7712ONLINE ISSN 2928-393 Jombang JOURNALS
3
Nama P1&Nama P2 -Judul 3 kata

dapat dikatakan, ekranisasi adalah proses perubahan. Adapula istilah lain yang
digunakan masyarakat Indonesia, yakni filmisasi.
Menurut Eneste (1991:60) novel adalah karangan prosa yang panjang
mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya
dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.Alat utama dalam novel
adalah kata-kata; segala sesuatu disampaikan dengan kata-kata.Sedangkan
(Damono, 2018:110) menyatakan film adalah kesenian paling muda, sebelum
adanya televisi.Televisi itu sendiri pada dasarnya adalah film, yakni gambar
bergerak yang kita tonton dilayar.
Fenomena ekranisasi di Indonesia sudah berlangsung sejak lama.Banyak
sekali karya sastra yang dialihwahanakan kedalam bentuk film. Konferensi
Kesusastraan Internasional (KIK) XXVI di Universitas Bengkulu, Kamis (28/92017),
Christoper Allen Woodrich memaparkan, dalam satu dekade ini karya-karya
sastra Indonesia banyak yang sudah naik ke layar tancap, diantaranya Ayat-Ayat
Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El-Shirazy, Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata, Moga Bunda disayang Allah karya Tere Liye, Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka, dan banyak karya-karya lainnya yang
mengalami ekranisasi dan memberi jangkauan yang lebih luas dari kesusastraan
(http://surabaya.tribunnews.com)
Terjadinya fenomena tersebut, peneliti memiliki ketertarikan terhadap
karya-karya dari penulis Risa Saraswati yang sudah banyak diekranisasi. Bahkan
dalam koran online (Kompas.com) Risa menyatakan telah menandatangani
kontrak, bahwa 16 bukunya akan diangkat menjadi film. Dari keenambelas karya
tersebut, sudah enam buku yang di filmkan. Yakni; novel Danur menjadi film
Danur : I Can See the Ghost (2017), novel maddah menjadi Danur 2 : Maddah
(2018), novel Rasuk menjadi film Rasuk (2018), novel Ananta Prahadi menjadi
film Ananta (2018), novel Asih menjadi film Asih (2018), dan novel Silam menjadi
film Silam (2018).
Keenam buku yang telah difilmkan, peneliti memilih novel Asih karya Risa
Saraswati dan film Asih sebagai objek kajian pada penelitian kali ini. Pemilihan
novel Asih berawal dari ketertarikan latar belakang dibuatnya novel tersebut.Risa
Saraswati sebagai penulis novel mengatakan bahwa inspirasi penulisan novelnya
berangkat dari pengalaman pribadinya yang memiliki kekuatan unik yakni dapat
melihat makhluk-makhluk tak kasat mata.Sehingga novel-novelnya berisi tentang
cerita makhluk tak kasat mata.Di Indonesia sendiri hal tersebut masih awam
sehingga menimbulkan rasa penasaran bagi para penikmat novel.
Pengalaman Risa yang tergolong mengerikan dikemas secara apik dalam
novel-novelnya.Risa ingin mengajak para pembacanya untuk tidak takut pada
STKIP PGRI
Jombang JOURNALS PRINTEDE-EE-ISSN 2598-8271
4
Sastranesia:Jurnal Pendidikan Bahasa Volume xx
& Sastra Indonesia No. x, 20xx

makhluk tak kasat mata sehingga bacaan yang ringan dan menarik ini sangat
sukses dipasaran.Menyusul kesuksesan novel-novel hantu karya Risa, filmnya
pun sangat dinantikan oleh penggemar novel Risa.Pada hari pertama pemutaran
film, Asih mampu meraih 191 ribu penonton atau tepatnya 191.557
penonton.Dapat diartikan bahwa Asih menjadi film Indonesia dengan raihan
jumlah penonton terbanyak kedua di hari pertama pemutarannya di tahun 2018.
Antusias para penggemar novel hantu Risa untuk menunggu bentuk
visualnya dapat terlihat dari jumlah trailer di kanal Youtube milik MD Picture
yang mencapai 3,1 juta penonton. Namun setelah pemutaran film yang terjadi
adalah para penikmat novel membanding-bandingkan fakta cerita novel dengan
filmnya. Padahal novel dan film adalah suatu media yang berbeda dan harus
diapresiasi dan dinikmati dengan cara yang berbeda pula.
Perbedaan yang terjadi dalam novel yang diekranisasi menjadi film tentu
saja selalu menjadi bahasan yang menarik, karena novel yang rangkaian
peristiwanya dibangun dengan kata-kata menjadi film yang diwujudkan dengan
gambar-gambar bergerak.Beberapa aspek pasti dipertimbangkan dalam
transformasi novel ke film.Pertimbangan yang paling menonjol adalah waktu
sajian.Dari novel yang dapat dibaca berhari-hari menjadi film yang memiliki
waktu sajian terbatas.Perubahan tersebut tentu menimbulkan perubahan
berupa penciutan, penambahan (perluasan), dan perubahan dengan sejumlah
variasi.
Perubahan-perubahan pada saat ekranisasi akan mempengaruhi unsur-
unsur pembangun sebuah karya sastra. Secara teoritis, suatu karya sastra
mempunyai unsur-unsur pembangun.Unsur-unsur tersebut yaitu tema, alur,
latar, penokohan, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya terjalin menjadi
satu kesatuan struktur. Stanton (dalam Nurgiyantoro, 1995: 25) membedakan
unsur pembangun sebuah karya sastra ke dalam tiga bagian, yaitu: fakta cerita,
tema, dan sarana pengucapan. Fakta dalam sebuah cerita meliputi karakter
(tokoh cerita), plot (alur), dan setting.Ketiganya merupakan unsur fiksi yang
secara faktual dapat dibayangkan peristiwa dan eksistensinya dalam sebuah
novel.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.Metode ini
dipilih dengan alasan bahwa pendekatan kualitatif merupakan prosedur yang
digunakan penelitian untuk menghasilkan deskriptif berupa kata-kata tertulis.
Berdasarkan uraian di atas, rancangan penelitian ini sesuai untuk digunakan
untuk mengkaji novel Asih dan film Asih.
STKIP PGRI
ISSN 2337-7712ONLINE ISSN 2928-393 Jombang JOURNALS
5
Nama P1&Nama P2 -Judul 3 kata

Peneliti sendiri yang berperan dalam perencanaan, menetapkan fokus


penelitian, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
menafsirkan data dan membuat kesimpulan sampai melaporkan hasilnya.
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu novel yang berjudul Asih karya
Risa Saraswati yang diterbitkan oleh Bukune. Novel Asih diterbitkan pada tahun
2017, memiliki 20 bab dengan jumlah 188 halaman dan film Asih yang diproduksi
oleh MD Pictures, Pichouse Films dengan sutradara Awi Suryadi. Film Asih dirilis
pada 3 Oktober 2018 dengan durasi 1 jam 18 menit.
Adapun data dalam penelitian ini adalah kutipan data berupa potongan
paragraf dalam novel Asih maupun potongan dialog dalam film Asih yang
berhubungan dengan ekranasi, khususnya proses ekranisasi terhadap alur/plot,
penokohan dan latar dalam novel Asih karya Risa Saraswati.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian yaitu berupa
teknik dokumentasi kutipan data dalam data penelitian mencari objek penelitian
dengan mendokumentasikan data yang digunakan, yaitu novel Asih dan film
Asih.
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam metode pengumpulan
data adalah sebagai berikut.
1. Membaca novel Asih karya Risa Saraswati
2. Menafsirkan data dari novel Asih karya Risa Saraswati
3. Menonton film Asihsutradara Awi Suryadi
4. Membuat transkrip film Asih sutradara Awi Suryadi
5. Menafsirkan dan membuat deskripsi data film Asih.
Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini kemudian diklasifikasikan
dengan menggunakan instrumen penelitian berupa tabel klasifikasi data
penelitian agar dapat menuliskan pengkodean untuk mempermudah
menemukan perubahan yang terjadi pada ekranisasi novel Asih karya Risa
Saraswati ke dalam film Asih sutradara Awi Suryadi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pembahasan merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian. Pada
bagian ini akan ditemukan jawaban-jawaban yang berhubungan dengan fokus
masalah. Adapun fokus masalah dalam penelitian ini meliputi tiga hal, yakni,
penciutan, penambahan, dan perubahan bervariasi ekranisasi novel Asih karya
Risa Saraswati ke dalam film Asih sutradara Awi Suryadi. Setelah data-data dari
novel Asih karya Risa Saraswati dan film Asih Sutradara Awi Suryadi di paparkan
dalam tabel-tabel, kemudian peneliti mengklasifikasikannya ke dalam perubahan
yang terjadi.
STKIP PGRI
Jombang JOURNALS PRINTEDE-EE-ISSN 2598-8271
6
Sastranesia:Jurnal Pendidikan Bahasa Volume xx
& Sastra Indonesia No. x, 20xx

Proses Penciutan Novel Asih Karya Risa Saraswati ke dalam Film Asih Sutradara Awi
Suryadi
Ada beberapa kemungkinan mengapa beberapa adegan dalam novel
tidak ditampilkan dalam film.Pertama, sutradara beranggapan bahwa adegan
tersebut tidak penting ditampilkan dalam film.Jadi, ditiadakan saja dalam film.
Kedua, bisa jadi dari pandangan sutradara adegan tersebut akan mengganggu
tokoh lain. Bersamaan dengan pemilihan peristiwa-peristiwa atau kejadian-
kejadian dalam novel, pun tidak semua tokoh yang terdapat dalam novel akan
muncul dalam film. Dalam mengekranisasi latar pun mengalami penciutan oleh
sebab itu yang ditampilkan dalam film hanyalah latar yang penting-penting saja
atau yang mempunyai pengaruh dalam cerita (Eneste, 1991:61-64).Salah satunya
terdapat penciutan alur yang dapat ditemukan seperti pada potongan paragraf
berikut.

“Asih, datanglah...

Kali ini, gerbang dialog kubuka lebar untukmu.

Tapi ingat, aku tak berharap lebih daripada sekadar bicara denganmu.

Aku tak ingin menjadi teman baikmu.

Biarkan aku menjadi jembatan antara pikiran mereka yang


mencibirmu,dengan isi kepalamu.

Risa Saraswati.” (PC/NA/A/B.0/H.4/P.2)

Potongan paragraf di atas menunjukkan bahwa Risa sedang memanggil


hantu Asih untuk datang dan bercerita mengenai masa lalunya.Sutradara
beranggapan bahwa adegan tersebut tidak penting ditampilkan dalam film
karena tanpa adanya adegan tersebut, cerita masih bisa berlanjut.Dalam film,
Risa tidak memanggil Asih untuk datang dan bercerita mengenai masa
lalunya.Namun, cerita fokus pada saat Asih sudah menjadi hantu.Kronologi cerita
potongan paragraf di atas muncul dalam novel namun tidak ditampilkan dalam
film.Hal ini menjadi bukti bahwa alur mengalami penciutan.Tidak hanya alur,
tokoh juga mengalami penciutan salah satu data yang ditemukan peneliti adalah
sebagai berikut.

“Seorang dukunberanak saat itu juga hadir di mesjid, sehingga dengan


cekatan bisa membantu proses kelahiran anak itu......” (PC/NA/T/
B.1/H.12/P.4)
STKIP PGRI
ISSN 2337-7712ONLINE ISSN 2928-393 Jombang JOURNALS
7
Nama P1&Nama P2 -Judul 3 kata

Potongan paragraf di atas menunjukkan munculnya tokoh dukun


beranak. Sutradara beranggapan bahwa tokoh tersebut tidak penting
ditampilkan dalam film karena tanpa adanya tokoh tersebut, cerita masih bisa
berlanjut. Tokoh tersebut juga dianggap akan mengganggu gambaran sosok Asih
sehingga tidak ditampilkan dalam film. Hal ini menjadi bukti bahwa tokoh
mengalami penciutan.Setelah alur dan tokoh, latar tempat juga ditemukan
mengalami penciutan.Seperti data berikut.

“Suara jeritan seorang perempuan terdengar di sebuah


mesjidpesisiandesaSukaraja” (PC/NA/L/B.1/H.11/P.2)
Potongan paragraf di atas menunjukkan munculnya latar tempat di
sebuah mesjid pesisian desa Sukaraja dalam novel.Namun, sutradara
beranggapan bahwa latar tempat tersebut tidak penting ditampilkan dalam film
karena tanpa adanya latar tempat tersebut, cerita masih bisa berlanjut.Latar
tempat tersebut juga tidak menandai adanya kejadian yang penting dalam film
sehingga tidak ditampilkan dalam film.Hal ini menjadi bukti bahwa latar
mengalami penciutan.
Proses Penambahan Novel Asih Karya Risa Saraswati ke dalam Film Asih Sutradara
Awi Suryadi
Penambahan biasanya dilakukan oleh penulis skenario atau sutradara
karena mereka telah menafsirkan novel yang akan mereka filmkan sehingga akan
terjadi penambahan di sana-sini. Misalnya penambahan pada alur, penokohan,
lataratau suasana.Dikatakan penambahan itu penting dari sudut filmis. Atau
penambahan masih relevan dengan cerita secara keseluruhan atau karena
pelbagai alasan yang lain (Eneste,1991: 64)
Data berikut ini adalah potongan dialog yang menunjukkan munculnya
alur yang mengalami penambahan dalam film.

Asih datang kerumah ibu Fatimah yang sekarang ditinggali oleh Risa dan
Riri.

Riri : “Selamat malam, mbak namanya siapa? Aku Riri.”


(PN/FA/A/A.1/D.1)

Potongan paragraf di atas menunjukkan kronologi cerita cuplikan masa


kini yang akan diceritakan dalam film Danur karya Risa yang lainnya namun
masih berhubungan dengan Asih. Sutradara beranggapan bahwa penambahan
adegan tersebut penting dilihat dari sudut filmis.Penambahan adegan tersebut
juga masih relevan dengan cerita secara keseluruhan, sehingga adegan tersebut

STKIP PGRI
Jombang JOURNALS PRINTEDE-EE-ISSN 2598-8271
8
Sastranesia:Jurnal Pendidikan Bahasa Volume xx
& Sastra Indonesia No. x, 20xx

dapat ditampilkan dalam film.Hal ini menjadi bukti bahwa alur mengalami
penambahan. Tokoh juga mengalami penambahan, salah satunya sebagai berikut

Riri : “Selamat malam, mbak namanya siapa? Aku Riri.” (PN/FA/T/A.1/D.1)


Pada kutipan data (8) menunjukkan tokoh Riri yang muncul dalam
film.Tokoh Riri tidak muncul dalam novel Asih, namun di tampilkan dalam
film.Tokoh Riri muncul pada alur yang mengalami penambahan. Sehingga tokoh
Riri tidak mengganggu kronologi cerita yang lain. Sutradara beranggapan
penambahan tokoh Riri sangat dibutuhkan dipandang dari sudut filmis.Hal ini
menjadi bukti bahwa tokoh mengalami penambahan.Latar tempat dalam film
juga mengalami perubahan seperti berikut.

Ruang tamu

Ita : “Terimakasih bu jadi merepotkan.” (PN/FA/L /A.5/D.49)


Potongan dialog menunjukkan latar tempat ruang tamu yang ditampilkan
dalam film. Latar tersebut ditampilkan pada alur dan tokoh yang mengalami
penambahan.Latar ruang tamu dianggap penting dari sudut filmis oleh sutradara
sehingga harus ditampilkan dalam film.Namun penambahan latar tempat masih
relevan dengan keseluruhan cerita.Hal ini menjadi bukti bahwa latar tempat juga
mengalami penambahan.
Data Proses Prubahan Bervariasi Novel Asih Karya Risa Saraswati ke dalam Film Asih
Sutradara Awi Suryadi
Selain adanya penciutan dan penambahan, dalam ekranisasi juga
memungkinkan terjadinya variasi-variasi tertentu dalam film.Walaupun terjadi
variasi- variasi tertentu antara novel dan film, pada hakikatnya tema atau
amanat dalam novel masih tersampaikan setelah difilmkan.Novel bukanlah dalih
atau alasan bagi pembuat film, tetapi novel betul-betul hendak dipindahkan ke
media lainyakni film.Karena perbedaan alat-alat yang digunakan, terjadilah
variasi-variasi tertentu di sana-sini.Di samping itu, dalam pemutaran film pun
mempunyai waktu yang terbatas sehingga penonton tidak bosan untuk tetap
menikmati sampai akhir, sehingga tidak semua hal atau persoalan yang ada
dalam novel dapat dipindahkan semua ke dalam film.Seperti data berikut.

“Suatu hari, sepasang suami-istri muda pindah ke rumah itu. Mereka


mendapatkan harga sewa yang cukup murah.......”
(PB/NA/A/B.8/H.76/P.1)

STKIP PGRI
ISSN 2337-7712ONLINE ISSN 2928-393 Jombang JOURNALS
9
Nama P1&Nama P2 -Judul 3 kata

Gambar 1 Kronologi cerita keluarga pasangan muda


Potongan paragraf diatas menunjukkan alur dalam novel saat sepasang
suami-istri pindah ke rumah yang digunakan Asih bunuh diri.Alur tersebut
mengalami perubahan bervariasi dalam filmnya.Karena, di dalam film sepasang
suami-istri tersebut telah menempati rumah tersebut seperti dalam
gambar.Sutradara beranggapan bahwa variasi-variasi perubahan dalam film pada
hakikatnya tidak merubah tema dalam novel.Hal ini menjadi bukti bahwa alur
mengalami perubahan bervariasi.Data berikut ini juga mengalami perubahan
bervariasi.

“Suatu hari, warga dihebohkan dengan hilangnya bayi pasangan muda


itu.Si bayi tiba-tiba hilang begitu saja bagai
diculik......”(PB/NA/A/B.8/H.76/P.3)

Gambar 2 Kronologi cerita bayi hilang

Potongan paragraf diatas menunjukkan alur dalam novel saat tiba-tiba


bayi menghilang.Alur tersebut mengalami perubahan bervariasi dalam
filmnya.Karena, di dalam film bayi menghilang saat dimandikan ibunya seperti
dalam gambar.Tokoh juga dapat mengalami perubahan bervariasi seperti data
berikut.

“Suatu hari, sepasangsuami-istrimuda pindah ke rumah itu. Mereka


mendapatkan harga sewa yang cukup murah.......”
(PB/NA/T/B.8/H.76/P.1)
Potongan paragraf di atas menunjukkan tokoh sepasang suami-istri muda
yang muncul dalam novel.Tokoh tersebut mengalami perubahan bervariasi

STKIP PGRI
Jombang JOURNALS PRINTEDE-EE-ISSN 2598-8271
10
Sastranesia:Jurnal Pendidikan Bahasa Volume xx
& Sastra Indonesia No. x, 20xx

dalam filmnya. Karena, di dalam film pasangan tersebut memiliki nama Ita dan
Andi.
Sutradara Awi Suryadi sangat berani dalam pemilihan adegan-adegan
yang penting. Dari dua puluh satu alur yang ditemukan dalam novel, enam belas
diantaranya mengalami penciutan dan sama sekali tidak ditampilkan dalam film.
Penciutan alur ini berdampak pada aspek lainnya seperti tokoh dan
latar.Sehingga semakin banyak alur mengalami penciutan, maka semakin banyak
pula tokoh dan latar yang juga mengalami penciutan. Begitu pula pada proses
penambahan dan perubahan bervariasi.
Penambahan juga dilakukan oleh sutradara karena dianggap penting dari
sudut filmis.Namun penambahan yang dilakukan masih relevan dengan dengan
keseluruhan cerita.Terdapat beberapa tujuh alur yang ditambahkan oleh
sutradara untuk memperkuat adegan. Begitu pula pada tokoh terdapat
penambahan tokoh sebanyak lima orang. Kemudian dalam latar ditampilkan
penambahan sebanyak 6 latar.
Perubahan bervariasi juga tidak luput dari pandangan sutradara.Tepatnya
terdapat empat alur yang mengalami perubahan bervariasi. Kemudian tokoh
yang mengalami perubahan bervariasi diantaranya tokoh orang pintar yang
ditemukan dalam novel memiliki panggilan abah dalam filmnya, tokoh sepasang
suami istri-muda yang ditemukan dalam novel memiliki panggilan Ita dan Andi
(Aa’) dalam filmnya, dan yang terakhir tokoh bayi yang ditemukan dalam novel
memiliki panggilan Amelia dalam filmnya.

DAFTAR PUSTAKA
Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa.

Damono, Sapardi Djoko. 2018. Alih Wahana. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Djajasudarma, T. Fatimah. 2010. Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian.
Bandung: PT. Refika Aditama

Djojosuroto, Kinayati dan M.L.A. Sumaryati. 2000. Prinsip-prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan
Sastra. Bandung: Nuansa Cendikia.

Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Jakarta: Caps.

Eneste, Pamusuk. 1991. Novel dan Film. Jakarta: Nusa Indah.

Moleong, J. Lexy. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Saraswati, Risa. 2017. Asih. Jakarta: PT. Bukune Kreatif Cipta


STKIP PGRI
ISSN 2337-7712ONLINE ISSN 2928-393 Jombang JOURNALS
11
Nama P1&Nama P2 -Judul 3 kata

https://entertainment.kompas.com/read/2018/11/15/191813210/16-buku-kisah-hantu-karya-
risa-saraswati-akan-diangkat-ke-layar-lebar (diakses pada tanggal 20 Desember 2018)

https://surabaya.tribunnews.com/2017/10/18/ekranisasi-karya-sastra-indonesia(diakses pada
tanggal 20 Desember 2018)

https://www.youtube.com/watch?v=cqudLHta5rI&t=4s(diaksespada tanggal
25Desember2018)

https://www.fimela.com/news-entertainment/read/3668856/baru-5-hari-tayang-film-asih-
sudah-tembus-1-juta-penonton (diakses pada tanggal 06 Juli 2019)

STKIP PGRI
Jombang JOURNALS PRINTEDE-EE-ISSN 2598-8271
12

Potrebbero piacerti anche