Sei sulla pagina 1di 7

ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN

KERJA DI BENGKEL OTOMOTIF SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SE-KOTA


SURAKARTA

Rochmad Endra Suryanto, Emilly Dardi, dan Basori


Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknik Kejuruan, FKIP, UNS
Kampus UNS Pabelan Jl. Ahmad Yani 200, Surakarta, Tlp/Fax (0271) 718419
E-mail: rochmad.endra@gmail.com

Abstract
The purposes of this research are: (1) To determine the commitment and policy of
occupational health and safety management system in automotive workshop vocational high
schools Surakarta city. (2) To determine the ability guarantees of occupational health and
safety management system in automotive workshop vocational high schools Surakarta city.
(3) To determine the implementation of occupational health and safety management system in
automotive workshop vocational high schools Surakarta city. (4) To determine the results of
the implementation of occupational health and safety management system in automotive
workshop vocational high schools Surakarta city. This research was an evaluation model of
CIPP. Forms and strategies used descriptive with qualitative data supported the quantitative
data. Sampling techniques used purposive sampling with 217 respondents. Data collection
used interviews, observation, documentary studies and questionnaires. Data analysis for
qualitative data used interactive model, while quantitative data used the assessment criteria.
The results of this research indicated that Context: (1) There were not a specific organization
or personnel who managed and supervise the implementation of occupational health and
safety in automotive workshop vocational high schools. (2) There were not detail jobdesk in
regulating occupational health and safety in automotive workshop vocational high schools.
Input: (1) There were not integrate system of workshops with school administrators in the
implementation of occupational health and safety in automotive workshop vocational high
schools. (2) There were not personnel or teachers who trained and has capability on
occupational health and safety in automotive workshop vocational high schools. (3) Means of
support infrastructure have meets the standards Permendiknas No. 40 of 2008 with a
percentage of 80,6%. (4) Means of support infrastructure based on the results of
questionnaires include the very high category with a percentage of 68,2%. Process: (1) The
use of facilities and infrastructure to the maximum include the high category indicated by a
percentage of 59,9%. (2) Motivation and students awareness of the occupational health and
safety, include the high category indicated by a percentage of 68,2%. (3) Occupational health
and safety competencies for students have been included in the basic subjects of mechanical
engineering, while occupational health and safety training for teachers and students has
never been implemented. Product: Implementation of occupational health and safety in
automotive workshop vocational high schools include in the high category indicated by a
percentage of 82,5%.

Keywords : automotive workshop, CIPP, occupational health and safety, management


system.

A. PENDAHULUAN masyarakat Indonesia makin cepat dengan


Perkembangan industri di berdirinya perusahaan dan tempat kerja
Indonesia sekarang ini berlangsung sangat yang beraneka ragam. Perkembangan
pesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan industri yang pesat ini diiringi pula oleh
dan teknologi. Proses industrialisasi adanya resiko bahaya yang lebih besar dan
beraneka ragam karena adanya alih banyak. Peran inilah yang mendorong
teknologi dimana penggunaan mesin dan kemajuan institusi pendidikan kejuruan.
peralatan kerja yang semakin kompleks Sesuai dengan Rencana Pembangunan
untuk mendukung berjalannya proses Jangka Panjang (RPJP) Pendidikan
produksi. Nasional tahun 2005-2025 telah
Kemajuan industrialisasi, diproyeksikan target pertumbuhan SMK
mekanisasi, dan modernisasi dalam secara bertahap dan berkelanjutan yang
kebanyakan hal berakibat berlangsung pula mengarah kepada semakin banyaknya
peningkatan intensitas kerja operasional jumlah SMK dibandingkan dengan SMA
dan tempo kerja para pekerja. Peningkatan hingga mencapai rasio perbandingan 70:30
intensitas kerja operasional dan tempo pada tahun 2025 (Restra Depdiknas,
kerja memerlukan pengerahan tenaga 2009).
secara intensif pula dari para pekerja, SMK yang merupakan wadah
akibatnya pekerja mengalami kelelahan penghasil tenaga kerja, dituntut dapat
serta kurang perhatian akan hal lain dan membentuk sumber daya manusia yang
hal tersebut menjadi penyebab terjadinya terampil dan berkemampuan sesuai
kecelakaan saat bekerja. kebutuhan industri. Penguasaan
Kecelakaan kerja di tahun 2011 keterampilan dan pengetahuan tentang
terjadi 96.400 kecelakaan. Sebanyak kesehatan dan keselamatan kerja termasuk
96.400 kecelakaan kerja yang terjadi, yang hal penting untuk dikuasai dalam
2.144 pekerja di antaranya tercatat menunjang proses produksi dalam suatu
meninggal dunia dan 42 lainnya cacat, industri. Kesehatan dan keselamatan kerja
sedangkan sampai September 2012 angka merupakan tugas semua orang yang
kecelakaan kerja masih tinggi yaitu pada bekerja/praktik di bengkel. Sekolah dalam
kisaran 80.000 kasus kecelakaan kerja. hal ini menjadi kunci akan pemahaman
Kasus kecelakaan kerja rata-rata 99.000 dan penguasaan kesehatan dan
kasus per tahun dan 70% diantaranya keselamatan kerja, untuk itu di SMK,
berakibat kematian dan cacat seumur khususnya dalam pembelajaran praktik
hidup (Menakertrans, Oktober 2012). Pada hendaknya perlu mengimplementasikan
tahun 2013 tercatat sembilan orang kesehatan dan keselamatan kerja seperti di
meninggal tiap harinya karena kecelakaan lingkungan tempat kerja/industri.
kerja. Berdasarkan uraian di atas maka
Penyebab kecelakaan kerja secara dilakukan penelitian mengenai analisis
umum adalah karena adanya kondisi dan penerapan sistem manajemen kesehatan
tindakan tidak aman dari pekerja. Khusus dan keselamatan kerja di bengkel otomotif
mengenai tindakan tidak aman sangat erat Sekolah Menengah Kejuruan se-kota
kaitannya dengan faktor manusia atau Surakarta.
terjadi karena kesalahan manusia (human Rumusan masalah dalam penelitian
error). Masalah lain adalah pekerja ini berdasarkan latar belakang dan konsep
seringkali tidak mau menggunakan Alat evaluasi model CIPP (Context, Input,
Pelindung Diri (APD) yang sudah Process, Product) diuraikan berupa :
disediakan dengan berbagai alasan. 1. Context : Adakah komitmen dan
Mayoritas pekerja industri di kebijakan Sistem Manajemen
Indonesia adalah pekerja tingkat menengah Kesehatan dan keselamatan kerja di
atau madya. Sekolah Menengah Kejuruan bengkel otomotif Sekolah Menengah
(SMK) merupakan institusi pendidikan Kejuruan se-kota Surakarta?
yang menghasilkan tenaga kerja/teknisi 2. Input : Bagaimanakah jaminan
tingkat madya. Peran SMK berbanding kemampuan Sistem Manajemen
lurus dengan kebutuhan industri akan Kesehatan dan keselamatan kerja di
pekerja tingkat menengah yang sangat
bengkel otomotif Sekolah Menengah pelaksanaan Sistem Manajemen
Kejuruan se-kota Surakarta? Kesehatan dan keselamatan kerja di
3. Process : Bagaimanakah pelaksanaan bengkel otomotif Sekolah Menengah
Sistem Manajemen Kesehatan dan Kejuruan se-kota Surakarta.
keselamatan kerja di bengkel otomotif
Sekolah Menengah Kejuruan se-kota B. METODE PENELITIAN
Surakarta? Penelitian ini merupakan penelitian
4. Product : Bagaimanakah hasil evaluasi model CIPP. Bentuk dan strategi
pelaksanaan Sistem Manajemen yang digunakan adalah diskriptif dengan
Kesehatan dan keselamatan kerja di data kualitatif didukung data kuantitatif.
bengkel otomotif Sekolah Menengah Penelitian ini menggunakan populasi
Kejuruan se-kota Surakarta? sekolah menengah kejuruan se-kota
Tujuan yang hendak dicapai dalam Surakarta dengan sampel berjumlah 4
penelitian ini adalah : sekolah yaitu SMK N 2 Surakarta, SMK N
1. Context: Untuk mengetahui komitmen 5 Surakarta, SMK Pancasila Surakarta,
dan kebijakan Sistem Manajemen SMK Purnama Surakarta dan siswa kelas
Kesehatan dan keselamatan kerja di XI dan XII dengan jumlah 217 siswa.
bengkel otomotif Sekolah Menengah Teknik sampilng yang digunakan adalah
Kejuruan se-kota Surakarta. purposive sampling.
2. Input : Untuk mengetahui jaminan Sumber data yang digunakan dalam
kemampuan Sistem Manajemen penelitian ini meliputi informan atau
Kesehatan dan keselamatan kerja di narasumber yaitu ketua program keahlian
bengkel otomotif Sekolah Menengah otomotif, kepala bengkel otomotif dan
Kejuruan se-kota Surakarta. guru otomotif; responden yang terdiri dari
3. Process: Untuk mengetahui siswa kelas XI dan XII otomotif; tempat
pelaksanaan Sistem Manajemen dan peristiwa yang terdiri dari sarana-
Kesehatan dan keselamatan kerja di prasarana dan kegiatan dalam bengkel;
bengkel otomotif Sekolah Menengah serta dokumen.
Kejuruan se-kota Surakarta. Teknik pengumpulan data
4. Product : Untuk mengetahui hasil menggunakan konsep CIPP dengan rincian
Instrumen
Evaluasi Indikator Sumber Data yang
Digunakan
Komitmen dan Kebijakan K3 di Bengkel Sekolah, meliputi :
1. Organisasi K3 Studi
Dokumen, Arsip Dokumen
Context 2. Visi dan Misi Manajemen K3 dan Informan dan
3. Program Kerja Manajemen K3 Wawancara
4. Identifikasi Kondisi yang Ada dan Sumber Bahaya
Tersedianya Personil Terlatih (Kompetensi K3 Guru Pengampu Studi
Praktek) Dokumen, Arsip Dokumen
dan Informan dan
Input Tersedianya Sistem dan Prosedur yang terintegrasi ke Pengurus Wawancara
Angket dan
Tersedianya Sarana, Pra-Sarana Penunjang dan Lingkungan Responden
Observasi
Penggunaan Sarana, Pra Sarana Secara Maksimal Angket dan
Responden
Motivasi dan Kesadaran Guru serta Siswa terhadap K3 Observasi
Process Studi
Pelatihan dan Kompetensi K3 untuk Guru Pengampu maupun Dokumen, Arsip Dokumen
Siswa dan Informan dan
Wawancara
Studi
Terciptanya Sistem K3 yang Melibatkan Manajemen, Guru serta
Dokumen, Arsip, Dokumen
Product Siswa Guna Mengurangi Terjadinya Kecelakaan Kerja di
dan Informan dan
Bengkel Sekolah
Wawancara
sebagai berikut :
Validitas instrumen angket C. HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini mengacu pada rumus
korelasi Product Moment dengan taraf Hasil penelitian ini menunjukkan
signifikasi sebesar 5%. Peneliti bahwa : 1. Variabel context indikator
menggunakan pearson excel untuk komitmen dan kebijakan K3 di bengkel
menentukan kevalidan tiap butir praktik otomotif sekolah menunjukkan di
pernyataan angket, sedangkan reliabilitas masing-masing sekolah belum terdapat
instrumennya menggunakan rumus Alpha organisasi atau personil khusus yang
Cronbach. Validitas data penelitian mengatur serta mengawasi kesehatan dan
menggunakan trianggulasi sumber dan keselamatan kerja di bengkel sekolah.
metode. Struktur organisasi program mekanik
Analisis data pada penelitian ini otomotif belum memeiliki jobdesk yang
menggunakan dua teknik analisis, yaitu rinci dalam mengatur kesehatan dan
analisis data deskriptif dan analisis data keselamatan kerja di bengkel.
analitik. Analisis data deskriptif 2. Variabel input a). Indikator
menggunakan teknik analisis model sistem dan prosedur yang terintegrasi ke
interaktif. pengurus sekolah menunjukkan bahwa
belum terdapat sistem yang terintegrasi
antara bengkel dengan pengurus sekolah
dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja
di bengkel sekolah, b). Indikator
tersedianya personil terlatih (kompetensi
K3 guru pengampu praktik) hasil
analisisnya menunjukkan di masing-
masing sekolah tidak memiliki personil
yang terlatih tentang kesehatan dan
Gambar 1. Analisis model Interaktif (Miles keselamatan kerja, c). Indikator
and Huberman, 1992:20) tersedianya sarana prasarana penunjang
masuk pada kategori sangat tinggi dengan
Analisis analitik penelitian ini perolehan persentase sebesar 68,2%. Data
menggunakan kriteria penilaian komponen indikator tersedianya sarana prasarana
yang dikembangkan Saifuddin. penunjang ditunjukkan pada diagram
Tabel 1. Kriteria Penilaian Komponen batang berikut :
Rentangan Skor Kategori
X ≤ µ - 1,5 σ Sangat rendah Indikator Tersedianya
µ - 1,5 σ < X ≤ µ - 1,5 σ Rendah Sarana Prasarana
µ - 1,5 σ < X ≤ µ + 1,5 σ Sedang Penunjang
µ + 1,5 σ < X ≤ µ + 1,5 σ Tinggi
80
µ + 1,5 σ < X Sangat tinggi
60
Keterangan :
µ = Mean ideal yang dapat dicapai 40
instrumen
= ½ (Skor tertinggi + skor 20
terendah) 0
σ = Standar deviasi ideal yang dapat Sangat Tinggi SedangRendah Sangat
dicapai instrumen Tinggi Rendah
= 1⁄6(skor tertinggi – skor terendah)
X = skor yang dicapai
Gambar 2. Indikator Tersedianya Sarana Gambar 4. Indikator Motivasi dan
Prasarana Penunjang Kesadaran Siswa Terhadap K3
3. Variabel process a). indikator c). Indikator pelatihan dan kompetensi K3
penggunaan sarana prasarana secara untuk guru pengampu dan siswa
maksimal masuk pada kategori sangat menunjukkan bahwa di masing-masing
tinggi dengan perolehan persentase sebesar sekolah belum pernah melakukan pelatihan
59,9%. Data indikator penggunaan sarana atau diklat tentang kesehatan dan
prasarana secara maksimal ditunjukkan keselamatan kerja untuk guru pengampu
pada diagram batang berikut : praktik maupun siswa, tetapi untuk siswa
kompetensi K3 telah dimasukkan dalam
Penggunaan Sarana Prasarana
pelajaran dasar teknik kejuruan.
secara Maksimal
4). Variabel process indikator
70 terciptanya sistem K3 yang melibatkan
60 manajemen, guru serta siswa guna
50 mengurangi terjadinya kecelakaan kerja di
bengkel sekolah, berdasarkan hasil
40 observasi yang dilakukan di masing-
30 masing sekolah K3 telah berjalan dengan
20 baik dan mendapat persentase sebesar
82,5% dari checklist yang berdasarkan
10 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
0 PER.05/MEN/1996 tentang manajemen
Sangat Tinggi SedangRendah Sangat kesehatan dan keselamatan kerja.
Tinggi Rendah
D. SIMPULAN
Gambar 3. Indikator Penggunaan Sarana Hasil dan pembahasan yang telah
Prasarana secara Maksimal diuraikan di atas kemudian peneliti
simpulkan sebagai berikut :
b). Indikator motivasi dan kesadaran siswa 1. Context
terhadap K3 masuk pada kategori sangat a. Masing-masing sekolah belum
tinggi dengan perolehan persentase sebesar menerapkan sistem manajemen
68,2%. Data indikator motivasi dan kesehatan dan keselamatan kerja
kesadaran siswa terhadap K3 ditunjukkan yang berimplementasi pada
dalam diagram batang berikut : penerapan keselamatan kerja di
industri.
Indikator Motivasi dan b. Organisasi atau personil khusus
Kesadaran Siswa terhadap yang menangani kesehatan dan
K3 keselamatan kerja di bengkel
belum ada. Tugas pengawasan dan
80
70
pengaturan dilakukan oleh ketua
60 program, sedangkan pengawasan
50 dan tanggung jawab langsung
40 ketika siswa praktik telah include
30 menjadi tugas dari guru pengampu
20 praktik.
10 c. Jobdesk secara rinci yang mengatur
0 pelaksanaan kesehatan dan
Sangat Tinggi Sedang Rendah Sangat keselamatan kerja di bengkel
Tinggi Rendah otomotif belum ada.
2. Input
a. Sistem dan prosedur penanganan sebesar 68,2%. Berdasarkan hasil
kecelakaan kerja belum ada di tersebut, menunjukkan bahwa
masing-masing sekolah. Selama ini siswa telah memiliki kesadaran
penanganan kecelakaan masih akan pentingnya penerapan
ditangani oleh bengkel, setelah kesehatan dan keselamatan kerja
dilakukan penanganan bengkel ada ketika praktik di bengkel otomotif.
laporan ke kepala sekolah melalui c. Kompetensi kesehatan dan
wakil kepala sekolah untuk keselamatan kerja untuk siswa
mengurus asuransi siswa apabila telah dimasukkan pada
terjadi kecelakaan yang serius. pembelajaran dasar ketika kelas X.
b. Guru-guru otomotif di masing- d. Pelatihan untuk guru-guru otomotif
masing sekolah belum pernah tentang kesehatan dan keselamatan
mengikuti pelatihan atau diklat kerja belum pernah diadakan.
yang berkompetensi di bidang Pelatihan-pelatihan yang ditujukan
kesehatan dan keselamatan kerja di untuk guru biasanya diadakan oleh
bengkel otomotif. dinas, sedangkan dari sekolah juga
c. Sarana prasarana yang tersedia di belum mengadakan pelatihan
masing-masing sekolah telah tentang K3.
memenuhi syarat sebagaimana 4. Product
yang diatur dalam peraturan a. Perencanaan, pelaksanaan, dan
menteri pendidikan nasional, evaluasi K3 di bengkel di masing-
meskipun untuk ukuran tiap-tiap masing sekolah tidak
stal belum sesuai dikarenakan terdokumentasi, selama ini hanya
keterbatasan lahan dan juga dalam dilaksanakan secara lisan.
proses penyempurnaan. b. Terbentuk sistem dalam penerapan
d. Sarana prasarana di masing-masing kesehatan dan keselamatan kerja di
sekolah pada kategori sangat tinggi bengkel otomotif yang melibatkan
dengan perolehan persentase manajemen, guru serta siswa yang
sebesar 68,2%. terwujud dengan tidak pernah ada
e. Sarana prasarana dari hasil kecelakaan yang terjadi di bengkel
observasi juga menunjukkan otomotif sekolah.
kategori tinggi dengan perolehan c. Pelaksanaan K3 di bengkel
persentase sebesar 80,6%. memiliki persentase tinggi sebesar
3. Process 82,5% yang bisa dikatakan selama
a. Penggunaan sarana prasarana ini pelaksanaan K3 di bengkel
secara maksimal oleh siswa pada otomotif telah berjalan dengan
kategori sangat tinggi dengan baik.
memperoleh persentase sebesar
59,9%. Berdasarkan hasil tersebut, DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan bahwa siswa telah
menggunakan sarana prasarana Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur
yang ada di bengkel sesuai Penelitian: Suatu Pendekatan
prosedur dan kegunaannya. Siswa Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
telah memanfaatkan sarana Arikunto, Suharsimi. (2001). Dasar-Dasar
prasarana yang ada di bengkel Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
ketika melakukan praktik. Bumi Aksara.
b. Motivasi dan kesadaran siswa Anwar, Syaiffudin. (2002). Metodelogi
terhadap kesehatan dan Research. Yoyakarta: Andi Offsed.
keselamatan kerja pada kategori
sangat tinggi dengan presentase
Daryanto. (2001). Keselamatan Kerja Penerapan Sistem Manajemen
Bengkel Otomotif. Jakarta: Bumi Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Aksara. Rahmat, P.S. (2009). Penelitian Kualitatif.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Jurnal EQUILIBRIUM Vol. 5 No. 9
Rencana Strategis Departemen Januari-Juni 2009, hal. 1-8.
Pendidikan Nasional. Jakarta: Universitas Brawijaya. Diperoleh
Kementerian Pendidikan Nasional. 24 Februari 2014, dari
Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012
Nasional. (2007). Visi, Misi, /11/Jurnal-Penelitian-Kualitatif.pdf
Kebijakan, Strategi dan Program Soedjono. (1985). Keselamatan Kerja Jilid
Kerja Keselamatan dan Kesehatan 2. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Kerja (K3) Nasional. Jakarta: Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian
Dewan Keselamatan dan Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.
Kesehatan Kerja Nasional (DK3N). Suma’mur. (2001). Keselamatan Kerja
Hadi, Sutrisno. (1983). Metodologi dan Pencegahan Kecelakaan.
Research. Yogyakarta: Yayasan Jakarta : PT. Gunung Agung.
Penerbitan Fakultas Psikologi Sutrisno. & Ruswandi, R. (2007).
UGM. Prosedur Keamaanan,
Koesterich, M. (2011). Review, Assessment Keselamatan dan kesehatan Kerja.
and Prioritization for an Jakarta: Yudistira.
Occupational Health and Safety Triatmidi, B. (2010). Kontribusi
Manajement System in a Veterinary Pemahaman dan Sikap Guru
Teaching Hospital Using The Tentang K3 Terhadap Pelaksanaan
ANSI/AIHA Z10 Standard. Thesis. K3 Dalam Pembelajaran Praktik
Colorado State University. Di Bengkel Mekanik Otomotif Se-
Md Deros, B., Ismail, A. R., Mohd Yusof, Kota Malang. Jurnal Teknologi dan
M. Y. (2012). Journal of Kejuruan Vol. 33, No. 1 Pebruari
Occupational Safety and Health 2010 : 43-54.
vol. 9, No. 1 June 2012, hal 1-6. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1
National Institute of Occupational Tahun 1970 tentang Keselamatan
Safety and Health (NIOSH). Kerja.
Ministry of Human Resource Wuon, A.B. (2013). Analisis Penerapan
Malaysia. Diperoleh 24 Februari Sistem Manajemen Keselamatan
2014 dari dan Kesehatan Kerja di PT
http://www.niosh.com.my/v3i/imag Kerismas Witikco Makmur Bitung.
es/journal/jun12-9.pdf Jurnal. Fakultas Kesehatan
Novriza. (2012). Modul Dasar Kompetensi Masyarakat Universitas Sam
Kejuruan: Menerapkan Prosedur Ratulangi Manado.
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Lingkungan Tempat Kerja.
Diperoleh 17 Februari 2014, dari
http://novrizalbinmuslim23.files.w
ordpress.com/2012/10/modul-
keselamatan-kerja.pdf
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia No : PER. 05/MEN/1996
tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 50 Tahun 2012 tentang

Potrebbero piacerti anche