Sei sulla pagina 1di 34

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA

DASAR 1
Transistor Sebagai Saklar dan Penguat
Dosen : Mada Sanjaya WS, Ph.D ;
Asisten Lab : Rafi Tajdidul Haq (1177030029)

Disusun Oleh :
Assa Prima Dasti Putri (1187030003)
Kelompok 8 :
Irsyad Mizan (1187030020)
Rizky Safarina Khoirunisa (1187030029)
Salma Azzahrah Muttaqin (1187030030)
Thalif Syawaludin (1187030038)

October 20, 2019

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2019

i
Abstract
Practicum has been carried out titled Transistors as Switches and Amplifiers. This
practicum aims to understand the function of the transistor as a switch, understand the
working principle of the transistor as a switch, understand the function of the transistor as
an amplifier, understand the working principle of the transistor as an amplifier, understand
the working principle of the buzzer, be able to analyze qualitatively on the test buffer, the
automatic light circuit, or on the circuit AC lamp (using a relay), Able to measure the
voltage at the buzzer, LED voltage, coil voltage and LDR resistance. In this practicum,
five types of experiments are carried out, the first is a buzzer experiment connected to a
container filled with water, the second experiment is a buzzer with transistors added to a
container of water. is an automatic LED circuit experiment (automatic garden lights) with
two variations (two types) namely with the LDR connected to the ground and the LDR
connected to the Vcc, and the last is the AC lamp experiment using a relay. The data
obtained in experiments 1 and 2 is whether the buzzer is on or not, the buzzer voltage is
also large, then in experiment 3 a different LDR resistance is obtained at varying the range
of light exposure, in experiment 4 both in type A and type B will be obtained the voltage
of the LED in dark and bright conditions, and for experiment 5 the voltage on the coil is
obtained both in the dark and bright conditions

Keywords: Transistors, Resistance, Voltage, Buzzer, LED, LDR

Abstrak
Telah dilaksanakan Praktikum yang berjudul Transistor Sebagai Saklar dan Penguat.
Praktikum ini bertujuan Memahami fungsi transistor sebagai saklar, Memahami prinsip
kerja transistor sebagai saklar,Memahami fungsi transistor sebagai penguat, Memahami
prinsip kerja transistor sebagai penguat, Memahami prinsip kerja dari buzzer, Mampu men-
ganalisis secara kualitatif pada percoban buzer, rangkaian lampu otomatis ,maupun pada
rangkaian lampu AC(menggunakan relay), Mampu mengukur besar tegangan pada buzzer,
tegangan LED, tegangan coil dan hambatan LDR. Pada praktikum ini dilakukan lima je-
nis percobaan yakni percobaan pertama adalah percobaan buzzer yang dihubungkan pada
wadah berisi air, yang kedua percobaan buzzer dengan ditambahakan transistor yang di-
hubungkan pada wadah air, ketiga adalah pengukuran besar resistansi LDR dengan vari-
asi jarak pemberian cahaya sebanyak 5 kali, yang keempat adalah percobaan rangkaian
LED otomatis(Lampu taman otomatis) dengan dua variasi(dau tipe) yaitu dengan LDR di-
hubungkan pada ground dan LDR dihubungkan dengan Vcc, dan yang terakhir adalh per-
cobaan lampu AC menggunakan relay. Adapun data yang ddidapat pada percobaan 1 dan
2 adalah apakah buzzer menyala atau tidak juga besar tegangan buzzernya, kemudian pada
percobaan 3 diperoleh besar resistansi LDR yang berbeda-beda pada variasi jarak pemebe-
rian cahaya, pada percobaan 4 baik pada tipe A dan tipe B akan diperoleh besar tegangan
LED pada kondisi gelap dan terang, dan untuk percobaan 5 diperoleh besr tegangan pada
coil baik dalam keadaan gelap maupun terang

Kata Kunci: Transistor,Resistansi, Tegangan, Buzzer , LED, LDR

i
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Elektronika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pengendalian arus listrik
yang dapat dioperasikan dengan cara mengontrol aliran elektron. Pengendalian elektron ini
terjadi di dalam ruang hampa atau ruangan yang berisi gas bertekanan rendah seperti tabung
gas dan bahan semi konduktor.

Di masa sekarang ini teknologi dan ilmu pengatahuan sudah banyak sekali berkembang
dan tentunya sangat membantu dalam kegiatan sehari-hari atau kehidupan manusia. Dirasakaan
pula bahwa teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat cepat dan pesat terutama
di bidang industri dan elektronika. Masyarakat cenderung menggunakan teknologi untuk me-
nunjang kinerja juga memenuhi kebutuhan manusia. Saat ini segala macam teknologi mema-
jukan perkembangan, perkembangan teknologi ini tentunya akan berimbas pada penggunaan
alat bantu manusia untu menjadikan pekerjaan manusia menjadi lebih mudah. Dengan perkem-
bangan teknologi yang terus berkembang tentunya perkembangan di bidang penelitian atau
sains pun berkembang pula, saat ini banyak sekali eksperimen-eksperimen sains yang meng-
hasilkan suatu alat baru, suatu fungsi baru atau suatu hal yang baru dan bermanfaat. Adapun
jika ingin melakukan proses penelitian lanjutan berdasarkan yang sudah dilakukan tentunya
akan lebih mudah, karena sudah ditemukan beberapa alat atau suatu fungsi yang mempermudah
setiap eksperimen yang sudah atau pernah dilakukan juga terus dikembangkan sesuai dengan
perkembangan zaman dan kemajuan teknologi.

Adapun salah satu bentuk kemajuan elektronika adalah dengan semakin berkembangnya
kegunaan transistor sebagai saklar dan penguat Cara kerja transistor sebagai saklar bisa disebut
juga sebagai saklar solid state, merupakan salah satu aplikasi utama untuk penggunaan transistor
dan transistor sebagai saklar digunakan untuk mengendalikan perangkat elektyronika dengan
daya tinggi, seperti motor, solenoid atau lampu, tetapi juga dapat digunakan dalam elektronika
digital dan sirkuit gerbang logika digital (Malvino, 1993). Seiring dengan perkembangan zaman
sebenarnya penggunaan transistor sebagai saklar masih memilki kekurangan yaitu kecilnya arus
beban yang mampu disaklarkan, jadi beban yang cocok harus dipilah-pilah terlebih dahulu. Jika
tidak anda akan menghabiskan banyak transistor sebab selalu rusak akibat dispasi daya yang
belebihan. Namun tentu saja terdapat kelebihan dari pensaklaran transistor ini yaitu bisa untuk
pensaklaran yang sangat cepat, tidak terjadi bouncing (seperti halnya pada pensaklaran mekanik
dengan relay). Karena tidak menggunakan peralatan mekanik seperti saklar-saklar umumnya,
maka transistor ini cocok untuk mensaklarkan rangkaian digital yang memerlukan kecepatan,
keakuratan serta hanya supply tegangan yang kecil.

1.2 Tujuan

ii
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu:

1. Memahami fungsi transistor sebagai saklar

2. Memahami prinsip kerja transistor sebagai saklar

3. Memahami fungsi transistor sebagai penguat

4. Memahami prinsip kerja transistor sebagai penguat

5. Memahami prinsip kerja dari buzzer

6. Mampu menganalisis secara kualitatif pada percoban buzer, rangkaian lampu otomatis
,maupun pada rangkaian lampu AC(menggunakan relay)

7. Mampu mengukur besar tegangan pada buzzer, tegangan LED, tegangan coil dan ham-
batan LDR

iii
2 Landasan Teori

2.1 Dasar Teori


Transistor Transistor adalah suatu komponen aktif dibuat dari bahan semikonduktor. Ada
dua macam transistor, yaitu transisitor dwikutub (bipolar) dan transistor efek medan (field ef-
fect transistor-FET). Transistor digunakan didalam rangkaian untuk memperkuat isyarat, artinya
isyarat lemah pada masukan diubah menjadi isyarat yang kuat pada keluaran. Transistor dwiku-
tub dibuat dengan menggunakan semikonduktor ekstrinsik jenis p dan jenis n.

Ketiga bagian transistor ini disebut emitter, basis, dan kolektor. Emitor berasal dari kata
bahasa Inggris “Emitter” yang berarti pengeluaran. Basis berasal dari kata bahasa Inggris ‘base’
yang berarti tumpuan atau landasan, dan kolektor berasal dari kata ‘collector’ yang berarti
pengumpul

Sutrisno:1968

Transistor merupakan versi modern dari tabung hampa. Ditemukannya transistor mampu
merubah kelanjutan duania eletronika. Sebagaimana dioda, transistor juga merupakan alat
semikonduktor. Secara sederhana transistor merupakan penggabungan dua buah dioda. Tran-
sistor memiliki dasar kegunaan sebagai berikut :

1. Sebagai penguat (amplifier)

2. Sebagai penghantar-pemutus arus (switch)

Berdasarkan susunan bahan semikonduktornya, maka transistor dibagi menjadi transistor PNP
(Positif-Negatif-Positif) dan transistor NPN (Negatif-Posistif-Negatif). Pemilihan jenis transis-
tor ini, berdasarkan desain rangkaian yang anda buat. Transistor memiliki 3 kaki masing-masing
diberi nama Emitor, Basis, kolektor

1. Penguat Operasional(Op-Amp)

Operational Amplifier atau di singkat op-amp merupakan salah satu komponen analog
yang sering digunakan dalam berbagai aplikasi rangkaian elektronika. Aplikasi op-amp
yang paling sering dipakai antara lain adalah rangkaian inverter, non-inverter, integra-
tor dan differensiator.Penguat operasional memilki dua masukan dan satu keluaran serta
memiliki penguatanDC yang tinggi. Untuk dapat bekerja dengan baik, penguat opera-
sional memerlukan tegangan catu yang simetris yaitu tegangan yang berharga positif(+V)
dan tegangan yang berharga negatif (V) terhadap tanah (ground).

iv
Figure 1: Simbol Penguat Operasional

2. Inverting Amplifier (Penguat Membalik)

Inverting Amplifier merupakan penerapan dari penguat operasional sebagai penguat


sinyal dengan karakteristik dasar sinyal output memiliki phase yang berkebalikan den-
gan phase sinyal input. Pada dasarnya penguat operasional (Op-Amp) memiliki faktor
penguatan yang sangat tinggi (100.000 kali) pada kondisi tanpa rangkaian umpan balik.
Dalam inverting amplifier salah satu fungsi pamasangan resistor umpan balik (feedback)
dan resistor input adalah untuk mengatur faktor penguatan inverting amplifier (penguat
membalik) tersebut. Dengan dipasangnya resistor feedback (RF) dan resistor input (Rin)
maka faktor penguatan dari penguat membalik dapat diatur dari 1 sampai 100.000 kali.

Figure 2: Rangkaian Penguat Pembalik

Figure 3: Sinyal Input dan Output Rangkaian Pembalik

Dalam percobaan untuk mendapatkan bentuk sinyal output dan sinyal input seperti di-
atas dapat digunakan osciloscope doble trace dengan input A osciloscope dihubungkan ke

v
jalur input penguat membalik (inverting amplifier) dan input B osciloscope dihubungkan
ke jalur output penguat mebalik tersebut. Dengan alat ukur osciloscope yang terhubung
seperti ini dapat dianalisa perbandingan sinyal input dengan sinyal output rangkaian pen-
guat membalik (inverting amplifier) secara lebih life dalam berbagai perubahan sinyal
input.

3. Non-Inverting Amplifier (Penguat Tak Membalik) Penguat Tak Membalik adalah rangka-
ian penguat operasional dasar lainnya. Ia menggunakan umpan dasar untuk menstabilkan
perolehan tegangan keseluruhan. Dengan jenis penguat ini, umpan balik negatif juga
menaikkan impedansi masukan dan menurunkan impedansi keluaran. Sebuah tegangan
masukan vin menggerakkan masukan nonpembalik. Tegangan masukan ini diperkuat
untuk menghasilkan tegangan keluaran in-phase seperti yang ditunjukkan. Bagian dari
tegangan keluaran diumpan balikan ke masukan melalui pembagi tegangan. Tegangan
pada R1 adalah tegangan umpan balik yang diberikan ke masukan pembalik. Tegangan
umpan balik ini besarnya hampir sama dengan tegangan masukan. Karena perolehan
tegangan kalang-terbuka yang tinggi, perbedaan antara v1 dan v2 menjadi sangat kecil.
Karena tegangan umpan balik berlawanan dengan tegangan masukan, kita memperoleh
umpan balik negatif. Berikut ini adalah bagaiman umpan balik negatif menstabilkan per-
olehan tegangan keseluruhan. Jika perolehan teganangan kalang-terbuka AOL bertambah
karena suatu hal, tegangan keseluruhan akan naik dan mengumpanbalikkan lebih banyak
tegangan ke tegangan masukan. Tegangan umpan balik yang berlawanan ini mengurangi
tegangan masukan. Tegangan umpan balik yang berlawanan ini mengurangi tegangan
masukan bersih v1-v2. Karena itu, meskipun AOL bertambah, tetapi v1-v2 turun, dan
keluaran akhir naik seperti jika tidak ada umpan balik negatif. Hasil keseluruhan per-
tambahan yang sangat kecil pada tegangan keluaran. Berikut ini menunjukkan rangkaian
ekuivalen AC sebuah penguat nonpembalik.

Figure 4: Rangkaian Penguat Tak Membalik

Dengan sinyal input yang diberikan pada terminal input non-inverting, maka besarnya
penguatan tegangan rangkaian penguat tak membalik diatas tergantung pada harga Rin
dan Rf yang dipasang. Besarnya penguatan tegangan output dari rangkaian penguat tak
membalik diatas dapat dituliskan dalam persamaan matematis sebagai berikut:

AV = (Rf Rin)+ 1

vi
Untuk membuktikan bahwa penguat tak-membalik akan menguatkan sinyal input sebe-
sar 2 kali dengan fasa yang sama dengan sinyal input. Dapat dibuktikan dengan mem-
berikan sinyal input berupa sinyal AC (sinusoidal) dan mengukurnya menggunakan os-
cilocope, dimana sinyal input diukur melalui chanel 1 osciloscope dan sinyal output
diukur dengan chanel 2 osciloscope. Sehingga diperoleh bentuk sinyal output dan sinyal
input penguat tak-membalik (non-inverting amplifier) seperti pada gambar berikut.

Figure 5: Sinyal Input dan Output Rangkaian Tak Membalik

Pada gambar diatas terlihat rangkaian penguat tak membalik diberikan inpul sinyal
AC dengan tegangan 1 Vpp. Dari gambar sinyal input dan output diatas terbukti bahwa
rangkaian penguat tak-membalik (non-inverting amplifier) diatas memiliki output yang
tegangannya 2 (dua) kali lebih besar dari sinyal input dan memiliki fasa yang sama dengan
sinyal input yang diberikan ke rangkaian penguat tak-membalik (non-inverting amplifier)
tersebut.

Cara Kerja Transistor Cara kerja transistor sebagai saklar bisa disebut sebagai saklar
solid state, merupakan salah satu aplikasi utama untuk penggunaan transistor dan transistor
sebagai saklar digunakan untuk mengendalikan perangkat elektyronika dengan daya tinggi,
seperti motor, solenoid atau lampu, tetapi juga dapat digunakan dalam elektronika digital dan
sirkuit gerbang logika digital (Malvino, 1993). Sudah diketahui bahwa transistor sebagai sak-
lar adalah salah satu fungsi dari transistor itu sendiri. Sifat saturasi dan cut off pada transistor
membuat nya memiliki karatersistik sebagai switch electric. Ketika Transistor berada dalam
kondisi saturasi maka tegangan dari Collector akan di lewatkan ke Emitor, Namun sebalik nya,
jika Transistor berada dalam kondisi cut off maka Tegangan tidak akan di lewatkan dari dari
collector ke emitter. Pemicu kondisi transistor berada pada kondisi saturasi maupun cut off di
tentukan oleh trigger pada kaki basis Transistor.
Surjono : 2007

Transistor NPN Struktur dari transistor ini diperoleh dengan menempatkan material semikon-
duktor type P diantara dua material semikonduktor type N. Agar dapat bekerja mengalirkan arus
yang lebih besar dari kolektor ke emitor maka diperlukan arus kecil bias pada kaki basisnya
berupa tegangan positif (+)

vii
Figure 6: Transistor

Figure 7: Transistor NPN

Cara Kerja Transistor NPN Jika pada kaki basis diberi tegangan bias maka arus pada
kolektro transistor akan mengalir pada ke kaki emitor. Jika pada tegangan bias ini diikuti dengan
adanya sinyal atau pulsa listrik yang akan dikuatkan maka pada kolektor pun akan menguatkan
sinyal seperti yang terdapat pada basisnya. Arus yang mengalir antara kaki basis dan emitor
berfungsi sebagai saklar untuk mengalirkan arus yang lebih besar dari kaki kolektor ke emitor.

Transistor PNP Transistor PNP diperoleh dengan menempatkan material semikonduktor


type N diantara dua material semikonduktor type P. Agar arus listrik dapat mengalir dari emitor
ke kolektor maka diperlukan tegangan negatif (-) pada kaki basisnya sesuai dengan tegangan
basisnya.

Figure 8: Transistor PNP

Cara Kerja Transitor PNP Ketika saklar dihubungkan arus listrik akan mengalir dari
positif baterai dan terhenti pada tanda panah karena transistor belum aktif (belum mendapatkan

viii
arus pemicu), dalam keadaan ini beban atau lampu belum mendapatkan arus listrik sehingga
lampu masih mati. Kemudian secara bersamaan ada arus pemicu yang mengalir dari positif bat-
erai menuju ke kaki Basic dan melewati resistor lalu berakhir ke massa (-), adanya arus pemicu
yang kecil tersebut akan membuka ‘gerbang’ transistor (mengaktifkan transistor) sehingga arus
yang terhenti pada tanda panah tadi akan lanjut mengalir ke kaki Collector, selanjutnya ke be-
ban yaitu lampu dan berakhir di massa (-) dengan demikian arus yang sesungguhnya tersebut
(arus yang sesungguhnya lebih besar dari arus pemicu) telah mengalir dari positif baterai lalu
ke kaki Emitor kemudian menuju kaki Collector dan menuju beban, dalam keadaan ini lampu
menyala. Transistor tipe PNP ini disebut juga sebagai pengendali positif.

Perbedaan Transitor NPN dengan PNP

Figure 9: Transistor NPN dan PNP

1. Perbedaan mendasar antara Transistor NPN dan Transistor PNP adalah Bias yang tepat
dari Persimpangan Transistor sebagai arah arus dan kutub tegangan selalu berlawanan
satu sama lain.

2. Pada transistor NPN arus listrik akan mengalir dari kaki kolektor menuju emitor ketika
basis diberi arus positif dan ditandai dengan tanda panah keluar

3. Pada transistor PNP arus listrik akan mengalir dari emitor menuju kolektor saat basis
diberi arus negative. Oleh karena itu pada transistor PNP ditandai dengan tanda panah
masuk kedalam pada kaki emitor

4. Pada transistor PNP kaki kolektor selalu terhubung dengan tegangan negatif sedangkan
pada transistor NPN kaki kolektor selalu terhubung dengan tegangan positif

5. Kaki emitor pada transistor PNP akan mengeluarkan arus negatif sedangkan pada transis-
tor NPN mengeluarkan tegangan positif

6. Kaki basis pada transistor PNP dikontrol dengan menggunakan tegangan negatif sedan-
gkan pada transistor NPN dikontrol menggunakan tegangan positif

ix
Transistor Sebagai Saklar Untuk LED Arus basis merupakan arus yang mengontrol
transistor, tanpa adanya arus basis atau arus basis sama dengan nol, maka transistor tidak akan
ON dan lampu juga tidak akan ON (lampu Off / mati terus). Oleh karena itu kita perlu menam-
bahkan sesuatu untuk memiliki arus basis. Ingat pada transistor NPN, arus basis merupakan
arus yang mengalir dari emitor ke basis (arah aliran arus berlawanan dengan arah simbol panah
pada emitor). Transistor akan mengalami perubahan kondisi dari menyumbat ke jenuh dan seba-
liknya. Transistor dalam keadaan menyumbat dapat dianalogikan sebagai saklar dalam keadaan
terbuka, sedangkan dalam keadaan jenuh seperti saklar yang menutup. Titik Kerja Transistor
Daerah Jenuh Transistor Daerah kerja transistor saat jenuh adalah keadaan dimana transistor
mengalirkan arus secara maksimum dari kolektor ke emitor sehingga transistor tersebut seolah-
olah short pada hubungan kolektor – emitor. Pada daerah ini transistor dikatakan menghantar
maksimum (sambungan CE terhubung maksimum) Daerah Aktif Transistor Pada daerah kerja
ini transistor biasanya digunakan sebagai penguat sinyal. Transistor dikatakan bekerja pada
daerah aktif karena transistor selelu mengalirkan arus dari kolektor ke emitor walaupun tidak
dalam proses penguatan sinyal, hal ini ditujukan untuk menghasilkan sinyal keluaran yang tidak
cacat. Daerah aktif terletak antara daerah jenuh (saturasi) dan daerah mati (Cut off). Daerah
Mati Transistor Daerah cut off merupakan daerah kerja transistor dimana keadaan transistor
menyumbat pada hubungan kolektor – emitor. Daerah cut off sering dinamakan sebagai daerah
mati karena pada daerah kerja ini transistor tidak dapat mengalirkan arus dari kolektor ke emi-
tor. Pada daerah cut off transistor dapat di analogikan sebagai saklar terbuka pada hubungan
kolektor – emitor.

Buzzer Sebuah komponen elektronika yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi getaran
suara. Buzzer ini biasa dipakai pada sistem alarm. Juga bisa digunakan sebagai indikasi suara.
Buzzer adalah komponen elektronika yang tergolong tranduser. Sederhananya buzzer mem-
punyai 2 buah kaki yaitu positive dan negative. Untuk menggunakannya secara sederhana kita
bisa memberi tegangan positive dan negative 3 - 12V.Buzzer adalah sebuah komponen elek-
tronika yang berfungsi untuk mengubah getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya
prinsip kerja buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan
yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi
elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah arus dan
polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan
akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan
menghasilkan suara. Buzzer biasa digunakan sebagai indikator bahwa proses telah selesai atau
terjadi suatu kesalahan pada sebuah alat (alarm).

Cara Kerja Buzzer Pada saat aliran listrik atau tegangan listrik yang mengalir ke rangka-
ian yang menggunakan piezoeletric tersebut. Piezo buzzer dapat bekerja dengan baik dalam
menghasilkan frekwensi di kisaran 1 - 6 kHz hingga 100 kHz. Buzzer ini bisa kita coba tanpa

x
Figure 10: Buzzer)

menggunakan board arduino yang diprogram. Jadi kita hanya beri inputan tegangan 3 - 12
V (Tegangan Kerja Buzzer). Buzzer mempunyai nilai impedansi sama seperi speaker. Jika
nilai impedansi kurang dari 10 ohm kita bisa langsung menghubungkan ke arduino dan jika
impedansi yang lebih besar kita akan membutuhkan driver untuk mengangkat arus yang masuk
ke buzzer. Kita bisa menggunakan rangkaian transistor

Transistor Buzzer Transistor Buzzer Jika kita menemui masalah buzzer yang tidak berbunyi
keras, kita butuh sebuah rangkaian penguat buzzer, rangkaian ini juga biasa dipakai sebagai pen-
guat relay, Rangkaian penguat atau komponen transistor. Sekarang kita bahas untuk penguatan
buzzer. Transistor adalah komponen semikonduktor. Rangkaian transistor penguat buzzer di-
gunakan jika buzzer mempunyai nilai impedansi lebih dari 10 ohm.

Figure 11: Rangkaian Penguat Transitor-Buzzer

Cara Kerja Transistor sebagai Penguat Prinsip kerja rangkaian penguat buzzer adalah
transistor yang dipasang sebagai komponen penguatan bekerja seperti saklar, sebagai sirkuit
pemutus dan penyambung. untuk detail pengertian transistor kita tidak bahas di artikel ini.
Mungkin artikel selanjutnya . Terus saja ikuti artikel web Ajifahreza.com gratis. Komponen
buzzer dengan transistor diatas menggunakan Transistor type NPN. Transistor bekerja jika basis
dari transistor diberi tegangan positive 5Vdc (mengikuti datasheet komponen transistor yang
dipakai). Tegangan VCC dari buzzer akan mengalir ke ground melewati buzzer sebagai beban
menyebabkan buzzer berbunyi. Didalam komponen transistor itu terjadi penguatan.

Potensiometer Sebuah Potensiometer (POT) terdiri dari sebuah elemen resistif yang mem-
bentuk jalur (track) dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan terminal lainnya (biasanya

xi
berada di tengah) adalah Penyapu (Wiper) yang dipergunakan untuk menentukan pergerakan
pada jalur elemen resistif (Resistive). Pergerakan Penyapu (Wiper) pada Jalur Elemen Resis-
tif inilah yang mengatur naik-turunnya Nilai Resistansi sebuah Potensiometer. Elemen Re-
sistif pada Potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran Metal (logam) dan Keramik
ataupun Bahan Karbon (Carbon). Berdasarkan Track (jalur) elemen resistif-nya, Potensiome-
ter dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu Potensiometer Linear (Linear Potentiometer) dan
Potensiometer Logaritmik (Logarithmic Potentiometer).

Figure 12: Potensiometer

Cara Kerja Potensiometer Potensio bekerja seperti resistor dengan semakin besar tahanan
maka output (volt) semakin kecil, dan sebaliknya semakin kecil tahanan (ohm) maka output
(volt) semakin besar. Ketika digunakan sebagai potensiometer, koneksi dibuat untuk kedua
ujungnya serta penghapus, seperti yang ditunjukkan. Posisi penghapus kemudian memberikan
sinyal output yang sesuai (pin 2) yang akan bervariasi antara level tegangan yang diterapkan ke
satu ujung trek resistif (pin 1) dan yang di sisi lain (pin 3).

Light Dependent Resistor (Photoresistor atau LDR) LDR yang disebut juga photore-
sistor pada prinsipnya yaitu sebuah resistor yang nilai resis-tansinya bergantung pada seberapa
banyak cahaya yang jatuh pada permukaan sensornya LDR yang disebut juga photoresistor
pada prinsipnya yaitu sebuah resistor yang nilai resistansinya bergantung pada seberapa banyak
cahaya yang jatuh pada permukaan sensornya. LDR ini Berfungsi untuk mengubah itensitas
cahaya menjadi hambatan listrik. Semakin banyak cahaya yang mengenai permukaan LDR
hambatan listrik semakin besar.

Cara Kerja LDR Photoresistor/ Foto Resistor pada dasarnya merupakan suatu resistor yg
memiliki nilai resistensi) bergantung kepada sedikit-banyaknya cahaya yg jatuh dipermukaan
sensor tersebut. Cara kerja LDR adalah pada malam hari karena tidak terkena cahaya menye-
babkan resistensinya menjadi bertambah besar, sebaliknya resistensinya menjadi kecil apabila
kena cahaya pada siang hari. LDR pada umumnya berkombinasi dgn sejumlah transistor hingga
membentuk rangakaian lampu yang otomatis.

xii
Figure 13: Rangkaian Photoresistor (LDR)

LED LED atau singkatan dari Light Emitting Diode adalah salah satu komponen elek-
tronik yang tidak asing lagi di kehidupan manusia saat ini. LED saat ini sudah banyak dipakai,
seperti untuk penggunaan lampu permainan anak-anak, untuk rambu-rambu lalu lintas, lampu
indikator peralatan elektronik hingga ke industri, untuk lampu emergency, untuk televisi, kom-
puter, pengeras suara (speaker), hard disk eksternal, proyektor, LCD, dan berbagai perangkat
elektronik lainnya sebagai indikator bahwa sistem sedang berada dalam proses kerja, dan bi-
asanya berwarna merah atau kuning. LED ini banyak digunakan karena komsumsi daya yang
dibutuhkan tidak terlalu besar dan beragam warna yang ada dapat memperjelas bentuk atau
huruf yang akan ditampilkan.

Figure 14: LED

Cara Kerja LED adalah salah satu jenis dioda maka LED memiliki 2 kutub yaitu anoda
dan katoda. Dalam hal ini LED akan menyala bila ada arus listrik mengalir dari anoda menuju
katoda. Pemasangan kutub LED tidak boleh terebalik karena apabila terbalik kutubnya maka
LED tersebut tidak akan menyala. Led memiliki karakteristik berbedabeda menurut warna yang
dihasilkan. Semakin tinggi arus yang mengalir pada led maka semakin terang pula cahaya yang
dihasilkan, namun perlu diperhatikan bahwa besarnya arus yang diperbolehkan 10mA-20mA
dan pada tegangan 1,6V – 3,5 V menurut karakter warna yang dihasilkan.

Relay Merupakan komponen elektronika berupa saklar atau switch elektrik yang diop-
erasikan secara listrik dan terdiri dari 2 bagian utama yaitu Elektromagnet (coil) dan mekanikal
(seperangkat kontak Saklar/Switch). Komponen elektronika ini menggunakan prinsip elektro-
magnetik untuk menggerakan saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat

xiii
menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Berikut adalah simbol dari komponen
relay.

Figure 15: Relay

Fungsi Relay Relay memiliki fungsi sebagai saklar elektrik, namun jika di aplikasikan ke
dalam rangkaian elektronika, relay memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah :

1. Mengendalikan sirkuit tegangan tinggi dengan menggunakan bantuan signal tegangan


rendah.

2. Menjalankan logic function atau fungsi logika.

3. Memberikan time delay function atau fungsi penundaan waktu.

4. Melindungi motor atau komponen lainnya dari korsleting atau kelebihan tegangan.

Cara Kerja Relay Pada sebuah relay terdapat 4 bagian penting yaitu electromagnet (coil),
Armature, Switch Contact Point (saklar) dan spring.

Figure 16: Struktur Sederhana Relay

Iron core(besi) yang dililitkan oleh kumparan coil berfungsi untuk mengendalikan iron
core tersebut. Ketika kumparan coil di berikan arus listrik, maka akan timbul gaya elektro-
magnet sehingga akan menarik Armature berpindah posisi yang awalnya NC(tertutup) ke posisi

xiv
NO(terbuka) sehingga menjadi saklar yang dapat menghantarkan arus listrik di posisi NO. Po-
sisi Armature yang tadinya dalam kondisi CLOSE akan menjadi OPEN atau terhubung. Arma-
ture akan kembali keposisi CLOSE saat tidak dialiri listrik. Coil yang digunakan untuk menarik
Contact Point ke posisi CLOSE umunnya hanyak membutuhkan arus llistrik yang relatif kecil.

xv
3 METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada Jumat, 18 Oktober 2019 pukul 07:30-09:30 WIB, di Labo-
ratorium Advance Physics Lantai 4, Laboratorium Terpadu UIN Sunan Gunung Djati Bandung
.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya adalah :

No Alat dan Bahan jumlah


1. PCB 1 buah
2. Project Board 1 buah
3. Resistor 20k(Ω), 220 (Ω), 2 buah
4. Potensiometer 1 buah
5. LED 1 buah
6. Transistor 1 buah
7. Kabel Jumper 1 buah
8. LDR 1 buah
9. Baterai 9 Volt 1 buah
10. Kancing Baterai 1 buah
11. Buzzer 1 buah
12. Relay 1 buah
13. Lampu AC 1 buah
14. Dudukan Lampu 1 buah

xvi
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Percobaan 1

Disiapkan alat dan bahan , disusun dan dirangkai alat dan bahan secara benar. Disiapkan
air dalam suatu wadah , kemudian disiapkan pula buzzer dan sumber tegangan baterai. Kutub
Negatif baterai dihubungkan dengan kabel jumper menuju wadah yang berisi air, kemudian
kutub positif baterai dihubungkan dengan buzzer yang kemudian dari buzzer pun ada yang
dihubungkan dengan kabel jumper menuju wadah yang berisi air . Diamati dan dianalisis secara
kualitatif apa yang terjadi, apakah buzzer berbunyi atau tidak. Dan diukur pula secara kuantitaif
besar tegangan buzzer tersebut.

3.3.1 Diagram Alir Percobaan 1

Mulai

Disiapkan semua alat dan bahan

Disusun dan dirangkai alat dan bahan secara benar

Disiapkan air dalam suatu wadah

Disiapkan pula buzzer dan sumber tegangan baterai

Kutub Negatif baterai dihubungkan dengan kabel jumper menuju wadah yang berisi air

kutub positif baterai dihubungkan dengan buzzer

Dari buzzer pun ada yang dihubungkan dengan kabel jumper menuju wadah yang berisi air

Diamati dan dianalisis secara kualitatif apa yang terjadi, buzzer menyala atau tidak

diukur pula secara kuantitaif besar tegangan buzzer tersebut.

3.3.2 Percobaan 2

Disiapkan alat dan bahan , disusun dan dirangkai alat dan bahan secara benar. Disiapkan
air dalam suatu wadah , kemudian disiapkan pula transistor, buzzer dan sumber tegangan bat-

xvii
erai. Transistor dihubungkan menggunakan kabel jumper kutub positif baterai (Vcc) juga pada
buzzer. Kemudian dari buzzer dihubungkan ke kutub negatif baterai (Ground). Dihubungkan
kabel jumper dari transistor menuju air yang terdapat dalam wadah. Diamati dan dianalisis
secara kualitatif apa yang terjadi, apakah buzzer berbunyi atau tidak. Dan diukur pula secara
kuantitaif besar tegangan buzzer tersebut.

3.3.2 Diagram Alir Percobaan 2

Mulai

Disiapkan semua alat dan bahan

Disusun dan dirangkai alat dan bahan secara benar

Disiapkan air dalam suatu wadah

Disiapkan pula transistor,buzzer dan sumber tegangan baterai

Transistor dihubungkan menggunakan kabel jumper kutub positif baterai (Vcc) juga pada buzzer

Dari buzzer dihubungkan ke kutub negatif baterai (Ground)

Dihubungkan kabel jumper dari transistor menuju air yang terdapat dalam wadah

Diamati dan dianalisis secara kualitatif apa yang terjadi, buzzer menyala atau tidak

Diukur pula secara kuantitaif besar tegangan buzzer tersebut.

3.3.3 Percobaan 3

Disiapkan semua alat dan bahan , seperti LDR dan lampu saklar atau flashlight dari smart-
phone. LDR disinari cahaya lampu atau flashlight dengan variasi jarak pemberian cahaya, di-
lakukan 5 variasi jarak pemeberian cahaya dan diukur besar resistansi LDR pada masing-masing
variasi jarak pemberian cahaya.

3.3.3 Diagram Alir Percobaan 3

xviii
Mulai

Disiapkan semua alat dan bahan, eperti LDR dan lampu saklar atau flashlight dari smartphone

D LDR disinari cahaya lampu atau flashlight dengan variasi jarak pemberian cahaya

Dilakukan 5 variasi jarak pemberian cahaya

Diukur besar resistansi LDR pada masing-masing variasi jarak pemberian cahaya

3.3.4 Percobaan 4

Tipe A

Disiapkan semua alat dan bahan yang digunakan, disiapakan potensiometer 20k (Ω),
resistor 220 (Ω), LDR, transistor dan sumber tegangan baterai. Semua alat dan bahan dis-
usun dan dirangkaia diatas project board.Dihubungkan potensio pada kutub positif baterai(Vcc)
juga dihubungkan pada LDR, dan dari LDR dihubungkan pula menuju kutub negatif baterai
(Groound). Dihubungkan pula dari potensiometer menuju transistor dan transistor dihubungkan
pada kutub positif baterai (Vcc) juga ke resitor 220 k (Ω)yang kemudian dari resitor tersebut
dihubungkan pada LED, dan LED dihubungkan pada kutub negatif baterai (Ground). Diamati
apa yang terjadi ketika kondisi gelap dan kondisi terang dengan memberi sumber cahaya dengan
jarak 1 cm, diukur pula tegangan pada kondisi gelap juga pada konidisi terang.

Tipe B

Disiapkan semua alat dan bahan yang digunakan, disiapakan potensiometer 20k (Ω), re-
sistor 220 (Ω), LDR, transistor dan sumber tegangan baterai. Semua alat dan bahan disusun
dan dirangkai diatas project board.Dihubungkan LDR pada kutub positif baterai(Vcc) juga di-
hubungkan pada potensiometer, dan dari potensiometer dihubungkan pula menuju kutub negatif
baterai (Groound). Dihubungkan pula dari LDR menuju transistor dan transistor dihubungkan
pada kutub positif baterai (Vcc) juga ke resitor 220 k (Ω) yang kemudian dari resitor tersebut
dihubungkan pada LED, dan LED dihubungkan pada kutub negatif baterai (Ground). Diamati
apa yang terjadi ketika kondisi gelap dan kondisi terang dengan memberi sumber cahaya dengan
jarak 1 cm, diukur pula tegangan pada kondisi gelap juga pada konidisi terang.

3.3.4 Diagram Alir Percobaan 4

Tipe A

xix
Mulai

Disiapkan semua alat dan bahan yang digunakan

Disiapakan potensiometer 20k ω, resistor 220 ω, LDR, transistor dan sumber

Semua alat dan bahan disusun dan dirangkaia diatas project boa

Dihubungkan potensio pada kutub positif baterai(Vcc) juga dihubungkan

Dari LDR dihubungkan pula menuju kutub negatif baterai (Groo

Dihubungkan pula dari potensiometer menuju transistor dan transistor dihubungkan pada kutub posi

dari resitor tersebut dihubungkan pada LED

LED dihubungkan pada kutub negatif baterai (Ground)

Diamati apa yang terjadi ketika kondisi gelap dan kondisi terang dengan memberi sumbe

Diukur pula tegangan pada kondisi gelap juga pada konidisi tera

Tipe B

xx
Mulai

Disiapkan semua alat dan bahan yang digunakan

Disiapakan potensiometer 20k ω, resistor 220 ω, LDR, transistor dan sumber tegan

Semua alat dan bahan disusun dan dirangkaia diatas project board

Dihubungkan LDR pada kutub positif baterai(Vcc) juga dihubungkan pada pote

Dari potensiometer dihubungkan pula menuju kutub negatif baterai (Groou

Dihubungkan pula dariLDR menuju transistor dan transistor dihubungkan pada kutub positif baterai

Dari resitor tersebut dihubungkan pada LED

LED dihubungkan pada kutub negatif baterai (Ground)

Diamati apa yang terjadi ketika kondisi gelap dan kondisi terang dengan memberi sumber cah

Diukur pula tegangan pada kondisi gelap juga pada konidisi terang

3.3.5 Percobaan 5

Disiapkan semua alat dan bahan yang digunakan, disiapakan potensiometer 20k ω,LDR,
transistor,relay,lampu AC dan sumber tegangan baterai. Potensiometer,transistor dan LDR dis-
usun diatas project board. Relay dan header disusun (disolder) diatas PCB. Pada project board
dihubungkan potensiometer pada kutub positif baterai(Vcc) juga dihubungkan pada LDR, dan
dari LDR dihubungkan pula menuju kutub negatif baterai (Groound). Dihubungkan pula dari
potensiometer menuju transistor dan transistor dihubungkan pada kutub positif baterai (Vcc)
juga ke coil 1 dan coil 2 dihubungkan pada kutub negatif baterail (Ground) sedangkan com
dihubungkan pada arus PLN, dan dari arus PLN ada yang dihubungkan pula menuju lampu AC
juga dari NC relay dihubungkan pada lampu AC. Diamati apa yang terjadi ketika kondisi gelap
dan kondisi terang dan diukur pula tegangan coil pada kondisi gelap juga pada konidisi terang.

xxi
3.3.5 Diagram Alir Percobaan 5

Mulai

Disiapkan semua alat dan bahan

Disiapakan potensiometer 20k ω,LDR, transistor,relay,lampu AC dan sumber tegangan baterai

Potensiometer,transistor dan LDR disusun diatas project board

Relay dan header disusun (disolder) diatas PCB.

Dihubungkan potensiometer pada kutub positif baterai(Vcc) juga dihubungkan pada LDR

Dari LDR dihubungkan pula menuju kutub negatif baterai (Groound)

Dari arus PLN ada yang dihubungkan pula menuju lampu AC

Dari NC relay dihubungkan pada lampu AC

Diamati apa yang terjadi ketika kondisi gelap dan kondisi terang

Diukur pula tegangan coil pada kondisi gelap juga pada konidisi terang

xxii
4 Data dan Pembahasan

4.1 Data Hasil Pengamatan


Setelah melakukan eksperimen, maka didapatkan hasil percobaan sebagai berikut.

• Percobaan 1

Kualitatif Kuantitatif (V)


Buzzer tidak menyala 5,62 V

• Percobaan 2

Kualitatif Kuantitatif (V)


Buzzer menyala 5,31 V

• Percobaan 3

x (cm) R LDR (Ω)


1 130
3 250
5 430
7 670
9 1960

• Percobaan 4

Kondisi Tegangan (V)


Tipe A Gelap 1,87
Terang 0

Kondisi Tegangan (V)


Tipe B Gelap 0,87
Terang 2,02

• Percobaan 5

Kondisi Tegangan (V)


Gelap 1,45
Terang 0,21

xxiii
4.2 Pembahasan
Prinsip Kerja LDR atau Photoresistor Prinsip kerja LDR sangat sederhana tak jauh
berbeda dengan variable resistor pada umumnya. LDR dipasang pada berbagai macam rangka-
ian elektronika dan dapat memutus dan menyambungkan aliran listrik berdasarkan cahaya.
Semakin banyak cahaya yang mengenai LDR maka nilai resistansinya akan menurun, dan
sebaliknya semakin sedikit cahaya yang mengenai LDR maka nilai hambatannya akan se-
makin membesar Saat siang hari (saat LDR terkena cahaya) LDR akan memiliki nilai tahanan
yang sangat kecil. Semakin terang cahaya yang mengenainya semakin kecil nilai tahanan
yang dimilikinya (bahkan bisa diabaikan besarnya). Kondisi ini akan menyebakan arus listrik
akan memilih untuk mengalir melewati LDR ini dan tidak akan melewati Resistor 1 Kilo ohm
yang terhubung ke basis transistor, (ingat prinsip arus listrik itu akan lebih suka mengalir
ke tempat yang tidak punya tahanan dan enggan untuk mengalir ke tempat yang tahanannya
tinggi).Kondisi ini akan membuat Transistor tidak dapat bekerja (seperti saklar terbuka) se-
hingga tidak ada arus yang mengalir dari kolektor ke emitor transistor. Ini artinya tidak ada arus
yang mengalir pada relay yang terpasang pada kolektor transistor.Karena relay tidak menda-
patkan arus listrik, maka relay tidak bekerja sehingga tidak dapat menarik saklar yang akan
menghubungkan arus listrik ac (PLN) ke lampu. Keadaan ini akan membuat lampu listrik
taman, rumah akan padamSaat malam hari (saat LDR tidak terkena cahaya) LDR akan memiliki
tahanan yang sangat besar sehingga tidak bisa di aliri arus listrik. Kondisi ini akan menyebabkan
arus listrik memilih R2 1 kilo ohm sebagai tempat mengalir.Ketika arus listrik mengalir ke basis
transistor (tentunya harus diatur agar tegangan basis ini besar dari tegangan kerja 0.7 volt) maka
transistor akan bekerja seperti sebuah saklar tertutup. Akibatnya akan ada arus listrik mengalir
dari kolektor ke emitor yang menyebabkan relay teraliri arus listrik.Ketika relay teraliri arus
listrik, maka relay akan bekerja menarik saklar sehingga saklar tertutup dan dapat mengalirkan
arus ac (PLN) ke lampu dan lampu akan menyala.

Nilai Hambatan LDR Besarnya tahanan LDR / fotoresistor dalam kegelapan mencapai
jutaan ohm dan turun sampai beberapa ratus ohm dalam keadaan terang. LDR dapat digu-
nakan dalam suatu jaringan kerja (network) pembagi potensial yang menyebabkan terjadinya
perubahan tegangan kalau sinar yang datang berubah. LDR digunakan untuk mendeteksi in-
tensitas cahaya, yang mana intensitas cahaya sendiri dinyatakan dalam dua satuan fisika, yaitu
lumens per meter persegi dan Watt per meter persegi. Kedua satuan itu agak berbeda. yang
satu berdasarkan pada kepekaan mata manusia, yang satu lagi berdasarkan energi listrik yang
dialirkan ke sumber cahaya.

Kondisi LED Besarnya arus colektor dipengaruhi oleh besarnya arus basis , jika arus
basis bertambah besar arus colektor juga bertambah besar atau conduktansi transistor semakin
baik (Conduktif). Jadi arus basis mengendalikan arus output . Jika tahanan basis (Rb) tidak
terhubung kemana-mana maka tidak ada arus basis (IB) hambatan transistor sangat besar Lampu
(L1) tidak menyala selanjutkan katakan saja transistor tidak menghantar.Ketika RB dihubung ke

xxiv
titik B yaitu positip baterai maka tegangan basis sangat rendah dan tidak terjadi arus basis (IB)
,jadi transistor tidak menghantar dan lampu (L1) tidak menyala.Jika RB dihubung ke titik A
yaitu dihubung ke negatip baterai lewat (L1) maka akan mengalir arus basis sehingga transistor
menghantar karena terjadi Arus emitor (IE) , IC , menuju negatip baterai lewat lampu dan lampu
menyala.Arus basis ditentukan juga besarnya hambatan basis (RB)makin kecil RB arus basis
akan makin besar.

Rangkaian LED Otomatis (Seperti Lampu Taman Otomatis) Ketika menggunakan


transistor NPN kaki basis haruslah dialiri oleh arus, yang artinya tegangan menuju basis harus-
lah lebih besar daripada tegangan di basis itu sendiri. Jika tidak seperti itu maka LED tidak
akan menyala, karena ketika resistansi tinggi nilai V atau tegangannya pun akan tinggi pula
menuju basis dan menyebabkan LED mati atau keadaan gelap sebagai efek dari transistor itu
sendiri. Dan pada penggunaan transistor PNP maka arus akan keluar dari kaki basis menuju
tegangan yang lebih rendah atau menuju Ground agar nilai resitansi nya rendah sehingga LED
akan menyala.Atau singkatnya adalah ketika RLDR tinggi, arus akan mengalir ke kaki basis
dan masuk ke transmitor hingga akhirnya transmitor aktif dan LED akan menyala, begitupun
sebaliknya ketika RLDR rendah arus akan mengalir ke LDR dan transmitor tidak aktif hingga
LED akan mati.

Cara Kerja Buzzer Adalah pada saat aliran listrik atau tegangan listrik yang mengalir
ke rangkaian yang menggunakan piezoeletric tersebut. Piezo buzzer dapat bekerja dengan baik
dalam menghasilkan frekwensi di kisaran 1 - 6 kHz hingga 100 kHz. Buzzer ini bisa kita coba
tanpa menggunakan board arduino yang diprogram. Jadi kita hanya beri inputan tegangan 3 -
12 V (Tegangan Kerja Buzzer). Buzzer mempunyai nilai impedansi sama seperi speaker. Jika
nilai impedansi kurang dari 10 ohm kita bisa langsung menghubungkan ke arduino dan jika
impedansi yang lebih besar kita akan membutuhkan driver untuk mengangkat arus yang masuk
ke buzzer. Kita bisa menggunakan rangkaian transistor

Analisis Data

Percobaan 1 dan 2 Pada percobaan 1 buzzer tidak menyala, sedangkan pada buzzer 2.
Hal ini dikarenakan pada percobaan 1 tidak digunakan transistor, sedangkan pada percobaan
2 digunakan trasnsistor. Sudah diketahui bahwa salah satu fungsi transistor adalah sebagai
penguat, pada percobaan 1 arus yang dialirkan dari baterai tidak kuat atau untuk membuat
buzzer menjadi berbunyi, sedangkan pada percobaan 2 dengan bantuan transistor, sehingga
arus dari baterai yang mengalir akan semakin besar atau kuat dan menyebabkan buzzer menjadi
berbunyi. Pada percobaan 1 besar tegangannya adalah 5,62 V, sedangkan pada percobaan 2
sebesar 5,31 V, adanya perbedaan tegangan ini disebabkan karena transistor yang ditambahkan.

Percobaan 3 Dilakukan dengan 5 kali variasi jarak, dapat diekathui berdasarkan data
yang didapat bahwa jauh sumber cahaya disorotkan pada LDR maka resistansi LDR pun akan

xxv
semakin besar, hal ini dikarenakan apabila sumber cahaya semakin jauh, maka kondisi pun akan
semakin gelap atau sumber cahaya yang sampai pada LDR semakin sedikit dan nilai resitansi
yang diterima oleh LDR akan semakin besar sehingga arus tidak akan melewati LDR namun
akan melewati transistor dan akan mengakibatkan LED akan menyala

Percobaan 4 Prinsip kerja dari rangkiaian pada percobaan 4 adalah fungsi lain dari LDR
yaitu menyerap cahaya dan menjadikan LED menyala. Dimana, LDR ini ditentukan oleh be-
sarnya nilai itensitas cahaya yang berada dilingkungan. Semakin besar intensitas cahaya yang
masuk maka semakin kecil nilai hambatannya. Sebaliknya, jika intensistas cahaya itu lebih ke-
cil maka besar nilai hambatan nya akan lebih besar. Dan pada kondisi inilah LED akan menyala
terang.Pada tipe A dalam keadaan gelap tegangannya bernin 1,87 V, sedangkan pada keadaan
terang tegangannya adalah 0V , ini artinya pada keadaan gelap tidak ada arus yang mengalir
sama sekali. Sedangkan pada tipe B dalam kondisi gelao besar tegangannya mendekati 0V
yaitu 0,87 V, ini artinya masih terdapat arus yang tersisa, dan untuk kondisi terang besar tegan-
gannya adalah 2,02 V. Perbedaan antara hasil tipe A dan tipe B dapat dikarenakan perbedaan
posisi LDR dan resistor (potensiometer) anatar tipe A dan tipe B, sehingga besar tegangan dan
keadaan nyala atau mati nya LED akan berbeda walaupun diberi perlakuan yang sama(terang
atau gelap)

Percobaan 5 Pemasangan relay lampu membuat nyala lampu menjadi lebih terang. Kom-
ponen relay akan menguatkan arus listrik yang menuju bagian lampu, sehingga membuat nyala
lampu menjadi lebih terang.Ketika LDR mendeteksi kenaikan suhu maka resistansi LDR akan
mengecil dan ketika resistansi LDR lebih kecil dari resistansi variabel resistor sebagai pembagi
tegangannya maka akan ada arus yang mengalir ke basis transistor, ketika itu juga relay akan
aktif dan led merah [ sebagai indikator adanya cahaya] sebaliknya jika cahaya yang dideteksi
LDR kecil maka resistansi pada LDR akan menjadi besar, dan ketika resistansi LDR lebih be-
sar dari pembagi tegangannya dalam rangkaian kali ini variabel resistor maka tidak akan ada
arus yang mengalir ke basis transistor, relay tidak aktif dan led merah[ sebagai indikator tidak
adanya cahaya. Dan lampu AC akan menyala ketika LDR dalam keadaan gelap. Pada saat kon-
disi gelap besar tegannya coilnya adalah 1,45 V sedangkan kondisi terangnya adalah hampir
mendekati nol atau 0,21 V. Ini artinya pada kondisi terang masih bukan berarti tidak ada arus
yang mengalir sama sekali, tetapi masih terdapat sisa arus yag sangat kecil sekali.Ini artinya
apda saat gelap arus mengalir menuju kaki basis, diteruskan oleh colector dan emitor juga ke
coil, com dan NO hingga lampu AC menyala, sedangkan pada kondisi terang tidak ada atau
sedikit sekali arus yang mengalir pada basis yang membuat lampu AC tidak menyala.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi percobaan ini antara lain adalah :

1. Keterbatasan kemampuan pengamatan.

2. Kesalahan paralaks.

xxvi
3. Adanya kesalahan atau keliru dalam merangkai alat dan bahan pada percobaan.

4. Adanya ketidaktepatandalam menyoroti LDR dengan suumber cahaya.

5. Adanya kesalahan atau kekeliruan dalam membaca skala resistansi dan tegangan pada
multimeter.

xxvii
5 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

Sudah diketahui bahwa salah satu fungsi dari transistor adalah sebagai saklar, Transistor
Sebagai saklar adalah salah satu fungsi dari transistor itu sendiri. Sifat saturasi dan cut off pada
transistor membuat nya memiliki karatersistik sebagai switch electric. Ketika Transistor berada
dalam kondisi saturasi maka tegangan dari Collector akan di lewatkan ke Emitor, Namun se-
balik nya, jika Transistor berada dalam kondisi cut off maka Tegangan tidak akan di lewatkan
dari dari collector ke emitter. Pemicu kondisi transistor berada pada kondisi saturasi maupun
cut off di tentukan oleh trigger pada kaki basis Transistor. Prinsip kerja trasistor sebagai saklar
adalah memanfaatkan kondisi jenuh dan cut-off suatu transistor, dimana kedua kondisi ini bisa
diperoleh dengan pengaturan besarnya arus yang melalui basis transistor. Kondisi jenuh atau
saturasi akan diperoleh jika basis transistor diberi arus cukup besar sehingga transistor men-
galami jenuh dan berfungsi seperti saklar yang tertutup. Sedangkan kondisi cut-off diperoleh
jika arus basis dilalui oleh arus yang sangat kecil atau mendekati nol ampere, sehingga transis-
tor bekerja seperti saklar yang terbuka. Sebenarnya seri dan jenis transistor memiliki spesifikasi
yang berbeda-beda mengenai arus yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi jenuh atau cut-
off. Tetapi biasanya tidak terlalu jauh berbeda kecuali terbuat dari bahan semikonduktor yang
berbeda (silikon atau germanium). Fungsi transistor sebagai saklar berbeda dengan fungsi tran-
sistor sebenarnya sebagai penguat. Sebagai penguat transistor akan bekerja pada titik Q atau
kondisi kerja transistor. Secara sederhana titik Q ini berada antara kondisi jenuh dan cut-off,
jadi pada kondisi ini transistor akan bekerja sebagai penguat.

Pada percobaan pertama dan kedua telah diketahui bahwa buzzer akan aktif atau berbunyi
ketika ditambahkan resistor, karena resitor disini fungsinya sebagai penguat . Ketika buzzer
tidak ditambah dengan transistor maka tidak akan berbunyi, hal ini dikarenakan buzzer tidak
terlalu kuat untuk mengalirkan arus dari sumber tegangan baterai.

Pada percobaan ketiga sudah diketahui bahwa Prinsip kerja lampu sensor cahaya , seperti
lampu Taman khususnya dilengkapi dengan satu buah sensor peka cahaya yang disebut ” Day
Light ”, sensor ini terbuat dari LDR (ligth Devident Resistor) yang terpasang didalam sensor,
sensor ini mendeteksi cahaya yang ada disekitarnya, apabila bagian atas sensor tertutup oleh
benda lain ataupun tidak ada cahaya yang masuk maka sensor akan bereaksi.Disaat hari mu-
lai gelap dan malampun tiba, maka sensor day light akan bekerja dan menghidupkan lampu,
sebaliknya pada saat hari mulai siang sensor pun akan bekerja dan mematikan lampu, begitu-
lah setiap harinya, tidak usah repot-repot menghidupkan atau mematikan lampu sebab sudah
bekerja secara otomatis.

Adapun Prinsip kerja dari rangkiaian pada percobaan 4 adalah fungsi lain dari LDR yaitu
menyerap cahaya dan menjadikan LED menyala. Dimana, LDR ini ditentukan oleh besarnya

xxviii
nilai itensitas cahaya yang berada dilingkungan. Semakin besar intensitas cahaya yang masuk
maka semakin kecil nilai hambatannya. Sebaliknya, jika intensistas cahaya itu lebih kecil maka
besar nilai hambatan nya akan lebih besar. Dan pada kondisi inilah LED akan menyala terang.

Pada percobaan terakhir sudah diketahui bahwa ketika resistansi LDR mengecil maka
arus akan mengalir ke transistor dan relay akan aktif juga dengan led merah[ sebagai indikator
adanya cahaya] dan jika cahaya yang dideteksi LDR kecil maka resistansi pada LDR akan men-
jadi besar, dan ketika resistansi LDR lebih besar dari pembagi tegangannya dalam rangkaian
kali ini variabel resistor maka tidak akan ada arus yang mengalir ke basis transistor, relay tidak
aktif dan led merah [ sebagai indikator tidak adanya cahaya. Sehingga ketika LDR disoroti sum-
ber cahaya lain maka lampu AC akan mati, namun ketika LDR tidak disoroti sumber cahaya
maka lampu AC akan hidup.Ketika dalam keadaan terang arus tidak akan mengalir menuju kaki
basis, sehingga tidak ada arus yang mengalir ke coil dan ke PLN dan lampu AC pun tidak akan
menyala, sedangkan pada keadaan gelap arus akan mengalir ke kaki basis dan terus mengalir
dari colector menuju emitor, sehingga dari emitor dialirkan menuju coil dan selanjutnya menuju
com hingga akhirnya ke NO dan PLN dan lampu AC pun menyala.

xxix
References
[1] Abdullah,Mikrajuddin,2017”Fisika Dasar II”.Bandung

[2] Karakteristik Transistor PNP http://myelectronicnote.blogspot.com/2018/06/karakteristik-


pnp-transistor.html.Diakses pada tanggal 18 Oktober 2019 Pukul 19.23 WIB

[3] Putra, Adi Maulana ”Lampu Taman Otomatis”17 Juni 2014


https://id.scribd.com/doc/230002661/Makalah-Lampu-Taman. Diakses pada tanggal
18 Oktober 201 pukul 19.17 WIB

[4] Prinsip Kerja dan Fungsi Transistor https://www.wikikomponen.com/prinsip-kerja-dan-


fungsi-transistor-npn-dan-pnp/. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2019 Pukul 19.20 WIB

[5] Prinsip kerja Lampu Sensor Cahaya 2 Desember 2015


http://www.sangpengajar.com/2015/12/inilah-prinsip-kerja-lampu-sensor-cahaya.html
Diakses pada tanggal 18 Oktober 2019 Pukul 19.25 WIB

[6] Prinsip Kerja Transistor Sebagai Saklar dan Karakteristiknya April, 13 2017
https://allitteknik.blogspot.com/2017/04/prinsip-kerja-transistor-sebagaisaklar.html Diak-
ses pada tanggal 18 Oktober 2019 Pukul 19.30 WIB

[7] Surjono, Herman.2007 ”Elektronika : Teori dan Penerapan”.Jember : Cerdas Ulet Kreatif

[8] Sutrisno,Hadi 1986 Metodelogi Research , Yogyakarta : Andi Offset

[9] Tipler, Paul A.,2001 ”Fisika untuk Sains dan Teknik” Jakarta :Erlangga

[10] Woolard,Harry. 2006 ”Elektronika Praktis”.Jakarta: Erlangga

xxx
LAMPIRAN

Figure 17: Percobaan 1

Figure 18: Percobaan 2

Figure 19: Percobaan 3

xxxi
Figure 20: Percobaan 4 Tipe A (Gelap)

Figure 21: Percobaan 4 Tipe A(Terang)

xxxii
Figure 22: Percobaan 4 Tipe B (Gelap)

Figure 23: Percobaan 4 Tipe B (Terang)

Figure 24: Percobaan 5 (Gelap)

Figure 25: Percobaan 5 (Terang)

xxxiii

Potrebbero piacerti anche