Sei sulla pagina 1di 15

Kredo 3 (2020)

KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra


Terakreditasi Sinta 4 berdasarkan Keputusan Direktorat
Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia
Nomor: 23/E/KPT/2019. 08 Agustus 2019
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/kredo/index

Diskriminasi Terhadap Etnik Tionghoa


dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari

Isqi Agustin Cahyaningtiyas 1, Candra Rahma Wijayaputra 2


Cahyanintiyas25@gmail.com1

Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang

Info Artikel : Abstract


Sejarah : The focus of this research is first to describe the domination of the State to the Chinese by force,
secondly to describe the purpose of the domination by the State of the ethnic Chinese. This research
Artikel uses Antonio Gramsci's perspective hegemony theory. The method of data collection in this study uses
Diterima 10 literature study, the researcher collects and reads a number of libraries that are related to the theory
Januari 2020 and the objects used, namely Entrok novels and the study of hegemony theory with a sociological
Disetujui 24 Maret approach to literature. In general, discrimination is a difference in attitude or treatment of fellow
citizens based on differences in ethnicity, class, economy, skin color and religion. The results of this
2020 study indicate (1) the dominance of the State over the ethnic Chinese by means of physical violence,
Dipublikasikan 29 mental violence and mental violence, (2) the purpose of the Domination Given by the State Against the
April 2020 Chinese Ethnic due to the injustice of the indigenous and ethnic Chinese communities, that is solely
eyes because of the ethnic Chinese conditions that are more fortunate and prosperous than those of
the indigenous people. That caused the State to make a decision by implementing an assimilationation
Keywords : policy that made it difficult for all Chinese ethnic activities.
hegemoni
Abstrak
gramsci, Fokus penelitian ini yaitu pertama mendeskripsikan dominasi Negara kepada Tionghoa dengan
discrimination, kekerasan, kedua mendekskripsikan tujuan dominasi yang dilakukan Negara terhadap Tionghoa.
Penelitian ini menggunanakan teori hegemoni perspektif Antonio Gramsci. Metode pengumpulan data
tionghoa penelitian ini menggunakan studi pustaka, yaitu peneliti mengumpulkan dan membaca beberapa
Kata Kunci : pustaka yang ada kaitannya dengan teori maupun objek yang dipakai, yaitu novel Entrok dan kajian
teori hegemoni dengan pendekatan sosiologi sastra. Secara umum diskriminasi merupakan pembedaan
hegemoni sikap atau perlakuan terhadap sesama warga negara berdasarkan perbedaan suku, golongan, ekonomi,
gramsci, warna kulit dan agama. Hasil penelitian ini menunjukkan (1) dominasi yang dilakukan negara
terhadap etnik Tionghoa dengan cara kekerasan fisik, kekerasan batin dan kekerasan mental, (2)
diskriminasi, tujuan dominasi yang diberikan negara terhadap etnik tionghoa karena adanya ketidak adilan
tionghoa masyarakat pribumi dan etik Tionghoa, hal itu semata-mata karena keadaan etnis tionghoa yang lebih
beruntung serta hidup makmur dibandikan dengan masyarakat pribumi. Hal itu menyebabkan Negara
mengambil keputusan dengan memberlakukan kebijakan asimilasi yang mempersulit segala kegiatan
etnik Tionghoa.

70 | Jurnal Kredo
Vol. 3 No. 2 April 2020
Kredo 3 (2020)
KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra
Terakreditasi Sinta 4 berdasarkan Keputusan Direktorat
Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia
Nomor: 23/E/KPT/2019. 08 Agustus 2019
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/kredo/index

PENDAHULUAN
Pada kenyatannya keberadaan
Indonesia merupakan negara dengan masyarakat etnik Tionghoa belum bisa
masyarakat yang memiliki latar diterima dengan baik oleh masyarakat
belakang yang berbeda. Baik dari suku pribumi Indonesia. Banyak pandangan
dan budaya. Dibalik keindahan negatif yang muncul dari pemikiran
perbedaan itu tentunya terdapat pribumi. Masyarakat keturunan Cina
permasalahan yang klasik bagi negara atau etnik Tinghoa dicurigai masih
indonesia. Hal ini dapat terjadi karena menjalin hubungan yang kuat dengan
sering terjadinya pertentangan antar tanah asli leluhurnya dan ditakutkan rasa
suku. Contohnya seperti pertentangan nasionalisme terhadap negara Indonesia
masyarakat pribumi dengan etnis diragukan serta dikhawatirkan
Tionghoa. melakukan penjajahan yang sma, yang
Awal pemerintahan Orde Baru, telah dilakukan oleh Belanda.
menunjukkan langgam libertarian yang Banyak peristiwa pahit yang dialami
nyata adalah langgam perpindahan oleh etnis Tionghoa di Indonesia, salah
dengan mencari format baru bagi satunya seruan kepada masyarakat
konfigurasi politik (Nurcahyo, 2016). pribumi untuk mengusir orang Tionghoa
Masa Orde Baru memberlakukan sistem yang memiliki status kewarganegaraan
kebijakan asimilasi. Menurut Park dan Cina. Tututan tersebut hasil reaksi dari
Burges (Romli, 2015) asimilasi adalah perdebatan antara pemerintah Indonesia
suatu proses interpretasi dan fusi. dan pemerintah Cina. Perdebatan itu
Melalui proses ini orang-orang dan tentang tuntutan pemerintah RRC
kelompok-kelompok memperoleh terhadap pemerintah Republik Indonesia
memori-memori, sentimensentimen, dan supaya menyediakan kapal bagi
sikap-sikap orang-orang atau kelompok- Tionghoa yang ingin kembali ke
kelompok lainnya, dengan berbagai negaranya. Dari hal tersebut pemerintah
pengalaman dan sejarah, tergabung republik Indonesia dianggap gagal
dengan mereka dalam suatu kehidupan dalam menjaga kepentingan etnis
budaya yang sama. Proses ini Tionghoa asing di Indonesia.
mencampurkan dua budaya atau lebih Kebijakan asimilasi pada masa
sehingga membentuk kebudayaan baru. Orde Baru terhadap etnis Tionghoa lebih
Golongan yang melakukan asimilasi ini ditekankan dan cenderung dipaksakan.
adalah golongan mayoritas dan golongan Tujuannya supaya menghilangkan
minoritas. Tionghoa merupakan etnis identitas ketionghoa-an dan didorong
yang banyak melakukan perpindahan menjadi lebih ke- “Indonesia”. Dalam
kedaerah lain, termasuk diantarannya masa kebijakan asimilasi dijalankan,
daerah barat dan Asia, baik dengan presiden Soeharto pribadi yang
hubungan perdagangan maupun menyatakan bahwa secara jelas dan
ekspedisi. Tionghoa merupakan etnis secepatnya warga negara Indonesia yang
yang mampu mempertahankan jati berdarah Cina, harus segera berintegrasi
dirinya ditempat, tanpa sedikitpun
menghilangkan kultur dan budayanya
(Khaliesh, 2014).

DISKRIMINASI TERHADAP ETNIK TIONGHOA DALAM NOVEL ENTROK | 71


KARYA OKKY MADASARI
1 2
Isqi Agustin Cahyaningtiyas , Candra Rahma Wijayaputra
Kredo 3 (2020)
KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra
Terakreditasi Sinta 4 berdasarkan Keputusan Direktorat
Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia
Nomor: 23/E/KPT/2019. 08 Agustus 2019
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/kredo/index

dan berasimilasi bersama masyarakat malaka karena keberhasilannya dalam


Indonesia asli (Suryadinata, 2014). menyelundupkan senjata, guna diberikan
Dalam masa ini ditetapkan peraturan kepada pejuang tanah air. Oei Hok San,
negara yang merajuk deskriminasi sebagai mantan tentara pelajar yang
kepada etnik Tionghoa diantarannya (1) berada di Kediri dengan perjuannya
pelarangan menggunakan Bahasa meninggalkan pesan untuk dibuatkan
Mandari dan festifal kebudayaan monumen yang berisi nama teman-
Tionghoa, pemerintah menutup sekolah temannya yang turut berjuang untuk
bahasa Mandarin dan menjadikan anak- Indonesia, dia tidak ingin orang-orang
anak keturunan Tionghoa wajib yang memperjuangkan Indonesia
mempelajari bahasa Indonesia (2) dilupakan begitu saja. Oei Tjong Hauw,
desakan mengganti nama yang berunsur sebagai salah satu anggota BPUPKI.
Indonesia sehingga muncul nama Gana Letkol Ong Tjong Bing, perannya
Dipanegara, (3) pembatasan untuk etnik merawat korban pertempuran 10
Tionghoa memasuki dunia politik, sipil, November yang dibawanya ke Malang.
dan militer, (4) etnik Tionghoa masih profesi dia sebagai dokter gigi yang
mendapatkan perlakuan tetap menjadi relawan bagi korban yang
(deskriminasi) yaitu dikenai prasangka membutuhkan perawatan.
rasial serta cenderung menjadi sasaran Terbukti dengan beberapa pahlawan
pandangan anti Cina (Adam, 2019: 3). di Indonesia tidak menyebutkan satupun
Secara umum diskriminasi etnis Tinghoa. Menurut Suryadinata
merupakan pembedaan sikap atau (Fittrya, 2013) ketiga etnis Tionghoa
perlakuan terhadap sesama warga negara memiliki leluhur sendiri dan
berdasarkan perbedaan suku, golongan, pemerintahan Cina menganggap orang-
ekonomi, warna kulit dan agama. orang Cina (etnis Tionghoa) sebagai
Adannya diskriminasi terhadap etnis warganegarannya. Hal itu menyebabkan
Tioghoa dilandasi dengan beberapa masyarakat asli pribumi Indonesia
alasan. Pertama etnis Tionghoa tidak meragukan rasa cinta etnis Tionghoa
memiliki tempat yang tetap di Indonesia terhadap Negara Republik Indonesia.
untuk menjadi wilayah mereka. Kedua Permasalahan yang terjadi pada
sebelum Perang Dunia II bangsa etnis Tionghoa di Indonesia terjadi
Indonesia tidak menganggap etnis secara kompleks, bukan hanya tentang
Tionghoa sabagai tokoh Nasionalis. identitas kebangsaanya melainkan juga
Terbukti dengan beberapa pahlawan masalah politik, ekonomi dan
di Indonesia tidak menyebutkan satupun kebudayaan yang mengalami perubahan.
dari etnis Tinghoa. Pada kenyatannya Hal ini terbukti ada beberapa kebijakan
ada banyak pahlawan dari etnis resmi yang dikeluarkan pemerintah pada
Tionghoa yang ikut andil dalam mas Orde Baru yang menyebabkan
memperjuangkan kemerdekaan nama baik etnis Tionghoa dinilai negatif.
Indonesia, contohnya seperti Lie Yun Menurut Suryadinata (Fittrya, 2013)
Fong yang jasanya selalu menulis surat kebijakan tersebut antara lain: (1)
kabar tentang perlawanan rakyat Intruksi presiden No. 14/1976 yang
Indonesia yang menolak bahwa bangsa berisi larangan kegiatan keagamaan,
ini masih dipimpin oleh Belanda. John kepercayaan dan adat Tionhoa di
Lie, yang dijuluki sebagai hantu selat Indonesia. (2) Surat Edaran No.
72 | Jurnal Kredo
Vol. 3 No. 2 April 2020
Kredo 3 (2020)
KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra
Terakreditasi Sinta 4 berdasarkan Keputusan Direktorat
Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia
Nomor: 23/E/KPT/2019. 08 Agustus 2019
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/kredo/index

06/Preskab/6/1967 yang isinya


mengolah bidang ekonomi. Menurut
menyatakan masyarakat Tionghoa harus Suryadinata (Dawis, 2013) diyakini 70%
mengubah namannya menjadi nama perekonomian di Negeri ini dan
yang berbau Indonesia. (3) SK Mentri merupakan 3 % dari 240 juta penduduk
Perdagangan dan Koperasi No.
yang berdomisilir di Indonesia. Dalam
286/1978 tentang pelangan Impor, tata pemerintahan Orde Baru membatasi
penjualan dan Penggunaan bahasa Cina. ruang gerak etnik Tionghoa. Kebijakan
(4) Surat edaranasimilasi pada masa Orde Baru menjadi
SE.02/SE/Ditjen/PPG/K/1978, yangpandangan negatif yang awet terhadap
melarang penerbitan dan percetakan etnik Tionghoa yang jaman dulu disebut
tulisan/iklan beraksara dan berbahasa “Cina” punya label non pribumi.
Cina di depan umum. (5) Peraturan Peluang etnis Tionghoa untuk
Menteri Perumahan No. 455.2-
berwirausaha dibebaskan dalam
360/1988, yang melarang penggunaan kebijakan ekonomi Orde Baru. Hal
lahan untuk mendirikan, memperluas tersebut menimbulkan kesenjangan
atau memperbarui Kelenteng. (6) sosial yang dirasakan oleh pribumi
Keputusan Presiden No. 56/1996 karena ketidak puasan pencapaian
bertanggal 9 Juli 1996. Isinya, semua ekonomi. Dalam kondisi ini
peraturan yang mensyaratkan SBKRI dimanfaatkan masa untuk melakukan
dihapus. Masa demokrasi terpemimpin aksi kerusuhan dengan bentuk
pemerintah Indonesia juga
pengerusakan dan penjarahan. Masa pilu
mengeluarkan peraturan yang dianggap yang dialami oleh etnik Tionghoa yaitu
mendeskriminatif etnik Tionghoa dalam pada masa Orde Baru di Indonesia.
bidang ekonomi yaitu, PP No.10/1959 Banyak peristiwa yang menelan banyak
yang berisi tentang larangan orang-orangkorban, mulai dari pembunuhan,
Tionghoa yang berada di pedesaan penyekapan, penjarahan dan
menciptakan adanya insiden. Dalam pengerusakan.
peraturan ini, pemerintah membatasi Etnik Tionghoa menjadi sasaran
secara tegas peran dan hak ekonomi empuk amuk massa dalam periode
etnis Tionghoa (Nurcahyo, 2016). Atas perubahan besar baik pada sektor
peraturan itu mereka hanyaperekonomian maupun dunia politik di
diperbolehkan berdagang sampaiIndonesia. Tragedi kerusuhan di Jakarta
wilayah kabupaten saja, tidak boleh padadan beberapa daerah lain pada bulan Mei
daerah kecamatan atau sampai pada tahun 1998 sebagai akibat dari krisis
wilayah desa-desa. Hal ini bertujuan ekonomi di Indonesia pada tahun 1997,
untuk para pedagang dan petani di desa mengakibatkan etnik tionghoa sebagai
dapat berkembang tanpa adanya orang target utama jarahan dan amuk masa.
asing yang membeli hasil pertanian Kerusuhan ini diawali oleh krisis
mereka. ekonomi Asia dan dipicu oleh tragedi
Permasalahan ekonomi yang rawan Trisakti, empat mahasiswa Universitas
di Indonesia menjadi penyebabTrisakti ditembak dan terbunuh dalam
timbulnya pertentangan warga asli bumi demonstrasi 12 Mei 1998. Selain faktor
dengan etnik Tionghoa. Etnik Tionghoa pemicu tersebut, sebab utama dalam
menjadi objek riri hati dan cacian sertatragedi ini adalah sebagai bentuk kritik
makian karena mereka terampil dalam terhadap pemerintah Orde Baru. Pada
DISKRIMINASI TERHADAP ETNIK TIONGHOA DALAM NOVEL ENTROK | 73
KARYA OKKY MADASARI
1 2
Isqi Agustin Cahyaningtiyas , Candra Rahma Wijayaputra
Kredo 3 (2020)
KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra
Terakreditasi Sinta 4 berdasarkan Keputusan Direktorat
Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia
Nomor: 23/E/KPT/2019. 08 Agustus 2019
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/kredo/index

kerusuhan ini tidak sedikit toko dan binasa perlahan, The last Crowd, Mata
perusahaan dihancur leburkan oleh amuk dan manusia laut, 86- English edition
massa terumata milik etnik Tionghoa. dan negeri para melus. Pengarang
Pusat kerusuhan terbesar terjadi di mengambil fakta sejarah pada masa
Jakarta, Medan dan Surakarta. Dalam Orde Baru di Indonesia era tahun 1950-
kerusuhan ini ratusan wanita etnik 1999 sebagai latar dalam novel tersebut.
Tionghoa yang diperkosa dan Dalam novel ini, penulis berusaha
mengalami pelecehan seksual. Sebagian menggambarkan kejadian atau peristiwa
diperkosa ramai-ramai, dianiaya dengan politik yang terjadi di negara republik
sadis dan dibunuh. Terjadinnya Indonesia dengan menghadirkan 1 tokoh
kerusuhan tersebut banyak etnik yang berkesan dan membawa alur cerita
Tionghoa meninggalkan Indonesia. dalam novel ini tidak monoton.
Amuk massa ini membuat pemilik toko Gambaran peristiwa tersebut
ketakutan dan mereka menulisi toko digambarkan dengan rinci oleh
mereka dengan tulisan “Milik Pribumi” pengarang, mulai dari adanya
atau “Pro-reformasi” karena massa akan pembatasan etnis Tionghoa melakukan
menyerang dan berfokus pada etnik segala bentuk kegiatan, sampai pada
Tionghoa.Tragedi ini mengakibatkan peran uang dan kekuasaan menjadi
penurunan jabatan Presiden Soeharto sangat penting pada masa Orde Baru.
dan di gantikan dengan B.J. Habibie. Kesewenangan dan ketidakadilan
Rekaman keadaan Indonesia pada digambarkan oleh penulis dengan
masa Orde Baru banyak dituangkan berbagai peristiwa. Kisah dalam novel
dalam karya sastra, seperti novel, buku, entrok sebenarnya sederhana, dua wanita
cerita pendek, artikel, opini atau bahkan yang hidup sangat sederhana penuh
naskah drama. Karya sastra terbentuk pejuangan melawan ketidakadilan dan
karena pengalaman pribadi penulis yang kesewenang – wenangan. Akan tetapi
digambarkan melalui tulisannya. Semua yang identik dari novel ini adalah
kejadijan terekam dalam karya sastra, muncul beberapa tema yang besar
yang dapat dinikmati oleh masyarakat. tentang pluralisme, feminisme, politik,
Salah satunya seperti novel Entrok karya profesi, agama dan kepercayaan. Novel
Okky Madasari yang terbit pada tahun ini menjadi bahasan kompleks tentang
2010 (Madasari, 2010). Novel Entrok di kehidupan nyata dalam masyarakat
tulis oleh Okky Madasari. Okky Madasri pedesaan yang tertindas.
adalah seorang pengarang Indonesia Pengarang mengambil fakta sejarah
yang memenangkan karya sastra pada masa Orde Baru di Indonesia era
katulistiwa dengan karya sastranya. tahun 1950-1999 sebagai latar dalam
Okky lahir di Magetan pada tanggal 30 novel tersebut. Kisah dalam novel entrok
Oktober 1984. Dia pernah menempuh sebenarnya sederhana, dua wanita yang
pendidikan di Universitas Indonesia dan hidup sangat sederhana penuh pejuangan
Universitas Gadjah Mada. Karya- melawan ketidakadilan dan kesewenang
karyannya sudah banyak dikenal banyak – wenangan. Akan tetapi yang identik
orang, mulai darai novel pasung jiwa, dari novel ini adalah muncul beberapa
Maryam, kerumunan terakhir, Mta Di tema yang besar tentang pluralisme,
Tanah Melus, The Out Cast, Mata dan feminisme, politik, profesi, agama dan
Rahasia Pulau Gapi, Yang bertahan dan kepercayaan. Novel ini menjadi bahasan
74 | Jurnal Kredo
Vol. 3 No. 2 April 2020
Kredo 3 (2020)
KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra
Terakreditasi Sinta 4 berdasarkan Keputusan Direktorat
Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia
Nomor: 23/E/KPT/2019. 08 Agustus 2019
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/kredo/index

kompleks tentang kehidupan nyata ibadahnya di Klenteng, jika tetap


dalam masyarakat pedesaan yang menjalankan maka ancaman dan
tertindas. hukuman diberlakukan. Melawanpun
Dalam novel Entrok masa Orde tetap ada hukuman yang harus diterima
Baru digambarkan oleh pengarang yaitu dipenjara dan dianggap PKI,
secara gamblang. Pengarang musuh Negara. Hal ini dianggap sebagai
menggambarkan peranan kekuasaan dan etnik Tionghoa belum dianggap resmi
uang pada masa Orde Baru menjadi hal sebagai agama resmi oleh pemerintah.
yang sensitif bagi masyarakat Indonesia. Penelitian terkait dengan kekuasaan
Dalam masa Orde Baru kekuasaan pemerintah di era orde baru dan terekam
seringkali dimanfatkan untukdalam karya sastra telah muncul pada
menyelesaikan suatu masalah, sebab beberapa tulisan sebelumnya. Pertama,
kekuasaan memiliki pengaruh yang tulisan Fransiska Rini Wiharjo (Wiharjo,
sangat besar. Uang menjadi2018) dengan judul penelitiannya
landasannya, dengan memberikan uang Bentuk-bentuk Hegemoni dan Counter
kepada masyarakat yang berpangkat atau Hegemoni Dalam Novel Entrok
yang berkuasa masalah bisa selesai Perspektif Antonio Gramsci yang
tanpa rumit. berfokus pada konflik sosial dan aliensi
Penyalahgunaan kekuasaan yang dalam novel. Dalam penelitiannya
dilakukan oleh penguasa dalam masa penulis menggunakan pendekatan
Orde Baru, menjadi pencekik leher bagi struktural dengan memfokuskan struktur
masyarakat. Kekuasaan dalam masa karya sastra itu sendiri. Hasil dari
Orde Baru menjadi hal yang terpusat tulisanya adalah tokoh utama yang juga
bagi sebagian para petinggi, kekuasaan menjadi tokoh antagonis adalah Marni,
tersebut dijalankan oleh beberapa orang ibu dari Rahayu. Marni dianggap
yang berkuasa dari golongan atau sebagai tokoh penggerak alur dalam
kelompok tertentu. Adannya hal tersebut cerita novel. Rahayu sebagai tokoh
tentunnya pemerintah juga tidak protagonis digambarkan sebagai tokoh
memahami partisipasi publik dalam kedua penggerak alur cerita. Bentuk
dunia politik secara kesepakatan (diskusi
hegemoni menurut penulis ini dibagi
politik dan menyumbang suara dalam dalam dua wilayah, wilayah sipil dan
pemilu) maupun tidak mengikuti wilayah politik. Penelitian kedua yang
kesepakatan umum (demo dan unjuk ditulis oleh Nurul Khotimah
rasa). Dalam novel Entrok juga (Khotimah, 2014) dengan judul
digambarkan oleh pengarang tentang penelitiannya Diskriminasi Tokoh
diskriminasi terhadap etnis Tionghoa Perempuan Etnis Tionghoa Dalam
yang diperlakukan secara tidak adil. Novel Dimsum Terakhir Karya Clara
Diskriminasi etnik Tionghoa yang Ng. Ada banyak fokus di dalam
dilakukan negara dalam novel Entrok tulisannya salah satunya adalah respon
dilakukan dengan cara memberikan tokoh perempuan etnis Tionghoa dalam
kekerasan. Etnik Tionghoa dalam novel melawan diskriminasi dalam novel
Entrok menjadi kaum yang di anggap Dimsum. Hasil dari penelitian tersebut
oleh para penguasa sebagai sasaran respons tokoh perempuan etnis
kaum yang tertindas. Seperti peraturan Tionghoa dalam melawan diskriminasi
tidak diperbolehkan menjalani ritual dibedakan menjadi dua yaitu respon
DISKRIMINASI TERHADAP ETNIK TIONGHOA DALAM NOVEL ENTROK | 75
KARYA OKKY MADASARI
1 2
Isqi Agustin Cahyaningtiyas , Candra Rahma Wijayaputra
Kredo 3 (2020)
KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra
Terakreditasi Sinta 4 berdasarkan Keputusan Direktorat
Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia
Nomor: 23/E/KPT/2019. 08 Agustus 2019
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/kredo/index

menolak dan menerima. Respon yang tentara. Cara persuasi dilakukan dengan
paling dominan adalah respon dalam cara menghegemoni kelas bawah. Cara
menolak tindak diskriminasi. Bentuk itu dilakukan dengan menanamkan
dari sikap penolakan tersebut berupa gagasan dan ideologi yang bisa diterima
tindakan verbal dan sikap mengritisi tanpa harus ada penolakan. Gramsci
tindak diskriminasi. melihat bahwa hegemoni adalah praktik
Pentingnya penelitian ini ditulis dua arah dari dua hubungan yang
untuk mendeskripsikan diskriminasi subordinasi, yaitu kekuasaan negara
negara terhadap etnik Tinghoa dalam kaum borjuis dan kelas buruh
novel Entrok dan mendeskripsikan (Hutagalung, 2004). Dua wilayah
tujuan dominasi Negara terhadap etnik menutut Gramsci dalam suatu negara
Tionghoa. Penelitian ini ditulis dengan dunia masyarakat sipil dan masyarakat
harapan dapat menjadi sumbang pikir politik. Bagi Gramsci hal terpenting
bagi dan bermanfaat bagi kehidupan dalam hegemoni adalah pentingnya
pembaca. Serta menjadi refrensi dalam kepemimpinan dan upaya-upaya untuk
dunia kesastraaan. Fokus penelitian ini memenangkan kekuasaan pemerintah
yaitu pertama dominasi negara kepada supaya ada kepuasan tersendiri.
Tionghoa dengan kekerasan, kedua Alasan munculnya hegemoni yaitu
tujuan dominasi yang dilakukan negara terpenuhinya akses dalam ruang material
terhadap etnik Tionghoa. dan saluran menyuarakan gagasan dari
kelas proletar adalah argumentasi alasan
KAJIAN TEORI kelas yang idamkan Marx tidak tercapai
(Wiharjo, 2018).
SELAIN KEKUASAAN Sesuai dengan konsep hegemoni
DENGAN CARA DOMINASI ATAU menurut pendapat Gramsci di atas,
KEKERASAN, juga muncul kekuasaan dalam novel Entrok tergambar jelas
dalam bentuk moral dan intelktual. bahwa konsep hegemoni dijalankan oleh
Kekuasaan ini diistilahkan dengan penguasa. Artinnya sistem politik di
hegemoni. Hegemoni memiliki Indonesia pada masa Orde Baru
keterkaitan erat dengan konsep dan menerapkan konsep hegemoni yang
ideologi. Konsep hegemoni menurut dilakukan oleh beberapa oknum elite.
Antonio Gramsci adalah suatu kelas dan Dalam novel Entrok sanksi atau
anggotannya menjalankan kekuasaannya hukuman sering kali diberikan penguasa
terhadap beberapa kelas yang kepada masyarakat yang melanggar
dibawahnya dengan dua cara yaitu ketentuan, kebijakan, atau aturan-
persuasi dan kekerasan (Hefni, 2012). atauran yang telah ditentukan. Dalam hal
Antonio Gramsci merupakan seorang ini ketentuan, kebijakan, atau aturan
teoritikus politik yang lahir di Ales, tersebut merupakan bagian dari
Italia dan meninggal pada 27 April kekuasaan penguasa. Secara tidak
1937. langsung terdapat ancaman kepada
Kekerasan yang dilakukan oleh masyarakat yang di sebabkan adanya
kelas atas terhadap kelas bawah dengan ketentuan, kebijaran dan peraturan yang
cara mendominasi kelas bawah. diberlakukan oleh penguasa. terlebih
Kekerasan dilakukan melalui orang- jika ada yang melakukan penolakan atau
orang negara seperti polisi, hakim dan
76 | Jurnal Kredo
Vol. 3 No. 2 April 2020
Kredo 3 (2020)
KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra
Terakreditasi Sinta 4 berdasarkan Keputusan Direktorat
Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia
Nomor: 23/E/KPT/2019. 08 Agustus 2019
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/kredo/index

pemberontakan atas tindakan dari


penguasa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN
Dominasi Negara Kepada Tionghoa
Penelitian ini menggunanakan teori dengan Kekerasan
hegemoni perspektif Antonio Gramsci. Dominasi yang dilakukan negara
Teori hegemoni merupakan acuan ilmu terhadap tionghoa dalam novel Entrok
atau pendapat yang merujuk pada terjadi pada tokoh yang bernama Koh
bentuk-bentuk pengaruh kepemimpinan, Cahyadi. Dalam novel Entrok
dominasi, kekerasan dan sebagainya dari digambarkan Koh Cahyadi adalah
sebuah Negara. Pendekatan yang keturunan Tionghoa. Peran Koh Cahyadi
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai kenalan dan rekan bisnis Marni.
pendekatan sosiologi sastra. Metode Koh Cahyadi memiliki usaha toko
pengumpulan data dalam penelitian ini eletronik yang besar dan terbilang sukses
menggunakan studi pustaka, yaitu di pasar besar. Setiap Marni ingin
peneliti mengumpulkan dan membaca membeli barang elektronik atau
beberapa pustaka yang ada kaitannya kendaraan, selalu meminta bantuan
dengan teori maupun objek yang kepada Koh Cahyadi untuk
dipakai, yaitu novel Entrok dan kajian mencarikannya. Negara mendominasi
teori hegemoni dengan pendekatan etnik Tionghoa dalam novel Entrok yaitu
sosiologi sastra. Pendekatan sosiologi dengan ancaman yang berkelanjutan.
sastra merupakan pendekatan yang Dalam artian jika ancaman pertama telah
mengorientasikan manusia atau diberikan dan etnik Tionghoa tetap saja
masyarakat kepada alam semesta melanggar maka tindakan Negara yaitu
sehingga pandangan yang dihasilkan dengan memenjarakan orang tersebut.
sama persis dengan yang dihasilkan oleh orang tersebut juga dituduh PKI karena
penulis atau pengarang, serta pembaca dianggap melanggar dan membangkang
dapat mengadapi kenyataan yang benar- peraturan negara. Hal ini bisa terjadi
benar nyata di lingkungan masyarakat. sebab di Indonesia tetulis dua peristiwa
Selain menggunakan studi pustaka yang menjadi akar trauma oleh etnis
peneliti menggunakan teknik simak dan Tionghoa, yaitu, peristiwa G30S PKI
catat. Kedua teknik ini bertujuan sebagai dan tahun 1965 kerusuhan Mei 1998 (F.
sarana pendukung berupa hal-hal penting Eriyanti, 2006) Dari dua peristiwa
yang terdapat dalam objek dan beberapa tersebut etnis Tionghoa menjadi sasaran
teks yang dijadikan sebagai bukti utama masyarakat pribumi, sehingga
terjadinya peristiwa. Sumber data utama sampai pada masa Orde Baru masyarakat
dalam penelitian ini adalah novel Entrok Tionghoa masih mendapatkan perilaku
karya Okky Madasari yang diterbitkan yang tidak adil dan bersifat diskrimintif
PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, oleh pemerintah.
Tahun terbit 2017 (cetakan keempat) Kekerasan secara umum dikatakan
dengan tebal buku 282 halaman. Data Galtung (L. D. Eriyanti, 2018) sebagai
dalam penelitian ini adalah frasa, kata sesuatu penghalang yang seharusnya
dan kalimat yang berhubungan dengan dapat dihindari. Kekerasan ini dapat
fokus penelitian dalam penelitian ini. menyebabkan seseorang tidak bisa
DISKRIMINASI TERHADAP ETNIK TIONGHOA DALAM NOVEL ENTROK | 77
KARYA OKKY MADASARI
1 2
Isqi Agustin Cahyaningtiyas , Candra Rahma Wijayaputra
Kredo 3 (2020)
KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra
Terakreditasi Sinta 4 berdasarkan Keputusan Direktorat
Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia
Nomor: 23/E/KPT/2019. 08 Agustus 2019
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/kredo/index

mengaktualisasikan dirinya sendiri Terbukti atas permintaan maaf dari


dengan wajar. orang tersebut kepada penguasa politik
Pada jaman Orde Baru banyak yang dipanggil dengan ndan. Mengemis
masyarakat Indonesia yang sangat dan memohon perminta maaf sebagai
tunduk terhadap peratuhan negara walau bentuk ketundukan masyarakat terhadap
bukan keturunan orang Cina atau asli penguasa. Pada data tersebut
orang Cina. Hal ini dibuktikan pada data menceritakan tentang tokoh utama yaitu
berikut. Marni ketika dimintai uang keamanan,
akan tetapi Marni memberikan
(1) “ Aku tak tahu apa itu klenteng. perlawanan. Akhirnya timbul sedikit
Cik Ellin sepertinya ,engerti keributan antara Marni dan salah satu
ketakutanku. Katanya kelenteng oknum penguasa yang dipanggil ndan.
itu tempat orang-orang China Ketika itu suami dari Marni, Tejo
menyembah leluhur. Mereka melerai dengan meminta maaf kepada
menyimpan abu nenek moyang oknum penguasa tersebut dan pura-pura
dalam guci yang disimpannya menyalahkan istrinya, Marni. Uang
di kelenteng, lalu berdoa di keamanan pada masa Orde Baru
sana. Sejak goro-goro PKI, diartikan sebagai uang sogokan yang
orang tidak boleh lagi ke harus dibayar masyarakat setiap bulan.
kelenteng . kelenteng-kelenteng Uang itu tidak untuk disumbangkan ke
ditutup.” (Madasari, 2010:108). negara, akan tetapi uang itu menjadi hak
milik pribadi penguasa. Semakin
Pada data tersebut terdapat unsur kedudukannya tinggi pembayaran uang
ketakukatan terhadap peraturan politik keamanan setiap bulan semakin tinggi
yang berlaku. Seakan-akan masyarakat juga. tergantung dari status sosialnya.
buta kebebasan, terkekang dan segala Kesewang-wenangan juga
apapun dibatasi. Pada masa itu dijadikan patokan untuk masyakat
masyarakat tunduk terhadap segala menghornati penguasa. Tindakan
apapun yang diperintahakan oleh oknum kekerasan yang berupa ancaman dan
penguasa. Masyarakat tidak berdaya hukuman menjadi cambuk bagi
memberikan perlawanan yang kuat, masyarakat Indonesia asli dan
selama masa yang dijalani berangsur masyarakat keturunan Cina. Bukti
lama. Data berikut sebagai bentuk kesewenangan penguasa politik akan
tunduknya masyarakat terhadap dibuktikan pada data berikut.
penguasa politik.
(3) “Hei, kang ! kowe kok kurang
(2) “Mohon maaf ndan, Istri saya ini ajar begitu ! kami ini petugas.
memang tidak tahu mana yang Ke sini bukan mau minta jatah.
benar dan mana yang salah. Kami hanya mau menjaga
Maaf, ndan. Beribu maaf, ndan. keamanan! Kata Sumadi dengan
Monggo datang lagi minggu keras. Jarinya menunjuk-nunjuk
depan, nanti kami siapkan jatah muka Bapak.” (Madasari,
untuk uang keamanan.” 2010:71).
(Madasari, 2010:71)

78 | Jurnal Kredo
Vol. 3 No. 2 April 2020
Kredo 3 (2020)
KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra
Terakreditasi Sinta 4 berdasarkan Keputusan Direktorat
Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia
Nomor: 23/E/KPT/2019. 08 Agustus 2019
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/kredo/index

Pada data tersebut jelas terlihat dan pemukulan atau aniaya. Kekerasan
jabatan menjadi kunci utama penguasa verbal seperti hujatan atau penghinaan.
politik untuk bersikap sewenang-
wenang. Pada dasarnya ketika masa (5) “Sekilas,dari pintu toko yang
Orde Baru siapa yang mempunyai terbuka separuh, aku bisa
jabatan maka orang itu bisa melakuakn melihat Koh Cayadi duduk di
sewenang-wenangnya. Kekuasaan kursi yang biasa didudukinnya
pemegang kunci utama dalam masa Orde setiap hari. Disitu dia biasa
Baru. menerima pembayaran dari
orang-orang yang membeli
(4) “Ya,aku memang tidak tahu apa- dagangannya. Satu tentara
apa tentang masalah Koh duduk di kursi hadapanya, dua
Cayadi. Aku hanya orang desa yang lain berdiri. Salah satu
yang bodoh yang kebetulan tentara yang berdiri berbicara
rumahnya ditumpangi buronan. sambil menunjuk-nunjuk muka
Benar begitu kan? Koh Cayadi. Muka Koh Cayadi
“dia akan dipenjara?” tanyaku. pucat pasi, dia sama sekali tak
“pasti. Dia sudah melawan bicara. Sekilas aku juga melihat
Negara. Mau jadi PKI apa!” tiga pegawai Koh Cayadi duduk
“salah dia apa to, ndan? Nggak di lantai, di belakang
ada bedanya sama kita yang bikin majikannya. Mereka
gobyong di punden” ketakutan.Begitu melihat kami,
“hus! Kalau tidak tahu apa-apa Cik Ellen melambai, menyuruh
jangan sembarangan omong. kami masuk ke tokonya yang
Klenteng, tari naga, sampeyan sumpek itu.“itu lo, Yu Marni,
tahu tidak itu simbol PKI. kasihan si Koh Cayadi. Ada
Makanya dilarang. Ini singkek yang lapor ke tentara, kalau dia
sudah tau dilarang masih nekat” suka ke Klenteng.” (Madasari,
(Madasari, 2010: 182). 2010:108).

Saat Koh Cayadi ingin berbuat Data diatas menunjukkan tentara


baik dan menjalankan kewajibannya, hal mengancam dan mengintrograsi Koh
itu menjadi malapetaka bagi Koh Cayadi untuk mengakui kesalahan
Cayadi. Dia ketahuan membantu bahwa Koh Cayadi telah pergi ke
pendanaan untuk tari naga di Surabaya. Klenteng untuk melaksanakan ibadah.
Dia dipenjara dan dicap PKI. Perlakuan Terlihat bahwa wajah Koh Cayadi pucat
terhadap Koh Cayadi yang dilakukan pasi, dia mengalami kekerasan batin dan
oknum polisi dilakukan dengan cara pikir. Sikap tentara terhadap Koh Cayadi
kekerasan batin dan mental. Kekerasan dianggap tidak sewenang, akan tetapi
ini termasuk dalam kekerasan secara peraturan pada Masa Orde Baru yang
langsung, menurut teori Galtung (L. D. dengan sengaja mendiskriminasi etnik
Eriyanti, 2018:29) kekerasan langsung Tionghoa menjadi alasan utama.
terbentuk dalam kekerasan klasik yang Kesewangan pemerintah terhadap pada
termasuk kekerasan fisik seperti masa Orde Baru juga menjadi ladang
pembunuhan, penyiksaan, pemerkosaan penguasa untuk memeras etnik Tionghoa
DISKRIMINASI TERHADAP ETNIK TIONGHOA DALAM NOVEL ENTROK | 79
KARYA OKKY MADASARI
1 2
Isqi Agustin Cahyaningtiyas , Candra Rahma Wijayaputra
Kredo 3 (2020)
KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra
Terakreditasi Sinta 4 berdasarkan Keputusan Direktorat
Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia
Nomor: 23/E/KPT/2019. 08 Agustus 2019
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/kredo/index

dalam skala besar. Artinya segala ada banyak etnik Tionghoa yang
apapun urusan etnik Tionghoa jika berpindah agama sesuai agama yang
melanggar aturan negara dimintai uang diresmikan di negara Republik
sogokan, tetapi tetap saja ditahan dan Indonesia. Peraturan ini tertulis dalam
menjadi incaran. peraturan negara bahwa di Indonesia
agama Konghuju tidak diresmikan dan
(6) “terus tentara-tentara itu tidak dianggap. Koh Cayadi menjadi
sekarang mau apa di toko si buronan dikarenakan dia pergi beribadah
Koh, Cik?” pergi ke kelenteng.
“tidak tahulah aku. Kami semua
nggak ada yang berani ke sana. (8) “tak ada orang lain, selain
Takut. Nanti malah kami kena keluargaku dan dia, yang tahu
masalah juga, dianggap sealiran aku ke Klenteng. Hari ini
sama Koh Cayadi.” (Madasari, tentara datang menanyai aku
2010:109). macam-macam. Siapa lagi yang
bikin gara-gara kalau bukan
Kekerasan yang diberikan oleh para dia?”
oknum tentara mengakibatkan siapapun “mereka bilang, mereka tahu
yang berhubungan dengan etnik aku ke Klenteng. Katannya aku
Tionghoa pasti dianggap sealiran dengan sudah melanggar aturan. Aku
etnik Tionghoa. Hal ini menjadi bilang tidak benar, aku tidak
kekerasan batin yang dirasakan pernah ke Klenteng.” Koh
masyarakat terutama pribumi. Kekerasan Cayadi berhenti.
dalam data di atas termasuk kedalam “mereka bilang ada saksi yang
kekerasan secara langsung yang melihat dan aku akan di
mengakibatkan seseorang tidak bisa penjara. Akhirnya aku
mengaktualisasikan diri dengan baik. mengaku. Aku bilang itu hanya
demi ibuku yang sekarat.”
(7) “Aku juga ke kelenteng. Koh “katannya ini peringatan.
Cayadi tertawa pelan. “ Juga Mereka minta uang jaminan.
biar selamat, biar aku tercapai Tapi kalau ketahuan sekali lagi
segala tujuan.” Dia berkekeh aku mau ditangkap.” (Madasari,
lagi, pelan sekali, hingga 2010:111).
menyerupai desahan. “ tapi
mesti sembunyi- Uang jaminan menjadi kunci utama
sembunyi..ee...lha sekarang kebebasan dari jeratan hukuman atau
malah kucing-kucingan sama ancaman yang dilakukan oleh penguasa.
tentara.” (Madasari, 2010:178). Akan tetapi uang jaminan itu sifatnya
hanya sementara dan tidak ada
Data di atas menunjukkan betapa gunannya, karena tetap saja pemenrintah
dibatasinya kegiatan keagamaan etnis akan memenjarakan siapa yang bersalah
Tionghoa. Kegiatan keagamaan yang dalam melanggar peraturan negara. Data
dilakukan Koh Cayadi dilakukannya diatas menunjukkan Koh Cayadi
secara diam-diam dan berusaha supaya bercerita kepada Marni tentang hal apa
tidak diketahui oleh siapapun. Bahkan yang telah dilakukan oleh oknum
80 | Jurnal Kredo
Vol. 3 No. 2 April 2020
Kredo 3 (2020)
KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra
Terakreditasi Sinta 4 berdasarkan Keputusan Direktorat
Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia
Nomor: 23/E/KPT/2019. 08 Agustus 2019
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/kredo/index

penguasa terhadapnya. Ketika itu Koh Koh Cayadi yang sudah membantunya
Cayadi pergi ke klenteng untuk untuk mencarikan TV dan mobil yang
mendoakan ibunya yang sedang sakit. dibeli Marni. Kebaikan Koh Cayadi juga
Permintaan ibunya untuk Koh Cayadi tidak hanya itu, Koh Cayadi pernah
pergi ke klenteng. Permintaan ini di mengajak Marni pergi ke Gunung Kawi
anggap Koh Cayadi sebagai permintaan untuk melakuakan doa kepada leluhur
terakhir sebelum ibunya meninggal yang ada di sana, sampai Marni
dunia. Kepergian Koh Cayadi ke mendaptkan salah satu bagian dari pohon
klenteng ada yang mengetahui dan Dawandaru yang dianggap sebagai
dilaporkan kepada oknum penguasa. sumber rezeqy.
Tidak lama dari kepergian Koh Cayadi,
para oknum tersebut menghampiri dan (10) “Terus sampeyan mau
mengintrogasi Koh Cahyadi ditempat. sembunyi disini?” “Ya kalau
Beberapa pertannyaan diajukan dengan diijinkan, Yu sementara saja.
memberikan ancaman-ancaman Mudah mudahan mereka tidak
hukuman, akan tetapi ujung dari mencariku. Hanya disini yang
introgasi tersebut adalah uang sogokan. aman yu.” (Madasari,
2010:172)
(9) “Dia malah diam ... aku semakin
penasaran. Bagaimanapun aku Data di atas menunjukkan ketakutan
juga takut kalau ada buronan Koh Cayadi terhadap para penguasa,
menginap di rumah ini. Amit- sampai memohon kepada Marni pemilik
amit jabang bayi, jangan sampai rumah untuk diijinkan supaya dia dapat
aku jadi ikutan menjadi buron”. bersembunyi di rumah Marni. Sisi lain
(Madasari, 2010:170) Marni sebagai teman Koh Cayadi ragu
untuk membantu Koh Cayadi untuk
Pada data di atas tokoh Marni menginap di rumahnya. Keadaan
dimintai tolong untuk menyembunyikan semakin membuat Marni sedikit panik,
kebedaraan Koh Cayadi yang menjadi takaut jika Marni juga terseret dalam
buron. Marni merasa ketakutan apabila penjara. Sampai akhirnya Marni
Marni nantinya juga dituduh sebagai mengijinkan Koh Cayadi untuk
pelindung orang yang salah atau menginap di rumahnya sebagai tempat
menyembunyikan buronan dalam persembunyiannya.
rumahnya. Hal tersebut termasuk bukti Pada data di atas terdapat
bahwa kesalahan yang diperbuat Koh selanjutnya terdapat lanjutan bahwa
Cayadi dimata penguasa sangat besar. tidak hanya Koh Cayadi saja yang
Padahal yang dilakukan Koh Cayadi jika menjadi buronan. Istri dan anaknya juga
diperhatikan hanya sebuah tindakan menjadi buronan, akan tetapi istri dan
yang memang berhak dia lakukan, yaitu anak dari Koh Cayadi melarikan diri
berdoa di tempat yang ia yakini. Marni pergi ke Malang, kerumah saudara Koh
sempat terlintas dalam ;pikiranya ragu Cayadi untuk menyelamatkan diri dari
untuk menerima Koh Cayadi menginap tangkapan penguasa.
di rumah Marni sebagai tempat
persembunyiannya. Akan tetapi Marni (11) “Sekarang tidak bisa yu. Kalau
tidak tega, Marni ingat kebaikan dari aku tidak lari pasti aku di
DISKRIMINASI TERHADAP ETNIK TIONGHOA DALAM NOVEL ENTROK | 81
KARYA OKKY MADASARI
1 2
Isqi Agustin Cahyaningtiyas , Candra Rahma Wijayaputra
Kredo 3 (2020)
KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra
Terakreditasi Sinta 4 berdasarkan Keputusan Direktorat
Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia
Nomor: 23/E/KPT/2019. 08 Agustus 2019
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/kredo/index

penjara”. Koh Cayadi Segala apapun yang berhubungan


menggeser kursi mendekatiku. dengan etnik Tionghoa dianggap PKI.
Suarannya dipelankan. Selama Mulai dari simbol di kelenteng, warna
ini aku kan menyumbang duit merah dan segala bentuk kegiatannya di
buat latihan tari naga di cap sebagai PKI. Tidak hanya sampai
kelenteng. Surabaya sana. disitu, masyarakat Indonesia yang
Semuanya sembunyi-sembunyi. melanggar aturan negara atau
Tidak ada yang tahu, selain memberikan perlawanan terhadap
orang tua ku. Istriku sendiri saja penguasa maka akan dianggap PKI dan
tidak tahu. Kemarin tahun baru dipenjarakan. Begitu juga dengan
kami, mereka bilang-bilang masalah pembayaran uang keamanan
main di lapangan sebelah yang dibayarkan setiap bulan. Jika uang
kelenteng. Padahal itu tidak tersebut tidak dibayarkan secara rutin,
boleh. Semua orang yang main maka penguasa akan memberikan
ditangkap.” (Madasari, hukuman yang berupa di cap sebagai
2010:171) PKI dan dipenjarakan. Kata singkek
pada data tersebut adalah sebutan bagi
Data diatas menunjukkan Koh orang Cina yang berdomilisiri di
Cayadi bercerita kepada Marni tentang Indonesia, atau biasa gunakan untuk
peraturan negara yang tidak melabelli orang Tiongkok yang
memperbolehkan segala aktivitas yang mempunyai sifat pelit dan kikir.
berhubungan dengan kelenteng dilarang (13) “Melalui kaca nako, aku bisa
dan akan mendapat hukuman. Koh melihat mereka, orang-orang
Cayadi sebagai juragan yang mempunyai berpakaian hijau. Ini hari
kekayaan yang lumayan rutin kamis, biasannya mereka
menyalurkan dana untuk kegiatan tari datang senin atau selasa.
naga di kelenteng. Hal itu dilakukan oleh Mereka bukan orang-orang
Koh Cayadi secara sembunyi-sembunyi, yang biasannya datang ke sini.
akan tetapi kegiatan Koh Cayadi Pintu digedor dengan kasar,
diketahui oleh tentara, sampai pada mengirimkan pesan ancaman
akhirnya Koh Cayadi menjadi buronan dan ketakutan. Begitu pintu
yang akan dipenjakan. kubuka, mereka menodongkan
senapan. Mereka masuk rumah,
(12) “Hus kalau tidak tahu apa-apa tanpa permisi padaku.
jangan sembarangan omong. Menggeledah semua kamar,
Kelenteng, tari naga, sampeyan membuka semua lemari. Entah
tahu tidak, itu simbol PKI. kali ini Koh Cayadi bisa lolos
Makannya dilarang. Itu, singkek atau tidak. Dalam penantian,
sudah tau dilarang masih aku merasa waktu berhenti.
nekat.”(Madasari, 2010:182) Pandanganku tak beralih dari
arah pawon, sembari
Data di atas menunjukkan sikap mengucapkan permintaan pada
tentara yang menghakimi salah satu penguasa alam. Gusti, berilah
etnis Tionghoa yang menjadi tokoh kami semua keselamatan. Tapi
dalam novel entrok, yaitu Koh Cayadi. keberuntungan Koh Cayadi
82 | Jurnal Kredo
Vol. 3 No. 2 April 2020
Kredo 3 (2020)
KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra
Terakreditasi Sinta 4 berdasarkan Keputusan Direktorat
Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia
Nomor: 23/E/KPT/2019. 08 Agustus 2019
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/kredo/index

kemarin tak terulang algi hari pasti akan dimintai uang sogokan untuk
ini. Dari lorong pawon dia membebaskan dia dari jeratan penjara.
berjalan dengan ujung senapan Ternyata tebakan Marni benar, Marni
yang menempel di dimintai nuang dengan alasan untuk
punggungnya. Dua tentara tidak dipenjarakan.
dibelakangnya.” (Madasari,
2010:180) SIMPULAN
Data di atas menunjukkan bahwa
tentara benar-benar akan mencari Berbagai kebijakan asimilasi
buronan yang melanggar aturan negara yang menjurus kepada diskriminasi etnik
sampai ketemu dan akan dipenjarakan. Tionghoa karena bersifat memaksa,
Keberuntungan Koh Cayadi pada menjadikan segala apapun yang
pencarian keduanya oleh tentara tidak dilakukan oleh etnik Tionghoa di
berpihak lagi. Dia tertangkap dan persulit. Baik dalam bidang ekonomi,
digiring ke kantor polisi. Marni terlihat politik, dan budaya. Hal itu
khawatir dan takut jika akan ditangkap menimbulkan hegemoni Negara terhadap
juga karena telah menyembunyikan etnik Tionghoa baik dalam bentuk
buronan dalam rumahnya. Hal itu kekerasan maupun tidak. Tujuan dari
terbukti dengan tindakan Marni yang dominasi yang dilakukan dengan
berdoa kepada alam semesta meminta menggunakan hegemoni yaitu untuk
untuk diberi keselamatan. menegak kan peraturan yang berlaku
(14) “ ini siapa bu..?” tanya tentara pada masa orde baru. Cara yang
yang dari tadi berdiri di dilakukan pemerintah dalam
sampingku. Dia komandan menjalankan tugas negarannya tidak
tentara-tentara ini. “teman saya, tepat karena para petugas mengambil
Pak. Punya toko di pasar gede kesempatan untuk menguntungkan
Madiun.”(Madasari, 2010:181) dirinya dengan membuat peraturan harus
Pada data di atas Marni berusaha membayar uang keamanan. Apabila
jujur dengan pertanyaan yang diajukan tidak menuruti hal tersebut maka akan
tentara, supaya masalah yang akan dianggap PKI.
dihadapi tidak semakin rumit. Tentara Dalam novel entrok, kekerasan
itu sengaja menannyakan kepada Marni yang di lakukan oleh para penguasa
tepat di depan Koh Cayadi supaya Koh dilakuakan dengan kekerasan secara
Cayadi merasa dipermalukan. Pada langsung, dalam bentuk kekerasan fisik,
akhirnya tetetap saja Marni juga dibawa kekerasan batin dan kekerasan pikiran.
ke kantor polisi untuk dimintai Juga ditemukan kekeras intelektual yang
keterangan. Ketika dimintai keterangan terbukti dengan peraturan pemerintah
ada salah satu komandan yang datang yang menutup sekolah-sekolah bahasa
menghampiri Marni dengan mandarin. Dalam novel entrok juga
menannyakan apakah Marni masih ingat mendominasi peran uang dan kekuasaan
denganya. Tentu aja Marni ingat siapa pada masa Orde Baru menjadi mahkota
dia, dia adalah orang yang rutin setiap penguasa dalam menindas rakyat
hari senin atau selasa datang ke rumah pribumi dalam kesederhanaan dan pada
Marni untuk mengambil uang etnik Tionghoa.
keamanan. Marni sudah berprasangka,
DISKRIMINASI TERHADAP ETNIK TIONGHOA DALAM NOVEL ENTROK | 83
KARYA OKKY MADASARI
1 2
Isqi Agustin Cahyaningtiyas , Candra Rahma Wijayaputra
Kredo 3 (2020)
KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra
Terakreditasi Sinta 4 berdasarkan Keputusan Direktorat
Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan,
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia
Nomor: 23/E/KPT/2019. 08 Agustus 2019
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/kredo/index

Bisa dikatakan akar kebencian Arsitektur.


terhadap etnis Tionghoa sebenarnya https://doi.org/10.26418/lantang.v
merupakan kontruksi sosial yang dibuat 1i1.18811
oleh penguasa, baik Belanda maupun Khotimah, N. (2014). Program studi
Jawa. Secara tidak langsung dalam hal pendidikan bahasa dan sastra
ini etnis Tionghoa menjadi korban indonesia fakultas bahasa dan seni
kambing hitam. universitas negeri yogyakarta juni
2015 (Universitas Negeri
Yogyakarta). Retrieved from
DAFTAR PUSTAKA https://eprints.uny.ac.id/17943/1/N
urul Khotimah 09210144035.pdf
Adam, A. W. 2019. Tionghoa dan Ke- Madasari, O. 2010. Entrok: sebuah
Indonesia-an: Komunitas novel. PT Gramedia Pustaka
Tionghoa di Semarang dan Utama.
Medan. Jakarta: Yayasan Pustaka Nurcahyo, D. A. 2016. Kebijakan Orde
Obor Indonesia. 3 Baru Terhadap Etnis Tionghoa.
Dawis, A. 2013. Orang Indonesia Universitas Sanata Dharma
Tionghoa Mencari Identitas. Yogyakarta.
Gramedia Pustaka Utama. Romli, K. 2015. Akulturasi dan
Eriyanti, F. 2006. Dinamika posisi Asimilasi dalam Konteks Interaksi
identitas etnis Tionghoa dalam Antar Etnik. Ijtimaiyya: Jurnal
tinjauan teori identitas sosial. Pengembangan Masyarakat Islam,
Jurnal Demokrasi, 5(1). 8(1), 1–13.
Eriyanti, L. D. 2018. Pemikiran Johan Suryadinata, L. 2014. Kebijakan Negara
Galtung tentang Kekerasan dalam Indonesia terhadap Etnik
Perspektif Feminisme. Jurnal Tionghoa: Dari Asimilasi ke
Hubungan Internasional, 6(1), 27– Multikulturalisme? Antropologi
37. Indonesia.
Fittrya, L. 2013. Tionghoa Dalam Wiharjo, F. R. 2018. Bentuk-Bentuk
Diskriminasi Orde Baru Tahun Hegemoni dan Counter-Hegemoni
1967-2000. Avatara, 1(2). dalam Novel Entrok Karya Okky
Hefni, M. 2012. Runtuhnya Hegemoni Madasari (Universitas Sanata
Negara dalam Menentukan Dharma). Retrieved from
Kurikulum Pesantren. KARSA: https://repository.usd.ac.id/30919/
Journal of Social and Islamic 2/144114021_full.pdf
Culture, 19(1), 62–72.
Hutagalung, D. 2004. Hegemoni,
Kekuasaan, dan Ideologi. Jurnal
Pemikiran Sosial, Politik Dan Hak
Asasi Manusia.
Khaliesh, H. 2014. Arsitektur
Tradisional Tionghoa: Tinjauan
Terhadap Identitas, Karakter
Budaya dan Eksistensinya.
Langkau Betang: Jurnal
84 | Jurnal Kredo
Vol. 3 No. 2 April 2020

Potrebbero piacerti anche